• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kas

2.1.1 Pengertian Kas

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

Pengertian kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat di ambil sewaktu-waktu.

Menurut Munawir (1983:14), pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operas

cek yang diterima dari para

pelanggan dan simpanan demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).

Pendapat lainnya juga hampir sama di kemukakan oleh: Tuanakotta, AK, (1982:150) dalam bukunya Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik, yaitu: Kas dan bank meliputi uang

tunai dan simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat

diuangkan pada setiap saat tanpa

(2)

Menurut Riyanto (2001:94), “ Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, makin besar jumlah kas yang ada didalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya”. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya saja, sebaliknya kalau perusahaan hanya mengejar profitability saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Kalau perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan illlikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.

(3)

operasionalnya. Jadi semakin semakin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan semakin tinggi juga tingkat likuiditasnya.

Yang termasuk kas adalah : • Uang tunai dalam bentuk kertas/logam

• Uang perusahaan yang disimpan di bank yang sewaktu-waktu

dapat diambil

• Cek yang diterima sebagai pembayaran dari pihak lain

• Cek perjalanan(travell check) adalah yang diterbitkan oleh suatu

bank untuk melayani nasabah yang melakukan perjalanan jarak jauh.

• Kasir cek adalah cek yang dibuat dan ditanda tangani oleh suatu

bank,ditarik oleh bank itu sendiri untuk melakukan pembayaran ke pihak lain

• Wesel post: dapat dijadikan uang tunai pada saat diperlukan

Yang tidak termasuk kas yaitu :

• Deposito berjangka/Time deposite : uang simpanan di bank

yang hanya dapat diambil setelah jangka waktu tertentu berakhir • Uang yang disediakan untuk tujuan-tujuan tertentu sehingga

terikat penggunaannya Contoh : Dana Pensiun

• Cek mundur/Post date check : tidak dapat digolongkan ke dalam

(4)

2.1.2 Sumber dan Penggunaan Kas

Sumber dan penggunaan kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimannya (sumber-sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya).

Menurut Jumingan (2006:97) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari :

a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun tidak berwujud (intangible assets) atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.

b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel)

maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik atau utang jangka panjang yang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.

d. Adanya penurunan atau berkurangya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena adanya penjualan dsb.

e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan oleh adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:

a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya. b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya

(5)

c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupunutang jangka panjang.

d. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan danya persekotpersekot biaya maupun persekot pembelian. e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian

laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.

Aliran kas masuk dan aliran kas keluar akan terjadi secara terus menerus dalam perusahaan atau akan berlangsung terus selama hidupnya perusahaan.

2.1.3 Perputaran Kas

(6)

efisiensi penggunaannya. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat perputaran kasnya. Menurut Riyanto (2001 : 95) ”Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata”.

Perputaran Kas = = ... kali

Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan.

2.2 Net Profit Margin (NPM) 2.2.1 Rasio Profit Margin

Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan), rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan dalam investasi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan menghasilkan laba perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai

pihak.Bagi para pekerja (karyawan dan buruh) merupakan Rata –Rata Kas

Penjualan Bersih

(7)

Sedangkan pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi hak pemegang saham.Dengan demikian pemilik perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaan karena didasari sangat pentingnya laba yang ingin dicapai demi kelangsungan atau masa depan perusahaan. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi para pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Sartono, 2001:122). Rasio-rasio profitabilitas antara lain :

1. Earning Per Share 2. Net Profit Margin 3. Return on Asset 4. Return on Equity

Dalam meraih profit yang diharapkan, maka efisiensi mutlak harus dilakukan oleh setiap perusahaan, tidak terkecuali perusahaan dagang dalam rangka menjaga kelangsungan usaha maupun meningkatkan daya saing. Dalam penelitian ini menggunakan NPM, dimana NPM ini merupakan bagian dari rasio profit yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Rasio profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba per rupiah penjualan yang dinyatakan dalam persentase.

(8)

2.2.2 Net Profit Margin (NPM)

Menurut Alexandri (2008: 200) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak.

Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) “Net Profit

Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan.

Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.” Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net income after tax) terhadap total penjualan (sales). Para investor pasar modal

(9)

Laba bersih Setelah Laba Bersih Setelah Pajak

Kalau rasio ini semakin tinggi berarti menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Apabila rasio ini rendah menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba rendah pada tigkat penjualan dan pada biaya tertentu.

Menurut Sulistyanto ( 2006: 7): “angka NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 %.” Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Profit Margin = x100 % = ...%

Ratio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.

2.3 Piutang

2.3.1 Pengertian dan Klasifikasi Piutang

Penjualan kredit merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan langganan yang sudah ada untuk mendapat langganan baru. Penjulan kredit tidak langsung menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang.

(10)

Menurut Keiso (2002 : 36 ) “ piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pekanggan atau pihak-pihak lainnya.“ Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus-menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu : Kas – Investasi – Kas.

(11)

antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang terhutang. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha (account receivable) dan diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.

Sumber terjadinya piutang digolongkan dalam dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh pelanggan atas penjualan barang dan jasa dalam kegiatan usaha normal. Piutang tersebut didukung oleh faktur penjualan atau dokumen lainnya selain jaminan tertulis formal, dan didalmnya dimuat jumlah yang diharapkan dapat ditagih pada tahun setelah tanggal neraca atau dalam siklus operasi perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar usaha kegiatan perusahaan digolongkan piutang lain-lain.

Untuk meningkatkan daya beli konsumen, kebanyakan perusahaan penjualan memberikan fasilitas kredit terhadap konsumennya. Akan tetapi piutang tidak hanya berasal dari kredit, bisa juga berasal dari tagihan lain. Tujuan klasifikasi piutang ini sebenarnya dilakukan untuk memudahkan pembukuan transaksi yang mempengaruhinya.

Menurut Ikatan Akutansi Indonesia (2007 : 451), “berdasarkan sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua

(12)

Klasifikasi piutang secara umum :

Piutang usaha dapat diklasifikasikan sebagai piutang lancar (piutang jangka pendek) dan piutang tidak lancar (piutang jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar (non current receivable). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca sebagai

piutang dagang atau non dagang. 1. Piutang Dagang (Trade Receivable)

Piutang dagang adalah tagihan perusahaan dagang kepada konsumen yang berasal dari penjualan barang secara tidak kas atau kredit. Piutang dagang adalah tipe piutang yang paling banyak ditemukan dan biasanya memiliki jumlah yang paling besar.

Piutang dagang dapat dikelompokkan menjadi dua yakni : a. Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha ini berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan umumnya bisa ditagih dalam waktu satu sampai 2 bulan. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa bisa saja dibebankan jika pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.

b. Wesel Tagih (Notes Receivable)

(13)

datang. Wesel tagih bisa bersumber dari penjualan, pembayaran ataupun transaksi lainnya. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni :

Wesel tagih berbunga (interest bearing notes). Wesel ini

ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal serta ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.

Wesel tagih tanpa bunga (non-interest bearing notes). Pada

wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, akan tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga.

2. Piutang Lain-lain (Non Dagang)

(14)

2.3.2 Peranan dan Arti Penting Piutang

Peranan Piutang

Piutang (receivables) merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu : Kas Barang Piutang

Kas

Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa elemen piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tidak selikuid elemen kas, karena untuk menjadikan piutang dalam bentuk uang tunai memerlukan waktu yang tergantung pengembaliannya. Oleh karena itu semakin besar nilai elemen piutang semakin besar pula resiko yang timbul. Disamping itu, dana yang tertanam di dalamnya semakin besar sehingga kebutuhan dana dalam perputaran modal kerja semakin besar pula.

Arti Penting Piutang

(15)

maka piutang dianggap memiliki waktu perputaran yang cepat dari setahun sehingga aktiva ini mudah dicairkan menjadi uang kas.

Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar sehingga memerlukan perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang seefisien mungkin.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Investasi pada Piutang

Menurut Riyanto (2005:5), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang :

a. Volume penjualan Kredit b. Syarat Pembayaran Kredit

c. Ketentuan tentang Pembatasa Kredit

d. Kebijaksanaan dalam Pengumpulan Piutang e. Kebiasaan membayar dari para pelanggan

(16)

2.3.4 Perputaran Piutang Usaha

Piutang usaha merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi pada penjualan seterusnya. Periode perputaran piutang usaha tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Semakin lama persyaratan pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti makin kecil tingkat perputaran piutang usaha dalam suatu periode dan sebaliknya.

