7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan hasil penelitian terdahulu
Berbagai penelitian terkait dengan analisis sumber dan penggunaan modal kerja pada beberapa perusahaan yang berbeda menunjukkan keanekaragaman hasil penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan keanekaragaman hasil penelitian. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Daroaini (2015) diketahui bahwa kebutuhan modal kerja pada PT. Indofood Sukses Makmur pada tahun 2011-2013 mengalami kekurangan modal kerja dengan peningkatan kebutuhan modal kerja setiap tahunnya. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kebutuhan modal kerja dan analisis efisiensi modal kerja yang meliputi margin laba dan aset operasi, sehingga menghasilkan daya penghasilan yang diketahui. Tolok ukur efisiensi modal kerja adalah jika daya produktif pada 2011-2013> 14,45%, 15,63%, 17,23%. Berdasarkan pernyataan perubahan modal kerja, dapat dilihat bahwa modal kerja PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk pada 2011-2012 telah meningkat, tetapi menurun pada tahun 2012-2013. Hasil analisis persyaratan modal kerja pada tahun 2011-2013 perusahaan mengalami kekurangan modal kerja dan peningkatan kebutuhan modal kerja setiap tahun, sedangkan hasil analisis efisiensi modal kerja dalam pengetahuan menghasilkan daya di tahun 2011-2013 telah menurun hingga di bawah
rata-rata industri. Dari analisis earning power, diketahui bahwa PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk pada tahun 2011-2013 tidak efisien dalam penggunaan modal kerja.
Rahayu (2014) menyimpulkan bahwa terjadi penurunan modal kerja tahun 2008 pada PT. Citra Gading Asritama yang disebabkan oleh penggunaan modal kerja lebih besar dibandingkan sumber modal kerja. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa penurunan modal kerja pada 2008 karena penggunaan sumber modal kerja yang lebih besar dari modal kerja dan modal kerja pada tahun 2009 hingga 2012 terus meningkat. Hasil proyeksi modal kerja pada tahun 2013 meningkat sebesar Rp.82.566.045.673 dan untuk tahun 2014 diproyeksikan meningkat dengan jumlah Rp. 93.255.661.887.
PT. Atlantic Ocean Paint yang diteliti oleh Puspasari (2008) mengalami kenaikan modal kerja yang disebabkan sumber-sumber modal kerja mengalami kenaikan dibanding penggunaannya. Dimana sumber modal kerja didapatkan dari operasi perusahaan dan depresiasi aktiva tetap perusahaan. Dalam membuat proyeksi sumber dan penggunaan modal kerja, terlebih dahulu diperhitungkan berapa proyeksi penjualan tahun 2007 dengan uji metode kuadrat terkecil. Dari hasil perhitungan perubahan modal kerja tahun 2005-2007, dapat dilakukan analisis dengan menggunakan metode time series analysis yang memperbandingkan perubahan modal kerja dari periode yang satu dengan periode yang lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2005-2007, dapat
disimpulkan bahwa terjadi kenaikan modal kerja yang disebabkan sumber-sumber modal kerja lebih besar dibandingkan dengan penggunaannya. Modal kerja tertinggi diperoleh pada tahun 2005 dengan jumlah Rp 12.437.895.542,-, dimana sumber terbesar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dan depresiasi aktiva tetap perusahaan. Modal kerja terendah diperoleh pada tahun 2006 dengan jumlah Rp 2.323.351.294,- yang disebabkan karena rendahnya nilai laba yang diperoleh akibat adanya biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
B. Tinjauan Teori 1. Modal Kerja
Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan, karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Secara tradisonal, modal kerja (working capital) didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam aktiva lancar (current assets). Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Suharto dan Wibowo (2001:150) memberikan pengertian bahwa “modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha. Modal kerja bersih (net working capital) adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.” Sehingga dapat disimpulkan semua dana yang tertanam dalam aktiva lancar
merupakan modal kerja kotor, setelah dikurangi utang lancar maka dana tersebut dianggap sebagai modal kerja bersih.
Konsep lain yang dikemukakan oleh Husband dan Dockerey yang dikutip oleh Prawirosentono (2002:131) adalah konsep umum dari modal kerja (The gross concept of working) menyatakan bahwa working capital (modal kerja) merupakan seluruh jumlah aktiva lancar (Current assets) yang terdapat dalam neraca suatu perusahaan. Konsep neto dari modal kerja (The net concept of working) adalah selisih antara current assets dengan pasiva lancar (Current liabilities). Artinya modal kerja itu terbagi menjadi dua yaitu modal kerja kotor dan modal kerja bersih.
