• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Bersalin Tanjung Kec. Deli Tua Kab. Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Bersalin Tanjung Kec. Deli Tua Kab. Deli Serdang"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Judul : Peran Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Klinik Bersalin Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Universitas Sumatera Utara

Nama : Desi Yanti Wulansari

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang : Dalam Proses Inisiasi Menyusui Dini dibutuhkan kesiapan mental, waktu, dan kesabaran ibu. Ibu tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan diatas tubuh ibu. Saat inilah dukungan dari keluarga terutama suami, sangat dibutuhkan oleh ibu yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini usai melahirkan, Namun dalam praktek Inisiasi Menyusui Dini, peran suami lebih pasif dan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada istrinya, Suami tidak menyadari peran mereka mempengaruhi praktek menyusui segera setelah bayi dilahirkan Tujuan penelitia : untuk mengetahui bagaimana peran suami dalam palaksanaan Inisiasi Menyusui Dini.

Metodologi : desain penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran peran suami dalam pelaksanaan inisasiasi menyusu dini di Klinik bersalin Tanjung Delitua. Jumlah sampel sebanyak 54 orang di lingkungan Klinik Bersalin Tanjung, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel acidental sampling yaitu responden didapat pada kebetulan ada pada saat penelitan dilakukan.

Hasil : hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden bahwa mayoritas responden berumur 25–28 tahun sebanyak 16 orang (29,6 %), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 28 orang (51,9%), berdasarkan pekerjaan mayoritas responen bekerja sebagai PNS sebanyak 19 orang (35,2%). Dan berdasarkan peran suami sebagai motivator mayoritas berperan baik sebanyak 29 orang (53,7 %), peran suami sebagai fasilitator mayoritas berperan baik sebanyak 30 orang (55,6%) dan peran suami sebagai Edukator mayoritas berperan baik sebanyak 28 orang (51,0%).

Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini kita sebagai petugas pelayanan kebidanan dapat menerapakan inisiasi menyusui dini dalam asuahan kebidanan dan menggerakkan suami untuk banyak berperan dalam pelaksanaan Inisaiasi menyusui dini.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Peran Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Bersalin

Tanjung Kec. Deli Tua Kab. Deli Serdang.”

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, MKep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Farida Linda Sari Siregar,S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasihat selama menjalani penyusunan karya tulis ilmiah ini.

(5)

6. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih sayang, serta dorongan baik berupa moril maupun materil.

7. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, dan tanggapan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diterima dan dilanjutkan serta memberi manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membaca.

Medan, 2012 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ...

2. Bagi Perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... A. Defenisi Peran Suami ... 5

1 Peran Sebagai Suami ... 6

2. Peran Suami Dalam Pemberian Asi ... 6

3. Peran Suami dalam Inisiasi Menyusui Dini ... 9

B. Menyusui ... 9

1. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui ... 9

C. Inisiasi Menyusui Dini... 10

1. Defenisi Inisiasi Menyusui Dini... 10

2. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini... 11

3. Beberapa Penelitian Tentang Inisiasi Menyusi Dini... 11

4. Pedoman Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini... 13

5. Tahapan prilaku Saat Inisiasi Menyusui Dini... 16

6. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat ... 17

7. Langkah – langkah Melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang diAnjurkan ... 17

8. Beberapa Pendapat Yang Menghambat Terjadinya Kontak Dini Kulit Dengan Kulit Bayi ... 18

BAB III. KERANGKA KONSEP A. Konsep penelitian ... 20

B. Defenisi Operasiona... 21

BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 22

B. Populasi dan Sampel... 22

1. Populasi ... .. 22

2. Sampel ... 22

(7)

D. Waktu Penelitian ... 23

E. Etika Penelitian ... 23

F. Alat Pengumpulan Data ... 24

G. Uji Validitas dan Reabilitas ... 25

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 25

I. Analisis Data ... 26

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Data Demografi Responden ... 29

B. Peran Suami Sebagai Motivator ... 30

C. Peran Suami Sebagai Fasilitator ... 32

D. Pembahasan ... 35

E. Keterbatasan Penelitian ... 38

F. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan ... 38

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 39

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 39 2. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan Khususnya Asuhan Kebidanan 40

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. : Tabel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... ...21 Tabel 5.1 :Distribusi Data Demografi Suami dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui

Dini di Klinik Bersalin Tanjung Kec, Delitua Kab, Deli Serdang Tahun 2012... 29 Tabel 5.2 :Distribusi Pernyataan Peran Suami sebagai Motivator dalam Pelaksanaan

Inisiasi Menyusui dini Di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab.Deli Serdang Tahun 2012...33 Tabel 5.3 :Distribusi Peran Suami sebagai Motivator dalam Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2012...31 Tabel 5.4 :Distribusi Pernyataan Peran Suami Sebagai Fasilitator dalam Pelaksanaan

Inisiasi Menyusui dini Di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tanun2012...32 Tabel 5.5 : Distribusi Peran Suami sebagai Fasilitator dalam Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2012...33 Tabel 5.6 : Distribusi Pernyataan Peran Suami Sebagai Edukator dalam Pelaksanaan

Inisiasi Menyusui dini Di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2012...34 Tabel 5.7 :Distribusi Peran Suami sebagai Edukator dalam Pelaksanaan Inisiasi

(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Content Validity

Lampiran 2 : Lembar persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Master Data penelitian

Lampiran 6 : Hasil Out put Data Penelitian Lampiran 7 : Hasil Out put Data Reliabilitas

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari ibu Klinik Bersalin Tanjung Delitua.

