• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

J. Penelitian Terdahulu

Di antara karya ilmiah berupa skripsi yang berkaitan dengan hasil penilitian dari skripsi penulis di antara adalah :

1. Skripsi Reni Marlina yang berjudul Adat Pernikahan Melangkahi Saudara Kandung Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Nagari Kapa Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Adat Pernikahan Melangkahi Saudara Kandung di Nagari Kapa, apabila seorang adik ingin menikah

lebih dahulu dari kakak kandungnya maka adik harus menjalankan peraturan adat yang telah ditetapkan, sebelum akad nikah berlangsung syarat yang berupa denda: baju sapatagakaan,berupa: baju, rok, seperangkat alat shalat dan uang 300 (tiga ratus ribu rupiah) harus tersedia oleh adik untuk sang kakak sebelum akad nikah berlangsung, dan diketahui oleh Niniak Mamak. Dan beberapa Pandangan masyarakat Nagari Kapa terhadap pelaksanaan adat Pernikahan melangkahi saudara kandung mereka berpendapat ada yang menyetujui dan ada yang tidak menyetujui. Bagi yang tidak menyetujui menerima sanksi yang telah ditetapkan adat Nagari Kapa. 2. Adat Pernikahan Melangkahi Saudara Kandung Menurut Hukum adalah mubah (boleh) karena telah berlaku secara turun temurun sejak lama. Sehingga pemuka adat (Pucuak adat) di Nagari Kapa mengambil kebijakan. Maka proses adat Pernikahan melangkahi saudara kandung yang berlaku ditengah-tengah masyarakat tidak ada larangannya terdapat dalam nash. Dan Adat pernikahan tersebut sangat penting untuk dilaksanakan, karena mengandung nilai leluhur yakninya menjaga 78 hubungan silaturrahmi persaudaraan. Jika dilaksanakan akan mendapatkan ketenangan batin, karena dihargai oleh masyarakat terutama niniak mamak, sehingga pernikahan dapat berjalan dengan lancar. Meskipun ada masyarakat yang menyetujui dan tidak menyetujui akan pelaksanaan peraturan adat pernikahan melangkahi saudara kandung. Namun peraturan adat Pernikahan tetap dijalankan walaupun ada sanksi yang diterima bagi yang melanggar. 45

45 Reni Marlina,” Adat Pernikahan Melangkahi Saudara Kandung Menurut Hukum Islam

2. Skripsi Muhammad Ilman yang berjudul TRADISI PEMBAYARAN UANG PELANGKAH DALAM PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang) dapat disimpulkan beberapa hal tentang masalah tradisi pembayaran uang pelangkah (uang garunghal) diantara adalah: 1. Tradisi adat uang pelangkah ini sudah merupakan hal yang biasa yang terjadi di masyarakat desa legok. Maksudnya adalah masyarakat dapat menerima dengan baik tradisi seperti ini.

Namun dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, ada juga masyarakat yang tidak setuju dengan tradisi seperti ini. Untuk mereka yang setuju dengan diadakannya tradisi pembayaran uang pelangkah ini adalah bertujuan untuk menghormati sang kakak yang belum menikah, dan sebagai syarat untuk melangkahi kakak yang belum menikah karena sang kakak tidak akan memberikan izin adiknya untuk melangkahinya apabila sang kakak tidak dipenuhi permintaannya (uang pelangkah). Karena apabila ini tidak diberikan maka sang kakak akan mendapatkan jodoh dalam waktu yang lama dan akan mendapatkan kesialan, namun untuk yang tidak setuju dengan tradisi seperti ini mereka beranggapan semua ini hanya akan memberatkan kondisi sang adik yang mana disini sedang banyak pengeluaran dan ditambah lagi dengan diharuskannya adanya uang 67 pelangkah ini maka tentu saja ini akan memperburuk kondisi sang adik, apalagi jika sang adik tidak dapat memnuhi permintaannya maka sang adik harus menunda pernikahannya ini akan membuat sang adik depresi dan (Studi Kasus di Nagari Kapa Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat)”,(Batu Sangkar: IAIN Batu Sangkar,2017)

