• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015 - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015 - UMBY repository"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

26 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kas

Dalam neraca kas diletakkan paling atas, hal ini dilakukan karena kas adalah yang paling likuid diantara barang lainnya, dalam artian jika suatu perusahaan sedang membutuhkan atau memerlukan uang maka dapat langsung diambil dari kas. Kas itu sendiri didefinisikan sebagai suatu kepemilikan perusahaan dalam bentuk uang tunai atau currency (mata uang) seperti rupiah, dollar Amerika, yen Jepang, ringgit Malaysia, euro dan masih banyak lagi yang lainnya. Menurut PSAK No.2 (IAI:2013 :22), kas terdiri dari saldo kas (cash on hand), rekening giro, atau setara kas (cash equivalent) adalah sebuah investasi yang bersifat sangat likuid, berjangka pendek dan bisa dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko atas perubahan nilai yang signifikan. Menurut Harahap (2011 : 258), kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Setiap saat dapat ditukar menjadi kas 2. Tanggal jatuh temponya sangat dekat

(2)

27

Menurut Munawir (2010 : 14), “Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali setiap saat oleh perusahaan.”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kas merupakan harta yang paling lancar (current asset) yang dimiliki suatu perusahaan yang dapat berbentuk uang logam, uang kertas, rekening giro atau setara kas, dan pos-pos lainnya yang dapat dipergunakan sebagai media tukar dan mempunyi pengukuran akuntansi.

2.1.2 Jenis dan Fungsi Kas

Secara umum perusahaan membagi jenis-jenis kas menjadi dua kelompok yaitu :

1. Kas kecil (Petty Cash / Cash On Hand)

(3)

28

kecil menggunakan dua metode pencatatan yaitu sistem dana tetap (imprest fund system) dan sistem dana berubah (fluctuation fund system). Petty Cash ini juga berfungsi sebagai cadangan jika ada transaksi-transaksi dengan nominal sedikit dan sangat tidak ekonomis jika menggunakan pembayaran melalui cek. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu menunjuk seorang staf yang bertanggung jawab mengatur dan mengelola kas kecil yang membiayai seluruh kebutuhan operasional perusahan yang sifatnya nominal kecil. Adapun tujuan dari dibentuknya kas kecil adalah sebagai berikut :

1. Untuk membayar tagihan perusahaan yang jumlahnya kecil

2. Untuk dana cadangan yang akan digunakan untuk membayar tagihan yang mendadak

3. Dana langsung perusahaan yang akan digunakan untuk beberapa tagihan yang tidak simpel jika menggunakan cek

4. Untuk merespon dengan cepat proses pembayaran dengan dana cash dan harus menggunakan lampiran laporan keuangan dan yang harus mendapatkan persetujuan dari pimpinan.

2. Kas di Bank (Cash In Bank)

(4)

29

Rekonsiliasi bank adalah suatu schedul informasi yang menjelaskan setiap perbedaan antara catatan bank dan catatan kas nasabah (perusahaan). Rekonsiliasi bank dianggap penting karena pada akhir setiap bulan kalender, bank mengirimkan kepada setiap nasabahnya suatu laporan rekening koran (salinan rekening bank untuk nasabah tersebut) bersama dengan cek nasabah yang telah dibayarkan oleh bank selama bulan itu. Adapun fungsi dari kas bagi perusahaan yaitu :

1. Sebagai alat tukar atau alat bayar dalam jumlah kecil maupun besar 2. Alat yang diterima sebagai setoran oleh bank sebesar nilai nominalnya 3. Kas juga digunakan untuk investasi baru dalam aktiva tetap.

2.1.3 Sumber Penerimaan dan Pengeluran Kas

Sumber penerimaan kas pada suatu perusahaan yaitu : 1. Aktivitas Operasi

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan (PSAK No.3 Revisi 2013). Contoh transaksi aktivitas operasi yaitu :

a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa

b. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi

(5)

30 2. Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi merupakan perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas (PSAK No. 2 Revisi 2013). Adapun contoh transaksinya yaitu :

a. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri

b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidaak berwujud, dan aset jangka panjang lain

c. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan).