(11)

Judul : Peran Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Klinik Bersalin Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Universitas Sumatera Utara

Nama : Desi Yanti Wulansari

Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang : Dalam Proses Inisiasi Menyusui Dini dibutuhkan kesiapan mental, waktu, dan kesabaran ibu. Ibu tidak boleh merasa risih ketika bayi diletakkan diatas tubuh ibu. Saat inilah dukungan dari keluarga terutama suami, sangat dibutuhkan oleh ibu yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini usai melahirkan, Namun dalam praktek Inisiasi Menyusui Dini, peran suami lebih pasif dan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada istrinya, Suami tidak menyadari peran mereka mempengaruhi praktek menyusui segera setelah bayi dilahirkan Tujuan penelitia : untuk mengetahui bagaimana peran suami dalam palaksanaan Inisiasi Menyusui Dini.

Metodologi : desain penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran peran suami dalam pelaksanaan inisasiasi menyusu dini di Klinik bersalin Tanjung Delitua. Jumlah sampel sebanyak 54 orang di lingkungan Klinik Bersalin Tanjung, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel acidental sampling yaitu responden didapat pada kebetulan ada pada saat penelitan dilakukan.

Hasil : hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden bahwa mayoritas responden berumur 25–28 tahun sebanyak 16 orang (29,6 %), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 28 orang (51,9%), berdasarkan pekerjaan mayoritas responen bekerja sebagai PNS sebanyak 19 orang (35,2%). Dan berdasarkan peran suami sebagai motivator mayoritas berperan baik sebanyak 29 orang (53,7 %), peran suami sebagai fasilitator mayoritas berperan baik sebanyak 30 orang (55,6%) dan peran suami sebagai Edukator mayoritas berperan baik sebanyak 28 orang (51,0%).

Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini kita sebagai petugas pelayanan kebidanan dapat menerapakan inisiasi menyusui dini dalam asuahan kebidanan dan menggerakkan suami untuk banyak berperan dalam pelaksanaan Inisaiasi menyusui dini.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan sumber makanan tunggal untuk bayi sampai 6 bulan pertama kehidupannya. Pemberian ASI eksklusif merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus yang berkualitas di masa depan. Inisiasi Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan suatu cara yakni memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya, karena sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2007).

Penelitian lain membuktikan bahwa IMD dapat meningkatkan keberhasilan

pemberian ASI eksklusif. Pada usia 6 bulan dan setahun, di antara bayi yang dilakukan

IMD terdapat 59 persen dan 38 persen yang masih menyusu, dibandingkan dengan 29

persen dan 8 persen bayi tanpa IMD (Sose dkk, Ciba Foundation, 1978). Penelitian

oleh Fika dan Syafiq di Jakarta, menyimpulkan bahwa bayi dengan IMD 8 kali lebih

(13)

Inisiasi Menyusu Dini merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Inisiasi menyusu dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan ASI Eksklusif dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah terjadinya kurang gizi pada anak (Chomaria, 2011). Di Indonesia praktek Inisiasi menyusu segera setelah persalinan dan pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Proporsi praktek Inisiasi menyusu dini dalam 30 menit setelah persalinan adalah 83%, dalam 1jam 4 – 36 % dalam 1 hari adalah 27 % (Februhantanty, 2008).

Masih sangat banyak kematian bayi setelah lahir, salah satu penyebabnya karena bayi tidak segera menyusu setelah dilahirkan, seperti pada penelitian Dr. Keren Edmond yang dilansir majalah Pediatrics, 30 Maret 2006, pada penetian di Ghana terhadap 10.947 bayi lahir antara Juli 2003 smpai Juni 2004 dan disusui. Ternyata, bila bayi dapat menyusu 1 jam pertama dapat menyelamatkan 22% bayi, dan apabila menyusu pada hari pertama akan menyelamatkan 16% bayi. Jadi, kematian bayi meningkat secara bermakna setiap permulaan menyusu ditangguhkan (Roesli, 2007). Inisiasi Menyusu Dini merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui, salah satu faktor penting dari pembangunan sumber daya manusia kedepan. Penelitian menunjukan bahwa mortalitas dapat ditekan dengan efektif saat kita memberikan kesempatan pada bayi untuk bersama ibunya, dengan kontak kulit dan membiarkan mereka bersama-sama minimal 1 jam (Selasi, 2009).

(14)

Suami menurut banyak studi, telah diketahui berperan dalam mempengaruhi keputusan menyusui Inisiasi Menyusui Dini (Februhatanty, 2008).

Dalam praktek Inisiasi Menyusui Dini, peran suami lebih pasif dan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada istrinya. Informasi tentang peran suami juga terungkap dalam penelitian yang dilakukan Februartanty, bahwa kehadiran ayah saat persalinan adalah sehubungan dengan peranannya untuk melengkapi beberapa dokumen administrasi dan memberikan pernyataan kesediaan dilakukannya suatu tindakan tertentu pada sang istri bila diperlukan. Ayah tidak menyadari peran mereka yang lainnya yaitu mempengaruhi praktek menyusui segera setelah bayi dilahirkan (Idris, 2010).

