KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH :
SITI ZUBAIDAH HARAHAP 111021016
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNALTERHADAP TERJADINYA PERNIKAHAN USIA MUDA PADA REMAJA
DI DESA SEUMADAM KECAMATAN KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
SITI ZUBAIDAH HARAHAP NIM. 111021016
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seorang wanitayang masih berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hokum dan secara agama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Jenis penelitian bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja usia 15-19 tahun sebanyak 556 orang dengan sampel penelitian adalah remaja usia 15-19 tahun yang sudah menikah, mempunyai pacar dan sudah bertunangan sebanyak 95 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dinalisis dengan tahapan univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menikahusia 15-19 tahun sebanyak 26,3%. Ada pengaruh pengetahuan, kematangan emosi, budaya, paparan media massa dan pergaulan bebas terhadap pernikahan usia muda. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah budaya dengan nilai koefisien B = 3.404.
Disarankan kepada pemerintah Desa Seumadam agar dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah seperti kantor urusan agama, instansi pendidikan dan kesehatan untuk mengaktifkan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) sebagai wadah untuk mendapatkan infomasi tentang kesehatan reproduksi dan dapat mencegah masalah komplikasi pada kehamilan.
who had age under 19 years or were currently enrolled in high school and the relationship have been legally recognized in law and religion.
The purpose of research was to know the influence of internal and external factors on early marriage among teenager at Seumadam Village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District. The research was observational with a cros-sectional approach. Population were all teens of 15-19 years as many as 556 people. Samples of the research were married teens aged 15-19 years who have a boyfriend and were engaged as many as 95 people. Data were obtained through interview using a questionnaire and analyze with the step of univariate, bivariate using chi square test and multivariate using multiple logistic regression test.
The result showed that respondents marriaged at age 15-19 year were 26,3%. There was an influence knowledge, emotional maturity, cultural, exposure to mass media and free sex on early marriage.The variable that most influenced with of early marriage among was cultural with the coefficient of B = 3.404.
It is suggested to the Seumadam Village to cooperate with the local government such as institution of religions affair office, education and health reactivate infor PIK-KRR (information center counseling adolescent reproductive health) as a forum to get information about complication a pregnancy problem.
Nama : Siti Zubaidah Harahap
Tempat/Tanggal Lahir : Desa Suka Mandi Hulu/ 25 Mei 1989
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah Anggota Keluarga : 3 Bersaudara
Alamat : Desa Seumadam Dusun Inpres Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang
Identitas Orang Tua
Ayah : Nama : B. Harahap Pekerjaan : Petani
Ibu : Nama : Wan Asnawiah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pendidikan
Tahun 1994-1995 : TK Ade Irma Suryani, Perbaungan Tahun 1995-2001 : SD Negeri Alur Mentawak, Dusun Inpres Tahun 2001-2004 : MTs S Nurul Iman, Dusun Inpres
Tahun 2004-2007 : SMA Swasta Al-washliyah, Kuala Simpang
Tahun 2007-2010 : Prodi D-III Kebidanan STIkes Langsa Yayasan Ummi Langsa
Allah SWT dimana atas berkat rahmad dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Terjadinya Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam
Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ”. Skripsi ini
sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan, bahasa, maupun dari segi isinya, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
sebagai pembimbing I yang telah memberikan dan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan mulai dari awal penulisan sampai selesai pembuatan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes sebagai pembimbing II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staff yang membantu memfasilitasi secara administratif.
6. Bapak H. Ismail, S.ag selaku Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data untuk penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Hotting br Munthe selaku Datuk Penghulu Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan izin kepada saya dalam melakukan penelitian.
menyelesaikan skripsi ini.
10. Buat teman-teman penulis Uci Kirana, Julia Alistawaty Purba, Agustina Sianipar, Ayu Yulia Ningsih Sirait, Dwi Putri Armiyati, Surya Honesty Sitorus, Imelda Mika Silalahi, Sri Rejeky atas dukungan dan semangatnya buat penulis serta seluruh teman seangkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu kelancaran skripsi ini.
Akhirnya selesai sudah perjuangan penulis dalam penyelesaian skripsi ini, semogailmu yang penulis peroleh selama ini dapat berguna bagi sesama.
Medan, Mei 2014
ABSTRAK ... ii
2.1.1 Pengertian Pernikahan ... 9
2.1.2 Peranan Usia dalam Pernikahan ... 10
2.1.3Hakikat dan Kedudukan Pernikahan ... 11
2.2 Pernikahan Usia Muda ... 12
2.2.1 Pengertian Pernikahan Usia Muda ... 12
2.2.2 Penyebab Pernikahan Usia Muda ... 13
2.2.3 Dampak Pernikahan Usia Muda Terhadap Kespro ... 14
2.3 Remaja ... 17
2.3.1 Pengertian Remaja ... 17
2.3.2 Batasan Usia Remaja ... 17
2.4 Faktor Yang Menyebabkan Pernikahan Usia Muda ... 18
2.4.1 Faktor Internal ... 18
2.4.2 Faktor Eksternal ... 22
2.5 Kerangka Konsep ... 24
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26
4.1.3 Karakteristik Responden ... 36
4.2 Analisis Univariat ... 37
5.1.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di DesaSeumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 55
5.1.2 Pengaruh Pemahaman Agama terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 56
Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
2014 ... 59
5.2.2 Pengaruh Budaya terhadap Pernikahan Usia MudaPada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh TamiangTahun 2014 ... 61
5.2.3 Pengaruh Paparan Media Massa terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 62
5.2.4 Pengaruh Pergaulan Bebas terhadap Pernikahan Usia MudaPada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh TamiangTahun 2014 ... 64
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
6.1 Kesimpulan ... 66
6.2 Saran ... 66
Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Item Jawaban Pengetahuan tentang Pernikahan Usia
Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja
di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.4 Distribusi Item Jawaban Pemahaman Agama Terhadap Pernikahan
Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Pemahaman Agama Terhadap Pernikahan Usia Muda
Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Item Jawaban Kematangan Emosi Terhadap Pernikahan
Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Kematangan Emosi Terhadap Pernikahan Usia Muda
Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Item Jawaban Dorongan Orang Tua Terhadap Pernikahan
Usia Muda Pada Remajadi Desa Seumadam KecamatanKejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Dorongan Orang Tua Terhadap Pernikahan Usia Muda
Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Item Jawaban Budaya Terhadap Pernikahan Usia Muda
Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Budaya Terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di
Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 201445 ... 45 Tabel 4.12 Distribusi Item Jawaban Paparan Media Massa Terhadap Pernikahan
Tabel 4.14 Distribusi Item Jawaban Pergaulan Bebas Terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.15 Distribusi Pergaulan Bebas Terhadap Pernikahan Usia Muda Pada
Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.16 Distribusi Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam
Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 .. 48 Tabel 4.17 Hubungan Pengetahuan Dengan Pernikahan Usia Muda Pada
Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 48 Tabel 4.18 Hubungan Pemahaman Agama Dengan Pernikahan Usia Muda Pada
Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.19 Hubungan Kematangan Emosi Dengan Pernikahan Usia Muda Pada
Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.20 Hubungan Dorongan Orang Tua Dengan Pernikahan Usia Muda
Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.21 Hubungan Budaya Dengan Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di
Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.22 Hubungan Paparan Media Massa Dengan Pernikahan Usia Muda
Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 52 Tabel 4.23 Hubungan Pergaulan Bebas Dengan Pernikahan Usia Muda Pada
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran . 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 73
Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian ... 74
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ... 75
Lampiran 4 Daftar Nama Responden ... 79
Lampiran 5 Master Data ... 88
seorang wanitayang masih berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hokum dan secara agama.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Jenis penelitian bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja usia 15-19 tahun sebanyak 556 orang dengan sampel penelitian adalah remaja usia 15-19 tahun yang sudah menikah, mempunyai pacar dan sudah bertunangan sebanyak 95 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dinalisis dengan tahapan univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menikahusia 15-19 tahun sebanyak 26,3%. Ada pengaruh pengetahuan, kematangan emosi, budaya, paparan media massa dan pergaulan bebas terhadap pernikahan usia muda. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah budaya dengan nilai koefisien B = 3.404.