stress, bahkan bisa sampai nekat dengan melakukan kawin lari dan berzinah. 2. Uang pelangkah (uang pangrunghal) biasanya diberikan oleh sang adik yang akan melakukan perkawinan dengan melangkahi kakak kandungnya. Dan untuk waktu pemberiannya biasanya sebelum sang adik melakukan perkawinan, seminggu sebelumnya namun apabila sebelum satu minggu itu sang adik sudah sanggup memberikan uang pelangkahnya itu lebih baik asalkan tidak setelah menikah. 3. Bentuk uang pelangkah itu tidak saja dalam bentuk uang tunai bisa berupa benda berharga seperti:

emas, perhiasan, jam tangan, dan ada juga yang berbentuk benda sehari-hari seperti handphone, motor, mobil, kulkas, tv dan lain-lain sesuai dengan permintaan sang kakak dan kesepakatan kedua belah pihak.

Namun untuk kedudukan uang pelangkah ini memang tidak ada anjurannya dalam hukum islam dimana apabila sang adik ingin menikah melangkahi kakaknya harus memberikan uang pelangkah. 4. Dalam pembahsan sebelumnya penulis sudah membahas tentang beberapa faktor sang adik melakukan pernikahan melangkahi kakak kandung yaitu: a.

Sang adik merasa sudah siap secara ekonomi dan merasa sudah siap lahir batinnya. b. Sang adik sudah merasa mendapatkan jodoh yang tepat. c.

Sang adik takut akan terjerumus kedalam perzinahan dan takut kepada dosa Allah. d. Sang adik sudah ingin melakukan hubungan intim. e.

Apabila adiknya perempuan sudah datang laki-laki yang mapan yang akan melamarnya. 5. Untuk dampak yang ditimbulkan apabila sang adik akan melakukan perkawinan melangkahi kakak kandung yaitu: a. Sang kakak

kandung akan depresi karena sang adik berani melangkahi perkawinannya.

b. Sang kakak akan mendapakan ejekan, cemoohan, dari temantemannya karena perkawinannya sudah dilangkahi. c. Sang kakak akan mendapatkan jodoh dalam waktu yang lama dan kesialan dalam hidupnya. d. Sang kakak akan menjalani hidupnya dengan pesimis karena sang adik sudah berani melangkahi dirinya yang belum menikah. e. Akan terjadi konflik antara kakak dan adik. f. Akan adanya keretakan di dalam keluarga karena sang adik sudah melangkahi kakaknya. 69 Di dalam hukum islam, Allah tidak pernah melarang umatnya untuk melakukan perkawinan akan tetapi malah menganjurkan disegerakan perkawinannya apabila sudah siap fisik dan batinnya. Pada dasarnya tradisi pembayaran uang pelangkah ini hanyalah sebuah adat istiadat (urf) yang sudah ada dan dikenal oleh masyarakat. Namun karena sudah berlangsung dari dahulu dan turun temurun sehingga masyarakat menjadikannya sebuah hukum (adat) di daerah mereka. Namun itu semua tidak bisa mempengaruhi sah atau tidaknya suatu perkawinan. Sejalan dengan tokoh adat dan tokoh ulama mengungkapkan bahwa uang pelangkah itu boleh saja diberlakukan dengan dasar kaidah “Al-A‟dah Adawah” akan tetapi hal tersebut tidak menjadi keharusan.46

46Muhammad Ilman,” Tradisi Pembayaran Uang Pelangkah Dalam Perkawinan (Studi Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang)”, (Jakata: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

61 A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan lapangan, peristiwa dan analisa penulis mengenai persoalan sanksi adat bagi pasangan suami isteri yang melangkahi abang dan kakaknya ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bagi pasangan suami isteri yang ingin menikah. Namun, harus mendahului atau melangkahi saudara kandung yang berada di atasnya. Maka, pasangan tersebut harus membayar denda atau dikenakan sanksi sebagaimana permintaan saudara yang dilangkahi atau di dahuluinya. Biasanya denda tersebut berupa uang tunai atau sepasang pakaian tergantung pada keinginan yang didahului melalui musyawarah keluarga.