Dengan demikian tanpa disadari dukungan suami dalam pelaksanan Inisiasi menyusui Dini sangat dibutuhkan. Ibu akan merasa disayangi, dan lebih percaya diri dalam pelaksanaan Inisiasi menyusui Dini, namun terkadang seorang suami tidak mengetahui apa yang harus ia lakukan pada saat itu. Karena dipengaruhi rasa takut dan cemas. Sehingga suami tidak menyadari betapa pentingnya perannya di samping istri. Dari hasil pengamatan peneliti Klinik Bersalin Tanjung adalah salah satu klinik yang banyak dikunjungi Ibu hamil dan ibu Inpartu. Selain itu Klinik ini selalu menjalankan program pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dan sebagian besar ibu Inpartu sampai dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini didampingi suaminya.

B. Rumusan Masalah

(15)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran suami dalam palaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di klinik bersalin Tanjung Kec. Deli Tua Kab. Deli Serdang.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik data demografi responden.

2. Untuk mengidentifikasi peran suami sebagai motivator dalam pelaksanaan Inisiasi menyusu dini

3. Untuk mengidentifikasi peran suami sebagai fasilitator dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini

4. Untuk mengidentifikasi peran suami sebagai edukator dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kebidanan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya memberi pelayanan kebidanan pada ibu dan keluarganya.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

C. Defenisi Peran Suami

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2009, Suami merupakan pasangan hidup resmi seorang wanita. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang suami dan pasangannya sebagai seorang istri

Teori Peran (Role Theory) Menurut Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial (Admin, 2009).

Jadi peran suami merupakan suatu Interaksi sosial seseorang sebagaimana perannya sebagai suami untuk berprilaku dalam kehidapan sehari-hari terutama pada istri dan keluarganya

(17)

1. Peran Sebagai Suami

Menurut BKkbN Tahun 2009 Seorang suami memiliki peran sebagai berikut : a. Melindungi istri dan anak-anaknya.

b. Menyerahkan harta dan menugaskan istri sepenuhnya mengurus rumah tangga serta urusan agama bagi keluarga

c. Menjamin hidup dengan memberi nafkah istri bila karena suatu urusan penting ia meninggalkan istrinya keluar daerah.

d. Memelihara hubungan sesuciannya dengan istri dan saling percaya mempercayai sehingga terjalin hubungan/kasih sayang dan keharmonisan rumah tangga.

e. Berupaya agar istri selalu ceria dan bahagia ditengah keluarga guna dapat mewujudkan kewibawaan keluarga.

f. Menggauli istinya, mengusahakan agar tidak timbul perceraian, dan masing-masing tidak melanggar kesucian.

2. Peran Suami Dalam Pemberian ASI

Suami atau seoarang ayah merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, masih banyak suami atau seorang ayah yang berpendapat salah. Mereka berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya suami menpunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami

(18)

tentang peranya yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang suami atau seorang ayah untuk mendukung ibu agar berhasil dalam menyusui secara esklusif.(Roesli, 2007).

Hal ini berkaitan dengan reflek yang dinamakan refleks oksitosin dalam diri ibu, berupa pikiran, perasaan dan sensasi. “Perasaan ibu akan sangat meningkatkan, namun juga seringkali dapat menghambat proses pelepasan ASI,”. Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang, terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati, tentu saja akan menimbulkan perasaan tak terkira. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang. Sebaliknya, bila seorang ibu dalam perasaan khawatir, seperti khawatir ASI-nya tidak keluar, atau pikirannya kacau, sedih, cemas dan bingung, tentu saja akan sangat mengganggu proses menyusui. Apalagi bila si ibu merasa kesakitan saat menyusui, terlebih lagi bila ada perasaan malu kalau menyusui tentu saja si bayi yang akan jadi korbannya.(Roesli, 2009).

3. Peran Suami Dalam Inisiasi Menyusui Dini

Peran suami banyak memberikan kebebasan dan mendukung pilihan istri. Dukungan suami antara lain dapat terlihat dari sikapnya yang pengertian dan tidak membebani istrinya dengan pekerjaan rumah saat tiba waktu menyusui, Terkait dengan Inisiasi Menyusui Dini, peran suami cenderung lebih pasif dan

menyerahkan sepenuhnya keputusan pada istrinya

.

Informasi tentang peran suami

(19)

dilakukannya suatu tindakan tertentu pada sang istri bila diperlukan. Ayah tidak menyadari peran mereka yang lainnya yaitu mempengaruhi praktek menyusui segera setelah bayi dilahirkan..

a. Peran suami sebagai motivator

Motivator menurut KBBI adalah orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu, memberi dukungan, pendorong, penggerak untuk mempengaruhi istri dalam melaksanakan Inisiasi menyusui dini.

b Peran suami sebagai fasilitator

(Sebagai orang yang menyediakan fasiliatas) memberi semua kebutuhan istri dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Sehingga pelaksanaan Inisiasi menyusui dini dapat berjalan dengan baik

c Peran suami sebagai Edukator

Selain peran penting dalam mendukung keputusan, dalam memberikan informasi jg sangat penting bagi istri, suami dapat mencari informasi tentang Inisiasi menyusui dini dan memberikan informasi itu pada istrinya sehingga istri tertarik melakukan inisiasi menyusui dini.

B. MENYUSUI

(20)

menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalm kehidupannya

( Sohleha, 2008).

1. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui a. Persiapan fisik ibu :

1) Makanan yang bergizi disesuaikan dengan keperluan ibu hamil agar kenaikan berat badan ibu selama hamil sekitar 11 kg.

