• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung, Kabupaten Pontianak – Kalimantan Barat, adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2008

Malta NIM I32060081

ABSTRACT

MALTA. 2008. Competency of Corn Farmers in Growing Corn in Peatlands: Case Study of Corn Farmers in Peatlands at Limbung Village in Pontianak District, Province of West Borneo. Under direction of RICHARD W.E. LUMINTANG, and BASITA G. SUGIHEN.

Agricultural development is a series of efforts to increase farmers‟ income, to create employment, to alleviate poverty, to assure food security, and to encourage regional economic development. By increasing agricultural products, it is hoped that farmers will be able to improve their income. In line with this effort, the quality of human resources in the field of agriculture is one of the essential factors in increasing agricultural products.

The aims of this study were (1) to learn the competency level of corn farmers in peatlands, (2) to identify the factors related to the competency of corn farmers in peatlands, and (3) to find out the corn farmers‟ performance in peatlands and the relationship between the competency of corn farmers in peatlands and their performance. The research method used was descriptive- corelational. The research population consisted of 38 corn farmers in peatlands at Limbung village in Pontianak district, while the data collection was conducted on census basis from the 38 farmers. The data collection was carried out from August until September 2007. The analysis of the data was performed by using the correlation test of Rank Spearman.

The research results showed that (1) the competency of corn farmers was of average level, (2) the competency was closely related to the production support and farmers‟ interaction with the extension educator, (3) the farmers‟ performance was of low level and the competency was positively correlated with the performance level of corn farmers in peatlands.

Key words: corn farmer, competency, performance, peatlands

RINGKASAN

MALTA. 2008. Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung Kabupaten Pontianak – Kalimantan Barat. Dibimbing oleh RICHARD W.E. LUMINTANG and BASITA G. SUGIHEN.

Pembangunan pertanian merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Melalui peningkatan produksi hasil pertanian dapat diupayakan peningkatan pendapatan petani.

Salah satu upaya untuk memacu produksi hasil pertanian adalah dengan program ekstensifikasi lahan gambut. Potensi gambut Indonesia mempunyai luasan sekitar 20 juta ha. Luas lahan gambut di Provinsi Kalimantan Barat mencapai 1.993.519 ha dan diperkirakan sekitar 15 persen (299.028 hektar) dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

Lahan gambut sudah sejak lama dijadikan sebagai lahan usahatani, terutama untuk komoditas jagung dan padi, namun teknologi yang diterapkan oleh petani masih bersifat tradisional, sehingga hasilnya relatif masih rendah yaitu sekitar 1 sampai 1,6 ton per hektar. Salah satu upaya peningkatan produksi jagung adalah dengan meningkatkan kompetensi petani.

Pengelolaan lahan gambut untuk usahatani jagung membutuhkan keseriusan dan harus menggunakan teknologi yang tepat, antara lain dalam pengolahan lahan dan teknis budidaya (penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pascapanen), disamping kompetensi petani dalam merencanakan kegiatan usahatani dan memasarkan hasil.

Kompetensi petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut masih rendah karena belum memperhatikan keterkaitan faktor-faktor penentu yang berpengaruh. Upaya-upaya dalam mengembangkan kompetensi dapat dilakukan dengan mengetahui sejauhmana tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kompetensi tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Sejauhmanakah tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut ? (2) Faktor – faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan gambut? (3) Sejauhmanakah tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan kinerja petani jagung di lahan gambut?

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2007 di desa Limbung kabupaten Pontianak. Populasi penelitian adalah 38 petani jagung di lahan gambut di desa Limbung kabupaten Pontianak, dan pengumpulan data dilakukan secara sensus kepada 38 petani tersebut. Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden dan informan penelitian, melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan digunakan uji korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut di desa Limbung termasuk kategori sedang, sedangkan tingkat kinerja petani termasuk kategori rendah; faktor yang penting diperhatikan untuk mengembangkan kompetensi petani adalah: umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, interaksi dengan penyuluh, sarana produksi, dan keterlibatan dalam kelompoktani. Usaha meningkatkan kompetensi petani dapat dilakukan dengan meningkatkan interaksi penyuluh dengan petani; penyuluh dan petugas pertanian hendaknya memotivasi petani supaya terlibat aktif dalam kelompoktani dan mendorong pengembangan kelompoktani sebagai wadah belajar para petani dengan program-program yang dibutuhkan petani.

Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI

DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN

GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK

KALIMANTAN BARAT

M A L T A

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

JUDUL TESIS : KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM

BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG, KABUPATEN PONTIANAK – KALIMANTAN BARAT

NAMA : MALTA

NIM : I 352060081

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Ketua

Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, M.A. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi/Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan pertolongan-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian adalah “Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani di Lahan Gambut: Kasus Petani Jagung di Lahan Gambut di Desa Limbung, Kabupaten Pontianak – Kalimantan Barat.”

Penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada komisi pembimbing yaitu: Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA dan Bapak Dr. Ir. Basita G. Sugihen, M.A. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada :

(1) Ibu dan kakak-kakak yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis. (2) Sekretariat Badan Litbang Pertanian yang telah menyediakan sebagian dana

untuk penelitian, melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) anggaran tahun 2007.

(3) Kepala UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Sungai Raya dan Penyuluh di desa Limbung Kabupaten Pontianak.

(4) Para enumerator yang telah membantu pengumpulan data.

(5) Semua responden/petani jagung di desa Limbung Kabupaten Pontianak yang telah berkenan diwawancarai dalam pengumpulan data penelitian.

(6) Ade‟ “Ume” atas segala curahan waktu, semangat, fikiran, serta tenaga yang didekasikan.

(7) Teman-teman mahasiswa S2 dan S3 PPN - SPs IPB: Pa‟ Lukman, Bu Anna, Pa‟ Sihab, Bu Syam, Bu Maria, Pa‟ Yo, Bu Riana, Pa‟ Hatta, Pa‟ Ayat, Bu Suci, mas Ba‟do, Pa‟ Eka, Pa‟ Oos, Pa‟ Eko, Pa‟ Dirlan, Pa‟ Mardin, dan Pa‟ Ikhsan, atas segala bantuan, masukan dan semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2008

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Inderapura – Sumatera Barat pada tanggal 7 Agustus 1975 dari ayah H. Munir, B.A. (Alm) dan Ibu Hj. Sariani. Penulis merupakan putra kelima dari lima bersaudara.

Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Padang dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang. Penulis pernah bekerja sebagai Site Engineer di PT Uni Seraya Indonesia - Batam tahun 2000 - 2001, dan sebagai Supervisor di PT Oriental Electronics Indonesia – Bekasi tahun 2002 – 2005. Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, dengan biaya sendiri.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Masalah Penelitian ... 3 Tujuan Penelitian ... 4 Manfaat Penelitan ... 4 TINJAUAN PUSTAKA

Usahatani di Lahan Gambut ... 5 Faktor Internal Petani ... 6 Faktor Eksternal Petani ... 9 Kompetensi ... 13 Unsur-unsur Kompetensi ... 17 Perilaku ... 20 Kinerja ... 22 Kompetensi yang Perlu Dikuasai Petani dalam Usahatani Jagung

di Lahan Gambut ... 23 Hubungan Faktor Internal dengan Kompetensi ... 29 Hubungan Faktor Eksternal dengan Kompetensi ... 32

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kerangka Berpikir ... 35 Hipotesis Penelitian ... 37

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38 Populasi dan Sampel ... 38 Rancangan Penelitian ... 38 Definisi Operasional ... 38 Instrumentasi ... 45 Pengumpulan Data ... 46 Analisis Data ... 47

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Penelitian ... 48 Deskripsi Petani Jagung di Desa Limbung ... 49 Faktor Internal Petani Jagung di Lahan Gambut ... 51 Faktor Eksternal Petani Jagung di Lahan Gambut ... 56 Kompetensi Petani Jagung dalam Berusahatani Jagung

di Lahan Gambut ... 63 Korelasi Faktor Internal dengan Kompetensi Petani ... 76

Korelasi Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani ... 80 Kinerja Petani ... 85 Korelasi Kompetensi dengan Kinerja Petani ... 86

KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Peubah, Indikator dan Kategori ... 40

2. Deskripsi Faktor Internal Petani Jagung ...………...…... 51

3. Deskripsi Faktor Eksternal Petani Jagung ... 56

4. Skor Pengetahuan Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut . 64

5. Skor Sikap Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut ... 67

6. Skor Keterampilan Petani dalam Berusahatani Jagung di Lahan Gambut 71

7. Korelasi Faktor Internal dengan Kompetensi Petani ... 76

8. Korelasi Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani ... 80

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ...………. 99 2. Kuesioner Penelitian ……...……….……… 100 3. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman ..………. 109

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan rangkaian upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Deptan, 2005a). Melalui peningkatan produksi hasil pertanian dapat diupayakan peningkatan pendapatan petani (Soekartawi, 1995).

Salah satu upaya untuk memacu produksi hasil pertanian adalah dengan program ekstensifikasi lahan gambut (Nursyamsi et al., 2000). Lahan gambut merupakan sumberdaya alam yang melengkapi keanekaragaman kekayaan alam Indonesia. Potensi lahan gambut Indonesia mempunyai luasan sekitar 20 juta hektar (Kristijono, 2003). Kalimantan Barat merupakan propinsi yang memiliki lahan gambut terluas di Indonesia. Luas lahan gambut di Kalimantan Barat mencapai 1.993.519 hektar dan diperkirakan sekitar 15 persen (299.028 ha) dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian (Harniati, 2000).

Subsektor tanaman pangan dan hortikultura menghadapi kendala penyusutan luas lahan pertanian (Rasahan, 2000). Hal ini disebabkan makin menyempitnya lahan subur akibat penggantian penggunaan ke sektor nonpertanian, seperti jalan, jembatan, bangunan-bangunan, industri dan lain-lain. Sejak tahun 1980-an, setiap tahun lahan pertanian di Indonesia selalu terjadi pengurangan antara 10.000 hingga 30.000 hektar (Utomo, 1989), sehingga kebutuhan akan lahan pengganti sudah dirasakan sangat mendesak dan salah satu solusinya adalah memanfaatkan lahan gambut untuk lahan pertanian.

Salah satu tanaman yang banyak dikembangkan di lahan gambut adalah tanaman jagung (Zea mays L). Jagung adalah salah satu komoditas pertanian yang dapat diusahakan dengan baik di lahan gambut. Jagung merupakan komoditas pangan utama nasional, di samping beras dan kedelai; sehingga memiliki nilai ekonomis yang strategis. Jagung digunakan sebagai makanan pokok kedua setelah beras dan dapat juga diproses lebih lanjut sebagai pakan ternak atau bahan baku industri sehingga mempunyai prospek pemasaran yang sangat baik (Harniati, 2000).

Peluang pasar hasil panen tanaman jagung di tingkat nasional maupun di Kalimantan Barat cukup besar. Kebutuhan jagung nasional mencapai 13,8 juta ton per tahun, sedangkan produksi jagung dalam negeri 13,2 juta ton; sehingga sekitar 600 ribu ton jagung diimpor dari negara lain (Prabowo, 2007). Kebutuhan jagung untuk Kalimantan Barat mencapai + 52.232 ton per tahun, sedangkan persediaan jagung yang dapat dihasilkan oleh produksi dalam daerah Kalimantan Barat hanya 38.246 ton; berarti masih kekurangan sebesar 13.986 ton setiap tahunnya yang didatangkan dari luar Kalimantan (Deptan, 2005b). Data ini menunjukkan bahwa peluang pasar jagung sangat cerah.

Lahan gambut sudah sejak lama dijadikan sebagai lahan usahatani, terutama untuk komoditas jagung dan padi, namun teknologi yang diterapkan oleh petani masih bersifat tradisional, sehingga hasilnya relatif masih rendah yaitu sekitar 1 sampai 1,6 ton jagung per hektar (Pasandaran dan Faisal, 2003); padahal penelitian Suastika dan Inu, melalui usahatani jagung di lahan gambut dapat menghasilkan jagung 4,5 ton/ha (Harniati, 2000).

