• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Dalam dokumen ************************** (Halaman 169-172)

Type I I Gol II / II Gol III / V Gol IV/ Type V Gol V/

KELANGSUNGAN USAHA GRUP 51. IMPACT OF GLOBAL ECONOMICS CRISIS ON GROUP GOING CONCERN

55. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

(PSAK) BARU DAN REVISI 55. NEW AND REVISED STATEMENTS OF FINANCIALACCOUNTING STANDARDS (PSAK)

Standar Akuntansi yang telah dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (“DSAK”) sampai dengan penyelesaian laporan keuangan konsolidasian Grup tetapi belum efektif adalah sebagai berikut, efektif berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.

The Accounting Standards issued by Indonesian Accounting Standards Boards (DSAK) until the completion of the consolidated financial statements of Group but not yet effective are as follows, effective on or after January 1, 2012.

1) PSAK No. 10 (Revisi 2010) ”Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing” - Menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan suatu entitas dan menjabarkan laporan keuangan ke dalam suatu mata uang pelaporan.

1) PSAK No. 10 (Revised 2010), “The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates”, prescribes how to include foreign currency transactions and foreign operations in the financial statements of an entity and translate financial statements into a presentation currency.

2) PSAK No. 13 (Revisi 2011), “Properti Investasi”, menetapkan properti dalam penyelesaian atau pengembangan untuk penggunaan di masa depan sebagai properti investasi, dan juga mengatur pengukuran nilai wajar properti investasi dalam penyelesaian. Jika properti investasi memenuhi kriteria sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK No. 58 (Revisi 2009), “Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan”, maka diukur sesuai dengan PSAK No. 58 (Revisi 2009) tersebut.

2) PSAK No. 13 (Revised 2011), “Investment Property”; establishes property that is being constructed or developed for future use as investment property, and also prescribes the determination of fair value of the investment property in progress. For the investment property that meet the criteria to be classified as held for sale in accordance with PSAK No. 58 (Revised 2009), “Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations”, it shall be measured in accordance with the said revised PSAK No. 58 (Revised 2009).

3) PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap”, menetapkan bahwa ruang lingkupnya meliputi juga properti yang dibangun atau dikembangkan untuk digunakan di masa depan sebagai properti investasi tetapi belum memenuhi kriteria sebagai properti investasi dalam PSAK No. 13 (Revisi 2011), “Properti Investasi”. Bagi entitas yang kegiatan usaha sehari-harinya adalah menjual aset yang sebelumnya disewakan kepada pihak lain, maka entitas memindahkan aset tetap tersebut menjadi persediaan sesuai nilai tercatat ketika aset tidak lagi disewakan dan menjadi aset yang dimiliki untuk dijual.

3) PSAK No. 16 (Revised 2011), “Property, Plant and Equipment”; prescribes that its scope includes property that is being constructed or developed for future use as investment property but not yet fulfill the criteria set forth in the PSAK No. 13 (Revised 2011), “Investment Property”. An entity that in the course of its ordinary activities sells assets that was rented to other parties shall transfer such assets to inventories at the carrying amounts when the assets ceased to be rented and become assets held for sale.

4) PSAK No. 18 (Revisi 2010), “Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya”, diterapkan dalam laporan keuangan program manfaat purnakarya, mengatur akuntansi dan pelaporan program manfaat purnakarya untuk semua peserta sebagai suatu kelompok.

4) PSAK No. 18 (Revised 2010), “Accounting and Reporting Program Benefits Purnakarya”, applied in the financial statement purnakarya benefit programs, organize the accounting and reporting program purnakarya benefits for all participants as a group.

5) PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”, Mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja. Pernyataan ini mengharuskan entitas untuk mengakui:

a) liabilitas jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan

5) PSAK No. 24 (Revised 2010), “Employee Benefits”, establish the accounting and disclosures for employee benefits. This statements requires entities to recognize:

a) liability if the worker has given his services and are entitled to employee benefits will be paid in the future; and

b) beban jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

b) expense if the entity enjoys the economic benefits resulting from services provided by workers who are entitled to employee benefits.

6) PSAK No. 26 (Revisi 2011), “Biaya Pinjaman”, menyatakan bahwa tidak perlu diterapkan terhadap biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari aset kualifikasian yang diukur pada nilai wajar. Selain itu, juga ditetapkan bahwa biaya pinjaman juga termasuk beban bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana dijelaskan dalam PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”.

