• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP NET PROFIT MARGIN

PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

Tulus Sarah Palmeila Samosir 100522112

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwaskripsi saya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil kayta tulis saya sendiri

yang disusun sebagai tugasakademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksisesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2015

(3)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP NET PROFIT MARGIN

PADAPERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANGTERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan baik parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan terhadap net profit margin(NPM) pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat times series dan replikasi dari penelitian sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 39 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012, dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 39 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu

www.idx.co.id. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah net profit margin

(NPM)dan variabel bebas adalah perputaran piutang dan perputaran persediaan. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah asumsi klasik, kemudian dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap net profit margin (NPM). Demikian juga secara parsial, perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap net profit margin (NPM), dan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap net profit margin (NPM).

(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF RECEIVABLE TURNOVER ANDINVENTORY TURNOVER TO NET PROFIT MARGIN IN CONSUMPTION

GOODS COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to examine the significant impact of Account receivable turnover and inventory turnover to net profit margin of consumption goods companies that listed in Indonesia Stock Exchange.

This research is a kind of times series and replication of the previous research. Population of this research are 39 consumption goods companies listed in Indonesia Stock Exchange during period 2010-2012 and the sample consist of 39 companies. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this research is secondary data obtained from www.idx.co.id. Dependent variable in this research is net profit margin and independent variables are account receivable turnover and inventory turnover. The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypotesis test. Software SPSS is used to test in this research.

The result of analysis show that receivable turnover and inventory turnover simultaneously have not significantly to net profit margin. Similarly in partially, receivable turnover and inventory turnover have not significantly to net profit margin too.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang

Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Penulis telah banyak

menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.,Ak.,CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS.,Ak.,CPA., selaku ketua Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM.,Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si.,Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dalam penyelesaian Skripsi ini, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si., selaku sekretaris Jurusan Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(6)

pengarahan, bimbingan, motivasi dan bantuandari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Dra. Nurzaimah, SE. Ak., selaku Dosen Pembaca yang telah membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang Tua tercinta Ayahanda Tumpal Saut Hamonangan Samosir dan Ibunda Mylene Margaretha Simorangkir serta kedua Adik Tercinta Tigor Samuel Samosir dan Christian Andre Samosir berkat doa, kasih sayangserta kesabaran yang telah diberikan selama ini buat penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagis semua pihak.

Medan, Juni 2015 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

2.5 Tijauan Penelitian Terdahulu ... 26

2.6 Kerangka Konseptual ... 30

3.3 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran ... 33

3.3.1 Variabel Independen ... 34

3.3.2 Variabel Dependen ... 35

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian... 37

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penulisan Terdahulu ... 28

3.1 Defenisi Operasional ... 36

3.2 Perusahaan Sampel.. ... 38

3.3 Daftar Sampel Penelitian ... 40

4.1 Perhitungan Minimum, Maksimum, Mean, Median, StandarDeviasi ... 52

4.2 Hasil Pengujian Normalitas Perusahaan Barang Daftar Sampel Penelitian ... 53

4.3 Hasil Perhitungan VIF Perusahaan Barang Konsumsi.... ... 56

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas... ... 58

4.5 Hasil Uji Autokolerasi... ... 59

4.6 Nilai Koefisien Determinasi... ... 60

4.7 Hasil Perhitungan Regresi Simultan... ... 61

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual dan Variabel Penelitian ... 30

4.1 Hasil Pengujian Normalitas (Histogram)... ... 54

4.2 Hasil Pengujian Normalitas (P-Plot)... ... 55

4.3 Grafik Scatterplot Perusahaan Barang Konsumsi... ... 57

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP NET PROFIT MARGIN

PADAPERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANGTERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran persediaan baik parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan terhadap net profit margin(NPM) pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat times series dan replikasi dari penelitian sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 39 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012, dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 39 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu

www.idx.co.id. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah net profit margin

(NPM)dan variabel bebas adalah perputaran piutang dan perputaran persediaan. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah asumsi klasik, kemudian dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap net profit margin (NPM). Demikian juga secara parsial, perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap net profit margin (NPM), dan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap net profit margin (NPM).

(13)

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF RECEIVABLE TURNOVER ANDINVENTORY TURNOVER TO NET PROFIT MARGIN IN CONSUMPTION

GOODS COMPANY LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to examine the significant impact of Account receivable turnover and inventory turnover to net profit margin of consumption goods companies that listed in Indonesia Stock Exchange.

This research is a kind of times series and replication of the previous research. Population of this research are 39 consumption goods companies listed in Indonesia Stock Exchange during period 2010-2012 and the sample consist of 39 companies. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this research is secondary data obtained from www.idx.co.id. Dependent variable in this research is net profit margin and independent variables are account receivable turnover and inventory turnover. The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypotesis test. Software SPSS is used to test in this research.

The result of analysis show that receivable turnover and inventory turnover simultaneously have not significantly to net profit margin. Similarly in partially, receivable turnover and inventory turnover have not significantly to net profit margin too.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang dagang, jasa maupun manufaktur memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba dan menjaga kesinambungan perusahaan di masa akan datang. Di era globalisasi saat ini, semakin menambah permasalahan bagi manajemen suatu perusahaan di dalam mewujudkan usahanya dan menjalankan aktivitas perusahaan.