Hal tersebut juga sejalan dengan peryataan Munawir (2002:75), “ makin tinggi perputaran (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang tinggi , sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaa pemberian kredit”.

(17)

Menurut Reeve (2005:407) : “ perputaran piutang adalah Usaha (account receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”. Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan. Hal ini juga diperjelas pula dengan pendapat Syamsuddin (2002:49), yaitu: “Semakin tinggi account receivables turn over suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutangnya.” Account receivable turn over dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijaksanaan seperti ini cukup sulit untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijaksanaan penjualan kredit kemungkianan besar volume penjualan akan menurun, sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan bahkan sebaliknya.

(18)

dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modal. Tingkat perputaran piutang usaha dapat dihitung dangan menggunakan rumus :

Perputaran Piutang =

Rasio perputaran piutang diartikan dengan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti ada over invesment dalam piutang sehingga dapat melakukan analisis piutang lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

Penurunan rasio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh faktor sebagai berikut :

1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang

2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjulan dalam jumlah yang besar

3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang besar

4. Turunnya piutang dengan penjualan yang tetap Penjualan

(19)

5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah

2.4 Likuiditas

2.4.1 Pengertian Likuiditas

Menurut Riyanto (2001:25): “masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya, yang segera harus dipenuhi.”

Menurut Munawir (2002:93): “ Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya dalam jangka pendek atau yang harus segera dibayar.”

Pengertian likuiditas menurut Siamat (2001:8) adalah kemampuan memperoleh uang tunai pada saat dibutuhkan, beberapa sekuritas sekunder yang dikeluarkan lembaga keuangan dibeli oleh sektor usaha dan rumah tangga terutama dimaksudkan untuk tujuan likuiditas, yang dimaksud dengan sekuritas sekunder ini adalah giro, tabungan, sertifikat deposito yang diterbitkan bank yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan keamanan disamping tambahan pendapatan.

Menurut Sartono (2001:116), likuiditas adalah kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang,persediaan. Menurutnya juga, pengertian likuiditas sebenarnya mengandung dua dimensi yaitu waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi kas dan kepastian harga yang akan terjadi.

(20)

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah “likuid”, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid. Pengertian likuiditas yang dikemukakan oleh para ahli keuangan bermacam-macam, namun pada dasarnya memiliki maksud yang sama yaitu bahwa pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2.4.2 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio. Current ratio dapat menilai tingkat likuiditas dengan

(21)

perusahaan, hal ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangan pada saat jatuh tempo.

Aktiva lancar yang palling likuid adalah kas dan kewajiban jangka pendek mempunyai hubungan dalam penentuan likuid atau tidaknya suatu perusahaan. Jadi semakin besar aktiva lancar yang bisa dikonversikan menjadi kas dan semakin rendah jumlah kewajiban jangka pendek (hutang lancar) perusahaan, maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan dan semakin besar pula kemampuan perusahaan untk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, begitu juga sebaliknya.

Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Rumus untuk menghitung current ratio sebagai berikut :

Current ratio =

Aktiva lancar Kewajiban lancar

(22)

2.5 Hubungan Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban lancar pada saat jatuh tempo. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, piutang, surat berharga dan persediaan. Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid dari seluruh aktiva lancar. Tingkat perputaran kas yang semakin tinggi maka akan semakin likuid perusahaan tersebut. Demikian juga dengan laba bersih, semakin banyak net profit margin yang dihasilkan berarti semakin banyak jumlah kas yang akan diterima, semakin banyak jumlah kas yang diterima berarti perusahaan tersebut semakin likuid. Piutang juga merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas. Bagi sebagian perusahaan, piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang menjadi kas, hal ini berarti likuiditas perusahaan pun dapat terjaga dengan baik.

2.6Tinjauan Penelitian Terdahulu

(23)

likuiditas (CR), dan variabel independen yang digunakan yaitu perputaran kas dan perputaran piutang, dan dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa perputaran kas tidak dapat memprediksi likuiditas sedangkan perputaran piutang dapat memprediksi likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2008 dan berdasarkan hasil analisis dijelaskan juga bahwa perputaran kas dan perputaran piutang tidak dapat memprediksi likuiditas secara bersama-sama pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 – 2008.

