• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pernyataan tentang peran suami sebagai Edukator 11 Saya mencari informasi tentang Inisiasi menyusu

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pernyataan tentang peran suami sebagai Edukator 11 Saya mencari informasi tentang Inisiasi menyusu

dini di Internet, buku, atau petugas kesehatan.

37 68,5 17 31,5 12. Saya memberikan informasi tentang manfaat

menyusu dini kepada istri saya

41 75,9 13 24,1 13. Saya mengatakan kepada istri saya bahwa inisiasi

menyusu dini ini dapat merangsang Kolostrum segera keluar.

38 70,4 16 29,6

14 Saya menyarankan kepada istri saya untuk memberikan ASI dari pada susu Formula kepada bayi kami.

41 75,9 13 24,1

15 Saya mengatakan bahwa air susu yang pertama kali keluar atau di sebut kolostrum sebagai imunisasi pertama bayi

27 50 27 50

Dari seluruh jawaban responden tersebut, kemudian peran suami sebagai Edukator dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu peran yang baik , peran yang cukup dan peran yang kurang. Dan diperoleh hasil Peran suami sebagai Edukator mayoritas responden memiliki peran baik sebanyak 28 orang ( 51,0 %), responden yang memiliki peran cukup sebanyak 20 orang ( 37,0 %) dan responden yang memiliki peran kurang sebanyak 4 orang (11,1 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini.

Tabel 5.7 Distribusi Peran Suami sebagai Edukator dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2012

n : 54 Peran suami sebagai Edukator Frekuensi Persentase Baik 28 51,0 Cukup 20 37,0 Kurang 6 11,1 D. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian yang berjudul “ Peran Suami dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Tanjung Delitua Tahun 2012” dengan jumlah responden 54 orang, dari tabel dapat dilihat bahwa dari 54 responden didapat peran suami sebagai Motivator dalam pelaksanaan Inisiasi menyusu Dini mayoritas berperan baik sebanyak 29 orang (53,7 %), hal ini sesuai dengan penelitian Februhartanty yaitu peran suami dalam pelaksanaan inisiasi menyusu segera, dilakukan suami sebagai bentuk dukungannya yang diberikan segera setelah anak lahir di tempat persalinan, dengan proporsi hampir mencapai 80%. Namun, mayoritas suami mengaku hanya memberikan dukungan dalam bentuk saran pada ibu untuk segera menyusui, dan hanya satu perempat suami yang menyatakan bahwa mereka secara langsung meminta ibu untuk segera menyusu, dan sesuai dengan teori Utami Roesli yang mengatakan bahwa peran suami sangat dibutuhkan dalam mempengaruhi keputusan dalam menyusui, Inisiasi menyusu dini dan lamanya pemberian ASI. Selain itu peran suami juga berperan dalam memberiakan dukungan emosional ibu pada saat proses persalinan, Inisiasi menyusu dini dan menyusui. Namun menurut Muhammad Iddris peran suami lebih banyak memberikan kebebasan dan mendukung piihan istri. Dukungan suami antara lain terlihat pada sikapnya yang pengertian dan tidak membebani istrinya dengan pekerjaan rumah tangga pada saat tiba menyusui, terkait

dengan Inisiasi menyusu dini peran suami lebih pasif dan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada istrinya.

Peran suami sebagai fasilitator dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini mayoritas berperan baik sebanyak 30 orang (55,6%) berhubungan dengan suami yang meluangkan waktunya dalam pemilihan petugas dan tempat pelayanan kebidanan yang sesuai untuk ibu, mendampingi ibu dalam proses persalinan dan praktek inisiasi menyusu dini seperti yang dinyatakan oleh Februhartanty dalam penelitiannya Peran Ayah Dalam Optimalisasi Praktek Pemberian Asi Sebuah Studi Di Daerah Urban Jakarta. Hampir 90% suami terlibat dalam pemilihan tempat untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan pasca persalinan. Sekitar 15% suami menyatakan bahwa mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruang bersalin oleh petugas kesehatan, dan sebanyak 8% suami menyatakan tidak mempunyai keberanian untuk masuk ke dalam ruang bersalin. Dan sesuai dengan teori Muhammad Iddris walaupun kehadiran suami saat persalinan diakui ibu sebagai hal yang menenangkan mereka, Suami tidak menyadari peran mereka yang lainnya yaitu mempengaruhi praktek menyusui segera setelah bayi dilahirkan.

Peran suami sebagai Edukator dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini mayoritas berperan baik sebanyak 28 orang (51,0%). Dari penelitian ini dapat kita dapat dilihat bagaimana peran suami dalam inisiasi Menyusu Dini karena karena tanpa disadari sangat mempengaruhi Pelaksanaan inisiasi menyusu dini hal ini juga sesuai penelitian Februhartanty yang menyatakan bahwa inisiasi menyusu segera berasosiasi dengan peran suami dalam pencarian informasi mengenai pemberian makan bayi. Pencarian informasi ini bisa diartikan sebagai adanya usaha suami secara aktif guna menambah pengetahuannya. yang mengatakan peran suami sangat dibutuhkan dalam

mempengaruhi keputusan dalam menyusui, Inisiasi menyusu dini dan lamanya pemberian ASI. Selain itu peran suami juga berperan dalam memberiakan dukungan emosional ibu pada saat proses persalinan, Inisiasi menyusu dini dan menyusui.

Dari jumlah responden yang didapat diklinik Tanjung Kec. Delitua sebanyak 54 orang mayoritas responden berumur 25 – 28 tahun sebanyak 16 orang (29,6 %) hal ini dapat disimpulkan pada usia 25-28 tahun masa yang sangat baik dalam masa reproduksi, dan masih sangat mengharapkan kelahiran seorang anak. Sehingga peran suami dalam pelaksanan inisiasi menyusu dini di Klinik Tanjung Delitua mayoritas dikatakan baik. Dan berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 28 orang (51,9%) . Hal ini sesuai dengan teori Notoadmojo 2007, menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, sebagian pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Seperti halnya peran suami didasari oleh pengetahuannya. Pengetahuan bisa didapat dari pengalaman, pendidikan dan hasil informasi media masa. Pengetahuan yang didapat dari seseorang itu tidak terlepas dari pendidikan yang diperoleh baik itu yang bersifat formal maupun non formal, begitu juga pengalaman yang diperoleh sehingga bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, faktor pendidikan mempengaruhi seseorang dan dapat membawa perubahan prilaku seseorang sehingga mudah menerima ide – ide atau teknologi baru. Sedangakan berdasarkan pekerjaan suami mayoritas suami bekerja sebagai PNS (Pegawai Negri Sipil) sebanyak 19 orang (35,2%) dari hasil yang diperoleh dapat disimpukan sebagai pekerja PNS dapat menyediakan fasilitas sesuai kebutuhan istri dan bayinya. Sehingga peran suami dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini di klinik bersalin Tanjung

Delitua dikategorikan baik. Oleh karena itu peran suami sangat berpengaruh terhadap pendidikan suami, pengalaman suami biasanya orang yang lebih tinggi umurnya lebih berpengalaman, dan pekerjaan suami jika seorang suami terlalu sibuk sampai tidak dapat membagi waktunya untuk berkumpul dengan keluarganya temasuk buat istri dan anaknya. Hal ini sesuai dengan teori Jordan dan Wall tahun 1993 yang menyatakan Dalam memberikan dukungan dan perannya sebagai suami pengetahuan atau pendidikan dan pekerjaan suami.

Dokumen terkait