Secara umum, keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya seringkali didasarkan pada tingkat laba yang diperoleh. Akan tetapi, laba yang besar belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Tingkat efisien baru diketahui dengan cara membandingkan laba yang didapat dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut.

(15)

Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari satu tahun). Agus (2001 : 71), ”uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama

perusahaan masih beroperasi”. Oleh sebab itu, perputaran piutang dan perputaran

pesediaan harus dikelola dengan baik agar kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar dan perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Piutang merupakan salah satu pos dari aktiva lancar yang sangat penting dan memerlukan kebijakan yang baik dari manajemen dalam pengelolaannya karena selalu berputar. Smith dan Skousen (2005 : 479) “secara umum istilah piutang dapat diterapkan ke semua klaim atas uang, barang, dan jasa, akan tetapi untuk tinjauan akuntansi istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai dengan

diterimanya uang tunai (kas)”. Periode perputaran pos ini tergantung pada panjang

pendeknya ketentuan waktu yang telah disepakati.

(16)

benar-benar teliti dalam menginvestasikan dana perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keefektifan dan keefisienan perusahaan.

Masalah piutang ini menjadi penting manakala perusahaan harus menilai dan mempertimbangkan berapa besarnya jumlah piutang yang optimal. Mengingat pentingnya suatu piutang tersebut, piutang perusahaan harus dikelola secara efisien dengan biaya–biaya yang ditimbulkan karena adanya piutang. Semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biaya (carrying cost) yang dikeluarkan perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk memberikan kredit yang sudah ditetapkan dan diharapkan untuk para konsumen atau pelanggan agar mereka membayar utang tepat pada waktu yang telah ditentukan. Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup besar bagi perusahaan dan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, maka diperlukan adanya manajemen piutang yang lebih baik sehingga keuntungan–keuntungan yang didapatkan lebih meningkat. Selain itu piutang juga dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana atau modal yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dan menghasilkan keuntungan atau laba yang besar bagi perusahaan.

(17)

barang konsumsi harus menyimpan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Kegagalan pada akun ini berakibat buruk apabila tidak diperhatikan, karena dapat mengakibatkan hilangnya penjualan/pendapatan sehingga dapat mengurangi laba operasional perusahaan. Hambatan atau kendala dalam kegiatan produksi dapat terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena persediaan. Ketika terjadi kendala dalam persediaan misalnya keterlambatan persediaan, maka proses produksi secara otomatis juga akan terhambat yang nantinya akan berdampak pula dalam hal kemampuan memperoleh laba.Ukuran perusahaan merupakan variabel operasional yang dapat diidentifikasi dengan jumlah total aset yang dimiliki perusahaan. Dimana semakin besar suatu perusahaan, maka nilai persediaan yang dimiliki juga besar sehingga total aset yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi.

(18)

Perusahaan akan lebih cepat tumbuh menjadi perusahaan dengan ekuitas yang besar. Namun dengan catatan bahwa persentase laba bersih yang masuk sebagai ekuitas jauh lebih tinggi ketimbang persentase laba bersih yang dibagikan sebagai dividen. Pertumbuhan ini dikarenakan perusahaan yang selalu mencatatkan laba bersih tinggi, dan laba bersih tersebut akan masuk sebagai saldo laba yang nantinya semakin menambah ekuitas perusahaan.Perusahaan yang menarik adalah yang menikmati margin laba yang tinggi dan menghasilkan keuntungan kas untuk pemiliknya. Daya tarik ini berlanjut jika laba bersih perusahaan memberikan keuntungan tinggi pada ekuitas perusahaan.

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih.Net Profit Margin digunakan untuk menentukan mana perusahaan yang dengan pendapatan tertentu berhasil menghasilkan laba bersih maksimal. Perusahaan seperti ini lebih efisien operasionalnya ketimbang perusahaan lain. Namun, perlu dicatat bahwa membandingkan rasio Net Profit Margin suatu perusahaan dengan perusahaan lain haruslah dilakukan dalam satu sektor yang sama.Mengingat, Net Profit Margin antara sektor yang satu dengan sektor lainnya jelas sangat berbeda.

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income

(19)

rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil biaya usahanya.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Ricardo Sitorus (2010). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu objek penelitian dalam penelitian ini yaitu perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta perbedaan periode penulisan. Andayani (2009) yang

meneliti “pengaruh perputaran modal kerja dan struktur aktiva terhadap tingkat

profitabilitas perusahaan yang terdaftar di BEI”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perputaran kas dan struktur aktiva mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sitorus (2010) yang meneliti “pengaruh

perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

secara simultan perputaran piutang dan perputaran modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Net Profit Margin (NPM). Purba (2011) yang meneliti

“pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perputaran kas dan perputaran persediaan tidak memilki pengaruh terhadap profitabilitas (ROI), tetapi variabel perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROI). Wulan (2012) meneliti

“pengaruh perputaran modal kerja, piutang, dan aktiva tetap terhadap profitabilitas

(20)

perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan aktiva tetap tidak berpengaruh terhadap Return On Investment.

