• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Persalinan Sectio Caesaria

Sectio caesaria merupakan suatu tindakan untuk melahirkan

bayi dengan berat di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Syaifuddin, 2001).

Berdasarkan pendapat di atas, maka persalinan sectio caesaria merupakan sesuatu prosedur pembedahan yang melahirkan fetus melalui insisi pada dinding abdominal dan uterus, baik yang direncanakan (dijadwalkan) atau tidak (darurat). Suatu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kelahiran seorang anak bukan melalui per vaginam.

2.3.1 Tipe Sectio Caesaria

Menurut Oxorn (2003), jenis-jenis persalinan sectio caesaria dapat digolongkan menjadi:

a. Sectio caesaria klasik

Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat muncul adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri spontan pada persalinan berikutnya.

b. Sectio caesaria Profunda

Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan ruptura uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan sectio caesaria dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.

2. Sectio caesaria ekstraperitonealis yaitu sectio caesaria berulang pada seorang pasien yang pernah melakukan sectio caesaria sebelumnya. Biasanya dilakukan di atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan fasia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal.

2.3.2 Indikasi Sectio Caesaria

Indikasi sectio caesaria menurut Wiknyosastro (2002) dibagi atas 2 bagian yaitu a) pada ibu antara lain : panggul sempit absolut (CV kurang dari 8 cm), tumor-tumor jalan lahir, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa totalis/ sub totalis, disproporsi sefalo pelvic, ruptura uteri membakat, dan partus lama; b) pada janin antara lain kelainan letak, dan gawat janin.

Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis atau indikasi sosial untuk melakukan sectio caesaria. Persalinan sectio caesaria karena indikasi sosial timbul karena adanya permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk melakukan persalinan normal. Indikasi sosial biasaya sudah direncanakan terlebih dahulu untuk dilakukan tindakan sectio caesaria (Cunningham, 2006).

2.3.3. Kontra IndikasiSectio Caesaria

Kontraindikasi sectio caesaria dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun bayi, oleh sebab itu, sectio caesaria tidak dilakukan kecuali tidak dalam keadaan terpaksa, sectio caesaria tidak boleh dilakukan pada kasus-kasus seperti : janin sudah mati dalam kandungan, dalam hal ini dokter memastikan denyut jantung janin tidak ada lagi, tidak ada lagi gerakan janin anak dan dari pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin; b) janin terlalu kecil untuk mampu hidup di luar kandungan c) terjadi infeksi dalam kehamilan dan d) anak dalam keadaan cacat seperti hidrocefalus dan anecepalus (Cunningham, 2005).

2.3.4. Anastesi

Ada beberapa anastesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk operasi sectio caesaria, baik spinal maupun general. Pada anastesi spinal atau epidural yang lebih umum digunakan saat ini, sang ibu tetap sadar kala operasi berlangsung, Anastesi general bekerja secara jauh lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat (Gallagther, 2000).

a. Anastesi general

Anastesi general biasanya diberikan jika anastesi spinal atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan teksin maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena.

Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar akan diselipkan sebuah selang ke dalam tenggorokan pasien untuk membantu pasien bernafas dan mencegah muntah. Pasien yang menggunakan anastesi general harus dimonitor secara konstan oleh seseorang ahli anastesi.

b. Anastesi spinal

Dalam operasi sectio, pasien diberi penawaran untuk menggunakan anastesi spinal atau epidural. Anastesi ini dari pertengahan ke bawah tubuh pasien mati rasa tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran tanpa merasa sakit dan pasangan juga bisa mendamping untuk memberikan dorongan dan semangat.

2.3.5. Risiko Persalinan Sectio Caesaria

Operasi Sectio Caesaria sudah merupakan alternatif yang dapat dipilih seorang ibu yang akan melahirkan, walaupun ibu hamil tersebut masih dapat melahirkan secara normal. Namun secara medis, operasi sectio caesaria tidaklah dianjurkan bagi ibu yang masih dapat melahirkan secara normal. Indiarti (2010) mengungkapkan bahwa alasan ibu memilih operasi sectio caesaria ialah agar terhindari dari rasa sakit sewaktu persalinan. Alasan ini sebenarnya tidak terlalu tepat. Bagaimanapun juga, melahirkan secara normal lebih ringan risikonya daripada bantuan operasi.

a.

Keuntungan bedah sectio caesaria:

b.

Lebih aman bagi kesehatan ibu dan bayi, misalnya posisi bayi yang sungang, jika dilahirkan secara normal, dikhawatirkan bayi akan berhenti di jalan lahir sehingga jalan nafasnya terjepit, bila lebih dari 7 menit dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan pernapasan.

c.

Ibu tidak akan merasa cemas oleh rasa nyeri saat kontraksi sebelum dan selama proses bersalin.

Ibu maupun ayah bisa memilih kapan jam dan tanggal bayi mau dilahirkan.

a.

Indiarti (2010) menambahkan tindakan caesar juga dapat mengalami berbagai efek samping diantaranya:

Pada anak, anastesi yang terlalu lama (semula dimaksudkan untuk ibu dapat membuat anak susah bernafas spontan, sehingga harus dirangsang sesaat untuk

bisa menangis. Keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan hemodinamika dan mengurangi penilaian terhadap anak.

b.

c.

Kesadaran yang pulih beberapa saat sesudah proses penjahitan selesai akan menghilang saat-saat pertama berinteraksi dengan bayi. Efek anastesi juga akan memengaruhi produksi ASI yang maana air susu yang keluar pertama kali tidak dapat diberikan kepada bayi.

d.

Pengeluaran lendir atau sisa air ketuban di saluran nafas anak juga tidak sempurna. Pada persalinan normal, tubuh bayi harus melalui lorong jalan lahir sempit seakan-akan dadanya diperas sehingga sisa cairan dalam saluran nafas terperas keluar.

e.

Pada persalinan alamiah, bayi akan melewati vagina yang dalam keadaan normal mengandung bakteri dan jamur. Pada tubuh sehat itu sudah terkandung antibodi terhadap antigen asing tersebut dan secara pasif membagikan sebagian antibodinya kepada janin.

f.

Ibu akan mendapat luka operasi baru di perut dan kemungkinan timbulnya infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik.

Ibu juga akan dibatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi, sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu ikut terpengaruh.

g.

h.

Waktu pemulihan pasca melahirkan juga lebih lama karena pemulihan bekas luka operasi memerlukan tempo yang lebih lama.

2.3.6. Perawatan Setelah Persalinan Sectio Caesaria

Adanya parut luka di rahim akan membatasi jumlah tindakan operasi caesar sehingga jumlah anak yang akan dilahirkan juga terbatas, karena tindakan pembedahan berikutnya harus melalui pengawasan tenaga medis.

Perawatan wanita setelah melahirkan secara sesaria merupakan kombinasi antara asuhan keperawatan bedah dan maternitas. Setelah pembedahan selesai, ibu akan dipindahkan ke area pemulihan. Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca-melahirkan, dan derajat nyeri. Kepatenan jalan nafas dipertahankan dan posisi diatur untuk mencegah kemungkinan aspirasi. Tanda-tanda vital diukur selama 15 menit selama 1 sampai 2 jam atau sampai kondisi ibu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus, dan jumlah lokhea dikaji, demikian pula masukan dan haluaran. Membantu mengubah posisi dan melakukan nafas dalam serta obat-obatan mengatasi nyeri dapat diberikan (Bobak, 2004).

Dokumen terkait