• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK CABANG MEDAN

F. Rencana Usaha

3. Perolehan Aktiva Tetap

Proses perolehan aktiva tetap dimulai sejak pembelian, pengangkutan, pemasangan sampai aktiva itu siap untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Biaya yang terjadi untuk memperolah suatu aktiva tetap sampai tiba di tempat dalam siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva yang bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva tetap tidak terbatas pada harga belinya saja, tetapi juga termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

Menurut Harahap (2002: 25) ada beberapa cara perolehan aktiva tetap, antara lain:

a. Pembelian tunai

b. Pembelian secara kredit jangka panjang c. Pembelian dengan surat berharga d. Diterima dari sumbangan

e. Dibangun sendiri f. Pertukaran

Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut tentang cara perolehan aktiva tetap, yaitu:

a. Pembelian Tunai

Apabila aktiva tetap diperoleh dengan peembelian kontan, maka akan dicatat sebesar harga perolehannya, termasuk semua biaya yang dikeluarkan, seperti biaya angkut, asuransi, dan lain-lain. Misalnya, dibeli tanah seharga Rp. 48.000.000, bea balik nama sebesar Rp. 480.000.000, biaya notaris sebesar Rp.

960.000, dan komisi makelar Rp. 500.000, maka harga perolehan tanah tersebut adalah Rp. 49.940.000.

Ayat jutnal yang perlu dibuat apabila perolehan dilakukan dengan tunai adalah:

(D) Tanah Rp. 49.940.000

(K) Kas Rp. 49.940.000

Apabila beberapa aktiva tetap dibeli secara bersamaan dan tiap-tiap aktiva tidak disebutkan harganya, maka total harga yang dibebankan harus dialokasikan ke masing-masing aktiva yang bersangkutan, misalnya dibeli gedung beserta tanah dimana gedung itu berdiri dengan harga Rp. 70.000.000, jumlah ini sudah termasuk biaya bea balik nama, biaya notaris, komisi, dan lain-lain. Berdasarkan taksiran harga pasar yang berlaku, tanah bernilai Rp. 20.000.000 dan gedung ditaksir Rp. 80.000.000. Alokasi harga perolehan untuk tanah dan gedung adalah sebagai berikut:

Harga Taksiran Alokasi Harga Perolehan

Tanah Rp.20.000.000 20/100 x Rp. 70.000.000 = Rp. 14.000.000 Gedung Rp. 80.000.000 80/100 x Rp. 70.000.000 =

Rp.100.000.000 Rp. 70.000.000

Rp. 56.000.000 Ayat jurnal yang perlu dibuat apabila pembelian dilakukan dengan tunai adalah:

(D) Tanah Rp. 14.000.000

(D) Gedung Rp. 56.000.000

(K) Kas Rp.70.000.000

b. Pembelian secara kredit jangka panjang

Dalam pembelian aktiva tetap secara kredit jangka panjang, kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar akan dikenakan bunga. Sebagai contoh dibeli mobil dengan harga Rp. 75.000.000, jumlah ini akan dibayar dalam 25 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani bunga sebesar 20% setahun.

Ayat jurnal yang diperlukan perusahaan pada waktu pembelian dilakukan adalah:

(D) Mobil Rp. 75.000.000

(K) Utang angsuran Rp. 75.000.000

Pada saat membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar adalah sebagai berikut:

Angsuran bulanan = Rp. 75.000.000 : 25 Rp. 3.000.000 Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum

dibayar = 1/12 x 12% x Rp. 75.000.000 jumlah yang harus dibayar

750.000 Ayat jurnal yang diperlukan perusahaan untuk mencatat pembayaran ini adalah:

Rp. 3.750.000

(D) Utang angsuran Rp. 3.000.000

(D) Beban bunga 750.000

(K) Kas Rp. 3.750.000

Angsuran kedua terdiri dari angsuran pokok bulanan sebesar Rp. 3.000.000 ditambah bunga selama satu bulan atas saldo yang belum dibayar. Utang yang belum dibayar saat ini sebesar Rp. 72.000.000, jumlah ini diperoleh dari saldo awal Rp. 75.000.000 dikurangi pembayaran pada angsuran pertama

sebesar Rp. 3.000.000. Bunga yang dibebankan selama bulan ini adalah 1/12 x 12% x Rp. 72.000.000 = Rp. 720.000. Jumlah yang perlu dibuat untuk pembayaran ini adalah:

(D) Utang angsuran Rp. 3.000.000

(D) Beban bunga 720.000

(K) Kas Rp. 3.720.000

Sumber : Harahap (2005)

Proses perhitungan, pembayaran, dan pencatatan angsuran seperti ini akan berlang setiap bulan sampai semua utang angsuran telah dibayar.

c. Pembelian dengan surat berharga

Perolehan aktiva tetap dengan penerbitan surat berharga adalah pengeluaran obligasi atau saham milik perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut harus dicatat sebesar harga pasar obligasi atau saham pada saat pembelian. Jika harga pasar lebih besar dari nilai nominalnya, maka selisih catat sebagai agio, dan jika harga pasar lebih kecil dari nominalnya, maka dicatat sebagai disagio.