6) PSAK No. 26 (Revised 2011), “Borrowing Costs”, stated that it is not applicable for borrowing costs directly attributable to the acquisition, construction or production of a qualifying asset measured at fair value. The amendment also stated that borrowing costs also include interest expense calculated using the effective interest rate method as described in PSAK No. 55 (Revised 2006),

“Financial Instruments: Recognition and

Measurement”.

Ketika entitas menerapkan PSAK No. 63, “Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi”, maka entitas mengakui bagian dari biaya pinjaman yang menggantikan inflasi pada periode yang sama sebagai beban.

When an entity applies PSAK No. 63, “Financial Reporting in Hyperinflationary Economies”, it recognizes as an expense the part of borrowing costs that compensates for inflation during the same period.

7) PSAK No. 30 (Revisi 2011), “Sewa”, menetapkan bahwa klasifikasi dari setiap elemen sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi secara terpisah bagi suatu perjanjian sewa yang mengandung elemen tanah dan bangunan. Aset dalam sewa pembiayaan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual harus dicatat sesuai dengan PSAK No. 58 (Revisi 2009), “Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan”.

7) PSAK No. 30 (Revised 2011), “Lease”, prescribes the separate classification of each element as finance lease or operating lease, if leases comprise land and buildings. An asset under a finance lease that is classified as held for sale must be accounted for in accordance with PSAK No. 58 (Revised 2009), “Non-Current Assets Held for Sale and Discontinued Operations”.

8) PSAK No. 34 (Revisi 2010) “Akuntansi Kontrak Konstruksi”, mengatur perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi.

8) PSAK No. 34 (Revised 2010) “Accounting for Construction Contracts”, prescribes the accounting treatment of revenue and costs associated with construction contracts.

9) PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Pajak Penghasilan”, diterapkan untuk akuntansi pajak penghasilan. Mensyaratkan entitas untuk mengakui liabilitas pajak tangguhan (aset pajak tangguhan) dengan batas pengecualian terbatas tertentu, memperlakukan konsekuensi pajak atas transaksi dan kejadian lain sama dengan cara entitas memperlakukan transaksi dan kejadian lainnya sendiri dan juga mengatur pengakuan aset pajak tangguhan yang ditimbulkan

9) PSAK No.46 (Revised 2010), “Income Taxes”, applied in accounting for income taxes. Requires an entity to recognize deferred tax liability (deferred tax assets) with a limit of a certain limited exceptions, to treat the tax consequences of transactions and other events similar to the way the entity treats the transaction and other events themselves and also regulates the recognition of deferred tax assets arising from tax losses and

(Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) (Expressed in Rupiah, unless otherwise stated)

55. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

(PSAK) BARU DAN REVISI (lanjutan) 55. NEW AND REVISED STATEMENTS OF FINANCIALACCOUNTING STANDARDS (PSAK) (continued)

10) PSAK No. 50 (Revisi 2010), ”Instrumen Keuangan: Penyajian”, berisi penetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan.

10) PSAK No. 50 (Revised 2010), “Financial Instruments: Presentation”, establish the principles for presenting financial instruments as liabilities or equity and for offsetting financial assets and financial liabilities.

11) PSAK No. 53 (Revisi 2010) “Pembayaran Berbasis Saham”, mengatur pelaporan keuangan entitas yang melakukan transaksi pembayaran berbasis saham.

11) PSAK No. 53 (Revised 2010) “Share-based Payment”, specify the financial reporting by an entity when it undertakes a share-based payment transaction.

12) PSAK No. 55 (2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan item non keuangan. Persyaratan penyajian informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK No. 50 (Revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”. Persyaratan pengungkapan informasi instrumen keuangan diatur dalam PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.

12) PSAK No. 55 (2011), “Financial Instruments: Recognition and Measurement”, establishes principles for recognizing and measuring financial assets, financial liabilities and some contracts to buy or sell non-financial items. Requirements for presenting information about financial instruments are set forth in PSAK No. 50 (Revised 2010), “Financial Instruments: Presentation”, while requirements for disclosing information about financial instruments are set forth in PSAK No. 60, “Financial Instruments: Disclosures”.

13) PSAK No. 56 (Revisi 2011) “Laba per Saham”, menetapkan prinsip penentuan dan penyajian laba per saham, sehingga meningkatkan daya banding kinerja antar entitas berbeda pada periode pelaporan sama dan antar periode pelaporan berbeda untuk entitas yang sama.

13) PSAK No. 56 (Revised 2011) “Earnings per Share”, prescribes principles for the determination and presentation of earnings per share, so as to improve performance comparisons between different entities in the same period and between different reporting periods for the same entity.