3. Akivitas Pendanaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas (PSAK No. 2, Revisi 2009).

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan yaitu : a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen modal lain b. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek,

dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain

(6)

31

Adapun sumber pengeluaran kas pada suatu perusahaan antara lain :

1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.

2. Pembelian barang secara tunai , adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran bunga, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian

3. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, pembayaran denda-denda lainnya.

2.1.4 Perputaran Kas

Perputaran kas adalah ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah yang berasal dari aktivitas operasional.

Menurut K.R Subramanyam (2010 : 45), perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus :

Perputaran kas =

(7)

32

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa (Kasmir, 2012) :

1. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihannya

2. Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja dengan kas yang lebih sedikit.

2.1.5 Pengertian Piutang

Piutang merupakan bentuk penjualan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dimana pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, namun bersifat bertahap. Menurut Munawir (2014), piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Penjualan piutang artinya lebih jauh perusahaan menerapkan menajemen kredit. Dan salah satu target dari manajemen kredit adalah tercapainya target penjualan sesuai dengan perencanaan, serta selanjutnya menunggu masuknya dana angsuran ke kas perusahaan.

(8)

33

Dalam kebijakan perusahaan, piutang terbesar itu terlihat pada piutang dagang (account receivable), dan piutang dagang tersebut timbul dari adanya daya tarik konsumen yang tinggi terhadap suatu produk hasil dari ciptaan perusahaan tersebut. Penjualan produk secara kredit atau piutang dagang dilakukan dengan maksud untuk menggenjot penjualan agar tercapai sesuai target yang diinginkan. Bagi perusahaan semakin besar piutang dagang maka artinya semakin besar pula kepemilikan finansial yang berada diluar yang akan masuk secara bertahap dan sistematis ke kas perusahaan (Irham, 2013).

2.1.6 Klasifikasi piutang

Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi dan piutang bersumber dari kegiatan operasi normal perusahaan yaitu penjualan kredit atas barang dan jasa kepada para pelanggan, akan tetapi ada beberapa sumber piutang lainnya. Menurut Warren (2013 : 442), menjelaskan klasifikasi piutang ada tiga jenis yaitu :

1. Piutang usaha (Account receivable)

(9)

34

didukung oleh dokumen-dokumen pendukung perusahaan yaitu faktur dan kontrak-kontrak penyerahan.

2. Wesel tagih (Notes receivable)

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan disaat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Apabila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan, maka hal itu terkadang disebut sebagai piutang dagang (trade receivable).

3. Piutang lainnya (Other receivable)

Piutang lainnya biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar, dan dilaporkan dibawah judul investasi. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang karyawan perusahaan.

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi piutang

(10)

35 1. Volume penjualan kredit

Semakin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan, maka akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya semakin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang, maka akan memperkecil jumlah piutang.

2. Syarat pembayaran penjualan kredit

Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit, berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit, berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang.

3. Ketentuan dalam pembatasan kredit

Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.

4. Kebijakan dalam pengumpulan piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijakannya dalam pengumpulan piutang dalam dua cara yaitu pasif dan aktif. Perusahaan yang menjalankan kebijakannya secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluran uang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan kebijakannya secara pasif.

5. Kebiasaan membayar dalam pelanggan

(11)

36 2.1.8 Pengumpulan piutang

Di dalam usaha pengumpulan piutang, perusahaan harus berhati-hati agar tidak terlalu agresif dalam usaha-usahanya menagih piutang dari para pelanggan. Apabila pelanggan tidak dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya perusahaan menunggu terlebih dahulu sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar sebelum menerapkan prosedur-prosedur atau kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang yang telah ditetapkan. Sejumlah tekhnik pengumpulan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan apabila langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang ditentukan adalah sebagai berikut (Utami, 2015) :

1. Melalui Surat

Apabila waktu pembayaran utang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran, maka perusahaan dapat mengirimkan surat untuk mengingatkan pelanggan yang belum membayar tersebut bahwa utangnya sudah jatuh tempo.

