PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERSALINAN SECTIO CAESARIA
DI RSU HKBP BALIGE KABUPATEN TOBASA TAHUN 2012
TESIS
Oleh
LAMRIA SIMANJUNTAK 107032127 / IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF PATIENTS’ KNOWLEDGE AND CONFIDENCE ON THE DECISION TO GIVE BIRTH BY SECTIO CAESARIA IN HKBP
GENERAL HOSPITAL, BALIGE, TOBASA DISTRICT IN 2012
THESIS
BY
LAMRIA SIMANJUNTAK 107032127 / IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERSALINAN SECTIO CAESARIA DI RSU HKBP BALIGE KABUPATEN TOBASA TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : Lamria Simanjuntak Nomor Induk Mahasiswa : 107032127
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M
Ketua
) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERSALINAN SECTIO CAESARIA
DI RSU HKBP BALIGE KABUPATEN TOBASA TAHUN 2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
LAMRIA SIMANJUNTAK 107032127 / IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Telah diuji
Pada Tanggal : 27 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
2. Drs. Tukiman, M.K.M
PERNYATAAN
PENGARUH PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERSALINAN SECTIO CAESARIA
DI RSU HKBP BALIGE KABUPATEN TOBASA TAHUN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2012
ABSTRAK
Pengambilan keputusan merupakan pilihan yang harus dilakukan oleh ibu hamil dalam menentukan cara persalinnya. Kepercayaan ibu hamil untuk menentukan keputusan persalinan sectio caesaria karena ibu hamil merasa dapat mengurangi rasa sakit, cepat dan lebih mudah keperawatannya. Pada periode Juni 2010 ditemukan pasien yang memilih persalinan sectio caesaria sebanyak 718 kasus (77,6%) dari 925 persalinan pada tahun 2010. Peningkatan jumlah pasien yang memilih persalinan sectio caesaria disebabkan kurang pengetahuan dan kepercayaan pasien dalam menentukan jenis persalinan yang tepat dan aman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Pasien terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa. Jenis penelitian adalah studi observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah pasien yang memilih bersalin sectio secarea di RSU HKBP Kabupaten Tobasa berjumlah 718 orang. Jumlah sampel sebanyak 53 orang yang diambil secara accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan persalinan sectio caesaria. Variabel kepercayaan dominan memengaruhi pengambilan keputusan persalinan sectio caesaria di di Rumah Sakit HKBP Balige Kabupaten Tobasa..
multiple regression logistic pada taraf kemaknaan 95%.
Disarankan kepada Direktur Rumah Sakit HKBP menerapkan berbagai program kesehatan dalam mengantisipasi risiko gangguan kehamilan seperti senam hamil dan mengefektifkan konseling dan konsultasi kepada ibu-ibu hamil supaya ibu hamil dapat memilih persalinan yang aman dan tepat. Dokter obstetri dan ginekologi lebih menganjurkan kepada ibu hamil berdasarkan indikasi sosial untuk melakukan persalinan pervaginam terlebih dahulu. Bidan desa lebih memotivasi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya secara fisik dan mental dalam menghadapi persalinan dengan memberikan konseling/ penyuluhan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
ABSTRACT
Decision making is the only alternative for a pregnant mother in determining the way she will give birth. Pregnant mothers give birth by sectio caesaria because they believe that they can reduce pain and it will be fast and easy to be treated. In the period of June, 2010, there were 718 pregnant mothers who chose to give birth by
sectio caesaria (77.6%) from 925 pregnant mothers who gave birth in 2010. This increase was due to the lack of knowledge and confidence of the patients in deciding what kind of confinement which is correct and safe.
The aim of the research was to know and analyze the influence of the patients’ knowledge and confidence on their decision to give birth by sectio caesaria in HKBP General Hospital, Balige, Tobasa District. The type of the research was observational analytic study with cross sectional design. The population was 718 patients who chose giving birth by section caesaria in HKBP General Hospital, Balige, Tobasa District. 53 of them were used as the samples, using accidental sampling method. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using multiple logistic regression tests on the significance level of 95%.
The result of the research showed that knowledge and confidence influenced the decision to give birth by sectio caesaria in HKBP Hospital, Balige, Tobasa District.
It is recommended that the Director of HKBP Hospital should implement various health programs in anticipating the risk of disorder in pregnancy by conducting pregnancy exercise, and provide counseling and consultation effectively to pregnant mothers so that they can choose to give birth safely and correctly confinement. It is also recommended pregnant mothers should examine their pregnancy routinely and participate in health counseling program so that they can be motivated and believe that giving birth by sectio caesaria without medical indication will take serious risk.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberi rahmat
dan berkat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Pasien terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa Tahun 2012”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H.,
M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya
Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
4. Sekretaris Program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si.
5. Ketua Komisi Pembimbing Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Anggota
Komisi Pembimbing Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes atas segala ketulusannya
dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan
perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.
6. Tim Penguji Drs. Tukiman, M.K.M dan dr. Antonius Ginting, Sp.OG, M.Kes
yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan
tesis.
7. Ketua Yayasan Kesehatan HKBP Drs. Richard Panjaitan, S.K.M yang telah
memberikan kesempatan dan izin kepada penulis dalam rangka menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
8. Direktur RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Medan.
9. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani
pendidikan.
11. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam
penyusunan tesis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi
maupun penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini dan pengembangan penulisan yang
akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Lamria Simanjuntak dilahirkan di Humbang, Sumut pada tanggal 23 Agustus
1951, anak ke dua dari sembilan bersaudara. Putri dari Ayahanda (Alm) M.