Disarankan kepada pemerintah Desa Seumadam agar dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah seperti kantor urusan agama, instansi pendidikan dan kesehatan untuk mengaktifkan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) sebagai wadah untuk mendapatkan infomasi tentang kesehatan reproduksi dan dapat mencegah masalah komplikasi pada kehamilan.
who had age under 19 years or were currently enrolled in high school and the relationship have been legally recognized in law and religion.
The purpose of research was to know the influence of internal and external factors on early marriage among teenager at Seumadam Village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District. The research was observational with a cros-sectional approach. Population were all teens of 15-19 years as many as 556 people. Samples of the research were married teens aged 15-19 years who have a boyfriend and were engaged as many as 95 people. Data were obtained through interview using a questionnaire and analyze with the step of univariate, bivariate using chi square test and multivariate using multiple logistic regression test.
The result showed that respondents marriaged at age 15-19 year were 26,3%. There was an influence knowledge, emotional maturity, cultural, exposure to mass media and free sex on early marriage.The variable that most influenced with of early marriage among was cultural with the coefficient of B = 3.404.
It is suggested to the Seumadam Village to cooperate with the local government such as institution of religions affair office, education and health reactivate infor PIK-KRR (information center counseling adolescent reproductive health) as a forum to get information about complication a pregnancy problem.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada umumnya pernikahan dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal dikota maupun didesa. Namun apabila pernikahan dilakukan pada usia yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
Pernikahan usia muda juga dapat memberikan risiko yang lebih besar pada remaja perempuan khususnya pada aspek kesehatan reproduksi, dimana alat reproduksi remaja belum matang untuk melakukan fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah berumur 20 tahun keatas, karena pada masa ini fungsi hormonal melewati masa yang maksimal. Pernikahan usia muda juga akan berimplikasi pada keterbelakangan pengetahuan akibat terhambatnya proses pendidikan yang disebabkan karena pernikahan tersebut. Aspek sosial budaya masyarakat memberi pengaruh terhadap pelaksanaan pernikahan usia muda (Landung dkk, 2009).
mempengaruhi kualitas dalam kehidupan berumah tangga. Keluarga yang berkualitas akan melahirkan sebuah generasi yang lebih baik (Rohmat, 2009).
Menurut undang-undang no. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Sedangkan usulan perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan dapat dilakukan jika pihak laki-laki dan perempuan berusia minimal 19 tahun, ayat (2) untuk melangsungkan pernikahan bagi calon yang belum mencapai 21 tahun, harus mendapatkan izin dari orang tua, artinya pernikahan dapat dilakukan apabila masing-masing calon mempelai sudah mencapai usia 19 tahun dengan catatan harus mendapatkan izin dari orang tua dan jika masing-masing calon mempelai sudah berusia 21 tahun tidak perlu lagi mendapatkan ijin dari orang tua. Sesuai dengan kesepakatan pihak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) menyatakan bahwa usia perkawinan pertama diijinkan apabila pihak wanita mencapai usia 21 tahun dan pria 25 tahun (Astuty, 2011).
Studi yang dilakukan United Nations Children’s Fund (UNICEF), fenomena
kawin diusia dini (early marriage) masih sering dijumpai pada masyarakat di Timur Tengah dan Asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub Sahara Afrika. Di Asia Selatan terdapat 9,7 juta anak perempuan atau 48% menikah pada umur dibawah usia 18 tahun, Afrika sebesar 42% dan Amerika Latin sebesar 29% (Landung dkk, 2009).
disebabkan karena hamil, karena ingin memperbaiki ekonomi, keluar dari kemiskinan, dipaksa orang tua dan karena status sosial. Jumlah perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda usia 15-19 tahun (11,7% P : 1,6% L) yang menikah sedangkan kelompok umur perempuan 20-24 tahun, lebih dari 56,2% sudah menikah. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan dan secara fisik pun mulai matang (BkkbN, 2012).
Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2010, jumlah perempuan yang pernah kawin dengan umur kawin pertama (UKP) 15-19 tahun cukup tinggi, yakni sebesar 41,9% sedangkan umur 20-24 tahun sebesar 33,6%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya umur perkawinan pertama di Indonesia terutama terjadinya di daerah pedesaan (13,49%) dan di daerah perkotaan (8,13%) (Indrayani & Sjafli, 2012). Pada masyarakat pedesaan, pernikahan usia muda terjadi pada golongan ekonomi menengah kebawah yang lebih merupakan bentuk sosial pada pembagian peran tanggung jawab dari keluarga perempuan pada suami. Sedangkan di masyarakat perkotaan pernikahan usia muda umumnya terjadi karena kecelakaan (married by accident) akibat salah pergaulan oleh remaja (Landung dkk, 2009).
dan budaya serta pergaulan bebas akibat terjadinya kehamilan diluar nikah. Sedangkan menurut Walgito (2000), salah satu yang melatarbelakangi perkawinan usia muda adalah norma dan pandangan yang ada dalam masyarakat. Keadaan sosial budaya dari masyarakat merupakan faktor pendorong seseorang melakukan perkawinan.