2) Senam hamil

3) Pemeriksaan kehamilan yang teratur. 4) Cukup istirahat

b. Persiapan mental ibu

1) Meyakinkan ibu bahwa menyusui merupakan proses alamiah dan setiap ibu dapat menyusui asalkan dilaksanakan dengan baik

2) Menambahkan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menjelaskan tentang mitos seputar ASI sehingga ibu termotivasi untuk menyusui

3) Mengikutsertakan suami dan anggota keluarga lain untuk mendukung ibu dalam menyusui.(Yuliarti,2010.hlm.40)

C. INISIASI MENYUSUI DINI

1. Defenisi Inisiasi Dini

Inisiasi menyusui dini (early intiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. (Roesli,2007).

(21)

Inisiasi menyusui dini merupakan suatu tindakan meletakan bayi didada ibu setelah ia dibersihkan atau dimandikan. Ia ditaruh didada ibu tanpa alas apa pun. Bayi dibiarkan merasakan kulit ibu ,serta mendengar denyut jantung ibu .Bayi akan berupaya menggerak-gerakkan kepalanya demi mencari dan menghisap puting payudara ibu. (iswati, 2009).

Protokol evidence-baced yang telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa: a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir

selama paling sedikit satu jam

b. Bayi harus dibiarkan untuk melakulkan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan

c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusui dini selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.

2. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini a. Bagi bayi

1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama pada bayi.

3) Meningkatkan kecerdasan

(22)

5) Meningkatkan jalinan ksih sayang ibu dan bayi 6) Mencegah kehilangan panas

7) Merangsang kolostrum segera keluar. b. Bagi ibu

1) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin 2) Meningkatkan keberhasilan yang produksi ASI 3) Meningkatkn jalinan kasih sayang ibu dan bayi 3. Beberapa Penelitian Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a. Hasil penelitian Sose dll CBA Foundation (1978) yang dikutip Utami Rusli (2008,hlm.5) menunjukan bahwa hubungan antara saat kontak kulit ibu – bayi dengan meletakkan bayi kontak kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini hasilnya 59% dan 38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih disusui diusia yang sama.

b Hasil penelitian Fika dan Syafiq yang dikutip Utami Rusli (2008) menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI Eksklusif.

(23)

dua jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari yang diselamatkan.

d. Hasil penelitian DR. Lennart Righad dan seorang bidan Margareta Alade, 1990 dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir. Ke-72 ibu-bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir normal dan dengan obat-obatan (tindakan).

Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya :

1) Bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan dengan cepat. Setelah itu, segera diletakkan didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi kekulit ibu dibiarkan setidaknya 1 jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai merangkak kearah payudara dan dalam usia 50 menit, ia menyusu dengan baik.

2) Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri.

3) Bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera setelah lahir diletakkan didada ibu dengan kontak kulit kekulit, hasilnya tidak semuanya dapat menyusu sendiri. Yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah.

4) Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari ibunya maka tidak ada satupun yang dapat menyusu sendiri.

(24)

6) Pada bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali dibawah payudara ibunya, ia tampak dapat menyusu dengan baik.

4 Pedoman Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Menurut Handy (2011) a Pelaksanaan Inisiasi menyusui dini pada persalinan normal

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin. 2) Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama bagian kepala

kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix dan tali pusat diikat 3) Jika bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan didada

atau diperut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu.

4) Ibu dan bayi diselimuti dengan satu selimut yang sama dan diletakkan diatas punggung bayi. Bayi bisa diberi topi jika perlu (jika kedinginan)

5) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri.

6) Dukung ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu.

(25)

8) Jika dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan dengan mendekatkan bayi ke puting, tapi jangan masukkan puting kemulut bayi. Beri waktu bayi selama 30 menit atau 1 jam lagi 9) Ibu dapat dibersihkan dan dipindahkan dari ruang bersalin keruang

perawatan dengan bayi tetap berada diatas dada ibu tanpa terputus sama sekali

10) Rawat gabung bayi: Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Bayi tetap dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

b. Pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada operasi bedah caesar

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi istri atau dikamar operasi

2) Jika memungkinkan, usahakan suhu ruangan tidak terlalu dingin (20- 250C).

3) Usahakan pembiusan ibu bukan bius umum , tapi epidural (disuntik pada tulang belakang).

4) Begitu bayi lahir, letakkan dimeja resusitasi untuk dinilai dan dikeringkan secepatnya, terutama kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix. Tali pusat diikat

5) Jika bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibawa ke ibu, lalu ditengkurapkan didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit diserong/ melintang menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi diberikan topi

(26)

7) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak selama 1 jam. Apabila menyusu awal selesai selama 1jam, tetap biarkan bayi diatas dada ibu selama setidaknya 1 jam lagi.

8) Bila bayi menunjukkan kesiapan untuk minum, bantu bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting,tapi tidak memasukkan puting kemulut bayi. Bila dalam 1 jam belum bisa menemukan puting ibu beri tambahan waktu melekat pada bayi.

9) Bila operasi telah selesai. Ibu dapat dapat dibersihkan dengan bayi tetap melekat di dadanya dan dipeluk erat oleh ibu. Kemudian, ibu dipindahkan dari meja operasi keruang pemulihan dengan bayi tetap didadanya.

10) Rawat gabung; Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Bayi dalm jangkauan ibu selama 24 jam.

5 Menurut Yuliarti (2010.hlm.26) “Dalam Perkembangannya, Semua Bayi Akan Mengalami 5 Tahapan prilaku Saat Inisiasi Menyusu Dini.(IMD)”, antara lain: a. Adaptasi melek merem , yakni ketika bayi berhadap- hadapan dengan

ibunya

b. Sesudahnya bayi tenang baru mengecap bagian atas telapak tangannya. Bau ditelapak tangan tersebut mirip dengan ASI yang akan keluar .jadi, bau memacu bayi untuk mencari puting susu ibunya. Oleh karena itu,saat membersihkan bayi. bagian atas telapak tangannya jangan dibersihkan, biarkan saja.