Simanjuntak dan Ibunda R. Silitonga.
Memulai pendidikan di SR Negeri Aek Nauli Tapanuli Selatan dan lulus
tahun 1963, melanjutkan pendidikan SMP Negeri Panyabungan Tapanuli Selatan
lulus tahun 1966, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Padang
Sidempuan lulus tahun pada 1970, selanjutnya meneruskan pendidikan Diakones
HKBP lulus pada tahun 1973, kemudian Sekolah Pendidikan Bidan di Rumah Sakit
Mardi Santoso Surabaya lulus pada tahun 1978, Sekolah Guru Perawat Pajajaran
Bandung lulus pada tahun 1981, Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Bandung lulus
pada tahun 1995, Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Santo Carolus Jakarta lulus pada
tahun 2003, Pendidikan Pascasarjana di Program Studi S2 Ilmu kesehatan
Masyarakat, Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2010 s/d sekarang.
Penulis bekerja sebagai dosen tetap di Akademi Keperawatan HKBP Balige
DAFTAR ISI
2.1.3. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan ... 14
2.2 Persalinan ... 16
2.3 Persalinan Sectio Caesaria ... 18
2.3.1. Tipe Sectio Caesaria ... 18
2.3.2. Indikasi Sectio Caesaria ... 20
2.3.3. Kontra Indikasi Sectio Caesaria ... 20
2.3.4. Anestesi ... 21
2.3.5. Risiko Persalinan Sectio Caesaria ... 22
2.3.6. Perawatan Setelah PersalinanSectio Caesaria ... 24
2.4 Pengambilan Keputusan ... 24
2.4.1. Pengertian Pengambilan Keputusan ... 25
2.4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ibu Mengambil Keputusan Persalinan Sectio Caesaria ... 27
2.5 Landasan Teori ... 42
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 46
3.4.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 48
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.6 Metode Pengukuran ... 50
... 48
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen ... 50
3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen ... 53
3.7 Metode Analisis Data ... 54
4.2.1.4 Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria Responden ... 68
4.2.2. Analisa Bivariat ... 70
4.2.2.1. Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Faktual dengan Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 70
4.2.2.2 Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Konseptual dengan Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 71
4.2.2.3. Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Prosedural dengan Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 72
4.2.2.4 Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Metakognitif dengan Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 72
4.2.2.5. Hubungan Kepercayaan Berdasarkan Motivasi dengan Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 73
4.2.2.6 Hubungan Kepercayaan Berdasarkan Motivasi dengan Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 74
BAB 5. PEMBAHASAN ... 79
5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 79
5.2 Pengaruh Kepercayaan terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 82
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 86
6.1 Kesimpulan ... 86
6.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
3.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 53 4.1. Distribusi Karakteristik Responden di RSU HKBP Balige ... 57 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Berdasarkan Faktual di RSU HKBP Balige ... 59 4.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan
Faktual di RSU HKBP Balige ... 59 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Berdasarkan Konseptual di RSU HKBP Balige ... 60 4.5. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan
Konseptual di RSU HKBP Balige ... 61 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Berdasarkan Prosedural di RSU HKBP Balige ... 62 4.7. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan
Prosedural di RSU HKBP Balige ... 62 4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Berdasarkan Megakognitif di RSU HKBP Balige ... 63 4.9. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Berdasarkan
Prosedural di RSU HKBP Balige ... 64 4.10. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden di RSU HKBP
Balige ... 65 4.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan
Berdasarkan Motivasi di RSU HKBP Balige ... 65 4.12. Distribusi Kategori Kepercayaan Responden Berdasarkan
Motivasi di RSU HKBP Balige ... 66 4.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Kepercayaan
4.14. Distribusi Kategori Kepercayaan Responden Berdasarkan
Emosional di RSU HKBP Balige ... 68 4.15. Distribusi Kategori Kepercayaan Responden di RSU HKBP
Balige ... 68 4.16. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengambilan
Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige ... 69 4.17. Distribusi Kategori Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio
Caesaria di RSU HKBP Balige ... 70
4.18. Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Faktual dengan
Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU
HKBP Balige ... 71 4.19. Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Konseptual dengan
Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU
HKBP Balige ... 71 4.20. Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Prosedural dengan
Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU
HKBP Balige ... 72 4.21. Hubungan Pengetahuan Berdasarkan Metakognitif dengan
Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU
HKBP Balige ... 73
4.22. Hubungan Kepercayaan Berdasarkan Motivasi dengan
Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU
HKBP Balige ... 74
4.23. Hubungan Kepercayaan Berdasarkan Emosional dengan
Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU
HKBP Balige ... 75 4.24. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Pengetahuan dan
Kepercayaan terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Model Kepercayaan Kesehatan ... 13
2.2. The Health Believe Model-Revised ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 92
2 Surat Telah Selesai Meneliti dari RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa ... 93
4. Kuesioner Penelitian ... 94
5. Hasil Pengolahan Data ... 98
ABSTRAK
Pengambilan keputusan merupakan pilihan yang harus dilakukan oleh ibu hamil dalam menentukan cara persalinnya. Kepercayaan ibu hamil untuk menentukan keputusan persalinan sectio caesaria karena ibu hamil merasa dapat mengurangi rasa sakit, cepat dan lebih mudah keperawatannya. Pada periode Juni 2010 ditemukan pasien yang memilih persalinan sectio caesaria sebanyak 718 kasus (77,6%) dari 925 persalinan pada tahun 2010. Peningkatan jumlah pasien yang memilih persalinan sectio caesaria disebabkan kurang pengetahuan dan kepercayaan pasien dalam menentukan jenis persalinan yang tepat dan aman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Pasien terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa. Jenis penelitian adalah studi observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah pasien yang memilih bersalin sectio secarea di RSU HKBP Kabupaten Tobasa berjumlah 718 orang. Jumlah sampel sebanyak 53 orang yang diambil secara accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan dan kepercayaan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan persalinan sectio caesaria. Variabel kepercayaan dominan memengaruhi pengambilan keputusan persalinan sectio caesaria di di Rumah Sakit HKBP Balige Kabupaten Tobasa..
multiple regression logistic pada taraf kemaknaan 95%.