Berdasarkan data profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Kejuruan Muda jumlah perkawinan tahun 2011 s/d 2013 sebanyak 958 pasang dengan jumlah remaja menikah usia dibawah 20 tahun sebanyak 336 pasang (35,1%) dengan rincian pada tahun 2011 sebanyak 93 pasang (27,7%), tahun 2012 sebanyak 115 (34,2%) dan tahun 2013 sebanyak 128 pasang (38,1%).
Pernikahan usia muda juga terjadi di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Menurut data tahunan dari Kepala Desa Seumadam dari tahun 2011 s/d 2013 terjadi peningkatan jumlah pernikahan usia dibawah 20 tahun sebanyak 122 pasang (64,5%) dimana wanita 100 orang (81,96%) dan pria sebanyak 22 orang (11,6%). Dengan rincian tahun 2011 sebanyak 34 orang, tahun 2012 sebanyak 43orang dan tahun 2013 sebanyak 45 orang. Pada tahun 2013 jumlah remaja usia 15-19 tahun sebanyak 556 jiwa yang terdiri dari 312 remaja putri dan 244 remaja putra.
pacaran dan bertunangan. Hal ini sesuai dengan dikatakan Suparyanto (2013) bahwa faktor yang menyebabkan pernikahan usia muda dikalangan remaja itu yang berasal dari diri sendiri (internal) seperti pengetahuan,kemauan sendiri, agama dan faktor dari luar (eksternal) seperti kemauan orang tua, budaya, pergaulan bebas, ekonomi.
Berdasarkan data diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
penelitian adalah “faktor internal dan eksternal apa sajakah yang memengaruhi
terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh faktor internal (pengetahuan, pemahamanagama, kematangan emosi) dan eksternal (dorongan orang tua, budaya, paparan media massa dan pergaulan bebas) terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui pengaruh kematangan emosi terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
4. Untuk mengetahui pengaruh dorongan orang tua terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
5. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
6. Untuk mengetahui pengaruh paparan media massa terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
7. Untuk mengetahui pengaruh pergaulan bebas terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi kepala desa untuk merencanakan pengadaan kerjasama dengan instansi terkait seperti instansi pendidikan, kesehatan, agama, lembaga swadaya masyarakat dalam rangka menurunkan angka pernikahan usia muda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernikahan
2.1.1 Pengertian Pernikahan
Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktifitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Karena perkawinan merupakan suatu aktifitas dari satu pasangan, maka sudah selayaknya mereka pun juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka itu tidak sama. Bila tersebut terjadi, maka keputusan itu harus dibulatkan agar terdapat suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito, 2000).
2.1.2 Peranan Usia dalam Pernikahan
Usia adalah salah satu hal yang memiliki peran besar dalam pernikahan, sebagaimana yang disampaikan Walgito (2000) mengenai beberapa kaitan pasangan dalam keluarga yang terbentuk sebagai akibat dari pernikahan, yaitu :
1. Hubungan usia dengan faktor fisiologis dalam pernikahan.
Usia pernikahan yang ditentukan dalam undang-undang pernikahan tahun 1974 adalah untuk pria yang sudah berusia 19 tahun dan bagi wanitanya berusia 16 tahun. Usia ini dapat dilihat dari segi fisiologis seseorang yang pada umumnya sudah matang, yang berarti pada usia tersebut pasangan sudah dapat membuahkan keturunan.
2. Hubungan usia dengan keadaan psikologis dalam pernikahan.
Usia memiliki kaitan dengan keadaan psikologis seseorang. Semakin bertambah usia seseorang diharapkan lebih matang aspek-aspek perkembangan psikologisnya. Pernikahan pada usia yang masih muda akan mengundang banyak masalah karena dari sisi psikologis pasangan yang belum matang. Pasangan akan mengalami keruntuhan dalam rumah tangga tangganya karena faktor usia yang terlalu muda sehingga dapat menimbulkan perceraian.
3. Hubungan usia dengan kematangan sosial.
4. Usia yang ideal dalam pernikahan.
Tidak terdapat ukuran yang pasti mengenai penentuan usia yang paling baik dalam melangsungkan pernikahan, akan tetapi untuk menentukan umur yang ideal dalam pernikahan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan :
a. Kematangan fisiologis dan jasmani. Keadaan jasmani yang cukup matang dan sehat diperlukan dalam melaksanakan tugas dalam pernikahan.
b. Kematangan psikologis. Terdapat banyak hal yang timbul dalam pernikahan yang membutuhkan pemecahan dari segi kematangan psikologis.
c. Kematangan sosial. Kematangan sosial khususnya sosial-ekonomi diperlukan dalam pernikahan, karena hal ini merupakan penyangga dalam memutar roda ekonomi keluarga karena pernikahan.
d. Tinjauan masa depan atau jangkauan kedepan. Keluarga pada umumnya menghendaki adanya keturunan yang dapat melanjutkan keturunan keluarga, disamping usia seseorang yang terbatas dimana pada suatu saat akan mengalami kematian.
2.1.3 Hakikat dan Kedudukan Pernikahan
dilakukan sesuai dengan aturan dan adab, karena perkawinan menjadi kebutuhan terbaik bagi manusia untuk memenuhi hal tersebut (Takariawan, 2006).
2.2 Pernikahan Usia Muda
2.2.1 Pengertian Pernikahan Usia Muda
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan dibawah usia 20 tahun (BkkbN, 2010). Menurut Suparyanto (2013), Pernikahan usia muda adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu pasangan berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas. Pernikahan usia muda merupakan perkawinan dibawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009). Menurut Lutfiati (2008), pernikahan usia muda merupakan institusi agung untuk mengikat dua lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga.
Pernikahan dalam umur belasan tahun adalah berdasarkan keputusan-keputusan yang sesaat. Kemungkinannya akan sangat buruk buat mereka, biasanya kedua anak laki-laki dan perempuan tidak dewasa secara emosional dan sering dimanjakan. Mereka ingin segera memperoleh apa yang dikehendakinya, tidak perduli apakah itu berakibat bencana (Shappiro, 2000).