Oleh karena itu, perlu untuk mengkaji pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap net profit margin, mengingat suata perusahaan saat ini semakin menuju kearah efisien sehingga semua informasi yang relevan dapat dijadikan masukan untuk menilai baik ayau tidak suatu perusahaan tersebut. Berdasarkan hal-hal di atas, maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Net Profit Marginpada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BursaEfek

Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan perumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Apakah pengaruh perputaran piutang terhadap net profit margin? 2. Apakah pengaruh perputaran persediaan terhadap net profit margin? 3. Apakah pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan

(21)

1.3 Tujuan dan manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai untuk penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji pengaruh perputaran piutang terhasdap net profit margin. 2. Untuk menguji pengaruh perputaran persediaan terhadap net profit

margin.

3. Untuk menguji pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap net profit margin.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan:

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh dari modal kerja terhadap profitabilitas.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen perusahaan untuk mengelola modal kerja sebaik mungkin agar perusahaan semakin lebih baik.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Trade-Off Theory

Berbagai faktor seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Trade-off theory

dapat menyeimbangkan manfaat (perlindungan pajak) dan pengorbanan (bunga) yang timbul sebagai akibat penggunaan utang oleh perusahaan. Teori ini juga menjelaskan bahwa perusahaan meningkatkan utang dimana penghematan pajak (tax shield) lebih besar daripada pengorbananya, dan penggunaan utang tersebut akan berhenti dimana terjadi keseimbangan antara penghematan dan pengorbanan akibat penggunaan utang tersebut. 2.1.2 Pecking Order Theory

(23)

perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal.

Internal equity diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi atau amortisasi. Utang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedang eksternal equity diperoleh karena perusahaan menerbitkan saham baru.

2.1.3 Dividen Theory

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.Selain itu ada teori tentang kebijakan deviden yaitu :

1. Deviden irrelevance theory

(24)

2. Bird in The Hand Theory

Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat

ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital

gain” nanti. Tarif pajak untuk “capital gain” memang sering lebih

rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset.

3. Tax preference theory

Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap deviden dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan : a. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah

daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.

b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini. c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia

(25)

yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.

2.1.4 Signaling Theory

Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

(26)

dan seberapa besar perusahaan tersebut. Perputaran piutang yang tinggi maka kondisi modal yang ada akan semakin tinggi dan perusahaan tersebut akan menghasilkan laba bersih yang tinggi. Sedangkan apabila perputaran piutang rendah maka kondisi modal yang ada juga akan dikatakan rendah sehingga perusahaan tersebut akan menghasilkan laba bersih yang rendah. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar teliti dalam menginvestasikan dana perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keefektifan dan keefesienan perusahaan.Net profit margin diperoleh dari laba (rugi) bersih dibagi dengan penjualan pada setiap periode, sehingga net profit margin dipengaruhi oleh besarnya penjualan, beban pokok penjualan, beban usaha yang terdiri dari beban penjualan serta beban administrasi dan umum serta beban-beban lain bersih yang dikeluarkan guna menghasilkan laba bersih setiap periode. Net profit margin dapat meningkatkan penjualan sehingga menghasilkan laba bersih secara maksimal demikian juga sebaliknya.

(27)

diterima perusahaan. Kecepatan perputaran piutang juga dapat ditingkatkan dengan jalan menjual piutang ataupun jaminan dalam transaksi peminjaman, namun hal ini juga dapat menimbulkan kerugian dan beban bunga pinjaman kredit sehingga dapat menurunkan laba.

Persediaan yang berputar dengan lebih cepat, maka lebih sedikit risiko kerugian, jika persediaan itu turun nilainya atau jika terjadi perubahan dalam permintaan maupun perubahan mode. Di samping itu, biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang. Dengan menjual barang persediaan baik berupa bahan mentah, barang dalam proses maupun barang jadi maka dapat diperoleh kas yang dapat meningkatkan laba. Semakin tinggi perputaran persediaan menunjukkan bahwa semakin efektif dan efisien perusahaan dalam mengelola persediaannya, berarti laba yang didapatkan perusahaan semakin besar pula, sehingga net profit margin perusahaan semakin tinggi juga.

Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencairan dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Teori pecking order

(28)

tersebut secara kredit dimana pelanggan akan menimbulkan piutang yang banyak dalam perusahaan, maka akan meningkatkan perputaran piutang juga. Dengan demikian perputaran persediaan yang meningkat akan meningkatkan perputaran piutang juga. Perputaran piutang dan perputaran persediaan yang meningkat maka akan meningkatkan net profit margin pada suatu perusahaan. Net profit margin

yang meningkat tersebut akan menghasilkan laba yang tinggi. Laba yang tinggi tersebut akan menghasilkan kas yang banyak sehingga perusahaan tersebut menjadi likuid dan perusahaan tersbut akan memprioritaskan laba untuk membiayai perusahaannya. Kas tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kinerja perusahaan dan dengan demikiannilai utang dalam perusahaan pun akan menurun karena tersedianya kas yang banyak dalam perusahaan sehingga perusahaan tidak perlu meminjam uang kepada pihak lain untuk mendanai kinerja perusahaan. Oleh karena itu, pecking order theory menyatakan bahwa tingkat net profit margin yang tinggi akan menghasilkan laba yang tinggi juga sehingga

internal equity pada perusahaan pun besar dan perusahaan akan menggunakan pendaanaan internal tersebut untuk mendanai proyek-proyek dan tidak terlalu perlu meminjam uang kepada kreditur (penggunaan external equity) sehingga dapat tidak menimbulkan utang yang berisiko.