Disarankan kepada Direktur Rumah Sakit HKBP menerapkan berbagai program kesehatan dalam mengantisipasi risiko gangguan kehamilan seperti senam hamil dan mengefektifkan konseling dan konsultasi kepada ibu-ibu hamil supaya ibu hamil dapat memilih persalinan yang aman dan tepat. Dokter obstetri dan ginekologi lebih menganjurkan kepada ibu hamil berdasarkan indikasi sosial untuk melakukan persalinan pervaginam terlebih dahulu. Bidan desa lebih memotivasi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya secara fisik dan mental dalam menghadapi persalinan dengan memberikan konseling/ penyuluhan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
ABSTRACT
Decision making is the only alternative for a pregnant mother in determining the way she will give birth. Pregnant mothers give birth by sectio caesaria because they believe that they can reduce pain and it will be fast and easy to be treated. In the period of June, 2010, there were 718 pregnant mothers who chose to give birth by
sectio caesaria (77.6%) from 925 pregnant mothers who gave birth in 2010. This increase was due to the lack of knowledge and confidence of the patients in deciding what kind of confinement which is correct and safe.
The aim of the research was to know and analyze the influence of the patients’ knowledge and confidence on their decision to give birth by sectio caesaria in HKBP General Hospital, Balige, Tobasa District. The type of the research was observational analytic study with cross sectional design. The population was 718 patients who chose giving birth by section caesaria in HKBP General Hospital, Balige, Tobasa District. 53 of them were used as the samples, using accidental sampling method. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using multiple logistic regression tests on the significance level of 95%.
The result of the research showed that knowledge and confidence influenced the decision to give birth by sectio caesaria in HKBP Hospital, Balige, Tobasa District.
It is recommended that the Director of HKBP Hospital should implement various health programs in anticipating the risk of disorder in pregnancy by conducting pregnancy exercise, and provide counseling and consultation effectively to pregnant mothers so that they can choose to give birth safely and correctly confinement. It is also recommended pregnant mothers should examine their pregnancy routinely and participate in health counseling program so that they can be motivated and believe that giving birth by sectio caesaria without medical indication will take serious risk.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sectio caesaria merupakan salah satu bentuk pengeluaran fetus melalui sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotami) dan uterus
(hiskotomi) untuk mengeluarkan bayi satu atau lebih (Cuningham, 2005). Saat ini
persalinan dengan sectio caesaria bukan hal yang baru lagi bagi para ibu dan
golongan ekonomi menengah ke atas yang bertujuan untuk mengurangi angka
kematian ibu dan bayi (Kasdu, 2003).
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan salah satu indikator
keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara. Indikator tersebut
merupakan komitmen bersama seluruh negara dalam agenda Milenium Development
Goals (MDGs) dan termasuk dalam tujuan kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu
dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran
hidup.
Survei Demografi Kesehatan Nasional (2007) menunjukkan angka kematian
ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup,
dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura masing-masing 34 dan 72 per 100.000
kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat risiko kematian ibu yang
melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi dan berdampak terhadap keberhasilan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah adalah 226 per 100.000 kelahiran hidup
(BKKBN, 2008).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Utara selama empat tahun terakhir
dinilai cukup tinggi yakni melebihi angka AKI secara nasional yakni 228/100.000
kelahiran hidup. Pada tahun 2007 AKI mencapai 231/100.000 kelahiran hidup. Tahun
2008 meningkat menjadi 258/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 menjadi
260/100.000 kelahiran hidup. Angkanya mencapai 249/100.000 kelahiran hidup per
Agustus 2010 (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2010).
Kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh multifaktor, baik faktor secara
langsung maupun tidak langsung. 90% kematian ibu disebabkan oleh faktor langsung
yaitu terjadinya komplikasi pada saat kehamilan dan segera setelah bersalin dengan
rincian 28%. Salah satu upaya yang dilakukan tenaga kesehatan dengan melakukan
tindakan medis melalui persalinan sectio caesaria (Depkes RI, 2009).
Sectio caesaria umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagai
tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi. Frigeletto 1980 melaporkan di
Boston Hospital for Women angka kematian ibu nol pada 10.231 kasus, tetapi mereka
juga mengemukakan bahwa angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada
persalinan dengan sectio caesaria dibandingkan persalinan pervaginam, karena ada
peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada
keputusan dilakukan sectio caesaria.
Menurut Bensons dan Pemolls dalam Adjie (2005) angka kematian secara
risiko 25 kali lebih besar dibandingkan persalinan pervaginam. Kasus akibat infeksi
80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan
anestesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu.
