• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Dampak Penggunaan Alat Tangkap Ikan di Terumbu Karang Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2009

Cicik Kurniawati, S.Pi C 252070274

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

RINGKASAN

CICIK KURNIAWATI. Kajian Dampak Penggunaan Alat Tangkap Ikan Di Terumbu Karang Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam. Dibimbing oleh ARIO DAMAR dan BUDY WIRYAWAN.

Penelitian tentang Kajian Dampak Penggunaan Alat Tangkap Ikan Di Terumbu Karang Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam dilaksanakan dari bulan April hingga bulan Juni 2009.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengetahui status penutupan terumbu karang di Kelurahan Pulau Abang Kota Batam 2) Mengevaluasi jenis – jenis alat tangkap yang dioperasikan di kawasan terumbu karang Kelurahan Pulau Abang Kota Batam 3) Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap di terumbu karang 4) Menyusun arahan tehnik penggunaan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan untuk dikembangkan khususnya di kawasan terumbu karang Pulau Abang Kota Batam.

Penelitian ini menggunakan metode LIT (line intercept transect) untuk pengamatan terumbu karang dan metode yang dilakukan untuk pengamatan ikan karang adalah metode UVC (Underwater Visual Census) menggunakan garis transek 50 m pada kolom air dengan jarak pandang 5m ke kiri dan ke kanan.Pengamatan terhadap dampak penggunaan alat tangkap ikan dilakukan dengan pengamatan secara visual dengan mengamati operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan. Aktivitas perikanan dianalisis dengan metode deskriptis melalui wawancara mendalam, pengisian kuesioner serta observasi langsung di lapangan. Pembuatan rencana strategi dan rencana program besera prioritasnya dalam penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan di terumbu karang dilakukan dengan metode A-WOT merupakan gabungan AHP dan SWOT.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kondisi terumbu karang di lokasi penelitian di perairan Kelurahan Pulau Abang dalam keadaan bagus (rata-rata persentase hard coral 67 %). Jenis yang banyak ditemukan adalah Non-Acropora. Keberadaan ikan karang ditemukan (17 famili dan 50 spesies) dengan indek keanekaragaman (semua lokasi 1,9). Pengoperasian alat tangkap kelong pantai di terumbu karang mempunyai dampak paling besar terhadap kerusakan terumbu karang maupun ikan. Strategi pengelolaan perikanan di terumbu karang di Kelurahan Pulau Abang lebih ditekankan pada sub sektor budidaya dan wisata bahari bukan dari sub sektor perikanan tangkap. Berdasarkan prioritas yang dihasilkan melalui proses AHP bahwa program yang diinginkan masyarakat setempat maupun unsur pemerintah daerah baru sebatas nilai ekonomi saja. Dari urutan prioritas sangat jelas bahwa mereka belum terpikir untuk mengarahkan kebijakan kearah perikanan yang ramah lingkungan atau penjagaan kelestarian lingkungan.

Kata kunci : alat tangkap ikan, dampak, terumbu karang, rencana strategi, rencana program, Pulau Abang

1.1 Latar Belakang

Masyarakat yang tinggal di pulau – pulau kecil atau pesisir di Indonesia hidupnya sangat tergantung oleh hasil laut, karena masyarakat tersebut tidak mempunyai penghasilan / pendapatan yang lain kecuali dari hasil laut. Salah satu wilayah laut yang merupakan daerah penangkapan ikan bagi masyarakat pulau – pulau kecil atau pesisir adalah perairan ekosistem terumbu karang (Dahuri, 2003). Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang banyak dijumpai di sepanjang garis pantai daerah tropis yang terbentuk dari endapan massif kalsium karbonat (CaCO3), dihasilkan oleh karang hermatifik yang bersimbiosis dengan alga zooxantella (Barness 1999; Nyibakken, 1992). Terumbu karang mempunyai nilai penting antara lain fungsi biologis (tempat memijah, bersarang, mencari makan dan tempat pembesaran berbagai biota laut); fungsi kimia (sumber nuftah bahan obat-obatan); fungsi fisik (sebagai pelindung pantai dari abrasi); dan fungsi sosial (sumber mata pencaharian nelayan dan objek wisata bahari) (Supriharyono, 2007).