2.2 Margin Laba Bersih (Net Profit Margin / NPM)

(29)

jangka panjang, mengevaluasi resiko investasi. Informasi ini dianggap penting untuk diungkapkan kepada publik sebagai dasar untuk meramalkan kinerja masa yang akan datang dan menarik investor. Sehingga perusahaan yang ingin mensejahterakan investor cenderung akan mengungkapkan informasi net profit margin secara luasdalam laporan keuangan. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya perusahaan pada peiode tertentu. Rasio ini membandingkan antara keuntungan bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih. Kalau rasio ini semakin tinggi berarti menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Apabila rasio ini rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.

Prastowo (2005 : 97) rasio Net Profit Margin (NPM) merupakan “rasio yang mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan”. Alexandri (2008 : 200) Net Profit Margin (NPM) adalah “rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak”. Bastian dan Suhardjono (2006 : 299)

(30)

ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan agar lebih berhasil untuk menghasilkan margin laba tertentu, misalnya angka Net Profit Margin dapat dikatakan baik apabila lebih dari 5%.

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

��� �� �� � � = � � � %

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income

tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio

profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

2.3 Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

(31)

penting cara perusahaan mengelola piutang dagangnya tergantung pada apa yang dijual perusahaan secara kredit.

Pada umumnya, manajemen ingin menagih piutang dengan segera, sehingga dapat mengurangi periode penagihan dan meningkatkan rasio perputaran. Mungkin saja, manajemen perusahaan sengaja memperpanjang masa pembayaran piutang tersebut dengan pertimbangan dapat dipertanggungjawabkan. Atau arti lain, tagihan yang lebih lambat bisa berarti bahwa manajemen tidak teliti dalam menjalankan tagihannya. Dengan kata lain, perusahaan mungkin tidak mengelola secara efektif piutang-piutangnya.

Mulyadi (2002 : 87), piutang merupakan “klaim kepada pihak lain atasuang, barang, atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun,

atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan”. Piutang pada umumnya disajikan di

neraca dalam dua kelompok, piutang usaha dan piutang non usaha.Gitosudarmo dan Basri (2002 : 81) piutang merupakan “aktiva atau kekayaan perusahaan yang

timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.” Pos

(32)

Secara umum piutang dapat didefinisikan sebagai tagihan yang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul ketika perusahaan memberikan pinjaman kepada perusahaan lain dan menerima promes/wesel, melakukan suatu jasa atau beberapa tipe transaksi lainnya yang menciptakan hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang terhutang. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha dana diklasifikasikan ke dalam neraca sebagai aktiva lancar.

Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa variabel penting tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

1. Standar Kredit

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan beberapa jumlah yang dapat diberikan. Standar kredit sangat berhubungan dengan angka kredit.Sundjaja dan Barlian (2002 : 249) angka kredit adalah “prosedur yang dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukur keseluruhan kemampuan sipeminjam dalam membayar kredit, yaitu dengan pembobotan rata-rata data keuangan dan karakteristik”.

2. Persyaratan Kredit

(33)

3. Kebijakan Kredit dan pengumpulan Piutang

Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya. Sundjaja dan Barlian (2002 : 252) kebijakan penagihan piutang adalah “sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang

dagang pada saat jatuh tempo.”

Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam Sutrisno (2008 : 55), sebagai berikut:

a) Ketentuan tentang batas kredit (plafon kredit)

Pada sistem penjualan kredit, masing-masing pelanggan akan diberikan batas maksimal kredit yang bisa diambil (plafon kredit) untuk masing-masing pelanggan harus sama, tetapi tergantung dari besarnya usaha yang dimilki oleh pelanggan dan tingkat kepercayaan perusahaan kepada pelanggan. Semakin besar plafon kredit yang diberikan untuk pelanggan semakin besar investasi untuk piutang.

b) Kebiasaan pembayaran pelanggan

Seperti disebutkan di atas bahwa dalam syarat pembayaran biasanya menawarkan diskon atau potongan bila dibayar lebih awal. Apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar memanfaatkan masa diskon (discount period), maka investasi pada piutang semakin sedikit. Tetapi nilai kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin kecil. Tetapi bila kebiasaan pelanggan membayar saat jatuh tempo investasi pada piutang semakin besar.

c) Kebijakan dalam penagihan piutang

(34)

Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya investasi dalam piutang dapat diketahui dan tingkat perputarannya. Semakin lama syarat pembayarannya berarti semakin lama modal terikat dalam piutang yang juga berarti bahwa tingkat perputaran piutangnya semakin rendah, dan sebaliknya semakin cepat perputaran piutang padaperusahaan.

Salah satu cara untuk menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan melihat perputaran piutang. Perputaran piutang merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Rasio perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir (2002 : 75) yaitu “semakin tinggi turn overmenunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit”.

(35)

cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang

dagang ditagih atau “perputaran piutang” selama tahun tersebut”.

Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutangnya. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan model kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.

Rasio perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

� � =�

2.4 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

(36)

Syamsuddin (2000 : 280) persediaan merupakan

investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan industri. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan bahan mentah dan barang dalam proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi, sedangkan barang jadi harus selalu tersedia sebagai buffer stock agar memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang timbul.