Sebagai contoh, PT. X membeli tanah dengan mengeluarkan 10.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp. 8.000, harga kurs pada saat pembelian adalah sebesar 95 dan 110. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:

(1) Jika kurs adalah 95, saham akan bernilai: Rp. 8.000 x 10.000 lembar x 95/100 = Rp. 76.000.000

(D) Tanah Rp. 88.000.000

(K) Modal Saham Rp. 80.000.000

(K) Agio Saham Rp. 8.000.000

Sumber : Harahap (2005)

d. Diterima dari sumbangan

Aktiva tetap yang diterima dari sumbangan biasanya disebut donasi. Dalam hal ini, perusahaan mendebit aktiva pada nilai wajarnya dan mengkredit akun pendapatan, misalnya, PT. X mendapatkan sumbangan dari pemerintah berupa tanah senilai Rp. 80.000.000. Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah:

(D) Tanah Rp. 80.000.000

(K) pendapatan dari tanah sumbangan Rp. 80.000.000

Sumber : Harahap (2005)

e. Dibangun Sendiri

Biaya untuk mendirikan bangunan terdiri dari biaya izin bangunan, biaya arsitek, biaya yang digunakan untuk bahan mentah, buruh langsung, overhead pabrik, dan pembayaran untuk kontraktor, seperti halnya aktiva yang dibeli, aktiva ini dicatat pada harga perolehannya, termasuk semua pengeluaran yang terjadi untuk membuat aktiva dan mempersiapkan aktiva tersebut untuk digunakan sesuai dengan rencana. Ada beberapa perhitungan dalam membentuk biaya dari aktiva yang dibuat sendiri, yaitu:

1. Biaya Overhead yang Dapat Dibebankan ke Konstruksi Sendiri

Semua biaya yang dapat dikaitkan dengan konstruksi sebaiknya dibebankan ke aktiva dalam penyelesaian tersebut. Overhead harus dibebankan ke konstruksi sama seperti pembebanan pada operasi normal. Dalam hal ini berarti tidak hanya kenaikan overhead yang diakibatkan oleh aktivitas konstruksi, melainkan juga bagian pro rata dari overhead tetap perusahaan dimasukkan.

2. Penghematan atau Kerugian dari Aktiva yang Dibangun Sendiri

Apabila biaya dari suatu ativa yang dibangun atau dibuat sendiri lebih rendah dibandingkan dengan harga perolehan bila membeli atau memesan aktiva tersebut dari pihak luar, maka selisihnya dalam akuntansi tidak dianggap sebagai laba melainkan penghematan. Penghematan akan muncul sebagai penambahan dalam laba bersih selama umur aktiva yang bersangkutan ketika biaya penyusutan yang lebih rendah dibebankan ke pendapatan periodik, tetapi jika ada indikasi bahwa biaya suatu aktiva yang dibangun sendiri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga perolehan bila membeli aktiva tersebut karena adanya inefesiensi atau kegagalan dalam kontruksi, maka kelebihan tersebut akan diakui sebagai kerugian.

Pembangunan perusahaan yang mengikuti tender akan menimbulkan pembebanan bunga yang akan terjadi atas dana yang dipinjam untuk mendanai konstruksi. Biaya bunga tersebut akan dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari biaya konstruksi, sama halnya seperti bahan baku, tenaga kerja, serta biaya sewa peralatan. Dengan cara yang sama, ketika suatu perusahaan membangun suatu aktiva untuk digunakannya sendiri, praktik akuntansi yang telah berlaku adalah mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi untuk mendanai konstruksi.

f. Pertukaran

1. Pertukaran Aktiva Tetap yang tidak Sejenis

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertuaran atas suatu aktiva nonmoneter lain yang ada. Aktiva yang baru harus dinilai pada nilai pasar wajarnya atau pada nilai pasar wajar dari aktiva yang diserahkan, mana yang dapat ditentukan dengan lebih jelas. Jika aktiva nonmeter tersebut adalah peralatan yang sudah terpakai, maka nilai pasar wajar dari aktiva baru umumnya dapat dengan lebih mudah ditentukan, karena nilai tersebut digunakan untuk mencatat pertukaran tersebut. Jika aktiva nonmeter yang diserahkan untuk memperoleh aktiva baru adalah properti atau peralatan, maka penjualan suatu properti terjadi bersamaan dengan perolehan tersebut.