Kelurahan Pulau Abang merupakan salah satu kelurahan yang dimiliki Kota Batam yang terdiri darai beberapa pulau kecil dari keseluruhan yang berjumlah 325 pulau (Dinas Kelautan Kota Batam 2007). Sebagian besar mata pencaharian penduduk Pulau Abang adalah sebagai nelayan. Tujuan penangkapan utama nelayan di daerah ini adalah jenis–jenis ikan karang yang terdapat di hampir semua perairan Kelurahan Pulau Abang. Berdasarkan informasi nelayan Pulau Abang bahwa pada tahun 2005 hasil tangkapan mereka mulai menurun, hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya kerusakan terumbu karang di perairan sekitar Pulau Abang.

Berdasarkan hasil penelitian LIPI tahun 2004 di Pulau Abang, menerangkan bahwa prosentase tutupan karang hidup 0.00 – 55.86 % dengan rerata tutupan karang hidup 20.30 % atau mencakup 3.7214 Km² yang meliputi P.Abang Besar, P. Abang Kecil, P. Petong, P. Dedap dan P. Pengelap dan pulau – pulau kecil diantaranya.

2   

Semakin meningkatnya permintaan ikan karang dengan harga yang tinggi mengakibatkan tingkat eksploitasi di daerah sekitar terumbu karang juga semakin meningkat. Apabila kondisi ini terus menerus dibiarkan, maka beberapa tahun mendatang dapat menyebabkan sebagian besar terumbu karang di wilayah Kelurahan Pulau Abang akan mengalami kerusakan yang serius dan akan berdampak pada menurunnya produktifitas perairan tangkap di sekitar terumbu karang.

Kerusakan terumbu karang disebabkan oleh beberapa faktor : (1) sifat biologis seperti predasi, kompetisi dan ledakan phytoplankton, (2) mekanis seperti arus yang kuat, sedimentasi, vulkanik dan perubahan temperatur yang tinggi , dan (3) aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya adalah aktivitas penangkapan ikan menggunakan bahan peledak atau sianida (Supriharyono, 2007). Di Kota Batam penyebab utama kerusakan dan penurunan kualitas terumbu karang diduga paling banyak berasal dari penangkapan ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan, penambangan karang dan sedimentasi. Penangkapan ikan dengan cara yang merusak meliputi penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun, teknik muro-ami dan jaring penangkap ikan merusak. Pengeboman terumbu karang dengan maksud mendapatkan ikan merupakan praktek yang umum di seluruh laut Indonesia. Sianida sebagai racun sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan ornamental (untuk hiasan akuarium laut) di banyak wilayah di Indonesia. Aktivitas kapal dari nelayan dan kegiatan olah raga air serta wisata bahari juga menyebabkan kerusakan terumbu karang, pembuangan jangkar kapal dan aktivitas berjalan-jalan di atas karang, coral cleaning (menangkap ikan pada waktu air surut di kawasan terumbu karang) dan kegiatan wisata bahari. Dampak yang dirasakan masyarakat nelayan setempat adalah semakin jauhnya daerah penangkapan ikan yang dulunya berada di sekitar pulau yang mereka tempati ke pulau – pulau lain yang kondisi karangnya masih cukup baik.

Bercermin dari fenomena dunia perikanan Indonesia dan kaitannya dengan paradigma pembangunan berkelanjutan, maka gagasan untuk melahirkan suatu teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan menjadi sebuah keniscayaan. Karena, hal ini akan

menjadi solusi alternatif untuk menengahi problem dilematis Indonesia ( Dahuri et al, 1996).

Menurut Sarmintohadi (2002) agar usaha penangkapan ikan di sekitar terumbu karang tetap terjaga dan berkesinambungan , maka kondisi ekosistem terumbu karang yang ada harus tetap dipertahankan. Dengan mengacu pada konsep pengelolaan ekosistem terumbu karang yang ada maka perlu dikembangkan penggunaan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan, sehingga ekosistem terumbu karang tetap terjaga dan usaha penangkapan yang merupakan mata pencaharian utama mayarakat dapat berkesinambungan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Bagaimana status penutupan terumbu karang di Pulau Abang ?