Sejumlah aspek dari persediaan memerlukan elaborasi yang lebih mendalam, misalnya tentang beberapa macam persediaan, berapa jumlah persediaan yang dianggap tepat atau baik menurut pandangan dari beberapa fungsi atau departemen yang berbeda di dalam perusahaan, hubungan antara persediaan dengan jumlah modal yang dinvestasikan serta hubungan antara persediaan dengan piutang perusahaan.

Tujuan memegang persediaan adalah untuk memisahklan operasi-operasi perusahaan yakni membuat setiap fungsi bisnis independen dari fungsi lainnya sehingga penundaan atau penghentian pada suatu bidang tidak mempengaruhi produksi dan penjualan produk jadi.

Keown dkk (2010 : 312) terdapat beberapa jenis-jenis persediaan yaitu: 1. Persediaan bahan mentah

Ini mencakup bahan-bahan dasar yang dibeli dari perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan yang bersangkutan.

2. Persediaan work-in-process

Ini mencakup barang setengah jadi yang membutuhkan kerja tambahan sebelum menjadi barang jadi.

3. Persediaan barang jadi

(37)

Untuk mengontrol investasi dalam persediaan, manajemen harus berusahamenyelesaikan dua masalah yaitu:

a) Masalah jumlah pemesanan (order quantity), yakni penentuan ukuran order optimal bagi suatu persediaan dilihat dari segi kegunaan, biaya pemeliharaan, dan biaya pemesanan.

b) Masalah point problem (order point), menentukan seberapa rendah persediaan dikosongkan sebelum pemesanan kembali.

Yamit (2005 : 9), biaya-biaya yang timbul dalam persediaan sebagai berikut:

1) Biaya pembelian (purchase cost)

Yaitu, harga per unit apabila item dibeli dari pihak lain, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan.

2) Biaya pemesanan (order cost/set up cost)

Biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (set up cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan.

3) Biaya simpan (carrying cost/holding cost)

Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk penyimpanan persediaan.

4) Biaya kekurangan persediaan

(38)

tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya.

Sundjaja dan Barlian (2002 : 136) perputaran persediaan hanya akan

mempunyai arti “jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang

sama atau perputaran persediaan perusahaan masa lalu. Perputaran

persediaanmengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan”.

Agus (2001 : 56) perputaran persediaan dihitung dengan cara “membagi harga pokok penjualan (cost of goodssold) dengan rata-rata persediaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola

persediaan”.

Keown dkk (2011 : 78) rasio perputaran persediaan menandakan

“likuiditas relatif persediaan yang diukur dengan berapa kali penggantian

persediaan perusahaan selama tahun tersebut.”

Munawir (2002 : 77) perputaran persediaan adalah “rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan”. Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan dijual dan diganti dalam waktu satu mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan.

(39)

perputaran persediaan. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.

Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

� � = �

Munawir (2007 : 77), menerangkan bahwa “turnover persediaan adalah merupakan ratio atau jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata – rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan”.

Dibutuhkan konsistensi dalam penggunaan harga pokok penjualan sebagai pembilang karena, seperti juga persediaan, akun ini disajikan berdasarkan biaya perolehan. Sebaliknya, penjualan, mencakup margin laba. Persediaan rata–rata dihitung dengan menambah saldo awal dan saldo akhir persediaan, dan membaginya dengan dua. Perhitungan rata–rata ini dapat diperhalus dengan rata– rata angka persediaan kuartalan atau bulanan.

2.5 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas telah beberapa kali dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Diah Gumelar Andayani (2009) yang meneliti

“pengaruh perputaran modal kerja dan struktur aktiva terhadap tingkat

(40)

perputaran persediaan berpengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

Penelitian yang dilakukan oleh Ricardo Sitorus (2010) yang meneliti

“pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya adalah

secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap net profit margin (NPM). Tetapi, secara parsial, perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap net profit margin, sedangkan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap net profit margin (NPM).

Penelitian yang dilakukan oleh Jepri Supomo Purba (2011) yang meneliti

“pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitiannya adalah

perputaran kas dan perputaran persediaan tidak memilki pengaruh terhadap ROI, tetapi perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap ROI.

Penelitian yang dilakukan oleh Irfani Wulan Sari (2012) yang meneliti

“pengaruh perputaran modal kerja, piutang, dan aktiva tetap terhadap profitabilitas

(41)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitan Hasil Penelitian

(42)

3. Jepri perputaran modal kerja, perputaran piutang, dan

aktiva tetap

berpengaruh secara signifikan dan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI.

(43)

2.6 Kerangka Konseptual

Erlina (2011 : 28) kerangka konseptual adalah “suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting

yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Kerangka konseptual akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penulisan, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Begitu juga jika ada variabel lain yang menyertainya, maka peran variabel tersebut harus dijelaskan.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penulisan, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

H1

H3

H2

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual dan Variabel Penelitian Perputaran Piutang

(X1)

Perputaran Persediaan (X2)

Net Profit Margin

(44)

Semakin tinggi account receivableturnover suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya. Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijaksanaan seperti ini cukup sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijaksanaan penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.

Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang, hal ini berarti profitabilitas perusahaanpun dapat dipertahankan.