(27)

d. Waktu merayam, bayi akan menekan payudara dan hal tersebut akan merangsang susu keluar. Sambil bergerak, ia menjilat. Dengan jilatannya itu, ia mengambil bakteri dari kulit ibunya. Seberapa banyak ia menjilat, Cuma ia tahu berapa kebutuhannya akan bakteri yang masuk kepencernaannya itu dan menjadi bakteri Laktobacillus, ia kulum dulu, kemudian dijilat sampai ia yakin okstitusi ibunya cukup, baru dia naik keatas. Jadi ia yang tahu.

e. Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak kearah puting susu sampai menemukannya. Pada saat tersebut, tidak mesti ASI keluar. Yang penting, ia telah mencapai puting dan mulai menghisap-isap. Walaupun ia sudah menemukan puting susu ibunya. biarkan selama 1 jam untuk proses skin to skin contact.

6 Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini yang kurang tepat menurut Utami Rusli (2008) adalah seperti berikut :

a. Begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu

diikat.

c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak

(28)

e. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan cara memaksukkan puting susu ibu

7 Berikut ini langkah – langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan (Roesli, 2008) :

a. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua

tangannya.

c. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama – sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya bu ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

8. Berikut ini Beberapa Pendapat Yang Menghambat Terjadinya Kontak Dini Kulit Ibu Dengan Kulit Bayi Menurut Utami Rusli (2008) yaitu :

a. Bayi kedinginan

(29)

suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi.

b Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

c Tenaga Kesehatan kurang tersedia Saat usia bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat menjalankan tugas. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat unuk menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. e Ibu harus dijahit kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea

payudara.yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

f.. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir. Menurut American College of Obstetric and Gynekology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dpat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

(30)

dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu dini selesai.

h. Bayi kurang siaga Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding (ikatan kasih sayang).

i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. (Notoadmaodjo, 2003). Penelitian ini bersikap deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif (Setiadi, 2007).

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka peneliti mengembangkan kerangka konsep peneliti yang berjudul “Peran Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Tanjung Kec. Deli tua Kab Deli Serdang tahun 2012”. Dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka Konsep Pelaksanaan Inisiasi

Menyusui Dini

Peran Suami

(32)
(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mendeskripsikan peran suami dalam pelaksanaan Inisiasi

menyusu dini. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan sesaat atau suatu priode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian (Nursalam, 2008).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami ibu post partum yang melakukan Inisiasi menyusui dini dari bulan Februari - April tahun 2012 diklinik Tanjung Kec. Deli tua Kab. Deli Serdang menurut survei berdasarkan data jumlah ibu bersalin di Klinik Tanjung pada bulan Oktober sampai Desember sekitar 60 orang.

2. Sampel

(34)

n = N 1 + N(d)2 n = 60

1 + 60 (0.05)2 n = 60

1 + 60 (0.0025) n = 60

1.15 N = 52.1739

Maka jumlah sampel diperkirakan sekitar 52 orang

C. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Tanjung Kec Delitua, Kab Deli Serdang. Dari survei yang dilakukan oleh peneliti, Klinik Bersalin ini memiliki pasien ibu bersalin yang cukup tinggi dan melakukan Pelaksanaan Inisiasi menyusui dini yang dapat dijumpai untuk dijadikan sampel penelitian.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2012.

E. Etika Penelitian

(35)

Bersalin Tanjung Delitua. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan etika, yaitu memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan dipersilahkan untuk menandatangani informend consent. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada penelitian. Data - data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data berupa kursioner yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan literatur. Koesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Koesioner Data Demografi (Identitas Responden)

Dalam penelitian peran suami dalam pelaksanaan Inisiasi menyusu dini meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan. Koesioner ini digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden dan suaminya.

2. Koesioner Tentang Peran Suami

Dalam penelitian peran suami dalam pelaksanaan Inisiasi menyusu dini ini berisi 15 pernyataan dan responden hanya perlu memberi jawaban berupa tanda cheklist ( √ ) pada jawaban yang disediakan dengan 2 pilihan jawaban, dilakukan dan tidak dilakukan. Jawaban Dilakukan memiliki nilai 1 dan jawaban tidak dilakukan memiliki nilai 0. Koesioner ini terdiri dari tiga kategori yaitu :

(36)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

.Uji validitas (kesahihan) yang dilakukan adalah dengan cara conten validity yang diuji oleh seorang yang ahli dan berkompeten di bidangnya, dalam

hal ini Dr. Sarma Lumbanraja.Sp.OG. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud yang dilakukan pengukuran tersebut. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,60.