Pengelolaan lahan gambut untuk usahatani jagung membutuhkan keseriusan dan harus menggunakan teknologi yang tepat, hal ini berkaitan dengan keahlian dalam pengolahan lahan dan teknis budidaya (penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pascapanen), disamping kompetensi petani dalam merencanakan kegiatan usahatani dan memasarkan hasil.

Kompetensi berusahatani adalah kemampuan petani untuk berpikir, bersikap, dan bertindak dalam merencanakan usahatani untuk memperoleh keuntungan berusahatani, membangun kerjasama antar subsistem pertanian, mengelola pascapanen pangan untuk meraih nilai tambah produk pertanian, serta mewujudkan kegiatan pertanian yang berkelanjutan. Kompetensi seseorang merupakan indikator yang dapat memperkirakan kinerjanya, yaitu segala sesuatu yang hendak dilakukan dan dicapai dalam kegiatannya (Spencer dan Spencer, 1993; Woolfolk, 1993; Ilyas, 2002).

Adi (2003) menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kekuatan dari dalam diri (inner force) yang menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhannya; di dalam diri manusia terdapat potensi, namun potensi tersebut

terbatas sehingga perlu upaya-upaya untuk mengembangkannya. Manusia merupakan unsur penggerak utama untuk memanipulasi dan mengintervensi sumberdaya alam dan sosial, yaitu menggunakan kapasitas diri, tingkat kemampuan atau kompetensi yang dimiliki (Tjitropranoto, 2005). Tingkat kompetensi petani menentukan keputusan dan tindakan yang tepat serta kinerjanya, dalam rangka menghadapi permasalahan dan tuntutan kebutuhan dalam berusahatani.

Sejauhmana tingkat kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kompetensi tersebut sangat penting dikaji, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi petani.

Masalah Penelitian

Petani jagung di lahan gambut di desa Limbung kabupaten Pontianak telah lama menggeluti usahatani jagung, namun tingkat keberhasilan masih kecil; ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kesejahteraan petani. Berusahatani jagung di lahan gambut memerlukan pengolahan lahan yang tepat untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan pertanian yang berkelanjutan.

Oleh karena itu perlu diupayakan pengembangan kompetensi petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut. Upaya-upaya dalam mengembangkan kompetensi dapat dilakukan terlebih dahulu dengan mengetahui sejauhmana tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh petani dalam berusahatani jagung di lahan gambut dan mengkaji faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kompetensi tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmanakah tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut ?

2. Faktor – faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan gambut?

3. Sejauhmanakah tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan kinerja petani jagung di lahan gambut?

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui tingkat kompetensi petani jagung di lahan gambut.

2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi petani jagung di lahan gambut.

3. Mengetahui tingkat kinerja petani dan hubungan kompetensi dengan kinerja petani jagung di lahan gambut.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini mengarahkan perhatian utama pada petani jagung di lahan gambut sebagai pelaku usahatani, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai unsur-unsur kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut serta faktor- faktor yang berhubungan dengan kompetensi tersebut.

Hasil penelitian ini secara akademis diharapkan akan memberikan perluasan wawasan tentang kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut melalui pemahaman yang tepat tentang hubungan berbagai faktor yang berhubungan dengan pengembangan kompetensi petani.

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan berguna bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya sebagai masukan untuk pengembangan kompetensi petani jagung dalam berusahatani di lahan gambut.

TINJAUAN PUSTAKA

Usahatani di Lahan Gambut

Gambut adalah lahan yang mengandung bahan organik lebih dari 30 persen, yang terbentuk dari hasil dekomposisi bahan-bahan organik seperti daun, ranting, semak belukar, dll, yang berlangsung dalam kecepatan lambat dan dalam suasana anaerob. Berdasarkan ketebalannya, gambut dibagi menjadi empat tipe, yaitu: (1) gambut dangkal dengan ketebalan 0,5 – 1 m, (2) gambut sedang dengan ketebalan 1 – 2 m, (3) gambut dalam dengan ketebalan 2 – 3 m, dan (4) gambut sangat dalam dengan ketebalan > 3 m (Nakertrans, 2005).