Semakin tinggi inventory turnover yang diperoleh, semakin efisien perusahaan di dalam melaksanakan operasinya. Tetapi di luar itu, tingginya

(45)

2.7 Hipotesis

Erlina (2011 : 41) hipotesis merupakan “penjelasan sementara tentang

perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi”.

Hipotesis dari penulisan ini adalah:

H1 : Perputaran piutang berpengaruh terhadap net profit margin.

H2 : Perputaran persediaan berpengaruh terhadap net profit margin.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu kerangka kerja untuk merinci hubungan antar variabel dalam satu penelitian. Erlina (2011 : 61) desain penelitian

merupakan “suatu rencana untuk memilih sumber-sumber dan jenis informasi

yang dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, untuk merinci hubungan antara variabel dalam kajian tersebut dan cetak biru yang memberi garis

besar dari setiap prosedur mulai dari hipotesis sampai kepada analisis data”.

Penelitian ini menguji pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bulan Maret 2013.

3.3 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

(47)

3.3.1 Variabel Independen

Indriantoro danSupomo (2002 : 63) variabel independen adalah “tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain”. Penulisan ini menggunakan dua variabel independen, sebagai berikut:

1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Perputaran piutang (X1) mengukur perbandingan penjualan

perusahaan dan besarnya piutang yang belum ditagih. Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya. Semakin lama syarat pembayarannya berarti semakin lama modal terikat dalam piutang yang juga berarti bahwa tingkat perputarannya semakin rendah dan begitu juga sebaliknya.Perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut:

� � = �

2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah.

(48)

penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.Perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

� � =�

3.3.2 Variabel Dependen

Indriantoro danSupomo (2002 : 63) variabel dependen adalah “tipe

variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.”

Variabel dependen yang digunakan dalam variabel ini adalah net profit margin, yang merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

Net Profit Margin digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut:

(49)

Tabel 3.1 Defenisi Opersaional

Jenis Variabel

Nama

Variabel Defenisi Pengukuran Skala

Independen Receivable lamanya waktu piutang dagang ditagih atau relatif persediaan yang diukur dengan berapa

kali penggantian Hadi (2006 : 39) data sekunder adalah “data yang didapatkan oleh peneliti secara

tidak langsung dari obyek penelitia”. Sumber data sekunder pada penelitian ini

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id dan

(50)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Erlina (2011 : 73) populasi adalah”sekelompok orang, kejadian, suatu yang

mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi penulisan ini adalah perusahaan

barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Erlina (2011 : 73) sampel adalah “bagian populasi yangdigunakan untuk

memperkirakan karakteristik populasi”. Ada dua metode dalam pengambilan

sampel yaitu probabilitas dan non probabilitas.

Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan auditan selama periode 2010-2012.

2. Perusahaan memiliki tahun buku yang berakhir 31 Desember. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseragaman waktu pelaporan keuangan. 3. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah dalam laporan

keuangannya.

(51)

Tabel 3.2 Perusahaan Sampel

No Kode Populasi Penelitian

1 ADES PT Aksha Wira International Tbk 2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 ALTO PT Tri Banyan Tirta Tbk

4 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 5 DAVO PT Davomas Abadi Tbk

6 DLTA PT Delta Djakarta Tbk

7 DNET PT Industrtel Makmur International Tbk 8 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk

9 GGRM Gudang Garam Tbk

10 HMSP Handjaya Mandala Sampoerna Tbk 11 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk

13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 14 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 15 KDSI Kedawung Setia Industri Tbk 16 KLBF PT Kalbe Farma Tbk

17 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk

(52)

19 MBTO PT Martina Berto Tbk 20 MERK PT Merck Tbk

21 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 22 MRAT PT Mustika Ratu Tbk

23 MYOR PT Mayora Indah Tbk

24 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk

25 PYFA PT Priyadam Farma Tbk

26 RMBA Bentoel International Investama Tbk 27 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk 28 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk

29 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 30 SKBM PT Sekar Bumi Tbk

31 SKLT PT Sekar Laut Tbk

32 SRTG PT Saratoga Investama Sedaya Tbk 33 STTP PT Siantar Top Tbk

34 SQBB PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 35 TCID PT Mandom Indonesia Tbk

36 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk

37 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

(53)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi pustaka yakni membaca dan mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini dan dokumentasi penelitian terdahulu sebagai referensi serta melalui media internet dengan mengunduh data berupa laporan keuangan periode tahun 2010 sampai 2012 dari website Bursa Efek Indonesia.

3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.7.1 Metode Deskriptif adalah suatu metode analisis data dengan mengumpulkan data, menyusun, menginterpretasikan dan menganalisis data tersebut sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

3.7.2 Analisis Regresi

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh ada hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan nilai beta

(54)

mengetahui proporsi dari total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh beberapa variabel independen secara bersama-sama diukur melalui koefisien determinasi yang dinyatakan dalam nilai

� . Kemudian dilakukan uji signifikansi keseluruhan terhadap

regresi berganda yang ditaksir, dalam hal ini NPM berkorelasi linear dengan receivable turnover dan inventory turnover secara bersama-sama yang dikenal dengan uji statistik f. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi t yakni menguji signifikansi koefisien regresi (beta) masing-masing variabel independen secara parsial. Model regresi yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

NPM = α+ β1RT + β2 IT + e

dimana:

NPM = Net Profit Margin

RT = Receivable Turnover

IT = Inventory turnover

α = Konstanta

β1–β2 = Koefisien variabel independen

e = Variabel Pengganggu

3.7.2.1 Pengujian Asumsi Klasik

(55)

regresi di atas. Pengujian asumsi klasik ini terdiri dari uji normalisasi, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, serta uji autokorelasi.