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas (kehandalan) adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,2010). Uji reliabilitas dalam penelitian ini mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan

jawaban yang diberikan responden atas pertanyaan dari kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan pada suami yang mempunyai kriteria sama dengan sampel, lalu data diolah dengan mencari nilai koefisien reliabilitas 0,790

H. Prosedur Pengumpulan Data.

(37)

Setelah mendapat persetujuan peneliti melaksanakan pengumpulan data, dimana responden sesuai dengan kriteria dan ada pada saat waktu Penelitian dilakukan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan April. Melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian dan menanyakan kesediaan calon responden. Setelah calon responden bersedia dan diminta untuk menandatangani surat persetujuan, responden dipersilahkan untuk menjawab semua peryataan yang dipersiapkan dengan batas waktu 30 menit dengan mengisi kuesioner tersebut. Dalam pengumpulan data ini satu hari ada dua ibu yang brsalin normal namun kadang – kadang satu hari tidak ada yang bersalin, peneliti datang ke klinik bersalin Tanjung apabila dapat informasi dari asisten saya yaitu pegawai di klinik bersalin Tanjung Delitua. Dan apabila saya tidak bisa datang ke Klinik Tanjung saya tinggalkan beberapa lembar koesioner kepada asisten saya namun sebelumnya saya jelaskan maksud dari tujuan penelitian saya dan memintanya agar memberikannya kepada semua suami yang istrinya bersalin dan melakukan Inisasi menyusu dini di klinik Tajung Delitua. Setelah responden menjawab koesioner yang diberikan, asisten harus mengecek kembali apakah semua pernyataan dijawab lengkap oleh responden, setelah semua data terkumpul lalu peneliti melakukan analis data.

I. Analisis Data

(38)

Selanjutnya adalah coding yaitu pengkodean untuk membedakan karakter dalam rangka pengelolahan data. Pengkodean dalam karakteristik responden yaitu pendidikan, pekerjaan, umur. Sedangkan pengkodean pada peran suami yaitu jika jawaban ‘Dilakukan’ diberi kode 1, jika jawaban ‘tidak dilakukan’ diberi kode 0.

Slanjutnya data entry, yaitu setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam master tabel atau database komputer.

Kemudian melakukan tehnik analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah statistika deskriftif yaitu analisis univariat, dimana data diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. Data yang bersifat numerik akan dicari mean dan standart deviasinya yaitu peran suami dalam pelaksanaan inisasi menyusui dini. Kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel.

a. Variabel Peran suami

Setelah kuesioner di isi dengan baik, kemudian di tabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Kemudian dihitung dengan rumus :

P = F x 100 % N

(39)

Kemudian hasil ukur dirumuskan kedalam kriteria berdasarkan jumlah skor, dimana menurut Arikunto (2006) dalam Machfoedz,Ircham 2009, yaitu sebagai berikut :

(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian mengenai Peran Suami Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Tanjung Kec Deli tua, Kab Deli Serdang Tahun 2012, dengan 54 responden maka di dapat sebagai berikut :

Hasil Penelitian

A. Data Demografi Responden

(41)

Tabel 5.1 Distribusi Data Demografi Suami dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Klinik Bersalin Tanjung Kec, Delitua Kab, Deli SerdangTahun

2012 n : 54

Karyawan swasta 18 33,3

PNS 19 35,2

Tidak tetap 13 24,1

B. Peran Suami Sebagai Motivator

(42)

Tabel 5.2 Distribusi Pernyataan Peran Suami sebagai Motivator dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui dini Di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli

Serdang Tahun 2012.

A Pernyataan tentang peran suami sebagai Motivator

1 Saya menyarankan kepada istri saya untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

38 70,8 16 29,6

2. Saya selalu meyakinkan kepada istri saya bahwa dia pasti dapat melakukan Inisiasi menyusu dini ini dengan baik.

51 94,4 3 5,6

3. Saya berusaha menciptakan rasa aman dan nyaman kepada istri saya pada saat menemaninya melakukan inisiasi menyusu dini.

41 75,9 13 24,1

4. Saya memberikan perhatian kepada Istri saya tentang keadaannya pada saat berlangsungnya inisiasi menyusu dini

34 63,0 20 37,0

5. Saya memperhatikan prilaku bayi saya saat menyusui pertama kali.

27 50 27 50

(43)

Tabel 5.3 Distribusi Peran Suami sebagai Motivator dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2012 n : 54

Peran suami

sebagai motivator

Frekuensi Persentase

Baik 29 53,7

Cukup 20 37,0

Kurang 5 3,9

C. Peran suami sebagai Fasilitator

(44)

Tabel 5.4 Distribusi Pernyataan Peran Suami Sebagai Fasilitator dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui dini Di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab.

Deli Serdang Tanun 2012

NO PERYATAAN

B. Pernyataan tentang peran suami sebagai Fasilitator

6. Saya menyedikan biaya khusus untuk persalinan dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini istri saya.

40 74,1 14 25,9

7. Saya meluangkan waktu untuk menemani istri saya melakukan inisiasi menyusui dini.

41 75,9 13 24,1

8. Saya membantu istri saya memilih tenaga

kesehatan yang sesuai dengan istri saya dan dapat melakukan inisiasi menyusu dini.

37 68,5 17 31,5

9 Saya menyediakan tempat atau memilih tempat pelayanan kesehatan yang nyaman dan bersih untuk proses persalinan dan inisiasi menyusu dini istri saya.