Kadang kala pertukaran aktiva mengikutsertakan penyerahan kas karena aktiva nonmeter dalam sebagian transaksi pertukaran tidak memiliki nilai pasar

yang sama. Bagian kas dari transaksi tersebut menyesuaikan nilai pasar dari aktiva yang diterima dengan nilai dari aktiva yang diserahkan.

2. Pertukaran Aktiva Tetap yang Sejenis a. Tanpa penyerahan kas

Pada pertukaran ini, ada dua perusahaan melakukan pertukaran aktiva yang sejenis dalam penggunaannya dan memiliki nilai pasar yang sama. Dalam pembukuan pertukaran ini, tidak ada keuntungan yang diakui meskipun ada keuntungan yang diindikasikan karena nilai pasar aktiva yang diterima lebih tinggi dari nilai buku aktiva yang diberikan. Apabila dalam pertukaran ada kerugian yang diindikasikan karena nilai pasar aktiva yang ditukar lebih kecil daripada nilai bukunya, maka kerugian tersebut harus diakui dan pencatatannya dicatat menurut nilai pasarnya.

b. Dengan penyerahan kas

(i) Penyerahan kas kurang dari 25% nilai wajar pertukaran

Misalkan PT. X ingin melakukan pertukaran mesin yang sejenis dengan mesin PT. Y. Nilai pasar mesin PT. X adalah Rp. 16.000.000 dan nilai pasar mesin PT. Y adalah Rp. 20.000.000. Untuk menyamakan pertukaran, PT. X bersedia untuk membayar PT. Y sebesar Rp. 4.000.000 tunai (20% dari nilai pertukaran). PT. X tidak mengakui laba yang diindikasikan karena nilai pasar aktiva yang diserahkan melebihi nilai buku. Kedua mesin tersebut sejenis penggunaannya dan kedua

pihak sama-sama bukan pedagang mesin. Dengan demikian laba yang diindikasikan ditangguhkan tidak diakui. Mesin baru dicatat sebesar nilai buku aktiva yang diserahkan dalam pertukaran.

Apabila nilai buku mesin PT. Y kurang dari nilai pasarnya, yang mengindikasikan laba. Karena PT. Y menerima kas sebagai bagian dari transaksi, maka laba harus diakui karena telah direalisasi.

Sumber : Harahap (2005)

(ii) Penyerahan kas lebih besar 25% dari nilai pertukaran

Apabila dalam pertukaran melibatkan kas sebesar 25% atau lebih dari nilai transaksi dan transaksi dianggap sebagai transaksi tunai, semua keuntungan atau kerugian akan diakui dan aktiva dicatat menurut nilai pasarnya.

Tabel III.1

Jurnal Pembukuan Transaksi Perolehan Aktiva Tetap PT. Bank Mandiri

Jenis Transaksi Jurnal

I. Pengadaan Aktiva 1. Dibeli

a. Pada saat aktiva tetap diterima

D : Aktiva tetap dalam penyelesaian K: Giro bank / Rekening kantor yang bersangkutan

b.Pencatatan nilai jaminan

pemeliharaan

D : Aktiva tetap dalam penyelesaian K : Rekening kantor yang bersangkutan c.Pemindahan ke rekening aktiva tetap D : Aktiva tetap

K : Aktiva tetap dalam penyelesaian 2. Dibangun Sendiri

a.Pencatatan setiap pembayaran yang dilakukan per termin

D : Aktiva tetap dalam penyelesaian K: Kas / Rekening kantor yang bersangkutan

pemeliharaan K : Rekening kantor yang bersangkutan c.Pemindahan ke rekening aktiva tetap D : Aktiva Tetap

K : Aktiva tetap dalam penyelesaian 3. Menerima Donasi (Hibah) D : Aktiva tetap

K: Modal donasi / penberimaan lainnya II. Pertukaran Aktiva Tetap

1. Aktiva Tetap Belum Disusutkan Seluruhnya (Ada Nilai Buku)

a. Pelepasan aktiva tetap lama D : Akumulasi penyusutan K : Aktiva tetap (lama) b. Pencatatan aktiva tetap baru D : Aktiva tetap (baru)

K : Aktiva tetap (lama) 2. Aktiva Tetap Sudah Disusutkan

Seluruhnya (Nilai Buku Nihil) a. Pelepasan aktiva tetap lama

D : Akumulasi penyusutan (aktiva tetap lama)

K : Aktiva tetap (lama) b. Pencatatan aktiva tetap baru D: Aktivatetap(baru)

K : Kas / Aktiva (lainnya) Sumber : PT. Bank Mandiri (2006)

Dokumen terkait