3.7.2.1.1 Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regressi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Test statistik sederhana yang dapat dilakukan adalah berdasarkan nilai kurtosis atau skewness. Erlina (2011 : 101) nilai Z dari uji

Skewness dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Zhitung = ���� �

√6/

Sedangkan nilai t kurtosis dapat dihitung dengan rumus: Zkurtosis

=

� �

√ 4/

(56)

3.7.2.1.2 Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variable independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak trejadi korelasi diantara variable independen. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, namun tidak ada kesepakatan umum tentang tentang uji yang paling tepat. Erlina (2011 : 104) ada dua uji multikolinearitas yang sering digunakan yaitu dengan melihat nilai Variance Inflation Faktor

(VIF):

VIF =

T lera ce

VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit varian pada koefisisn estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. semakin tinggi VIF, semaik berat dampak dari multikolinearitas. Pada umumnya jika nilai VIF>10, maka terjadi multikolinearitas yang cukup berat di antara variable independen.

(57)

nilai absolutnya, maka ada dua variabel penjelas tertentu berkorelasi dan masalah multikolinearitas ada dalam persamaan tersebut. Erlina (2011 : 104) suatu model terdapat gejala

multikolinearitas “jika korelasi diantar variabel

independen lebih besar dari 0.8”.

3.7.2.1.3 Heteroskedastisitas

(58)

Salah satu cara untuk melihat ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat scatter

diagram nilai residu terhadap waktu atau terhadap satu dari lebih variabel-variabel bebas yang diduga sebagai penyebab heterokedastisistas. Suatu model mengandung heterokedastisistas apabila nilai-niai residunya membentuk pola sebaran yang meningkat, yaitu secara terus menerus bergerak menjauhi garis nol. Selain itu dapat juga dilihat melalui grafik normalitasnya terhadap variabel yang digunakan. Jika data yang dimiliki terletak menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan tidak ada yang berpencar maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas tetapi homokedastisitas. Untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas dalam model regresi, maka digunakan uji Glejser yang dilakukan dengan menggunakan rumus:

(59)

dimana:

ei

= Residual

Xi = Variabel independen yang diperkirakan

mempunyaihubungan erat dengan

variance (

i2)

Vi = Unsur kesalahan

3.7.2.1.4 Autokorelasi

Pengujian asumsi klasik yang keempat pada model regresi adalah uji autokorelasi, yang digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Gejala autokorelasi tersebut dapat dengan menggunakan Durbin-Watson test melalui nilai

(60)

Erlina (2011 : 107) pedoman pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak di antara batas atas atau upper bond (DU), yaitu antara DU dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak terjadi autokorelasi.

2 Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (DL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol yang berarti terjadi autokorelasi positif.

3 Bila nilai DW lebih besar daripada(4-DL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol yang berarti terjadi autokorelasi negatif.

4 Bila nilai DW terletak di antara batas atas (DU) dan batas bawah (DL), yaitu antara DU dan DL atau antara (4-DU)dan (4-DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.7.2.2 Pengujian Hipotesis

(61)

3.7.2.2.1 Uji t statistik

Dalam melakukan uji hipotesis pertama dan hipotesis kedua, digunakan uji t. Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t ini dilakukan dengan cara menilai tingkat signifikansi t hitung, dimana apabila tingkat

signifikansi tersebut lebih kecildari alfa (α),

maka berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen, sehingga hipotesis diterima.

Uji keberartian koefisien (

b

i) dilakukan dengan

statistik-t. Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variable independennya. Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis pertama dan hipotesis kedua, adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H0: β1 s/d 5 = 0 dan

H1: β1s/d 5 ≠ 0

(62)

Nilai thitung dapat dicari dengan rumus:

3.7.2.2.2 Uji F Statistik

Uji ini digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variable independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis inidirumuskan sebagai berikut :

H0 : p = 0

H1: p ≠ 0

Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus :

Fhitung =

artinya secara bersama-sama variabel bebas (X1

dan X2) berpengaruh signifikan terhadap

(63)

Jika Fhitung<Ftabel( α, k-1, n-k), maka H0 diterima

dan H1 ditolak atau dikatakan tidak signifikan,

artinya secara bersama-sama variabel bebas (X1

s/d X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi dalam penelitian ini, maka diperlukan data dari perusahaan-perusahaan yang diteliti agar dapat diketahui bagaimana pengaruh yang terjadi antara perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap net profit margin.

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah 39 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive samplingdiperoleh 39 perusahaaan yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan sebelumnya. Berdasarkan analisis data diperoleh jumlah sampel secara keseluruhan yang diteliti adalah sebanyak 117 sampel untuk periode 3 tahun dimulai dari tahun 2010 sampai 2012.

