• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Klorinasi Telur Ayam Ras Konsumsi dengan Metode Imersi untuk Mendisinfeksi Permukaan Kerabang yang Tercemar Virus HPAI Subtipe H5 adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Raden Nurcahyo Nugroho NRP B251064094

ABSTRACT

RADEN NURCAHYO NUGROHO. Chlorination Using Immersion Method for Disinfecting Table Egg Surface Contaminated with Pathogenic Avian Influenza Virus H5 Subtype. Under direction of SURACHMI SETIYANINGSIH and TRIOSO PURNAWARMAN.

Table eggs are one of inanimate vehicles for Avian Influenza Virus (AIV) transmission. Surface disinfection, therefore, is necessary to prevent the spread of the virus. One of widely used disinfectants is Chlorine; it is relatively cheap, easy to get, and easy to handle. Chlorination has been established previously as an effective procedure to inactivate highly pathogenic AIV H5N1 in water. Considering the high volume of trade and traffic of table eggs among areas of Indonesia, egg surface disinfection against AIV surface contamination is crucial for the disease control. The aim of this research are to study the potency of chlorine in egg surface disinfection via immersion method measured as its ability to inactivate the contaminating AIV, egg quality after treatment and chlorine residue detection. The study was conducted for 5 month from September 2008 until January 2009 using table eggs from single layer farm, pathogenic AIV H5 Subtype and calcium hypochlorite as a disinfectant. The viability of the virus was verified by inoculation in Specific Pathogen Free (SPF) embryonated chicken eggs. Data generated from this research was analyzed using SPSS, Fisher Exact Test and Minitab 14 version. The results show that the virus remained viable on the eggs surface for 21 hours. The virus was not fully inactivated (P>0,05) and significantly inactivated (P<0,05) following 30 and 60 second immersion in approximately 153 ppm chlorine, respectively. Chlorination did not affect the egg quality measured as albumen index and yolk index (P>0,05). There was no residu founded in albumen after chlorination treatment. It can be concluded that chlorination by immersion method was effective to inactivate or reduce AI viral titer on the egg surface with 95% confident level.

Key words: chlorination, calcium hypochlorite, disinfection, egg surface, pathogenic AIV H5 subtype, egg quality, chlorine residue.

RINGKASAN

RADEN NURCAHYO NUGROHO. Klorinasi Telur Ayam Ras Konsumsi dengan Metode Imersi untuk Mendisinfeksi Permukaan Kerabang yang Tercemar Virus HPAI Subtipe H5. Dibimbing oleh SURACHMI SETIYANINGSIH dan TRIOSO PURNAWARMAN.

Penyakit Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) telah menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sejak akhir tahun 2003 sampai dengan awal tahun 2009 dari 33 propinsi, hanya 2 yang masih dianggap bebas yaitu Gorontalo dan Maluku Utara. Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang berpotensi menyebarkan virus HPAI karena agen penyakit tersebut dapat ditemukan pada kuning, putih dan kerabang. Berkaitan dengan hal tersebut, perdagangan komoditi telur konsumsi bisa menjadi salah satu faktor yang memungkinkan penyebaran penyakit HPAI di Indonesia terjadi secara cepat dan meluas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh klorinasi pada telur ayam ras konsumsi dengan metode imersi terhadap virus HPAI Subtipe H5 yang dicemarkan pada permukaan kerabang, kualitas telur terklorinasi dan kandungan residu klorin pada telur. Rancangan percobaan untuk penelitian ini adalah Rancangan Faktorial 2 Faktor Acak Lengkap. Dua peubah yang menjadi faktor adalah telur bersih dan telur kotor. Penelitian dilakukan dengan tahapan metode yang berurutan yaitu Penentuan titer virus HPAI; Penentuan sediaan kalsium hipoklorit (kaporit), dosis klorin dan residu klorin; Penentuan demand klorin telur, cairan alantois dan feses; Uji Viabilitas virus pada permukaan kerabang; Klorinasi telur tercemar virus HPAI, Pengujian Kualitas Telur dan Pengujian Residu Klorin. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa komparatif untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok atau lebih. Analisa data perlakuan klorinasi dilakukan dengan Uji Fisher Exact. Analisa data viabilitas virus dilakukan dengan Chi-Square program SPSS. Selanjutnya analisa data kualitas telur dilakukan dengan T-test 2Sample menggunakan program Minitab Versi 14.