2. Melalui telepon

(12)

37 3. Kunjungan personal

Tekhnik pengumpulan piutang dengan jalan melakukan kunjungan secara personal ke tempat pelanggan seringkali digunakan karena tekhnik ini dirasa sangat efektif dalam usaha pengumpulan piutang.

4. Tindakan yuridis

Apabila semua teknik pengumpulan piutang diatas sudah dilakukan, tetapi ternyata pelanggan masih tidak mau membayar utang-utangnya, maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

2.1.9 Pengakuan dan Penilaian Piutang

Menurut (Warren, 2008), pengakuan piutang usaha berkaitan dengan pengakuan pendapatan. Karena pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan telah direalisasi atau dapat direalisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih ke pembeli tergantung pada syarat atau perjanjian antara pembeli dengan penjual sebelumnya. Adapun syarat perjanjian yang terjadi antara pembeli dengan penjual yaitu :

1. FOB Shipping Point

Free On Board Shipping Point merupakan suatu penyerahan barang

(13)

38

pembeli dari beban angkut pengiriman barang hanya sampai di tempat pengiriman, dan beban dari tempat pengiriman ke tempat yang diinginkan pembeli merupakan tanggungan pembeli

2. FOB Destination

Free On Board Destination merupakan syarat dimana pihak penjual

membebaskan pembeli dari keharusan membayar biaya angkut barang yang telah dibeli. Maksudnya biaya pengangkutaan barang dari tempat penjual ke gudang pembeli ditanggung oleh penjual.

Pengakuan untuk beban angkut barang yang dijual dapat diberlakukan sebagai penjualan dan dapat pula diberlakukan sebagai pengurang terhadap penjulan kotor, namun keduanya akan mengurangi pendapatan yang akan dilaporkan pada periode terjadi penjualan, karena dalam menetapkan harga penjualan, beban tersebut kadang-kadang sudah diperhitungkan terlebih dahulu.

Menurut Weaygant Kimmel Kieso (2013 : 370), setelah piutang tercatat dalam catatan akuntansi, selanjutnya adalah bagaimana piutang tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan. Piutang akan dilaporkan sebagai aset di neraca. Akan tetapi dalam menentukan nilai yang akan dilaporkan seringkali menyulitkan, hal ini disebabkan oleh sebagian dari piutang tersebut tidak dapat ditagih.

(14)

39

pelanggan sebuah perusahaan yang mungkin tidak dapat membayar utang yang telah jatuh tempo karena perusahaan tersebut dalam kebangkrutan atau penurunan kondisi ekonomi atau bisa juga perusahaan tersebut terjadi kebakaran. Kerugian pada kondisi seperti ini dicatat sebagai debit pada Beban Piutang Sanksi (Beban Piutang Tak Tertagih). Namun, kerugian seperti ini harus dianggap hal yang biasa atau normal terjadi dan bagian dari resiko bisnis penjualan kredit.

Ada dua metode yang digunakan dalam akuntansi untuk piutang tak tertagih yaitu :

1. Metode penghapusan langsung

Metode penghapusan piutang langsung (direct writepoff), yaitu metode yang mencatat piutang ragu-ragu ketika debitur sudah tidak mungkin lagi membayar utangnya. Jurnal yang disajikan :

Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Piutang usaha PT “X” xxx

2. Metode Penyisihan

(15)

40 2.1.10 Perputaran Piutang

Kelancaran dalam menerima piutang dan pengukuran baik tidaknya piutang dapat diketahui dengan tingkat perputarannya. Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari satu periode tertentu (Utami, 2015). Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang tersebut timbul sampai piutang tersebut dapat tetagih kembali oleh perusahaan dalam bentuk kas. Perusahaan yang baik yaitu perusahaan yang piutangnya selalu dalam keadaan berputar.