2.2.2 Penyebab Pernikahan Usia Muda
Pernikahan usia muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah sehingga menyebabkan kehamilan, yang kemudian solusi yang diambil adalah dengan menikahkan mereka (Sarwono, 2011).
Penyebab pernikahan usia muda tergantung pada kondisi dan kehidupan sosial masyarakatnya. UNICEF mengemukakan 2 alasan utama terjadinya pernikahan usia muda :
1. Pernikahan usia muda sebagai sebuah strategi untuk bertahan secara ekonomi (early marriage as a strategy for economic survival). Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya pernikahan usia muda. Ketika kemiskinan semakin tinggi, remaja putri yang dianggap menjadi beban ekonomi keluarga dan akan dinikahkan dengan pria lebih tua darinya dan bahkan sangat jauh jarak usianya, hal ini adalah strategi bertahan sebuah keluarga.
Menurut Al-Ghifari (2003), hal-hal yang memengaruhi pernikahan usia muda antara lain :
1. Rendahnya tingkat pendidikan terutama bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan.
2. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang arti dan makna sebuah perkawinan.
3. Karena tekanan ekonomi yang semakin sulit berakibat timbulnya rasa frustasi sehingga pelariannya adalah kawin.
4. Sempitnya lapangan kerja, sementara angkatan kerja semakin membludak. 5. Hamil sebelum menikah/ semasa sekolah.
6. Kemauan orang tua, dengan kata lain ada unsur perjodohan.
7. Mengikuti trend yang sedang berkembang saat ini, ikut-ikutan meramaikan suasana yang menurutnya membahagiakan.
2.2.3 Dampak Pernikahan Usia Muda Terhadap Kesehatan Reproduksi
Menurut Anonim (2010) dalam Syata (2013), ada beberapa risiko yang timbul dari pernikahan usia muda yaitu :
1. Risiko Tinggi Pada Kehamilan
sebelum waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental, kebutaan dan ketulian.
2. Kematian Ibu
Kematian karena melahirkan banyak dialami oleh ibu muda dibawah umur 20 tahun. Penyebab utama karena kondisi ibu yang belum matang atau kurang mampu untuk melahirkan.
3. Kematian Bayi
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia muda, banyak mengalami nasib yang kurang menguntungkan. Ada yang lahir sebelum waktunya (prematur), ada yang berat badannya kurang dan ada pula yang langsung meninggal.
Menurut Mathur Greene dan Malhotra (2003), sejumlah konsekuensi negatif dari pernikahan usia muda yang mengakibatkan remaja terutama remaja putri yang menjadi fokus penelitian serta lingkungan disekitarnya :
1. Akibatnya dengan kesehatan (Health and related outcomes)
a. Melahirkan anak terlalu dini, kehamilan yang tidak diinginkan, dan aborsi yang tidak aman mempengaruhi kesehatan remaja putri.
b. Kurangnya pengetahuan, informasi dan akses pelayanan. c. Tingginya tingkat kematian saat melahirkan dan abnormalitas. d. Meningkatnya penularan penyakit seksual dan bahkan HIV/AIDS. 2. Akibat dengan kehidupan (life outcomes)
a. Berkurangnya kesempatan, keahlian dan dukungan sosial.
3. Akibat dengan anak (outcomes for children)
Kesehatan bayi dan anak yang buruk memiliki kaitan yang cukup kuat dengan usia ibu yang terlalu muda, berkesinambungan dengan ketidakmampuan wanita muda secara fisik dan lemahnya pelayanan kesehatan reproduktif dan sosial terhadap mereka.
4. Akibat dengan perkembangan (development outcomes)
Hal ini berkaitan dengan Millennium Development Goals (MDGs) seperti dukungan terhadap pendidikan dasar dan pencegahan terhadap HIV/AIDS. Dan bahwa menikah diusia yang tepat akan dapat mencapai tujuan perkembangan, yang meliputi menyelesaikan pendidikan, bekerja, memperoleh keahlian serta informasi yang berhubungan dengan peran dimasyarakat, anggota keluarga, dan konsumen sebagai bagian dari masa dewasa yang berhasil.
Menurut Nugraha (2002), pernikahan usia muda pada remaja pada dasarnya berdampak pada segi fisik maupun psikologis remaja yaitu :
1. Segi Fisik
Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga.
2. Segi Mental/ Jiwa
kegoncangan mental, karena masih memiliki sikap mental yang labil dan belum matang emosinya.
Menurut BkkbN (2003), ada beberapa akibat lain dari pernikahan usia muda, diantaranya yaitu persoalan pendewasaan. Kedewasaan seseorang sangat berhubungan erat dengan usia. Usia muda memperlihatkan keadaan jiwa yang selalu berubah.
2.3 Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescence (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”,istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 2000). Sedangkan menurut Kusmiran (2012), remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri.
2.3.2 Batasan Usia Remaja
Menurut Hurlock (2000), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati :
1. Usia 11-13 tahun disebut masa remaja awal (Early adolescence)
Sedangkan menurut Pieter dan Lumongga (2011), masa remaja merupakan masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa yang akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Usia 9-11 tahun disebut remaja awal 2. Usia 12-15 tahun disebut remaja tengah 3. Usia 16-20 tahun disebut remaja akhir.
2.4 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Pernikahan Usia Muda
Penyebab pernikahan usia remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor yang timbul dari dalam diri sendiri dan juga dari luar dirinya seperti pengetahuan, agama, ekonomi, dorongan orang tua, budaya dan pergaulan bebas (Suparyanto, 2013).
Pada penelitian ini faktor yang memengaruhi pernikahan usia muda adalah pengetahuan, pemahaman agama, kematangan emosi, budaya, dorongan orang tua, paparan mediamassa dan pergaulan bebas.