Kesuburan alamiah lahan gambut sangat beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain: (1) ketebalan lahan gambut, (2) komposisi tanaman penyusun gambut, dan (3) lahan mineral yang berada di bagian bawah lapisan lahan gambut. Lahan gambut mempunyai tingkat kemasaman yang sangat tinggi dan akan menurun bersamaan dengan kedalamannya. Sebagian besar lahan gambut bereaksi masam hingga sangat masam (pH < 4,0). Kapasitas Tukar Kation (KTK) gambut tinggi, dan kejenuhan basa (KB) rendah. Sehingga ketersediaan basa-basa pada lahan gambut rendah. Ketersediaan hara makro dan mikro juga rendah seperti N, P, Cu, Co, dan Mo (Hatta dan Dwi, 2002).

Lebih lanjut Hatta dan Dwi (2002) menyebutkan bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki lahan gambut, diperlukan metode usahatani yang tepat supaya produktivitas sesuai harapan. Berusahatani di lahan gambut memerlukan perlakuan khusus oleh petani, sehingga diperlukan kompetensi tertentu dari petani.

Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat (2003), upaya konservasi lahan gambut dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) Pengelolaan drainase untuk pengaturan tata air dalam lahan gambut. Pengelolaan tata air perlu dilakukan untuk menghindari kering tidak balik dan penurunan permukaan gambut yang dipercepat.

(2) Pemberian amelioran, untuk menaikkan pH lahan dan penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kapur sangat efektif untuk meningkatkan pH lahan dan kejenuhan basa, serta meningkatkan pertumbuhan tanaman (seperti kedelai dan jagung). Alternatif lain adalah dengan menambah abu (misalnya

dari sekam, kayu gergaji atau gunung api) dengan takaran 3-5 ton per hektar dalam larikan, atau menambah tanah mineral lempung dengan takaran 3-5 ton per hektar, atau dapat juga dengan mencampur lapisan gambut dengan lapisan tanah mineral yang ada dibawahnya, hal ini dapat dilaksanakan jika gambutnya cukup dangkal dengan memanfaatkan tanah mineral yang terangkat ke permukaan lahan ketika membuat parit.

(3) Pemupukan berimbang

(4) Tidak melakukan pembakaran vegetasi di lahan gambut yang dapat mengakibatkan terbakarnya gambut, sehingga dapat merusak lingkungan.

Faktor Internal Petani

Sampson (Rakhmat, 2001) menyatakan faktor internal individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Faktor internal meliputi variabel seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi, bangsa, agama, dan sebagainya, yang saling berinteraksi satu sama lain dalam proses pemberdayaan. Faktor internal petani menentukan pemahaman petani terhadap informasi pertanian. Menurut Rogers dan Shoemaker (1986), faktor internal petani berpengaruh dalam penyebaran suatu ide baru. Adapun faktor internal petani adalah: umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, dan motivasi.

Umur

Padmowihardjo (1994: 36) mengatakan umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual dan otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar lainnya. Wiraatmadja (1990: 13) mengemukakan bahwa umur petani akan mempengaruhi penerimaan petani terhadap hal-hal baru.

Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki (Bettinghaus,

1973: 84). Rakhmat (2001) mengatakan bahwa kelompok orangtua melahirkan pola tindakan yang pasti berbeda dengan anak-anak muda. Kemampuan mental tumbuh lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan pubertas, dan agak lambat sampai awal dua puluhan, dan merosot perlahan-lahan sampai tahun-tahun terakhir (Berelson dan Garry, 1973).

Umur merupakan aspek yang berhubungan terhadap kemampuan fisik, psikologis, dan biologis seseorang (Setiawan et al., 2006: 47). Umur dengan demikian merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam belajar, baik dalam proses belajar maupun mengaktualisasikan hasil belajar dalam pengalaman hidup. Umur dalam penelitian ini adalah jumlah tahun hidup petani.

Pendidikan Formal

Menurut Soekartawi et al., (1986), salah satu faktor yang dapat mengubah

Dokumen terkait