Berdasarkan SDKI 1997 ditemukan hanya 4,3% dari persalinan yang berakhir
dengan sektio caesaria, yaitu sebanyak 695 kasus dari 16.217 persalinan. Proporsi
persalinan dengan sectio caesaria di 64 Rumah Sakit di Jakarta pada tahun 1993
adalah 45,5% dari 17.665 persalinan. Data dari RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta tahun 1999-2000, menyebutkan bahwa proporsi persalinan dengan sectio
caesaria 30% dari 404 persalinan per bulan (Depkes RI, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Sarmana (2004) di RS. St. Elisabeth Medan
diketahui angka sectio caesaria tahun 2003 sebesar 27,76 % dan sebesar 13,88 %
merupakan sectio caesaria tanpa indikasi medis yaitu atas permintaan ibu bersalin itu
sendiri. Hasil penelitian menunjukan bahwa permintaan persalinan sectio caesaria
paling banyak dilakukan oleh ibu yang melahirkan untuk pertama kali. Faktor yang
paling memengaruhi ibu meminta tindakan persalinan dengan cara sectio caesaria
adalah akibat rasa sakit yang dialami pada proses persalinan (96,5 %).
Persalinan sectio caesaria mempunyai risiko, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Risiko jangka pendek antara lain: infeksi pada jahitan, infeksi rahim,
keloid, cedera pembuluh darah, cedera pada kandung kemih, perdarahan, air ketuban
masuk ke dalam pembuluh darah, pembekuan darah, kematian saat persalinan, dan
plasenta. Kejadian ini sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan ibu dan
keluarga dalam memilih cara persalinannya.
Pengambilan keputusan merupakan pilihan yang harus dilakukan oleh ibu
hamil dalam menentukan cara persalinannya. Menurut Green dalam Notoadmodjo
(2007), bahwa keputusan untuk mencari alternatif pelayanan kesehatan ada tiga
komponen yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin
(enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Rosenstock (1988)
menambahkan dalam teori health believe model mencakup lima komponen utama
dalam mencari pertolongan medis yaitu: perceived susceptibility (Kerentanan yang
dirasakan), .perceived severity (Keparahan yang dirasakan), .perceived benefit
(Persepsi Manfaat), perceived cost (Persepsi Biaya/Halangan) dan cues to action
(Isyarat untuk bertindak).
Pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah sebab banyak faktor yang
memengaruhinya. Semakin banyak faktor yang mendukung maka semakin cepat
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang optimal menurut Robbin
(2001) adalah rasional, artinya seseorang membuat pilihan memaksimalkan nilai yang
konsisten dalam batas-batas tertentu. Pilihan dibuat mengikuti model pengambilan
keputusan rasional dengan langkah sebagai berikut: menetapkan masalah,
mengidentifikasi masalah, mengalokasikan bobot pada kriterianya, mengembangkan
alternatif, dan mengevaluasi alternatif dan memilih alternatif yang terbaik.
Meskipun masih belum banyak yang dapat diungkapkan tentang proses
amat menentukan apa yang diputuskan tersebut, antara lain: kognitif, kepercayaan,
motif, dan sikap (Rakhmat, 2005). Ada beberapa faktor yang memengaruhi keputusan
ibu hamil memilih proses persalinan dengan sectio caecaria antara lain : umur ibu,
tingkat pendidikan, pengetahuan, jumlah anak, kepercayaan, dan memilih proses
persalinan yang lebih baik (BKKBN, 2005).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku
seseorang dalam pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan
yang baik tentang sesuatu hal, maka ia akan cenderung mengambil keputusan yang
lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang
pengetahuannya rendah (Permata, 2002).
Kepercayaan ibu hamil memilih persalinan sectio caesaria karena dapat
mengurangi rasa sakit. Ibu hamil dalam merencanakan proses persalinannya
memerlukan suatu informasi yang benar, sehingga ibu mempunyai gambaran tentang
kehamilan serta proses persalinan. Informasi tersebut, diharapkan dapat membuat ibu
lebih siap dalam menghadapi proses persalinannya. Pengetahuan ibu tentang keadaan
kehamilan dan persalinan yang akan dijalani, memungkinkan untuk mempersiapkan
fisik dan mental, sehingga ibu dapat memilih proses persalinan yang tepat dan aman.
Berdasarkan data rekam medik di RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa,
diperoleh bahwa ibu bersalin pada tahun 2010 sebanyak 925 orang dengan rincian ibu
yang memilih bersalin dengan sectio caesaria yaitu 718 (77,6%) dan selebihnya
mortalitas pada sectio caesaria yang didukung dengan teknik operasi anastesi serta
ampuhnya obat anti biotika (Mochtar, 1998). Dampak dan risiko kesehatan pasca
sectio caesaria cukup berarti seperti infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi
dari obat anastesi dan kematian. Lebih dari 85% sectio caesaria disebabkan karena
adanya riwayat sectio caesaria sebelumnya, distosia persalinan, gawat janin dan
presentasi bokong. Angka mortalitas ibu pada sectio caesaria elektif adalah 2,8%
sedangkan untuk sectio caesaria emergensi mencapai 30% (Indiarti, 2009).
Hasil wawancara dengan 10 orang ibu bersalin yang memilih tindakan sectio
caecarea berdasarkan indikasi medis sebanyak 4 orang (40%) dan 6 orang (60%)
indikasi sosial. Pengetahuan ibu bersalin tentang persalinan sectio secaria, jenis sectio
saecaria, anastesi dan risikonya kurang memahami dengan baik (65%), Alasan ibu
memilih tindakan sectio secaria 35% merasa tidak tahan sakit, takut, cemas
menghadapi proses persalinan dan juga ibu bersalin merasa menggunakan anastesi
dalam tindakan sectio caecaria dapat menghilangkan rasa sakit. Ibu bersalin percaya
bahwa persalinan sectio caecaria lebih aman dan nyaman bagi ibu, anak, dan suami
serta keluarga.