2.4.1 Faktor Internal
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengalaman tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Analisis (Analysis)
Adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
4. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu areal (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
2. Pemahaman agama
Menurut pandangan agama islam seseorang dikatakan dewasa apabila dia
sudah mengalami “Aqil baliqh” yaitu mimpi basah bagi laki-laki dan sudah mendapatkan menstruasi bagi perempuan atau telah mencapai usia 15 tahun. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “ Wahai para pemuda, barang siapa diantara
kalian sudah mencapai ba’ah, maka kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih
bisa menjaga dari pandangan mata dan lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu
melaksanakannya maka berpuasalah karena berpuasa adalah baginya kendali (dari gairah seksual) ”. Jadi, pada usia tersebut setiap orang sudah bisa melangsungkan sebuah ikatan pernikahan agar mereka dapat terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang (Kurnia, 2013).
seperti halnya seks bebas, sebab dengan cara pernikahan maka akan lebih efektif dan efesien untuk mencegah perbuatan zina, sehingga fenomena maraknya pernikahan di usia muda semakin banyak terjadi.
3. Kematangan emosi
Salah satu ciri kedewasaan seseorang dapat dilihat dari segi psikologis. Bila seseorang telah matang emosinya, telah dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan dapat berfikir secara matang, berfikir secara baik dan berfikir secara objektif. Hal ini dituntut agar suami istri dapat melihat permasalahan yang ada dalam keluarga secara baik.
Adapun aspek-aspek kematangan emosi diantaranya dapat menerima keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan sesungguhnya, tidak bersifat impulsif (melakukan perbuatan tanpa berfikir), dapat mengontrol emosinya dengan baik sehingga dapat mengatur kapan kemarahan itu perlu dimanifestasikan, bersifat sabar, bersifat tanggung jawab yang baik (Walgito, 2000).
2.4.2 Faktor Eksternal
1. Dorongan Orang Tua
Kemauan orang tua, dengan kata lain ada unsur dijodohkan untuk menikah dimasa kuliah. Perjodohan semasa anak masih kuliah bukanlah hal yang baru. Orang tua sebelumnya telah membuat komitmen dengan koleganya untuk mengawinkan anaknya, meskipun anaknya masih sama-sama kuliah (Ikhsan, 2004).
Mayoritas laki-laki dan perempuan yang kawin di bawah umur 20 tahun akan menyesali pernikahan mereka. Sayang sekali orang tua sendiri sering mendorong anaknya menikah diusia yang sangat muda. Orang tua menganggap bahwa pernikahan dalam usia muda mempunyai suatu faktor pematangan. Dibalik motivasi orang tua yang ingin sekali untuk segera mengawinkan anaknya ialah demi melepaskan mereka dari tanggung jawab atas perilaku kejahatan dan kenakalan anaknya (Shappiro, 2000).
2. Budaya
Faktor budaya juga turut mengambil andil yang cukup besar, karena kebudayaan ini diturunkan dari kepercayaan orang tertua. Dalam budaya setempat ada yang mempercayai apabila anak perempuannya tidak segera menikah, akan memalukan keluarga karena dianggap tidak laku dalam lingkungannya (Syata, 2013).
anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, yang masih jauh dibawah batas usia minimum untuk melakukan sebuah pernikahan (Ahmad, 2007).
3. Paparan Media Massa
Kemajuan teknologi yang semakin canggih, membuat remaja semakin mudah dalam mencari berbagai informasi melalui media, baik itu media massa maupun media elektronik yang terus menyajikan tantangan seksual seperti pornografi bagi kaum remaja yang dapat menyebabkan remaja melakukan pelecehan/ perilaku seksual terhadap lawan jenisnya pada usia sekolah yang pada akhirnya remaja harus berhenti sekolah untuk menikah (Kurnia, 2013).
Menurut Rohmawati (2008), Paparan media massa baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektrolit (TV, VCD, Internet) mempunyai pengaruh terhadap remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Paparan informasi seksualitas dari media massa (baik cetak maupun elektronik) yang cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik bagi remaja. Remaja yang dalam periode ingin tau, dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya dari media massa tersebut.
4. Pergaulan Bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dikota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan. Pada halnya masa remaja adalah periode peralihan kemasa dewasa (Sarwono, 2011).
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Terjadinya Pernikahan Usia Muda Pada Remaja.
2.6 Hipotesis
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.
2. Ada pengaruh pemahaman agamaterhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.
3. Ada pengaruh kematangan emosi terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.
Faktor Internal
Pengetahuan PemahamanAgama Kematangan Emosi
Faktor Eksternal
Dorongan Orang Tua Budaya
Paparan Media Massa Pergaulan bebas
4. Ada pengaruh dorongan orang tua terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.
5. Ada pengaruh budaya terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja. 6. Ada pengaruh pergaulan bebas terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada
remaja.
7. Ada pengaruh paparan media massa terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangancross sectional
dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena masih ditemukan remaja yang melakukan pernikahan di usia muda yaitu sebanyak 122 pasang dan belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut mengenai pernikahan usia muda di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2013 s/d Mei tahun 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-19 tahun yang sudah menikah dan remaja belum menikah yang mempunyai pacar atau sudah bertunangan. Penentuan sampel menggunakan rumus besar sampel satu populasiyang digunakan untuk uji hipotesis(Hidayat, 2010):
+ -β ]²
n =
Keterangan :
= Besar sampel minimum
Z₁- = Nilai deviasi standar pada tingkat kemaknaan (α) 5% = 1,96 Z₁-β = Nilai deviasi standar pada tingkat kemaknaan (β) 10% = 1,282
P = Proporsi yang melakukan pernikahanusia muda = 0,30 (Rejeki, 2012) Pa = Perkiraan proporsi yang diharapkan dari pernikahan usia muda= 0,16
+ 1,282 ]²
=
(0,16-0,30)²
n = 95,4 ≈ 95 responden
yang sudah ada dan lebih praktis. Menghitung nilai interval sampel dengan menggunakan rumus : i =
Keterangan :
i = interval sampel
N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
i = = 5,8 ≈ 5
Setelah diketahui interval sampelnya kemudian kita menggunakan dengan cara memakai 5 gulungan kertas dengan nomor 1-5, dimana sampel pertama yang terambil angka 2 maka untuk mengambil sampel selanjutnya dengan menggunakan interval sampel yang sudah diperoleh seperti 2, 7, 12, 17, 22 dan seterusnya.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara menggunakan angket yang berisi daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.4.2 Data Skunder
3.5 Definisi Operasional
Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan dalam uraian dibawah ini :
1. Pernikahan usia muda adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang dilakukan oleh pasangan berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan disekolah menengah atas.
2. Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden dalam memahami tentang pengertian pernikahan, pernikahan usia muda, usia ideal menikah, penyebab perkawinan usia muda dan dampak perkawinan usia muda terhadap kesehatan reproduksi.