42 77,8 12 22,2

10. Saya memberi minum untuk istri saya pada saat melakukan inisiasi menyusu dini.

32 59,3 22 40,7

(45)

Tabel 5.5 Distribusi Peran Suami sebagai Fasilitator dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2012

n : 54

Peran suami

Sebagai fasilitator

Frekuensi Persentase

Baik 30 55,6

Cukup 20 37,0

Kurang 4 7,4

1. Peran suami sebagai Edukator

(46)

5.6 Distribusi Pernyataan Peran Suami Sebagai Edukator dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui dini Di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tanun

2012

C. Pernyataan tentang peran suami sebagai Edukator

11 Saya mencari informasi tentang Inisiasi menyusu dini di Internet, buku, atau petugas kesehatan.

37 68,5 17 31,5

12. Saya memberikan informasi tentang manfaat menyusu dini kepada istri saya

41 75,9 13 24,1

13. Saya mengatakan kepada istri saya bahwa inisiasi menyusu dini ini dapat merangsang Kolostrum segera keluar.

38 70,4 16 29,6

14 Saya menyarankan kepada istri saya untuk memberikan ASI dari pada susu Formula kepada bayi kami.

41 75,9 13 24,1

15 Saya mengatakan bahwa air susu yang pertama kali keluar atau di sebut kolostrum sebagai imunisasi pertama bayi

27 50 27 50

(47)

Tabel 5.7 Distribusi Peran Suami sebagai Edukator dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Tanjung Kec. Delitua Kab. Deli Serdang Tahun 2012

n : 54

Peran suami

sebagai Edukator

Frekuensi Persentase

Baik 28 51,0

Cukup 20 37,0

Kurang 6 11,1

D. Pembahasan

(48)

dengan Inisiasi menyusu dini peran suami lebih pasif dan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada istrinya.

Peran suami sebagai fasilitator dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini mayoritas berperan baik sebanyak 30 orang (55,6%) berhubungan dengan suami yang meluangkan waktunya dalam pemilihan petugas dan tempat pelayanan kebidanan yang sesuai untuk ibu, mendampingi ibu dalam proses persalinan dan praktek inisiasi menyusu dini seperti yang dinyatakan oleh Februhartanty dalam penelitiannya Peran Ayah Dalam Optimalisasi Praktek Pemberian Asi Sebuah Studi Di Daerah Urban Jakarta. Hampir 90% suami terlibat dalam pemilihan tempat untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan pasca persalinan. Sekitar 15% suami menyatakan bahwa mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruang bersalin oleh petugas kesehatan, dan sebanyak 8% suami menyatakan tidak mempunyai keberanian untuk masuk ke dalam ruang bersalin. Dan sesuai dengan teori Muhammad Iddris walaupun kehadiran suami saat persalinan diakui ibu sebagai hal yang menenangkan mereka, Suami tidak menyadari peran mereka yang lainnya yaitu mempengaruhi praktek menyusui segera setelah bayi dilahirkan.

(49)

mempengaruhi keputusan dalam menyusui, Inisiasi menyusu dini dan lamanya pemberian ASI. Selain itu peran suami juga berperan dalam memberiakan dukungan emosional ibu pada saat proses persalinan, Inisiasi menyusu dini dan menyusui.

(50)

Delitua dikategorikan baik. Oleh karena itu peran suami sangat berpengaruh terhadap pendidikan suami, pengalaman suami biasanya orang yang lebih tinggi umurnya lebih berpengalaman, dan pekerjaan suami jika seorang suami terlalu sibuk sampai tidak dapat membagi waktunya untuk berkumpul dengan keluarganya temasuk buat istri dan anaknya. Hal ini sesuai dengan teori Jordan dan Wall tahun 1993 yang menyatakan Dalam memberikan dukungan dan perannya sebagai suami pengetahuan atau pendidikan dan pekerjaan suami.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dialami peneliti saat penelitian pada bulan Februari sampai April 2012 dengan jumlah responden 54 orang. Dalam pengumpulan data ini peneliti memperoleh data bahwa di Klinik Tanjung dalam satu harinya terdapat dua ibu yang bersalin normal, namun terkadang tidak ada ibu yang bersalin, sehingga peneliti membutuhkan bantuan pegawai Klinik Tanjung Delitua dalam pengumpulan data ini. F. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan

(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang peran suami dalm pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Klinik Besalin Tanjung kec. Delitua Kab. Deli Seradang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden diperoleh bahwa mayoritas responden berumur 25 – 28 tahun sebanyak 16 orang (29,6 %), berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 28 orang (51,9%), berdasarkan pekerjaan mayoritas responen bekerja sebagai PNS sebanyak 19 orang (35,2%).

2. Peran suami sebagai Motivator dalam pelaksanaan Inisiasi menyusu dini mayoritas berperan baik sebanyak 29 orang (53,7%).

3. Peran suami sebagai Fasilitator dalam pelaksnaan inisiasi menyusu dini mayoritas berperan baik sebanyak 30 orang (55,6%).

4. Peran suami sebagai Edukator dalam pelaksanaan Inisiasi menyusu dini mayoritas berperan baik 28 orang (51,0%).

B. Saran

Adapun saran pada penelitian ini yaitu: 1. Bagi Pelayanan Kebidanan

(52)

2. Bagi Perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ambrawati , R.E, Wulandari. D.(2009). Asuhan Kebidanan Nifas, Jogyakarta. Mitra Cendika.

Admids.(2009 Januari 12) Manfaat ASI dan Peran Ayah. http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/pria/artikel06-6I.html.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta.

Chomaria, N.( 2011). Panduan terlengkap Perawatan Bayi Baru Lahir, Surakarta. Cinta.

Candra, Asep,( 2011). Ibu Muda Gemar Berikan Asi. http://health.kompas.com Semarang.

Februhartanty, Judhiastuty, 2008. Peran Strategis Ayah Dalam Optimalisasi Praktek Pemberian ASI : Sebuah Studi di Daerah Urban Jakarta (di download dari http: // www.gizi.net/ makalah/ download/ Summary-Eng-Indo-Yudhi.pdf. pada 14 Pebruari 2009), Ringkasan Disertasi Universitas Indonesia, Jakarta.