Menurut Bramasto (2008), menyatakan bahwa perputaran piutang berasal dari lamanya piutang diubah menjadi kas, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.

Menurut Sartono (2010), meyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas.

Sedangkan menurut Syamsuddin (2011), semakin tinggi account receivable turnover suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya.

Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan cara memperketat

kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan memendekkan waktu pembayaran. Akan tetapi hal tersebut juga dapat mempengaruhi volume penjualan yang akan menurun karena kebijakan tersebut.

Perhitungan tingkat perputaran piutang menurut Syamsuddin (2011), dapat dihitung sebagai berikut :

(16)

41 2.1.11 Pengertian dan Konsep Modal Kerja

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya baik dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa (Elfianto, 2011). Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Working capital atau modal kerja merupakan aktiva-aktiva jangka pendek yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.

Menurut Sutrisno (2009) menyatakan bahwa modal kerja adalah salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk menjalankan aktivitasnya.

Menurut Jumingan (2011 : 66) modal kerja yaitu jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan.

(17)

42

Jadi, yang dimaksud dengan modal kerja yaitu sejumlah dana yang digunakan selama periode tertentu untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek saja berupa aktiva lancar.

Sedangkan konsep modal kerja menurut Munawir (2007 : 114) terdapat tiga konsep model kerja yang digunakan yaitu :

1. Konsep Kuantitatif

Pada konsep ini menitikberatkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.

2. Konsep Kualitatif

Pada konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang dari para pemilik perusahaan.

3. Konsep Fungsional

(18)

43

memperoleh laba di masa mendatang, misalnya bangunan, mesin, alat-alat kantor, dan aktiva tetap lainnya.

2.1.12 Jenis – Jenis Modal Kerja

Menurut Jumingan (2006 : 71), modal kerja berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua golongan yaitu :

1. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam :

a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya

b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan.

Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam :

a. Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim

(19)

44

c. Modal kerja darurat, yaitu moal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu.

2.1.13 Sumber Modal Kerja

Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni (Jumingan, 2006) : 1. Pendapatan bersih

Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Sumber modal kerja disini adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba-rugi perusahaan.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga

Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal. Sebaliknya, jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.

3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya

Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.

(20)

45

Utang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan.

5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan.

6. Kredit dari supplier atau trade creditor

Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier.

2.1.14 Manajemen Modal Kerja

Menurut Sawir (2005 : 133) manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencangkup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Tujuan dari manajemen ini yaitu mengelola aktiva lancar dan utang lancar sehingga mendapatkan modal kerja netto yang bisa menjamin tingkat profitabilitas perusahaan. Tersedianya modal yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan efisien.

(21)

46

1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marginal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva lancar tersebut 2. Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk

membiayai aktiva lancar

3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.

2.1.15 Perputaran Modal Kerja

Antara penjualan dan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Apabila volume penjualan naik, investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkat, hal ini berarti juga meningkatkan modal keja. Perputaran modal kerja yakni rasio antara penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja, working capital turnover (perputaran modal kerja) digunakan untuk menguji efisiensi penggunaan modal kerja (Jumingan, 2006). Lama atau cepatnya modal kerja yang berputar pada suatu perusahaan, dipengaruhi oleh sifat atau kegiatan operasi perusahaan itu sendiri dan akan menentukan besar kecilnya kebutuhan modal kerja.

(22)

47

modal kerja netto, rendahnya tingkat perputaran piutang atau tingginya saldo kas dan investasi modal kerja dalam bentuk surat-surat berharga.