3. Pemahaman agama adalahpengetahuan remaja yang bersifat religius tentang pernikahan.
4. Kematangan emosi adalah kemampuan/respon remaja dalam berfikir, mengendalikan emosi dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 5. Dorongan orang tua adalah Dukungan/kemampuan orang tua untuk
menganjurkan anaknya melakukan perkawinan di usia muda.
6. Budaya adalah adat istiadat atau tradisi kebiasaan yang turun temurun dianut oleh responden.
7. Paparan media massaadalah keadaan pernah tidaknya remaja mengakses situs pornografi melalui media massa baik media cetak maupun elektronik.
sehingga akibat pergaulan tersebut mendorong responden melakukan perkawinan di usia muda.
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Pernikahan Usia Muda
Pernikahan usia muda diukur dengan menggunakan 2 kategori : 1=Ya, jika remaja sudah menikah pada usia 15-19 tahun. 0=Tidak, jika remaja belum menikah pada usia 15-19 tahun. Skala : Nominal
3.6.2 Faktor Internal
1. Pengetahuan
Variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Jika responden menjawab benar bernilai 1, jika responden menjawab salah dan tidak tahu bernilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 10 dan terendah 0 dengan 2 kategori: 0=Baik, jika skor responden benar (≥ 60%) dari skor total = 6-10.
1=Kurang, jika skor responden benar (< 60%) dari skor total = 0-5. Skala : Ordinal
2. Kematangan Mental
Variabel kematangan mental menggunakan 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban sangat sesuai, sesuai, tidak bisa, kurang sesuai dan tidak sesuai (Azwar, 2004) dengan penilaian sebagai berikut :
- Sangat sesuai : 4
- Sesuai : 3
- Kurang Sesuai : 1 - Tidak Sesuai : 0
Variabel Kematangan emosi dapat dikategori sebagai berikut : 0=Baik, jika skor responden ≥ 60% dari skor total = 11-20. 1=Kurang baik, jika skor responden < 60% dari skor total = 0-10. Skala : Ordinal
3. Pemahaman Agama
Variabel pemahaman agama terdiri dari 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban.
Jika jawaban “Setuju” di beri nilai 1 dan “Tidak Setuju” diberi nilai 0, dengan total skor nilai tertinggi 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :
0=Baik, jika skor responden ≥ 60% dari skor total = 3-5. 1=Kurang, jika skor responden < 60% dari skor total = 0-2. Skala : Ordinal
3.6.3 Faktor Eksternal
1. Dorongan Orang Tua
Variabel dorongan orang tua terdiri dari 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban.
Jika jawaban “setuju” diberi nilai 1 dan “tidak setuju” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :
2. Budaya
Variabel budaya terdiri dari 7 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan
“tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “Setuju” diberi nilai 1 dan untuk jawaban
“tidak setuju” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 7 dan terendah 0 dengan 2 kategori :
1=Ada, jika skor responden ≥ 60% dari total skor = 4-7. 0=Tidak Ada, jika skor responden < 60% dari total skor = 0-3. Skala : Ordinal
3. Paparan MediaMassa
Variabel paparan media massa terdiri dari 5 pertanyaan dengan 2 pilihan
jawaban. Jika jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan “Tidak” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :
1=Terpapar,jika skor responden ≥ 60% dari total skor = 3-5.
0=Tidak terpapar, jika jika skor responden < 60% dari total skor = 0-2. Skala : Ordinal
4. Pergaulan Bebas
Variabel pergaulan bebas diukur dari 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban
“Ya” dan “Tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “ya” diberi nilai 1 dan untuk
jawaban “tidak” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :
3.7 Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka pada masing-masing kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputerisasi.
3.8 Analisis Data
Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer. Analisis dilakukan secara bertahap yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan tiap variabel dalam penelitian yang dilakukan untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan dependen terhadap variabel yang diduga berhubungan. Analisis ini menggunakan uji statistik Chi square dengan tingkat kemaknaan (level of significance) (α) = 0,05.
3. Analisis Multivariat
variabel dependen yaitu pernikahan usia muda pada remaja menggunakan uji regresi logistik ganda (MultipleLogistic Regression).
Langkah-langkah pemodelan regresi ganda adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensi dimasukkan dalam model, variabel yang dipilih sebagai kandidat atau yang dianggap signifikan.
2. Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dimasukkan secara bersama-sama, kemudian variabel yang memiliki nilai P-value > 0,25 akan dikeluarkan secara bertahap (backward selection).
3. Pada uji regresi logistik ganda tahap pertama dipilih nilai signifikan (P < 0,25) pada uji bivariat (chi-square). Penggunaan kemaknaan statistik 0,25 untuk memungkinkan variabel-variabel yang terselubung sesungguhnya penting dimasukkan kedalam model multivariat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1 Geografis
Desa Seumadam adalah salah satu desa di Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Inpres, Dusun Alur Mentawak, Dusun Harum Sari, Dusun Karya dan Dusun Sejahtera dengan luas wilayah ± 6.017 Km². Adapun batas wilayah Desa Seumadam sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatas dengan PT Socfindo
2. Sebelah Barat berbatas dengan PT Sisirau dan Areal Kebun Masyarakat 3. Sebelah Utara berbatas dengan PT Kebun Seumadam
4. Sebelah Selatan berbatas dengan PT Kebun Kiara dan Provinsi Sumatera Utara
Sarana perhubungan menuju Desa Seumadam sebagian besar diaspal dan dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat.
4.1.2 Demografi
4.1.3 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, suku dan pendidikan terakhir yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan muda Kabupaten Aceh Tamiang
13 orang (13,7%), suku responden mayoritas tamiang sebanyak 45 orang (47,4%) dan minoritas suku mandailing/karo masing-masing sebanyak 5 orang (5,3%).
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu faktor internal (pengetahuan, pemahaman agama, kematangan emosi) dan faktor eksternal (dorongan orang tua, budaya, paparan media massa, pergaulan bebas) terhadap variabel terikat pernikahan usia muda pada remaja.
4.2.1 Faktor Internal
Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan, pemahaman agama, kematangan emosi yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Distribusi Item Jawaban Pengetahuan tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
No Pernyataan Benar Salah
n % n %
1. Pernikahan merupakan hubungan yang bersifat sakral/ suci antara pasangan dari seorang wanita dan pria yang telah diakui secara sah dalam hukum dan agama.