14) PSAK No. 60 (Revisi 2010), ”Instrumen Keuangan: Pengungkapan”, mensyaratkan entitas untuk menyediakan pengungkapan dalam laporan keuangan yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi:

a) signifikansi instrumen keuangan atas posisi dan kinerja keuangan entitas; dan

b) jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas terekspos selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola risiko-risiko tersebut.

14) PSAK No. 60, “Financial Instruments: Disclosures”, requires disclosures in financial statements that enable users to evaluate:

a) the significance of financial instruments for financial position and performance; and b) the nature and extent of risks arising from

financial instruments to which the entity is exposed during the period and at the end of the reporting period, and how the entity manages those risks.

15) ISAK No. 13 “Lindung Nilai Investasi Neto Dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri”, diterapkan terhadap entitas yang melakukan lindung nilai atas risiko mata uang asing yang timbul dari investasi netonya di dalam kegiatan usaha luar negeri dan berharap dapat memenuhi persyaratan akuntasi lindung nilai sesuai PSAK No. 55 (Revisi 2006), mengacu pada suatu entitas sebagai entitas induk dan laporan keuangan dimana aset neto dari kegiatan usaha luar negeri dimasukkan sebagai laporan keuangan konsolidasian.

15) ISAK No. 13 “Hedges of Net Investment in Foreign Operation”, applies to an entity that hedges the foreign currency risk arising from its net investments in foreign operations and wishes to qualify for hedge accounting in accordance with PSAK No. 55 (Revised 2006), refers to such an entity as a parent entity and to the financial statements in which the net assets of foreign operations are included as consolidated financial statements.

16) ISAK No. 15, ”PSAK 24 - Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya”, membahas permasalahan: (a) kapan pengembalian atau pengurangan iuran di masa depan harus dianggap sebagai tersedia sesuai dengan PSAK 24 (revisi 2010): Imbalan Kerja paragraf 61. (b) bagaimana persyaratan pendanaan minimum dapat mempengaruhi ketersediaan pengurangan iuran di masa depan. (c) kapan persyaratan pendanaan minimum dapat menimbulkan liabilitas.

16) ISAK No. 15, “PSAK No. 24 - The Limit on a Defined Benefit Asset, Minimum Funding Requirements and their Interaction”, discuss issues: (a) when the refund or reduction contribution in future should be considered as available in accordance with PSAK 24 (revised 2010): Employee Benefits paragraph 61. (b) how a minimum funding requirement may affect the availability of reductions in future contributions. (c) when a minimum funding requirement can lead to liability.

17) ISAK No. 20, ”Pajak Penghasilan - Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham”. Suatu perubahan dalam status pajak entitas atau para pemegang sahamnya tidak menimbulkan kenaikan atau penurunan jumlah yang diakui di luar laporan laba rugi komprehensif. Konsekuensi pajak kini dan pajak tangguhan atas perubahan dalam status pajak harus tercakup dalam laporan laba rugi komprehensif periode berjalan, kecuali konsekuensi tersebut terkait dengan transaksi dan kejadian yang menghasilkan (pada periode yang sama ataupun berbeda) kredit langsung atau pembebanan pada jumlah yang diakui dalam ekuitas atau jumlah yang diakui dalam pendapatan komprehensif lainnya.

17) ISAK No. 20, "Income Taxes - Changes in Tax Status of Entities or the Shareholders". A change in tax status of the entity or its shareholders does not cause an increase or decrease the amount recognized in the outside of statements of comprehensive income. Consequences of current tax and deferred tax on change in tax status should be included in statements of comprehensive income current period, unless the consequences are related to transactions and events that produce (in the same period or different) direct credit or charge on the amount recognized in equity or amounts recognized in other comprehensive income.

18) ISAK No. 25, ”Hak atas Tanah”, membahas apakah biaya perolehan hak atas tanah dalam bentuk Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai diakui sebagai aset tetap dan disusutkan sesuai dengan sisa umur haknya, dan juga bagaimana perlakuan atas biaya yang dikeluarkan dalam pengurusan legal hak atas tanah awal dan perpanjangan atau pembaruannya.

18) ISAK No. 25, “Land Rights prescribes whether the cost of land rights in the form of Business Usage Rights, Building Usage Rights and Usage Rights are recognized as fixed assets and depreciated over the remaining useful life of the rights, and also how the treatment of the costs incurred in the legal arrangements of initial land rights and its extension or renewal.

Grup sedang mengevaluasi dan belum menentukan dampak dari standar dan interpretasi yang direvisi dan yang baru tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian.

Group are presently evaluating and has not yet determined the effect of these new and amended accounting standards and interpretation on its consolidated financial statements.

Dalam dokumen ************************** (Halaman 169-172)