Menurut Kasmir (2012 : 182), rumus untuk menentukan perputaran modal kerja adalah sebagai berikut :

Perputaran modal kerja =

2.1.16 Profitabilitas

Memperoleh laba atau profitabilitas merupakan tujuan utama yang diharapkan dari suatu perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dan maksimal dianggap atau dinilai sebagai suatu keberhasilan perusahaan dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang dilakukan selama ini. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan bebagai rasio keuntungan atau rasio profitabilitas misalnya Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Return On Investment

(ROI).

Menurut Munawir (2004 : 33) menyatakan bahwa profitabiltas yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode waktu tertentu.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008 : 219), mendefinisikan profitabiltas adalah penggambaran kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

(23)

48

Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah dengan rasio keuangan sebagai salah satu analisa dalam menganalisa kondisi keuangan, hasil operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk memperoleh laba dalam suatu periode tertentu.

2.1.17 Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan investasi (Irham, 2013). Secara umum, rasio profitabilitas ada 5 (lima) yaitu :

1. Gross Profit Margin (GPM)

(24)

49

pokok sangat mempengaruhi rasio ini, apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun dan apabila harga pokok menurun maka gross profit margin akan meningkat.

Adapun rumus untuk menghitung rasio gross profit margin adalah (Irham, 2013) :

Gross Profit Margin (GPM) :

2. Net Profit Margin (NPM)

Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), nett profit margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini

sangat penting bagi manager operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya dalam mengendalikan beban usaha.

Semakin besar net profit margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Rumus nett profit margin adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008 : 200) :

Net Profit Margin (NPM) :

(25)

50 3. Return On Asset (ROA)

Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return)

atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return On Asset (ROA) adalah suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rasio ini sering dipakai manajemen perusahaan untuk mengukur kinerja keuangan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Menurut Harahap (2010 : 305), Return On Asset menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Dalam perhitungannya, ROA hanya menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Adapun rumus untuk menentukan Return On Asset menurut Toto Prihardi (2008 : 68) yaitu :

Return On Asset (ROA) =

x 100%

4. Return On Equity (ROE)

(26)

51

daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. ROE merupakan pengukuran penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya.

Menurut Kasmir (2013 : 204) Return On Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Adapun rumus untuk menghitung ROE menurut Irham (2013 : 137) adalah :

Return On Equity (ROE) =

5. Return On Investment (ROI)

(27)

52

operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan

untuk menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut (net operating assets).

Besarnya ROI dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu : 1. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi

2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang dihubungkan dengan penjualannya.

Rumus yang digunakan untuk mencari ROI menurut Kasmir (2010 :139) adalah :

Return On Investment (ROI) =

x 100%

2.2 Tinjauan Pustaka

Penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain:

1. Tri Handayani, dkk (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Piutang dan Perputaran Kas terhadap

Profitabilitas Perusahaan (Survei pada Perusahaan Property dan Real

Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)”

(28)

53

terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran piutang bernilai positif dan signifikan berpengaruh terhadap profitabilitas.

2. Lisnawati Dewi dan Yuliastuti Rahayu (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” berdasarkan hasil penelitiannya

menunjukkan hasil modal kerja yang terdiri dari perputaran kas dan perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, sedanagkan perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.

3. Nina Sufiana dan Ni Ketut Purnawati (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran

Persediaan terhadap Profitabilitas (Perusahaan Food dan Beverage yang

Terdaftar di BEI 2008-2010)” berdasarkan hasil penelitiaannya pada uji T dan uji F menunjukkan hasil perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. Sedangkan analisis secara parsial menunjukkan hanya perputaran piutang dan perputaran persediaan yang berpengaruh terhadap profitabilitas. 4. Yoesthia Ajeng (2014) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh

Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan Tingkat Likuiditas

terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

(29)

54

profitabilitas. Dan pada uji F diperoleh secara bersama-sama perputaran piutang, perputaran persediaan, dan likuidasi memiliki pengaruh terhadap profitabilitas.