95 100,0 0 0 2. Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan
oleh pasangan atau salah satu pasangan masih berusia < 20 tahun.
57 60,0 38 40,0 3. Menurut undang-undang perkawinan No. 1/1974 usia
menikah ideal bagi wanita 16 tahun dan pria 19 tahun sedangkan menurut BkkbN usia ideal bagi wanita 21 tahun dan pria 25 tahun.
34 35,8 61 64,2 4. Pernikahan yang masih muda akan mengundang banyak
masalah karena dari sisi psikologis pasangan belum matang sehingga dapat mengakibatkan keruntuhan rumah tangga/ perceraian.
69 72,6 26 27,4 5. Dalam pernikahan tidak perlu dituntut adanya kematangan
emosi agar seseorang dapat menjalankan pernikahan dengan baik.
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No Pernyataan Benar Salah
n % n %
6. Rendahnya pemahaman dan pengetahuan tentang arti dan makna sebuah pernikahan merupakan penyebab
pernikahan usia muda.
76 80,0 19 20,0 7. Melahirkan pada usia dibawah 20 tahun dapat
menyebabkan bayi lahir sebelum waktunya. 46 48,8 49 51,6 8. Kehamilan pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
tingginya angka kematian ibu dan bayi. 59 62,1 36 37,9 9. Wanita yang menikah di usia muda cenderung mengalami
perdarahan akibat belum matangnya kesehatan reproduksi. 19 20,0 76 80,0 10. Pernikahan yang terjadi pada usia dibawah 20 tahun juga
muda responden menjawab benar sebanyak 19 orang (20,0%) dan menjawab salah sebanyak 76 orang (80,0%) dan responden menjawab dampak pernikahan usia muda secara benar sebanyak 17 orang (17,9%) dan menjawab salah sebanyak 78 orang (82,1%).
Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2014 pernikahan usia muda adalah mayoritas remaja berpengetahuan kurang sebanyak 62 orang (65,3%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 33 orang (34,7%).
Tabel 4.4 Distribusi Item Pernyataan Pemahaman Agama tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
n % n %
1. Menikah merupakan sunnah rasul. 95 100,0 0 0,0 2. Menurut agama, manusia diciptakan untuk
berpasang pasangan dalam ikatan pernikahan.
94 98,9 1 1,1
3. Menurut agama, jika laki-laki (mimpi basah) dan wanita menstruasi)/aqhil baligh sudah diperbolehkan untuk menikah.
53 55,8 42 44,2
4. Menurut agama, tidak ada batasan usia untuk diperbolehkannya seseorang melakukan pernikahan.
44 46,3 51 53,7
5. Menurut agama, pernikahan merupakan hal yang efektif dan efesien untuk mencegah perbuatan zina.
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden menjawab setuju menikah merupakan sunnah rasul sebanyak 25 orang (100,0%), setuju manusia diciptakan secara berpasangan sebanyak 94 orang (98,9%) dan tidak setuju sebanyak 1 orang (1,1%), setuju laki-lki dan perempuan aqil baligh menikah sebanyak 44 orang (46,3%) dan tidak setuju sebanyak 42 orang (44,2%), setuju tidak ada batasan usia dalam pernikahan sebanyak 44 orang (46,3%) dan tidak setuju sebanyk 51 orang (55,7%), setuju menikah salah satu cara mncegah perbuatan zina sebanyak 51 orang (53,7%) dan tidak setuju sebanyak 44 orang (46,3%).
Tabel 4.5 Distribusi Pemahaman Agama tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2014 minoritas pemahaman agama kurang sebanyak 15 orang (15,8%).
Tabel 4.6 Distribusi Item Jawaban Kematangan Emosi tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
No. Pernyataan SS S TB KS TS
n % n % n % n % n %
1. Saya termasuk orang yang dapat menempatkan persoalan sesuai keadaan.
4 4,2 68 71,6 5 5,3 18 18,3 0 0,0 2. Saya termasuk orang yang
dapat mengendalikan diri dan emosi.
Tabel 4.6 (Lanjutan)
No. Pernyataan SS S TB KS TS
n % n % n % n % n %
4. Saya bisa menahan amarah
dalam beberapa waktu. 2 2,1 16 16,8 29 30,5 27 28,4 21 23,1 5. Saya dapat menerima
keadaan diri saya dan orang lain apa adanya.
3 3,2 72 73,3 0 0,0 11 11,6 9 9,5
Keterangan : SS (Sangat sesuai), S (Sesuai), TB (Tidak bisa), KS (Kurang sesuai), TS (Tidak sesuai).
Tabel 4.7 Distribusi Kematangan Emosi tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2014 mayoritas kematangan emosi responden kurang sebanyak 56 orang (58,9%) dan minoritas kematangan emosi responden baik sebanyak 39 orang (41,1%).
4.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal dalam penelitian ini terdiri dari dorongan orang tua, budaya, paparan media massa, pergaulan bebas yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.8 Distribusi Item Jawaban Dorongan Orang Tua tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
No. Pernyataan Setuju Tidak setuju
n % n %
1. Apakah orang tua anda setuju dan
menganjurkan anda untuk cepat menikah 54 56,8 41 43,2 2. Apakah orang tua mempunyai harapan,
apabila anda menikah agar mereka cepat mendapat cucu.
75 78,9 20 21,1
3. Apakah orang tua menganjurkan anda menikah karena tidak melanjutkan pendidikan.
46 48,4 49 51,6 4. Apakah orang tua menganjurkan anda
menikah karena pasangan anda
berdomisili satu lingkungan dengan anda.
57 60,0 38 40,0 5. Apakah orang tua setuju anda menikah
agar kebutuhan pribadi anda terpenuhi dan mengurangi beban ekonomi keluarga.
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden menjawab setuju orang tua menganjurkan untuk cepat menikah sebanyak 54 orang (56,8%) dan tidak setuju sebayak 41 orang (43,2%), responden setuju orang tua mempunyai harapan agar cepat mendapatkan cucu sebanyak 75 orang (78,9%) dan tidak setuju sebanyak 20 orang (21,1%), responden setuju orang tua menganjurkan menikah karena tidak melanjutkan pendidikan sebanyak 46 orang (48,4%) dan tidak setuju sebanyak 49 orang (51,6%), responden setuju orang tua menganjurkan anda menikah karena pasangan anda berdomisili satu lingkungan sebanyak 57 orang (60,0%) dan tidak setuju sebanyak 38 orang (40,0%), responden setuju orang tua menganjurkan cepat menikah untuk mengurangi beban keluarga sebanyak 33 orang (34,7%) dan tidak setuju sebanyak 62 orang (65,3%).
