• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income

tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio

profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

2.3 Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Ketika penjualan dilakukan secara kredit, berarti piutang dagang akan meningkat. Piutang juga merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas. Bagi sebagian perusahaan, piutang merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang, hal ini berarti profitabilitas perusahaanpun dapat dipertahankan. Maka, arti

penting cara perusahaan mengelola piutang dagangnya tergantung pada apa yang dijual perusahaan secara kredit.

Pada umumnya, manajemen ingin menagih piutang dengan segera, sehingga dapat mengurangi periode penagihan dan meningkatkan rasio perputaran. Mungkin saja, manajemen perusahaan sengaja memperpanjang masa pembayaran piutang tersebut dengan pertimbangan dapat dipertanggungjawabkan. Atau arti lain, tagihan yang lebih lambat bisa berarti bahwa manajemen tidak teliti dalam menjalankan tagihannya. Dengan kata lain, perusahaan mungkin tidak mengelola secara efektif piutang-piutangnya.

Mulyadi (2002 : 87), piutang merupakan “klaim kepada pihak lain

atasuang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun,

atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”. Piutang pada umumnya disajikan di

neraca dalam dua kelompok, piutang usaha dan piutang non usaha.Gitosudarmo dan Basri (2002 : 81) piutang merupakan “aktiva atau kekayaan perusahaan yang

timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.” Pos

piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin.Smith dan Skousen (2005 : 286) piutang dapat didefenisikan dalam arti luas sebagai “hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas. Selain itu juga setiap penjualan yang terjadi secara kredit, maka secara langsung akan menyebabkan munculnya piutang bagi perusahaan”.

Secara umum piutang dapat didefinisikan sebagai tagihan yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman kepada perusahaan lain dan menerima promes/wesel, melakukan suatu jasa atau beberapa tipe transaksi lainnya yang menciptakan hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang terhutang. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha dana diklasifikasikan ke dalam neraca sebagai aktiva lancar.

Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa variabel penting tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

1. Standar Kredit

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan beberapa jumlah yang dapat diberikan. Standar kredit sangat berhubungan dengan angka kredit.Sundjaja dan Barlian (2002 : 249) angka kredit adalah “prosedur

yang dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukur keseluruhan kemampuan sipeminjam dalam membayar kredit, yaitu dengan pembobotan rata-rata data keuangan dan karakteristik”.

2. Persyaratan Kredit

Adapun yang dimaksud dengan persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan atau disebut juga dengan syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu potongan tunai, periode potongan tunai, dan periode kredit.

3. Kebijakan Kredit dan pengumpulan Piutang

Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya. Sundjaja dan Barlian (2002 : 252) kebijakan penagihan piutang adalah “sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang

dagang pada saat jatuh tempo.”

Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam Sutrisno (2008 : 55), sebagai berikut:

a) Ketentuan tentang batas kredit (plafon kredit)

Pada sistem penjualan kredit, masing-masing pelanggan akan diberikan batas maksimal kredit yang bisa diambil (plafon kredit) untuk masing-masing pelanggan harus sama, tetapi tergantung dari besarnya usaha yang dimilki oleh pelanggan dan tingkat kepercayaan perusahaan kepada pelanggan. Semakin besar plafon kredit yang diberikan untuk pelanggan semakin besar investasi untuk piutang.

b) Kebiasaan pembayaran pelanggan

Seperti disebutkan di atas bahwa dalam syarat pembayaran biasanya menawarkan diskon atau potongan bila dibayar lebih awal. Apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar memanfaatkan masa diskon (discount period), maka investasi pada piutang semakin sedikit. Tetapi nilai kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin kecil. Tetapi bila kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin besar.

c) Kebijakan dalam penagihan piutang

Kebijakan dalam penagihan piutang, secara aktif maupun pasif, dapat dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan aktif dalam menagih piutang akan mempunyai pengeluaran dana yang lebih besar untuk membiayai aktivitas ini, namun dapat memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh dengan cara menagih secara langsung maupun memberi peringatan dengan mengirim surat kepada pelanggan.

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dan tingkat perputarannya. Semakin lama syarat pembayarannya berarti semakin lama modal terikat dalam piutang yang juga berarti bahwa tingkat perputaran piutangnya semakin rendah, dan sebaliknya semakin cepat perputaran piutang padaperusahaan.

Salah satu cara untuk menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perputaran piutang. Perputaran piutang merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir (2002 : 75) yaitu “semakin tinggi turn overmenunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit”.

Syamsuddin (2000 : 48), perputaran piutang merupakan “perbandingan

antara jumlah penjualan kredit selama peride tertentu dengan piutang rata-rata”.

cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang

dagang ditagih atau “perputaran piutang” selama tahun tersebut”.

Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutangnya. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan model kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.

Rasio perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

� � =

Dokumen terkait