Handy, F. (2011). Panduan Cerdas Perawatan Bayi, Jakarta. Pustaka Bunda.

Iswanti, E.(2009). Pahami Pertumbuhan Hari Demi Hari Bayi Anda, Yogyakarta. Garailmu.

Info sehat (2008) Inisiasi Menyusui Dini. http://www.info-sehat.com.

Idris, M, Ngatimin, R & syafar, M. (2010 April7 ). Role Of Behavioral Factors In EarlyBreastfeedingInitiation In Parepare City)http://www..wordpress.com. Kamus Besar Bahasa Indonesia,(2002), Jakarta, Balai Pustaka.

Kristiansari, W.(2009). ASI,Menyusui & SADARI, Jogyakarta. Nuha Medika. Mustafa,Hasan (2008). Perspektif Dalam Psikologi Sosial. home.unpar.ac.id/.../. Notoadmodjo, S.(2007) Metode Penelitian, Jakarta. Rineka Cipta.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodeologi Penelitian ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Roesli,U. (2007). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Ekslusif, Jakarta. Pustaka Bunda Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Jakarta : Graha Ilmu Suherni, Widyasih, H & Rahmawati, A.(2009). Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta.

Fitamaya.

Selasi,(2009) Inisiasi Menyusui Dini Semua Senang. www.scribd.com/...

(54)

Yuliati, Nurheti(2010).Keajaiban ASI Makanan terbaik untuk Kesehatan Kecerdasan dan Kelincahan si Kecil,Yogyakarta. C.V ANDI

(55)

LEMBAR KOESIONER

PERAN SUAMI DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI

DI KLINIK BERSALIN TANJUNG KEC.DELI TUA

KAB. DELI SERDANG

1. Nama Responden ( Inisial) :

2. Umur :

3. Pendidikan terakhir :

4. Pekerjaan :

Petunjuk :

a. Pilihlah salah satu pernyataan yang ingin anda jawab. dengan memberi (√) pada kotak pilihan anda. Keterangan pilihan jawaban: Dilakukan dan Tidak. dilakukan

b. Jika anda ingin memperbaiki jawaban, coret yang salah dengan memberikan tanda (=).

c. Dimohonkan agar tidak mengosongkan jawaban. d. Setiap jawaban akan dijaga kerahasianannya.

(56)

NO PERNYATAAN Dilakukan (D)

Tidak Dilakukan

(TD) A Pernyataan tentang peran suami sebagai

Motivator

1 Saya menyarankan kepada istri saya untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

2. Saya selalu meyakinkan kepada istri saya bahwa dia pasti dapat melakukan Inisiasi menyusu dini ini dengan baik.

3. Saya berusaha menciptakan rasa aman dan nyaman kepada istri saya pada saat menemaninya melakukan inisiasi menyusu dini.

4. Saya memberikan perhatian kepada Istri saya tentang keadaannya pada saat berlangsungnya inisiasi menyusu dini

5. Saya memperhatikan prilaku bayi saya saat menyusui pertama kali.

B. Pernyataan tentang peran suami sebagai fasilitator

6. Saya menyedikan biaya khusus untuk persalinan dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini istri saya.

7. Saya meluangkan waktu untuk menemani istri saya melakukan inisiasi menyusui dini.

8. Saya membantu istri saya memilih tenaga kesehatan yang sesuai dengan istri saya dan dapat melakukan inisiasi menyusu dini.

9 Saya menyediakan tempat atau memilih tempat pelayanan kesehatan yang nyaman dan bersih untuk proses persalinan dan inisiasi menyusu dini istri saya. 10. Saya memberi minum untuk istri saya pada saat

melakukan inisiasi menyusu dini.

C Pernyataan tentang peran suami sebagai edukator 11 Saya mencari informasi tentang Inisiasi menyusu

dini di Internet, buku, atau petugas kesehatan.

12. Saya memberikan informasi tentang manfaat menyusu dini kepada istri saya

13. Saya mengatakan kepada istri saya bahwa inisiasi menyusu dini ini dapat merangsang Kolostrum segera keluar.

14 Saya menyarankan kepada istri saya untuk memberikan ASI dari pada susu Formula kepada bayi kami.

(57)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Desi Yanti Wulan Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Karang anyar 18 Desember 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1 ( pertama ) dari 4 Bersaudara

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : PT. Tapian Nadenggan Langga Payung. Kab. Labuhan batu

Riwayat Pendidikan

1.Tahun 1993-1996 : TK PT. Tapian Nadenggan Langga Payung 2. Tahun 1996-2002 : SD N 148347 PT. Tapian NadLangga payung

Lulus dan Berijazah

3. Tahun 2002-2005 : MTS. Bustanul Ilmi Langga Payung Lulus dan berijazah

4. Tahun 2005- 2008 : SMA Negeri 1 Rantau Utara Lulus dan Berujazah

5. Tahun 2008-2011 : Akademi Kebidanan Deli Husada Deli Tua Lulus dan Berijazah

(58)
(59)

Gambar

Tabel 5.1  Distribusi Data Demografi Suami  dalam Pelaksanaan Inisiasi
Tabel 5.2 Distribusi Pernyataan Peran  Suami sebagai Motivator dalam
Tabel 5.3 Distribusi Peran Suami  sebagai Motivator dalam Pelaksanaan Inisiasi
Tabel 5.4 Distribusi Pernyataan Peran  Suami Sebagai Fasilitator dalam
+3

Referensi

Dokumen terkait