(24)

Penelitian Dessy Anggraini Lubis (2012) : “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta” , variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas (CR) sedangkan variabel independennya yaitu total aktiva, perputran modal kerja dan arus kas operasi dan dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa secara simultan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan, sedang secara parsial bahwa total aktiva dan perputaran kodal kerja tidak mempunyai pengaruh terhadap likuiditas sedangkan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap likuiditas perusahaan.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul VariabelPenelitian Hasil Penelitian 1 1. Perputaran Kas 2. Perputaran

Piutang Independen : Likuiditas

Secara parsial perputaran kas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap likuiditas perusahaan dan secara

parsial perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas.

(25)

2 Sari terdaftar di BEI periode

2007-Secara parsial perputaran

piutang usaha berpengaruh positif tetapi

tidak signifikan terhadap Likuiditas perusahaan, dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap likuiditas.

Secara simultan perputaran piutang usaha

dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap likuiditas.

3 Dessy 1.Total Aktiva 2.Perputaran

Modal Kerja 3.Arus kas Independen : Likuiditas

Secara Parsial Arus kas berpengaruh negatif terhadap likuiditas, total aktiva dan perputaran modal kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

likuiditas. Secara simultan total aktiva, perputaran modal kerja, arus kas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas.

Sumber : (Diolah oleh peneliti)

2.7 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.7.1 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2008 : 38) “ kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu maslah tertentu”.

(26)

yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah perputaran arus kas, net profit margin, dan receivables turnover sedangkan variabel dependen adalah likuiditas.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban lancar pada saat jatuh tempo. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, piutang, surat berharga dan persediaan. Kas merupakan bagian dari aktiva lancar yang likuid dan dapat dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Kas juga merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Apabila perputaran kas semakin tinggi maka akan semakin likuid perusahaan tersebut.

(27)

H1 H2

H3

H4

Piutang juga merupakan aktiva lancar yang paling likuid. Piutang merupakan pos yang penting bagi sebagian perusahaan karena jumlahnya yang cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang sehingga dapat dikonversikan menjadi kas, hal ini berarti likuiditas perusahaan pun dapat dipertahankan.

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

2.7.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008:49), “ Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang adapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau

Likuiditas (Current Rasio)

Y Receivables Turnover

X3 Perputaran Kas

X1

Net Profit Margin / Laba Bersih X2

(28)

konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Perputaran kas, net profit margin, dan receivables

turnover berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan industri barangkonsumsi sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012

H2 : Perputaran arus kas berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan industri barang konsumsi sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012

H3 : Net profit margin berpengaruh terhadap tingkat likuiditas perusahaan industri barang konsumsi sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak (Uehara Takeshi dalam Sudjianto, 1996:54). Kata wake memiliki makna leksikal

Kebijakan dividen adalah kebijakan keuangan yang sengaja dibuat oleh manajer untuk menentukan porsi pendapatan perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen kepada

Gadis yang tidak pernah disentuh oleh laki2, telinganya cantik dan nampak bersih, kalau gadis itu pernah disetubuhi atau telinganya pernah digigit atau dicium dan disentuh,

Kontingensi Mc Nemar Untuk Pengujian Dampak Sebelum dan Sesudah Adanya Pengembangan Pantai Padang Terhadap Pendapatan Dilihat Dari Sisi Penetapan

Bagi SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta disarankan untuk dapat melakukan kerja sama dengan BKKBN atau Puskesmas untuk membentuk pelayanan kesehatan reproduksi bagi

Adapun musik itu dapat disajikan dengan melodi dan syair yang harmonis.. dan dapat digunakan untuk kepentingan pribadi dan juga untuk

bahlian Akuntansi Kabupaten Sleman dalam usaha meningkatkan profesionaliis melalui karya ilmiah, adanya respon yang positif dari peserta.. p n g ditunjukkan dengan

untuk mengetahui instrumen yang dibuat oleh peneliti valid atau tidak jika digunakan dalam penelitian nanti. “Mungkin para ahli