2 Bagaimana pengoperasian alat tangkap di terumbu karang Pulau Abang? 3 Adakah dampak kegiatan penangkapan terhadap kerusakan terumbu

karang?

4 Bagaimana tehnik penggunaan alat – alat tangkap ikan ramah lingkungan yang dapat diimplementasikan di terumbu karang?

Diagram alir perumusan masalah seperti pada gambar 1.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui status penutupan terumbu karang dan keberadaan ikan karang di Kelurahan Pulau Abang Kota Batam.

2. Mengevaluasi jenis – jenis alat tangkap yang dioperasikan di kawasan terumbu karang Kelurahan Pulau Abang Kota Batam.

3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap di terumbu karang.

4. Menyusun arahan tehnik penggunaan alat penangkap ikan yang ramah lingkungan untuk dikembangkan khususnya di kawasan terumbu karang Pulau Abang Kota Batam.

4   

Manfaat penelitian adalah ;

1. Memberikan informasi tentang kondisi penutupan terumbu karang, keberadaan ikan dan dampak alat tangkap yang digunakan di kawasan terumbu karang Pulau Abang Kota Batam.

2. Sebagai bahan dan informasi terbaru bagi pemerintah daerah setempat untuk menyusun program kerja perikanan di Kelurahan Pulau Abang.

1.4 Kerangka Pemikiran

Ekosistem terumbu karang di perairan pesisir merupakan salah satu ekosistem penting penyumbang kegiatan sektor perikanan. Tingginya produktifitas perikanan di daerah terunbu karang, mengakibatkan daerah ini mendapatkan tekanan penangkapan yang tinggi. Selain itu ekosistem ini merupakan habitat bagi beberapa jenis sumberdaya laut yang berharga tinggi baik di pasar lokal maupun pasar ekspor. Banyak nelayan yang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam jangka pendek tanpa memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya dan dampak yang ditimbulkan terhadap habitat itu.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di indonesia , dan semakin langkanya sumberdaya di daratan, maka semakin banyak masyarakat yang mengalihkan mata pencahariannya ke sektor kelautan terutama sektor perikanan di wilayah terumbu karang. Kenyataan ini menyebabkan tingkat ekploitasi ikan di daerah terumbu karang juga semakin meningkat, sehingga dampak yang terjadi terhadap habitat terumbu karang juga semakin tinggi.

Di Batam, kerusakan ekosistem terumbu karang diduga akibat aktifitas penangkapan yang bersifat destruktif semakin meningkat. Kondisi ini diperparah lagi dengan semakin maraknya penggunaan bahan peledak dan sianida untuk aktivitas penangkapan ikan.

Dalam manajemen pemanfaatan sumberdaya perikanan hal yang perlu dipertimbangkan adalah dampak aktifitas penangkapan terhadap lingkungan dan aspek keberlanjutan usaha penangkapan terutama di daerah terumbu karang. Hal ini dilakukan karena ekosistem terumbu karang sangat rentan terhadap gangguan dari luar. Tingginya permintaan ikan karang dengan harga yang tinggi

mengakibatkan tekanan eksploitasi terhadap terumbu karang juga semakin meningkat.

Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di ekosistem terumbu karang harus mengacu pada pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah terhadap lingkungan serta memperhatikan aspek sumberdaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak aktifitas penangkapan terhadap ekosistem terumbu karang adalah menggunakan jenis alat tangkap yang mempunyai dampak kecil terhadap ekosistem sehingga, aktifitas penangkapan di daerah terumbu karang dapat dilakukan secara berkesinambungan

Perairan Pulau Abang

sebagai kawasan konservasi Masyarakat Pulau Abang

Aktivitas Nelayan

Perubahan kondisi terumbu karang di pulau Abang

Evaluasi jenis alat tangkap ikan dan dampak yang

ditimbulkan

Tehnik penggunaan alat penangkap ikan yang ramah

lingkungan  Fokus

Penelitian