Tabel 4.9 Distribusi Dorongan Orang Tua tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
Dorongan orang tua n %
Mendukung 70 73,7
Tidak mendukung 25 26,3
Jumlah 95 100,0
Tabel 4.10Distribusi Item Jawaban Budaya tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
No. Pernyataan Setuju Tidak setuju
n % n %
1. Dalam budaya, anak perempuan tidak diperbolehkan meneruskan pendidikan yang lebih tinggi karena bisa
mengakibatkan perawan tua.
25 26,3 70 73.3 2. Menurut budaya diwilayah setempat
menikahkan anaknya sesudah tamat sekolah merupakan suatu kebiasaan.
64 67,4 31 32,6 3. Menikahkan anak lebih cepat adalah
salah satu hal yang biasakan oleh orang tua karena mereka pun cepat menikah.
29 30,5 66 69,5 4 Menikahkan anak merupakan salah satu
cara orang tua mencegah pergaulan bebas
56 58,9 39 41,1 5. Menurut budaya menikah diatas 20
tahun dianggap perawan tua. 26 27,4 69 72,6 6. Wanita harus mengurus rumah tangga. 67 70,5 28 29,5 7. Jika ada laki-laki datang melamar tidak
boleh di tolak. 71 74,7 24 25,3
sebanyak 69 orang (72,6%), setuju tentang wanita harus mengurus rumah tangga sebanyak 67 orang (70,5%) dan tidak setuju sebanyak 28 orang (29,5%), setuju tentang jika ada laki-laki datang melamar tidak boleh ditolak sebanyak 71 orang (74,7%) dan tidak setuju sebanyak 24 orang (25,3%).
Tabel 4.11 Distribusi Budaya Tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2014 minoritas tidak ada budaya sebanyak 41 orang (43,2%).
Tabel 4.12Distribusi Item Jawaban Paparan Media massa tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan
Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
No. Pernyataan Ya Tidak
n % n %
1. Apakah anda pernah mengakses
internet. 80 84,2 15 15,8
2. Pada saat mengakses internet, apakah anda pernah membuka situs dewasa yang berisi gambar/video porno.
28 29,5 67 70,5
3. Apakah anda pernah membeli VCD
porno. 9 9,5 86 90,5
4. Apakah anda pernah bertanya kepada teman mengenai situs porno.
55 57,9 40 42,1
5. Apakah dihandphone anda terdapat
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa remaja yang pernah mengakses internet sebanyak 80 orang (84,2%) dan tidak pernah mengakses internet sebanyak 15 orang (15,8%), remaja yang pernah membuka situs dewasa dari internet sebanyak 28 orang (29,5%) dan tidak pernah membuka sebanyak 67 orang (70,5%), remaja yang pernah membeli VCD porno sebanyak 9 orang (9,5%) dan tidak pernah membeli VCD porno sebanyak 86 orang (90,5%), remaja yang pernah bertanya mengenai situs porno sebanyak 55 orang (57,9%) dan tidak pernah bertanya sebanyak 40 orang (42,1%), remaja yang mempunyai gambar/video porno di handphone sebanyak 39 orang (41,1%) dan tidak ada sebanyak 56 orang (58,9%).
Tabel 4.13Distribusi Paparan Media Massa terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 minoritas remaja tidak terpapar media massa sebanyak 45 orang (47,4%
Tabel 4.14Distribusi Item Jawaban Pergaulan Bebas tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
No. Pernyataan Ya Tidak
n % n %
1. Apakah anda berpacaran saat ini. 62 65,3 33 34,7 2. Apakah tempat gelap baik tertutup
dan terbuka seperti pondok, lesehan, kamar adalah tempat yang aman untuk pacaran.
Tabel 4.14 (Lanjutan)
No. Pernyataan Ya Tidak
n % n %
3. Apakah anda pernah berpegangan
tangan saat berpacaran. 76 80,0 19 20,0
4. Apakah anda pernah berpelukan dan
berciuman saat berpacaran. 75 78,9 20 21,1
5. Apakah anda pernah melakukan
hubungan seksual saat berpacaran. 14 14,7 81 85,3 Dari Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa remaja yang sudah berpacaran sebanyak 62 orang (65,3%) dan tidak punya pacar sebanyak 30 orang (34,7%), remaja yang mengatakan tempat gelap merupakan tempat yang aman untuk pacaran sebanyak 37 orang (38,9%) dan tidak sebanyak 58 orang (61,1 %), remaja yang mengatakan berpegangan tangan saat berpacaran sebanyak 76 orang (80,0%) dan tidak sebanyak 19 orang (20,0%), remaja yang mengatakan berpelukan dan berciuman sebanyak 75 orang (78,9%) dan tidak sebanyak 20 orang (21,1%), remaja yang melakukan hubungan seksual saat pacaran sebanyak 14 orang (14,7%) dan tidak sebanyak 81 orang (85,3%).
Tabel 4.15Distribusi Pergaulan Bebas tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2014
Pergaulan bebas n %
Melakukan 72 75,8
Tidak melakukan 23 24,2
Jumlah 95 100,0
4.2.3 Pernikahan Usia Muda
Tabel 4.16 Distribusi Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014
Pernikahan usia muda n %
Menikah usia muda 25 26,3
Belum menikah 70 73,7
Jumlah 95 100,0
Dari Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang melakukan pernikahan usia muda sebanyak 25 orang (26,3%) dan minoritas responden yang belum menikah usia muda sebanyak 70 orang (73,7%).
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel dependen yaitu pernikahan usia muda dengan variabel independen yaitu faktor internal (pengetahuan, pelaksanaan agama, kematangan emosi) dan faktor eksternal (dorongan orang tua, budaya, paparan media massa, pergaulan bebas). Dikatakan ada hubungan bermakna jika nilai p < 0,05.
4.3.1 Faktor Internal
Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan, pemahaman agama, kematangan emosi yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.17 Hubungan Pengetahuan dengan Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten
Aceh Tamiang Tahun 2014
Pengetahuan
Pernikahan Usia Muda
Jumlah p
Menikah Usia Muda Belum Menikah
n % n % n %
Baik 3 9,1 30 90,9 33 100,0
0,005