Menurut Sutrisno (2001:43) mendefinisikan modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sehari-hari. Sedangkan Riyanto (2001:20) mendefinisikan modal kerja menjadi tiga hal pokok yaitu:
1. Jumlah modal kerja adalah fleksibel 2. Susunan modal kerja adalah relatif variable
3. Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu pendek.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan suatu perusahaan yang bersifat fleksibel dan disusun secara
relatif variabel serta mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek.
Menurut Munawir (2004:114) ada tiga macam konsep modal kerja yang biasa digunakan untuk analisis, yaitu:
1. Konsep kuantitatif adalah menitik beratkan pada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. 2. Konsep kualitatif adalah menitik beratkan pada kualitas modal kerja
dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek (net working capital) yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.
3. Konsep fungsional adalah menitik beratkan fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.
Menurut Manulang (2005:20) tentang peranan dan fungsi modal kerja dalam perusahaan industri yaitu :
1. Menjamin kontinuitas operasional perusahaan.
2. Membantu manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan. 3. Menunjukan tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek. 4. Semua kegiatan di luar dan di dalam perusahaan sangat bergantung
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tersedianya modal kerja dalam suatu perusahaan sangatlah berperan untuk membantu perusahaan dalam membiayai semua aktivitas-aktivitas operasionalnya sehari-hari sehingga tujuan perusahaan pun dapat tercapai.
2. Jenis-Jenis Modal Kerja
Modal kerja menurut Riyanto (2001:60) digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat dibedakan dalam:
a) Modal kerja primer (primary working capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya
b) Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. normal disini dalam artian yang dinamis 2. Modal kerja variabel (vareable working capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara lain :
a) Modal kerja musiman (sesaonal woking capital) yaitu modal kerja yang jumlahya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklis (cycles working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya beubah-ubah disebabkan fluktuasi konyungtur. c) Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
Berdasarkan pernyataan Riyanto tersebut diketahui modal kerja dalam suatu perusahaan itu tidak selalu tetap jumlahnya tetapi dapat berubah-ubah karena pengaruh lingkungan perusahaan. Modal kerja dapat bersifat permanen yaitu modal kerja yang harus selalu ada dan siap digunakan dalam perusahaan karena menjamin kelangsungan usaha pokok atau normal perusahaan. Sedangkan modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya selalu berubah-ubah karena dipengaruhi faktor-faktor tertentu seperti fluktuasi musim.
3. Sumber – Sumber Modal Kerja
Modal kerja yang diperoleh perusahaan dapat dipenuhi oleh dua sumber yaitu :
1. Sumber Internal, yaitu modal kerja yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri yang terdiri dari laba yang ditahan, penjualan aktiva tetap, keuntungan penjualan surat – surat berharga di atas nilai nominal dan cadangan penyusutan.
2. Sumber eksternal, yaitu modal kerja yang berasal dari luar perusahaan yang merupakan hutang bagi perusahaan.
Sumber -sumber modal kerja menurut Sawir (2005:141) yang akan menambah modal kerja adalah:
1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun dari penambahan modal saham.
2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3. Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi maupun hutang jangka panjang lainnya.”
Selanjutnya menurut Munawir (2004:120) mengemukakan contoh-contoh modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber yaitu: 1. Hasil Operasi perusahaan. Modal kerja diperoleh dari hasil
penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Jadi sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisa laporan perhitungan laba rugi perusahaan.
2. Keuntungan dari penjualan surat berharga. Penjualan surat-surat berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos “surat-surat berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang diperoleh meupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang.
3. Penjualan aktiva tetap investasi jangka panjang dan aktiva lancar lainnya. Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap , investasi jangka panjang, aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik, hutang hipotik, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja.
5. Pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya. Pinjaman jangka pendek seperti kredit bank bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting aktiva.
6. Kredit dari supplier atau trade creditor. Salah satu sumber modal kerja penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier, material, barang- barang. Supplies dan jasa-jasa biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.
4. Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti
dengan perubahan dan penurunan total modal kerja. Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja menurut Agnes Sawir (2005:141) adalah sebagai berikut :
1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian maupun pengambilan privasi oleh pemilik perusahaan.
2. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang. 3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
Berikut disajikan gambar tentang sumber-sumber dan penggunaan modal kerja menurut Agnes Sawir (2005:141-142):
Gambar 2.1 Sumber Modal Kerja Sumber: Agnes Sawir (2005:141-142)
Gambar 2.2. Penggunaan Modal Kerja Sumber: Agnes Sawir (2005:141-142)
Modal kerja sebenarnya merupakan jumlah yang terus menerus menjembatani antara saat pengeluaran uang untuk memperoleh barang atau jasa dengan saat penerimaan barang atau jasa. Contoh penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah:
1. Pembayaran biaya-biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan. 2. Kerugian-kerugian yang diderita perusahaan karena adanya
penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insedentil. 3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang misalnya dana pelunasan obligasi dan pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana lainnya.
4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya.
5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya. Serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar.
6. Pengambilan uang atau barang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuantungan oleh pemilik dalam perusahaan perseroan dan persekutuan.
Munawir (2004:128) menyatakan bahwa contoh transaksi yang mengakibatkan perubahan aktiva lancar tetapi modal kerja tidak berkurang adalah:
1. Pembelian efek ( marketible securities) secara tunai. 2. Pembelian barang-barang dagangan secara tunai
3. Perubahan suatu bentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang dagang menjadi piutang wesel.
Didasarkan pada neraca perubahan modal kerja (dalam pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya karena pengaruh dari perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar (non current accounts). Unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperbesar modal kerja adalah :
1. Berkurangnya aktiva tidak lancer 2. Bertambahnya hutang jangka panjang 3. Bertambahnya modal saham
4. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan
Sedangkan perubahan unsur -unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperkecil modal kerja (netto) adalah :
1. Bertambahnya aktiva tidak lancar. 2. Bertambahnya hutang jangka pendek. 3. Berkurangnya modal saham.
4. Pembayaran deviden tunai.
5. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Laporan sumber dan penggunaan modal kerja akan sangat berguna bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja dan agar analisis terhadap sumber dan penggunaan modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang.
Penyajian laporan tentang perubahan modal kerja memerlukan adanya analisis tentang kenaikan dan penurunan dalam pos-pos yang tercantum dalam neraca yang diperbandingkan antara dua saat tertentu, serta informasi-informasi lainnya sehubungan dengan data perusahaan yang bersangkutan misalnya besarnya laba, adanya pembayaran deviden dan sebagainya.
Menurut Munawir (2004, hal. 36) mengemukakan bahwa analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu
6. Analisis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Menurut Kasmir (2013:114) rasio aktivitas adalah rasio yang dipakai untuk melihat ukuran tingkat efektivitas perusahaan dalam mempergunakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Rasio ini sering digunakan karena mencakup keseluruhan. Tanpa mempersoalkan jenis usaha apapun, Total asset turn over (TATO) menggambarkan seberapa besar dukungan semua aktiva yang dimiliki untuk memperoleh penjualan. Nilai Total asset turn over (TATO) yang semakin besar menunjukkan nilai penjualannya juga semakin besar dan harapan memperoleh laba juga semakin besar pula. Dengan demikian meningkatnya nilai Total asset turn over (TATO) maka laba perusahaan pun akan meningkat. Tujuan menggunakan rasio aktivitas pada perusahaan menurut Kasmir (2013:173) antara lain:
a. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
b. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable), dimana hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih.
c. Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan tersimpan dalam gudang.
d. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turn over).
e. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
f. Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan
Menilai efisiensi modal kerja menggunakan rasio aktivas, dapat menggunakan beberapa perhitungan yaitu:
a) Perputaran modal (working capital turnover), merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2005). Periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode
perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Dimana: Perputaran modal kerja = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
b) Perputaran piutang (Recievable Turnover), makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian (Sawir, 2005).
Dimana: Perputaran piutang = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
c) Perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turnover), rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut (Sawir, 2005).
Dimana: Perputaran aktiva tetap = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
d) Perputaran total aktiva (Total Assets Turnover), merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar (Sawir, 2005).
Dimana: Perputaran total aktiva = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
e) Perputaran persediaan (Inventory Turnover), mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan (Sawir, 2005).
Dimana: Perputaran persedian = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
f) Rata-rata Umur Piutang, rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan membandingkan
jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari (Sawir, 2005). Dimana: Rata-rata umur piutang = 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 365
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
7. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penyusunan penelitian Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja pada PT. Gajah Tunggal Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini:
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Penelitan Sumber: Penelitian Doraini (2015) dengan perubahan
Berdasarkan kerangka pikir tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi merupkan sumber informasi penting untuk menyusun laporan sumber
dan penggunaan modal kerja. Melalui laporan sumber dan penggunaan modal kerja dapat ditentukan komponen-komponen yang merupakan sumber modal kerja dan penggunaan modal kerja dalam upaya meningkatkan efisiensi modal kerja.