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

(65)

pengolahan data dengan bantuan SPSS 22, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Perhitungan Minimum, Maksimum, Mean, Median, Standar Deviasi Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Receivable Turnover 117 2,400 20,370 8,82870 5,180020

Inventory Turnover 117 ,181 10,790 3,80835 2,742967

Net Profit Margin 117 -,095 ,308 ,09122 ,090639

Valid N (listwise) 117

Sumber: Data Sekunder dariwww.idx.co.id (diolah kembali)

Tabel di atas diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 sampel. Selain itu dapat diketahui bahwa:

1. Receivable Turnover minimum 2,400 dan maximum 20,370, rata-rata 8,82870 dengan standard deviasi 5,180020.

2. Inventory Turnover minimum 0,181dan maximum 10,790, rata-rata 3,808 dengan standard deviasi 2,743.

3. Net Profit Margin minimum -0.095 dan maximum 0,308, rata-rata 0,091 dengan standard deviasi 0,091.

4.2.2. Hasil Uji Asumsi Klasik

(66)

4.2.2.1 Normalitas Data

Untuk menentukan data dengan uji Kolmogorov-Smirnov, nilai signifikansi harus di atas 0.05 atau 5% (Erlina, Sri Mulyani 2011). Pengujian terhadap normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai Logaritma natural dari Receivable Turnover, Inventory Turnover dan Net Profit Marginmempunyai nilai signifikansi di atas 0.05, sehingga data yang ada terdistribusi normal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat data yang outlier yang dapat mengakibatkan hasil penelitian menjadi bias sehingga dapat digunakan untuk memprediksi NPM perusahaan yang listed di BEI periode 2010-2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Normalitas Perusahaan Barang Konsumsi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ln_RT Ln_IT Ln_NPM

N 117 117 108

Normal Parametersa,b Mean 2,0064 1,0648 -2,6778

Std. Deviation ,60066 ,79840 1,00097

Most Extreme Differences Absolute ,077 ,055 ,070

Positive ,077 ,050 ,067

Negative -,072 -,055 -,070

Test Statistic ,077 ,055 ,070

Asymp. Sig. (2-tailed) ,083c ,200c,d ,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

(67)

Pengujian normalitas dapat juga dilakukan dengan analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot.

Sumber: Output SPSS 22, Histogram

Gambar 4.1

(68)

Sumber: Output SPSS 22 P-Plot

Gambar 4.2

Hasil Pengujian Normalitas Perusahaan Barang Konsumsi Pada scasterplot terlihat titik-titik yang mengikuti data disepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal

4.2.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen digunakan variance inflation factor

(69)

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan VIF Perusahaan Barang Konsumsi

Model t Sig.

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) 4,760 ,000

Receivable Turnover -,790 ,431 ,997 1,003

Inventory Turnover ,272 ,786 ,997 1,003

Sumber: Output SPSS 22;Coefficientsa

Sampel tabel 4.3 menunjukkan bahwa ke-2 variabel independentidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.01. Dengan demikian dua variabel independen (Receivable Iturnover, Inventory Turnover) dapat digunakan untuk memprediksi NPM selama periode pengamatan.

4.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Glejser test digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas. Glejser menyarankan untuk meregresi nilai absolut dari ei terhadap variabel X (variabel bebas) yang diperkirakan mempunyai

hubungan yang erat dengan δi2 dengan menggunakan rumus perhitungan

sebagai berikut:

[ei] = β1 Xi+ Vi yang mana:

[ei] merupakan penyimpangan residual;

dan Ximerupakan variabel bebas.

Untuk menentukanheteroskedastisitas juga dapat menggunakan grafik

(70)

terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak digunakan. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot di tunjukkan pada gambar 4.3 dibawah ini:

Sumber: Output SPSS 22, ScatterPlot

Gambar 4.3

Grafik Scatterplot Perusahaan Barang Konsumsi

Pada grafik ScatterPlotyang disajikan terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi NPM berdasarkan masukan variable independennya.

(71)

Tabel 4.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas Perusahaan Barang Konsumsi

Model

Sumber: Output SPSS 22; Coefficientsa

Hasil tampilan outputSPSS dengan jelas menunjukkan pada tabel 4.4 tidak ada satupun variable independen yang signifikan secara statistic

mempengaruhi variable independen absolut Ut (ABSUT).

Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak signifikan, sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas dalam varian kesalahan. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua variabel independent (Receivable Iturnover, Inventory Turnover) benar-benar mempengaruhi NPM dan tidak berpengaruh terhadap variabel residualnya, sehingga penelitian ini homoskedastisitas.

4.2.4 Hasil Uji Autokorelasi

Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1
Tabel 3.1 Defenisi Opersaional
Tabel 3.2 Perusahaan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perputaran persediaan barang jadi terhadap modal kerja pada perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN, PERPUTARAN TOTAL AKTIVA, PERPUTARAN MODAL KERJA DAN PROFIT MARGIN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PADA

Perkembangan positif dari hasil produksi dan penjualan membawa konsekuensi pada meningkatnya kebutuhan modal kerja, namun untuk mengetahui berapa jumlah modal kerja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perputaran persediaan barang jadi terhadap modal kerja pada perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

Pengaruh Penjualan , Hutang Lancar , Modal Kerja dan Perpurtaran Persediaan Terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI TEKSTIL YANG TERDAFTAR DI BURSA

Perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan industri tekstil yang terdaftar di