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan dan kepercayaan yang kurang
mendukung dapat menyebabkan pengambilan keputusan persalinan kurang tepat dan
aman. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Pasien terhadap Pengambilan Keputusan
1.2. Permasahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengetahuan dan
Kepercayaan Pasien terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di
RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Pengetahuan dan Kepercayaan Pasien terhadap Pengambilan Keputusan Persalinan
Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa.
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh Pengetahuan dan Kepercayaan Pasien terhadap Pengambilan
Keputusan Persalinan Sectio Caesaria di RSU HKBP Balige Kabupaten Tobasa.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bahan masukan bagi direktur RSU HKBP Balige dalam mengambil kebijakan
tentang program kesehatan reproduksi khususnya tentang persalinan sectio
caesaria.
2. Bahan masukan bagi keluarga dalam melaksanakan program kesehatan
masyarakat tentang kesehatan reproduksi melalui pemilihan cara persalinan
3. Manfaat bagi ilmu pengetahuan dalam penelitian ini sebagai bahan kajian
dalam menerapkan program kesehatan reproduksi khususnya pengambilan
keputusan persalinan.
4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,
sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri
manusia. Terdapat berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar dan
kebutuhan tambahan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R”
atau Stimulus Organisme Respons.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
memiliki unsur-unsur perilaku dengan sakit dan penyakit, perilaku peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour), perilaku pencegahan penyakit
(health prevention behaviour), perilaku pencarian pengobatan (health seeking
makanan, dan minuman, serta perilaku terhadap lingkungan. Untuk lebih jelasnya
dapat diuraikan sebagai berikut (D.J. Maulana, 2007).
1. Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan respons internal dan eksternal
seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan penyakit, baik dalam bentuk
respon tertutup (sikap, pengetahuan) maupun dalam bentuk respons terbuka
(tindakan nyata)
2. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion
behaviour)
Perilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
3. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour)
Segala tindakan yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari
penyakit, misalnya imunisasi pada balita, melakukan 3M dll.
4. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)
Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan/atau kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri (self-treatment)
sampai mencari bantuan ahli.
5. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour)
Pada proses ini, diusahakan agar sakit atau cacat yang diderita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara
6. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku ini merupakan respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan
modern dan atau tradisional.
7. Perilaku terhadap makanan
Perilaku ini meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (gizi, vitamin) dan pengolahan
makanan.
8. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan
Perilaku ini merupakan upaya seseorang merespons lingkungan sebagai
determinan agar tidak memengaruhi kesehatannya.
Bloom dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa aspek perilaku yang
dikembangkan dalam proses pendidikan meliputi tiga ranah yaitu : ranah Kognitif
(pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah Psikomotor (keterampilan). Dalam
perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk mengukur hasil pendidikan
kesehatan, yakni : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktik atau
tindakan (practise).
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas
organisme (makluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakekatnya perilaku manusia
adalah tingkatan atau aktifitas manusia yang memiliki bentangan yang sangat luas
antra lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca,
manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang diamati langsung
maupun yang tidak langsung.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaaku merupakan resultansi dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal.
Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni : aspek fisik,
psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ke 3 aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang
tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia.
2.1.2. Teori yang Mendasari Perilaku
1. Health Believe Model
Ada beberapa model perilaku kesehatan yang dapat menggambarkan
bagaimana sebuah perilaku terbentuk, teori Health Believe Model (HBM) dan Becker
& Rosenstock. Teori ini berpendapat bahwa persepsi kita terhadap sesuatu lebih
menentukan keputusan yang kita ambil dibandingkan dengan kejadian yang
sebenarnya. Teori HBM oleh Rosenstock (1966) didasarkan pada empat elemen
persepsi seseorang, yaitu:
a. Perceived suscepilbility: penilalan Indlvidu mengenai kerentanan mereka
terhadap suatu penyakit
b. Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius kondisi dan
konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut
c. Perceived barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang ditemui
untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan
d. Perceived benefits: penilaian individu mengenai keuntungan yang didapat dengan
mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan.
Selanjutnya, teori ini kemudian dikembangkan dan ditambahkan dengan
faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yaitu:
a. Variabel demografi; seperti usia, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan sebagainya.
b. Variabel sosio-psikologis; seperti kepribadian, sosial-ekonomi, dan sebagainya.
c. Variabel struktural; seperti pengetahuan, pengalaman, dan sebagainya.
d. Cues to action; pengaruh dari luar dalam mempromosikan perilaku kesehatan
disarankan, seperti pemberian informasi melalui media massa, artikel surat kabar
dan majalah, saran dan ahli, dan sebagainya (Smet, 1994; Damayanti, 2004).
Persepsi Individu
Gambar 2.1. Model Kepercayaan Kesehatan Sumber : Glanz dkk,l (2002)
2.1.3. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan
Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner dalam Azwar
(2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dan luar). Namun dalam memberikan
respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan
faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Terdapat berbagai macam model utilisasi kesehatan yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku pemanfaatan pelayanan, model-model tersebut adalah:
1. Model Andersen (1975)
Menurut Andersen dalam Ilyas (2003), model ini merupakan suatu model
kepercayaan kesehatan yang disebut sebagai model perilaku pemanfaatan pelayanan
a. Karakteristik Presdisposisi
Karakter ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu
memiliki kecenderungan menggunakan pelayanan kesebatan yang berbeda-beda
dilihat dari ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan.
b. Karakteristik Kemampuan
Karakteristik kemampuan merupakan suatu keadaan dari kondisi yang membuat
seseorang mampu untuk melakukan sebuah tindakan untuk memenuhi kebutuhan
akan pelayanan kesehatan. Berdasarkan sumbernya karakteristik kemampuan
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sumber daya keluarga dan sumber daya
masyarakat
c. Karakteristik Kebutuhan
Andersen meggunakan istilah kesakitan untuk mewakili kebutuhan akan
pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu penyakit merupakan bagian dari
faktor kebutuhan, penilaian kebutuhan didapatkan dari 2 sumber yaitu penilaian
individu dan penilaian klinik.