Titer virus yang digunakan adalah 108,5 EID

50/0,1 ml. Jumlah virus tersebut dapat digunakan sebagai campuran feses guna mencemari atau dicemarkan secara langsung pada permukaan kerabang telur ayam ras konsumsi. Dosis kaporit yang digunakan untuk memperoleh dosis klorin ± 150 ppm adalah berkisar pada 0,0255-0,0259 gram. Dosis klorin yang digunakan adalah dosis tunggal dengan mengacu pada kisaran dosis yang telah terbukti efektif dalam mendisinfeksi bakteri pada permukaan kerabang (100-200 ppm). Derajat keasaman (pH) larutan kaporit yang mengandung klorin ± 153 ppm dengan media akuabides menunjukan suasana basa, yang berarti bahwa kandungan total klorin yang ada dalam larutan tersebut adalah ion hipoklorit, bukan asam hipoklorit. Demand material organik selama imersi 60 detik yang dicemarkan pada telur bersih adalah 16,907 ppm dan pada telur kotor adalah 25,225 ppm. Dengan demikian, nilai residual klorin pada media air pencelupan telur bersih dan kotor masing-masing adalah 136,093 ppm dan 127,775 ppm secara berurutan.

Berdasarkan data hasil uji HA cepat terhadap cairan alantois yang diperoleh dari inokulasi langsung uji viabilitas, virus HPAI Subtipe H5 mampu bertahan hidup selama 21 jam pada suhu ruang (±250C) baik pada permukaan kerabang bersih maupun kerabang kotor. Pada kerabang bersih, berdasarkan hasil analisa data menggunakan Chi-Square (SPSS), nilai P adalah 0,236 (P>0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan atau pengaruh waktu yang nyata terhadap viabilitas virus dalam setiap 3 jam pengamatan selama 21 jam. Pada kerabang kotor, nilai P adalah 0,854 (P>0,05), sehingga tidak terdapat perbedaan atau pengaruh waktu yang nyata terhadap viabilitas virus dalam setiap 3 jam pengamatan selama 21 jam. Hasil analisa pada kedua perlakuan, kerabang bersih dan kerabang kotor, menunjukkan bahwa virus HPAI Subtipe H5 masih mampu bertahan selama 21 jam pengamatan pada suhu ruang (±250C). Selama waktu perlakuan tersebut, viabilitas virus cenderung bersifat konstan. Oleh karena itu, apabila virus HPAI mencemari permukaan kerabang, maka telur yang tercemar virus mempunyai resiko yang cukup tinggi untuk berperan sebagai media pembawa penyebaran virus HPAI.

Hasil analisa data uji HA cepat terhadap cairan alantois dari inokulasi langsung pada perlakuan klorinasi telur bersih dan telur kotor bervirus dengan menggunakan uji Fisher Exact menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara telur bersih dengan telur kotor yang diklorinasi selama 30 detik dengan nilai P adalah 0,038 (P<0,05). Proporsi virus mati atau mengalami penurunan titer adalah 5:1 pada telur bersih, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan telur kotor yaitu 1:5. Klorinasi selama 30 detik pada telur bersih secara nyata lebih efektif daripada klorinasi pada telur kotor dalam mematikan atau menurunkan titer virus sehingga peluang resiko virus akan disebarkan oleh telur bersih yang diklorinasi menjadi lebih rendah. Pada klorinasi selama 60 detik, hasil analisa data dengan uji Fisher Exact menunjukkan nilai P adalah 1 (P>0,05). Berarti tidak terdapat perbedaan peluang virus untuk mati atau turun titernya setelah diberi perlakuan klorinasi antara telur bersih dan telur kotor. Kedua perlakuan memiliki proporsi virus mati atau titer rendah : virus hidup yang sama yaitu 6:0. Mati atau rusaknya virus HPAI Subtipe H5 akibat perlakuan klorinasi kemungkinan terjadi akibat proses oksidasi terhadap material virus. Pada klorinasi 60 detik, jumlah virus yang teroksidasi diperkirakan jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan klorinasi 30 detik sehingga ketika dilakukan inokulasi langsung dan uji HA, klorinasi 60 detik memberikan hasil yang lebih baik.

Analisa data kualitas telur menggunakan T-test 2 sample memberikan hasil nilai P adalah 0,502 (P>0,05) untuk indeks putih telur dan 0,953 (P>0,05) untuk indeks kuning telur. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa antara telur yang diberi perlakuan klorinasi dengan telur yang tidak diberi perlakuan (kontrol), secara nyata tidak memiliki perbedaan kualitas indeks putih telur dan indeks kuning telur pada 10 hari perlakuan. Selanjutya, berdasarkan pengukuran residu klorin dengan tahapan kualitatif Titrasi Iodometrik, diperoleh hasil bahwa pada putih telur tidak ditemukan adanya kandungan residu klorin.

Kata kunci : klorinasi, kalsium hipoklorit, disinfeksi, permukaan kerabang, virus HPAI Subtipe H5, kualitas telur, residu klorin.

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009