2. Dalam kajian hukum Islam, pemberian sanksi adat bagi pasangan suami isteri yang mendahului abang atau kaka kandungnya, merupakan jenis adat yang fasid dan harus dikaji ulang oleh tetua adat desa sungai agung. Hal ini dinisbatkan pada pelanggaran asas hukum Islam, dalil naqli tentang pernikahan serta beberapa qoidah fiqhiyyah dan akibat buruk yang akan timbul jika adat ini dipertahankan. Wallahu alam bis showab.

B. Saran

Melalui kesimpulan atas problematika sanksi adat di atas. Maka, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi abang atau kakak yang didahului oleh adiknya untuk melangsungkan pernikahan, jangan membebani dengan denda atau sanksi yang berat apalagi hingga tarap pelarangan untuk melangsungkan pernikahan. Karena adat yang selama ini berlaku merupakan adat yang fasid atau rusak.

2. Bagi tetua adat suku jawa atau tokoh masyarakat desa sungai agung hendaknya memberikan perhatian lebih dan merumuskan secara ulang konsep sanksi atau denda adat yang berlaku di tengah masyarakat suku jawa desa sungai agung. Karena bertentangan dengan konsep atau nilai-nilai keislaman.

3. Bagi pasangan suami isteri yang akan menikah. Namun, harus mendahului saudara kandung yang ada digaris atas keturunannya. Lanjutkan pernikahan mu karena itu merupakan perbuatan yang disukai oleh Rasulullah bagi kita generasi muda. Wallahu alam

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahhab khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), Abdul Aziz Muhammad Azzam, Figh Munakahat, (Jakarta: Amzah, 2009), Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, ( Jakarta: Kencana Prenada Media,

2003),

Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Mahram Min Adillatil Ahkaam, Terjemahan Dani Hidayat, (Tasikmalaya: Pustaka Al-Hidayah 2010) Hadis

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana,2003),

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011),

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Jakarta: Kencana, 2011) cet 6 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2001),

Busriyanti, Ushul Figh Metodologi Istinbath Hukum Islam,(LP2 STAIN CURUP, 2010),

Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu),

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Pustaka Jaya Ilmu),

https://olympians98.wordpres.com perbedaan-adat istiadat-kebiasaan-budaya-tradisi-dan- peradaban. Diunduh pukul 17;24 tanggal 17 Mei 2018

Moh Rifa‟i, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra), Rachmat Syafe‟i, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Putaka Setia, 2010), Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Tinta Abadi Gemilang, 2013),Jilid 3, Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam,(Bandung: Sinar Baru Algensindo,2004),

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1999)

1. Perihal : Larangan Melangkahi Pernikahan Saudara Dalam Adat Jawa

2. Responden : 4 Pasangan Pengantin

II. DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah Saudara Mengetahui Mengetahui Pelaksanaan Pernikahan Di Desa Sungai Agung?

2. Apakah Saudara Mengetahui Larangan Adanya Larangan Melangkahi Pernikahan Di Desa Sungai Agung Berdasarkan Adat Jawa?

3. Apakah Saudara Mengetahui Sanksi Yang Didapatkan Ketika Melangkahi Pernikahan Dalam Adat Jawa?

4. Apakah Saudara Merasa Keberatan Dengan Adanya Sanksi Ini?

5. Apakah Pentingnya Pelaksanaan Adat Pernikahan Di Desa Sungai Agung?

Dokumen terkait