2. Model Green (1930)
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa tindakan
seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat
b. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat.
c. Faktor Penguat
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh
agama, sikap dan perilaku para petugas ternasuk petugas kesehatan, ternasuk juga
disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dan pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.2. Persalinan
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dan serangkaian proses kehamilan,
oIeh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti
saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan
dapat melahirkan bayi yang sehat dan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu
persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan
persalinan dengan operasi disebut dengan sectio caesaria, yaitu bayi yang dikeluarkan
lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003).
Masa persalinan merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu
dan bayi, terutama kematian yang disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV,
petugas harus memantau keadaan ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam ke dua setelah persalinan. Jika
persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan
aspek sayang ibu dan sayang bayi (Prawirohardjo, 2008).
Ibu yang menjalani persalinan terkadang mengalami berbagai hambatan atau
komplikasi, bahkan menyebabkan kesakitan/kematian. Untuk menurunkan AKI,
pemerintah menyelenggarakan Program Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki 3
pesan kunci yaitu: (a) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
(b) setiap komplikasi obstetrik dan neonatal ditangani secara adekuat, dan (c) setiap
perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran dengan empat strategi utama yaitu:
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
berkualitas.
2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas sektor
dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya
yang tersedia.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu/bayi baru
lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan
Sectio caesaria adalah salah satu bentuk pengeluaran fetus melalui sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus
(hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (sebuah prosedur yang
sebelumnya disebut hysterectomy). Sectio caesaria adalah lahirnya janin melalui insisi
di dinding abdomen atau laparotomi dan dinding uterus (Cuningham, 2005).
2.3. Persalinan Sectio Caesaria
Sectio caesaria merupakan suatu tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan
diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
(Syaifuddin, 2001).
Berdasarkan pendapat di atas, maka persalinan sectio caesaria merupakan
sesuatu prosedur pembedahan yang melahirkan fetus melalui insisi pada dinding
abdominal dan uterus, baik yang direncanakan (dijadwalkan) atau tidak (darurat).
Suatu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kelahiran seorang anak bukan
melalui per vaginam.
2.3.1 Tipe Sectio Caesaria
Menurut Oxorn (2003), jenis-jenis persalinan sectio caesaria dapat
digolongkan menjadi:
a. Sectio caesaria klasik
Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih
cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bisa
diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat muncul adalah infeksi
mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan pada persalinan berikutnya.
b. Sectio caesaria Profunda
Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen bawah
rahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan ruptura
uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan sectio caesaria dengan cara klasik,
sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang banyak dan keluhan pada
kandung kemih postoperative tinggi.
2. Sectio caesaria ekstraperitonealis yaitu sectio caesaria berulang pada seorang
pasien yang pernah melakukan sectio caesaria sebelumnya. Biasanya dilakukan di
atas bekas luka yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan fasia
abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada
saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya
2.3.2 Indikasi Sectio Caesaria
Indikasi sectio caesaria menurut Wiknyosastro (2002) dibagi atas 2 bagian
yaitu a) pada ibu antara lain : panggul sempit absolut (CV kurang dari 8 cm),
tumor-tumor jalan lahir, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa totalis/ sub totalis,
disproporsi sefalo pelvic, ruptura uteri membakat, dan partus lama; b) pada janin
antara lain kelainan letak, dan gawat janin.
Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis atau indikasi sosial untuk
melakukan sectio caesaria. Persalinan sectio caesaria karena indikasi sosial timbul
karena adanya permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk
melakukan persalinan normal. Indikasi sosial biasaya sudah direncanakan terlebih
dahulu untuk dilakukan tindakan sectio caesaria (Cunningham, 2006).
2.3.3. Kontra IndikasiSectio Caesaria
Kontraindikasi sectio caesaria dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun
bayi, oleh sebab itu, sectio caesaria tidak dilakukan kecuali tidak dalam keadaan
terpaksa, sectio caesaria tidak boleh dilakukan pada kasus-kasus seperti : janin sudah
mati dalam kandungan, dalam hal ini dokter memastikan denyut jantung janin tidak
ada lagi, tidak ada lagi gerakan janin anak dan dari pemeriksaan USG untuk
memastikan keadaan janin; b) janin terlalu kecil untuk mampu hidup di luar
kandungan c) terjadi infeksi dalam kehamilan dan d) anak dalam keadaan cacat
2.3.4. Anastesi
Ada beberapa anastesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk
operasi sectio caesaria, baik spinal maupun general. Pada anastesi spinal
atau epidural yang lebih umum digunakan saat ini, sang ibu tetap sadar kala operasi
berlangsung, Anastesi general bekerja secara jauh lebih cepat, dan mungkin
diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat (Gallagther, 2000).
a. Anastesi general
Anastesi general biasanya diberikan jika anastesi spinal atau epidural tidak
mungkin diberikan, baik karena alasan teksin maupun karena dianggap tidak aman.
Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah
selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena.
Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar
akan diselipkan sebuah selang ke dalam tenggorokan pasien untuk membantu pasien
bernafas dan mencegah muntah. Pasien yang menggunakan anastesi general harus
dimonitor secara konstan oleh seseorang ahli anastesi.
b. Anastesi spinal
Dalam operasi sectio, pasien diberi penawaran untuk menggunakan anastesi
spinal atau epidural. Anastesi ini dari pertengahan ke bawah tubuh pasien mati
rasa tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal ini
berarti pasien bisa merasakan kelahiran tanpa merasa sakit dan pasangan juga bisa
2.3.5. Risiko Persalinan Sectio Caesaria
Operasi Sectio Caesaria sudah merupakan alternatif yang dapat dipilih
seorang ibu yang akan melahirkan, walaupun ibu hamil tersebut masih dapat
melahirkan secara normal. Namun secara medis, operasi sectio caesaria tidaklah
dianjurkan bagi ibu yang masih dapat melahirkan secara normal. Indiarti (2010)
mengungkapkan bahwa alasan ibu memilih operasi sectio caesaria ialah agar
terhindari dari rasa sakit sewaktu persalinan. Alasan ini sebenarnya tidak terlalu tepat.
Bagaimanapun juga, melahirkan secara normal lebih ringan risikonya daripada
bantuan operasi.
a.
Keuntungan bedah sectio caesaria:
b.
Lebih aman bagi kesehatan ibu dan bayi, misalnya posisi bayi yang sungang, jika
dilahirkan secara normal, dikhawatirkan bayi akan berhenti di jalan lahir sehingga
jalan nafasnya terjepit, bila lebih dari 7 menit dapat menyebabkan bayi
mengalami gangguan pernapasan.
c.
Ibu tidak akan merasa cemas oleh rasa nyeri saat kontraksi sebelum dan selama
proses bersalin.
Ibu maupun ayah bisa memilih kapan jam dan tanggal bayi mau dilahirkan.
a.
Indiarti (2010) menambahkan tindakan caesar juga dapat mengalami berbagai
efek samping diantaranya:
Pada anak, anastesi yang terlalu lama (semula dimaksudkan untuk ibu dapat
bisa menangis. Keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan
hemodinamika dan mengurangi penilaian terhadap anak.
b.
c.
Kesadaran yang pulih beberapa saat sesudah proses penjahitan selesai akan
menghilang saat-saat pertama berinteraksi dengan bayi. Efek anastesi juga akan
memengaruhi produksi ASI yang maana air susu yang keluar pertama kali tidak
dapat diberikan kepada bayi.
d.
Pengeluaran lendir atau sisa air ketuban di saluran nafas anak juga tidak
sempurna. Pada persalinan normal, tubuh bayi harus melalui lorong jalan lahir
sempit seakan-akan dadanya diperas sehingga sisa cairan dalam saluran nafas
terperas keluar.
e.
Pada persalinan alamiah, bayi akan melewati vagina yang dalam keadaan normal
mengandung bakteri dan jamur. Pada tubuh sehat itu sudah terkandung antibodi
terhadap antigen asing tersebut dan secara pasif membagikan sebagian
antibodinya kepada janin.
f.
Ibu akan mendapat luka operasi baru di perut dan kemungkinan timbulnya
infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik.
Ibu juga akan dibatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi, sehingga
proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari
g.
h.
Waktu pemulihan pasca melahirkan juga lebih lama karena pemulihan bekas luka
operasi memerlukan tempo yang lebih lama.
2.3.6. Perawatan Setelah Persalinan Sectio Caesaria
Adanya parut luka di rahim akan membatasi jumlah tindakan operasi caesar
sehingga jumlah anak yang akan dilahirkan juga terbatas, karena tindakan
pembedahan berikutnya harus melalui pengawasan tenaga medis.
Perawatan wanita setelah melahirkan secara sesaria merupakan kombinasi
antara asuhan keperawatan bedah dan maternitas. Setelah pembedahan selesai, ibu
akan dipindahkan ke area pemulihan. Pengkajian keperawatan segera setelah
melahirkan meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan
pasca-melahirkan, dan derajat nyeri. Kepatenan jalan nafas dipertahankan dan posisi diatur
untuk mencegah kemungkinan aspirasi. Tanda-tanda vital diukur selama 15 menit
selama 1 sampai 2 jam atau sampai kondisi ibu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus,
dan jumlah lokhea dikaji, demikian pula masukan dan haluaran. Membantu
mengubah posisi dan melakukan nafas dalam serta obat-obatan mengatasi nyeri dapat
diberikan (Bobak, 2004).
2.4. Pengambilan Keputusan
2.4.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang optimal menurut Robbins (2001) adalah
batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan dibuat mengikuti model pengambilan keputusan
rasional enam langkah sebagai berikut: (1) menetapkan masalah; (2) mengidentifikasi
masalah; (3) mengalokasikan bobot dan kriteria; (4) mengembangkan alternatif; (5)
mengevaluasi alternatif; dan (6) memilih alternatif yang terbaik.