5. Putri Ayu Diana dan Bambang Hadi Santoso (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh Perputaran Kas, Piutang, dan Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Semen di BEI” berdasarkan hasil

penelitiannya menunjukkan analisis of variance di dapat nilai f sebesar 4,733 dengan tingkat signifikan 0,021, dengan demikian model yang dihasilkan baik dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil uji t secara parsial menunjukkan tingkat signifikansi yang diperoleh dari variabel bebas yaitu untuk perputaran kas sebesar 0,004, perputaran piutang sebesar 0,096, dan perputaran persediaan sebesar 0,870. Hal ini menunjukkan perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Hubungan Perputaran Kas dengan Profitabilitas

(30)

55

bangkrut (Tri Handayani dkk, 2016). Jadi, semakin tinggi perputaran kas maka semakin baik tingkat profitabilitasnya.

Putri Ayu Diana dan Bambang Hadi Santoso (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Penelitian tersebut telah memberikan bukti bahwa perputaran kas mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dapat dibuat yaitu :

X1 : Adanya pengaruh antara perputaran kas terhadap profitabilitas.

2.3.2 Hubungan Perputaran Piutang dengan Profitabilitas

Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari satu periode tertentu. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang tersebut timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali oleh perusahaan dalam bentuk kas. Perusahaan yang baik tentunya memiliki piutang yang selalu berputar.

(31)

56

maka diperlukan adanya manajemen piutang yang lebih baik sehingga keuntungan – keuntungan yang didapatkan lebih meningkat.

Penelitian tersebut telah memberikan bukti bahwa perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dapat dibuat yaitu :

X2 : Adanya pengaruh antara perputaran piutang terhadap profitabilitas.

2.3.3 Hubungan Perputaran Modal Kerja dengan Profitabilitas

Perputaran modal kerja adalah rasio antara penjualan netto yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Modal kerja dalam suatu perusahaan selalu dalam keadaan operasi atau berputar, oleh sebab itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik terhadap modal kerja. Pada dasarnya, perputaran modal kerja berhubungan erat dengan profitabilitas.

(32)

57

perputaran modal kerja maka profitabilitas yang diperoleh perusahaan juga semakin meningkat.

Penelitian tersebut telah memberikan bukti bahwa perputaran piutang mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dapat dibuat yaitu :

X3 : Adanya pengaruh antara perputaran modal kerja terhadap profitabilitas.

2.4 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konsepual

Perputaran Kas (X1)

Perputaran Piutang (X2)

Perputaran Modal Kerja (X3)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsepual

Referensi

Dokumen terkait

Asuransi syariah merupakan salah satu upaya untuk saling melindungi dan saling membantu antar beberapa pihak melalui investasi pada aset dan atau tabarru yang

 Regio kuadran kanan atas (RUQ) : t’dpt hati, kandung empedu, duodenum, pankreas, ginjal kanan, & fleksura hepatika..  Regio kuadran kiri atas (LUQ) : t’dpt lambung,

(2) Pencabutan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Penerbit SIUP/Pejabat yang ditunjuk dengan mengeluarkan Keputusan Pencabutan Surat Izin

Sinar yang masuk ke dalam mata akan menembus selaput bening melalui kamar depan, pupil, lensa, benda yang seperti sele ( corpus vitreum ) dan jatuh pada retina, dan dari

Pemimpin cabang harus dapat memastikan bahwa dirinya dan semua elemen perusahaan (sumber daya manusia) dapat menggunakan teknologi yang telah disediakan oleh

Infeksi kecacingan adalah parasit pada manusia atau hewan yang sebagian besar menyerang anak usia 1-10 tahun yang disebabkan adanya iklim tropis, kelembaban udara yang

Keputusan Bupati tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, Informal dan Jenjang Pendidikan

di Sulawesi.. 2) Jaringan jalan yang disebutkan di atas harus dipelihara dengan baik. Jaringan jalan di Sulawesi harus tahan untuk semua kondisi cuaca. Baru-baru ini, beberapa