Langkah-angkah pengambilan keputusan dalam bidang pelayanan kesehatan
(health care) yang meliputi: (1) manfaat dari tindakan; (2) resiko tindakan;
(3) alternatif terhadap tindakan ke depan; (4) tidak melakukan tindakan apapun;
(5) keputusan (Wikipedia Encyclopedia, 2006). Berdasarkan teori pengambilan
keputusan, maka relevansinya dengan pengambilan keputusan pada ibu hamil
terhadap pemilihan jenis persalinan didasari pada beberapa hal, antara lain
(Rivai, 2004):
1. Berdasarkan pemikiran yang rasional, tentang pentingnya memilih jenis
persalinan yang tepat dan tidak menimbulkan masalah lain berdasarkan
kemampuan pikirannya dan berdasarkan studi empiris yang ada;
2. Berdasarkan perasaan, yaitu suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam
pengalaman yang tersaring. Intuisi ini berjalan beriringan atau saling
melengkapi dengan analisis rasional. Instuisi adalah kekuatan di luar indera
atau indera keenam. Seseorang kemungkinan mengambil keputusan intuitif ini
jika menghadapi pada delapan kondisi, yaitu (a) bila ada ketidakpastian dalam
tingkat tinggi, (b) bila variabel-variabel kurang bisa diramalkan secara ilmiah,
menunjukkan dengan jelas jalan untuk diikuti, (f) bila data analisis kurang
berguna, (g) bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk
dipilih yang masing-masing memiliki argumen yang baik, dan (f) bila waktu
terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat.
3. Berdasarkan pilihan yang ada, yaitu adanya pertimbangan-pertimbangan
membuat pilihan alternatif lain setelah mengkaji untung ruginya.
4. Berdasarkan perbedaan budaya, yaitu adanya perbedaan latar belakang budaya
yang dianutnya sehingga keputusan yang diambil didasari oleh norma, kaedah
dan adat istiadat yang ada.
Lawrence Green dalam Notoadmojo (2007) mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar
lingkungan (nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor.
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal yang
ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah
individu untuk berperilaku (Herawani et all, 2001) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dansebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor ) merupakan faktor yangmenguatkan
perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman
sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Hal senada juga diungkapkan Rosenstock (1988) bahwa dalam teori health
believe model mencakup lima komponen utama dalam mencari pertolongan medis
yaitu: perceived susceptibility (Kerentanan yang dirasakan), perceived severity
(Keparahan yang dirasakan), .perceived benefit (Persepsi Manfaat), perceived cost
(Persepsi Biaya/Halangan) dan cues to action (Isyarat untuk bertindak).
2.4.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ibu Mengambil Keputusan Persalinan Sectio Caesaria
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overbehaviour). Berdasarkan pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku tidak selalu
harus melewati tahap-tahap di atas. Rogers mengemukakan ada empat tahapan proses
adopsi perilaku dalam Teori Difusi Inovasi yaitu :
1. Tahap
mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui
2. Taha
calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika
mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarka
dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi
3. Tahap pengambila
akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun
bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup
kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.Taha
Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang
inovasi tersebut.
4. Taha
mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi
ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka
buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan
yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakuka
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku
sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
(Notoatmodjo, 2007), yaitu :
a)Tahu (know)
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang I pelajari atau
rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, “tahu”ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan,menyatakan dan sebagainya.
b)Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah
dipelajari, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan yang bergizi.
c)Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil. Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi
seperti penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
penghitungan-penghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d)Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja ,dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.
e)Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk yang baru. Dengan kata lain,
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukn justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahauan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi
b. Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibandingkan
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan memengaruhi pemenuhan
kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk ke dalam kebutuhan
sekunder.
c. Lingkungan sosial ekonomi
Manusia adalah mahluk sosial dimana didalam kehidupan berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan
lebih besar dan terpapar informasi.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap
sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan.
e. Paparan media massa atau informasi
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media
massa (TV, radio, majalah dan lai-lain) akan memperoleh informasi yang lebih
f. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan
Mudah atau sulitnya dalam mengakses kesehatan tentunya akan berpengaruh
terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau
respon (Notoatmodjo, 2003).
b. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson
dkk, (Widodo, 2003) dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
ilmu tertentu yang biasa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan faktual
pada umumnya merupakan abstraksi level rendah. Pengetahuan ini dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Pengetahuan tantang terminologi: mencakup pengetahuan tentang label, atau
simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Sebagai contoh
dalam biologi terdapat istilah gamet, mitosis, genus, dan sebagainya.
b) Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur-unsur: mencakup pengetahuan
tentang kejadian tertentu, ternpat, orang, waktu dan sebagainya. Sebagai contoh
2). Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual rneliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan
antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi
secara bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dalam tiga bentuk yaitu:
a) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan tentang
kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.
Sebagai contoh dalam kesehatan misalnya perbedaan antara sectio caesaria
dengan vakum.
b) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi dan hasil
observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip dan generalisasi. Sebagai
contoh dalam kesehatan dikenal prinsip adaptasi, hukum mendel, dan sebagainya.
c) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur: mencakup pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi serta saling keterkaitan antara keduanya yang
menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kornpleks. Sebagai contoh
dalam kesehatan dikenal teori rnodel DNA dan RNA.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang cara untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural berisi
tentang langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan sesuatu.
Pengetahuan prosedural terdiri dari:
a) Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang
diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau tentang algoritma yang
harus ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan. Dalam kesehatan misalnya
dikenal cara mengatasi rasa nyeri setelah persalinan sectio saecaria.
b) Pengetahuan tentang teknik khusus dan metode yang berhubungan dengan bidang
tertentu: meliputi pengetahuan yang pada umunmya merupakan hasil konsensus,
perjanjian, atau aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan ini
lebih mencerminkan cara seorang dalam berpikir dan memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam kesehatan misalnya dikenal cara menerapkan metode relaksasi
ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
c) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur
yang benar: mencakup pengetahuan tentang penggunaan suatu teknik, strategi
atau metode dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi pada
saat itu.
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan metakognitif
terdiri dari:
a) Pengetahuan strategik mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk
belajar, berpikir dan memecahkan masalah. Contoh: penggunaan strategi belajar