• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Penambahan Beberapa Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Bunga Potong Gerbera (Gerbera Jamesonii) Var. Red Ruby

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efektivitas Penambahan Beberapa Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Pembungaan Bunga Potong Gerbera (Gerbera Jamesonii) Var. Red Ruby"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN

BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii)

var. RED RUBY

Hilaria Primapuspita

A24061732

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) var. RED RUBY

(Effectiveness Test Addition Some Types of Organic Fertilizers on Growth and Flowering of Gerbera (Gerbera

jamesonii) Cut Flower

var. Red Ruby)

Hilaria Primapuspita1 dan Nurhayati Ansori Mattjik2

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB

Abstract

The research aimed to study the effectiveness of addition some types of organic fertilizers on growth and flowering of Gerbera (Gerbera jamesonii) cut flower var. Red Ruby. This research was conducted from March 2010 to December 2010 at Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Segunung, West Java. This research was used single factor treatment that arranged in randomized block design enviroment. Organic fertilizers was used consist of three types (chicken manure, goat manure, and green manure). The treatments were administered in the form of top soil volume ratio with certain type of organic fertilizers. The result showed that addition some type of organic fertilizers are not significantly affected to some variable (the number of sucker, the lenght and width of leaves, leaf dry weight, the number of flower, stalk flower diameter, vase life of flower). The addition of green manure with volume ratio of 1:1 and 1:3 increases the amount of leaf growth. The addition of chicken manure with volume ratio of 1:2 increases flower diameter while long stalk flower increased by addition chicken manure at volume ratio of 1:1. Treament with addition goat manure at volume ratio 1:1 showed the fastest of initiation time in flowering.

(3)
(4)

RINGKASAN

HILARIA PRIMAPUSPITA. Uji Efektivitas Penambahan Beberapa Jenis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Bunga Potong Gerbera (Gerbera jamesonii) var. Red Ruby. (Dibimbing oleh NURHAYATI A. MATTJIK).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keefektifan penambahan beberapa jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan pembungaan bunga potong gerbera (Gerbera jamesonii) var. Red Ruby. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Segunung, Jawa Barat pada bulan Maret hingga Desember 2010. Perlakuan menggunakan pupuk organik yang terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk hijau (humus bambu). Perlakuan yang diberikan berupa perbandingan volume top soil dengan jenis pupuk organik tertentu.Percobaan ini terdiri dari 10 perlakuan yaitu P0, PH1, PH2, PH3, PK1, PK2, PK3, PA1, PA2, PA3. Percobaan menggunakan rancangan perlakuan faktor tunggal disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok.

(5)

UJI EFEKTIVITAS

PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN

BUNGA POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii)

var. RED RUBY

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

HILARIA PRIMAPUSPITA

A24061732

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:

UJI EFEKTIVITAS PENAMBAHAN BEBERAPA

JENIS

PUPUK

ORGANIK

TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN BUNGA

POTONG GERBERA (Gerbera jamesonii) var.

RED RUBY

Nama

: HILARIA PRIMAPUSPITA

NIM

: A24061732

Menyetujui: Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Nurhayati A. Mattjik, MS) NIP: 19460807 197301 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.) NIP: 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 13 Januari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Julius Oetoeh Poerwo Basuki dan Ibu Wahjunani Wulandari.

Tahun 2000 penulis lulus dari SD Katolik Santa Maria II Malang, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Katolik Santa Maria II Malang. Penulis lulus dari SMA Negeri 8 Malang pada tahun 2006. Tahun 2006, penulis diterima di IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2007.

Penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa semasa kuliah seperti Keluarga Mahasiswa Katolik (KEMAKI) IPB, Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara, dan Himpunan Mahasiswa Arek Malang (HIMAREMA) IPB. Penulis bersama dengan PSM IPB Agria Swara pernah menjadi tim penyanyi yang mengharumkan nama IPB di berbagai kompetisi paduan suara tingkat nasional dan nama Indonesia di tingkat internasional.

Kompetisi paduan suara nasional yang pernah diikuti antara lain Festival Paduan Suara Institut Teknologi Bandung (FPS ITB) pada tahun 2008 dan 2010, Lomba Paduan Suara Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh DIKTI pada tahun 2010, dan kompetisi-kompetisi lokal lainnya. Kompetisi paduan suara tingkat internasional yang pernah diikuti yaitu kompetisi paduan suara di Budapest, Hungaria pada tahun 2007. Penulis pernah menjadi ketua pelaksana Festival Luar Negeri yang berjudul “The 3rd International Mission of Art and

Culture” yang diselenggarakan oleh PSM IPB Agria Swara pada tahun 2009.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul ”Uji Efektivitas Penambahan Beberapa Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Bunga Potong Gerbera (Gerbera jamesonii) var. Red Ruby” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Nurhayati A. Mattjik, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi. 2. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan dalam pelaksanaan akademik penulis.

3. Ir. Diny Dinarti, MSi dan Ir. Megayani Sri Rahayu, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam ujian skripsi.

4. Ir. Rahayu Tedjasarwana, M.S. dan keluarga besar Balithi Segunung yang telah memberikan arahan dan bantuan selama penelitian di Balithi.

5. Ayah, ibu, adik, dan keluarga besar yang telah memberi doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan penelitian.

6. Keluarga Bu Rus, Mba Tya, Pak Indro di Segunung atas bantuan dan dukungan kepada penulis selama menjalankan penelitian di Segunung. 7. Teman-teman yang telah membantu dan selalu memberi semangat selama

penelitian juga penulisan skripsi: Mita, Mega, Ester, Neneng, Lucy, Melisda, Ardi, Iyud, Bagus, Dedi, Bobby, Gana.

8. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 43, PSM IPB Agria Swara, KEMAKI IPB, HIMAREMA IPB, kos Ananda dan Kania Music School yang selalu memberikan pengalaman berharga serta kehangatan dan dukungan sebagai keluarga selama kuliah.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas perhatian, dukungan, doa, dan bantuan kepada penulis selama ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak yang memerlukan.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Taksonomi Gerbera ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Kegunaan Bunga Potong ... 8

Pemupukan ... 9

Pupuk Organik ... 10

Pupuk Kandang Kambing ... 12

Pupuk Kandang Ayam ... 12

Humus Bambu ... 12

BAHAN DAN METODE ... 14

Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Pengamatan ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Kondisi Umum Percobaan ... 18

Jumlah Daun Terbuka Sempurna ... 21

Jumlah Anakan ... 24

Panjang dan Lebar Daun ... 24

Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama ... 25

(10)

Diameter Bunga ... 27

Panjang Tangkai Bunga ... 28

Diameter Tangkai Bunga ... 30

Masa Segar Bunga ... 30

Bobot Kering Daun ... 33

Analisis Hara N, P, dan K ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia ... 2

2. Komposisi Unsur Hara Berbagai Jenis Pupuk Organik ... 11

3. Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama (Hari) ... 26

4. Diameter Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Cm) ... 28

5. Panjang Tangkai Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Cm) ... 29

6. Hasil Analisis Contoh Tanah Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 34

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tanaman Gerbera var. Red Ruby ... 5

2. Bibit Tanaman Gerbera yang Berumur 2 Bulan dan Siap Tanam .. 18

3. Pupuk Organik yang Digunakan untuk Penelitian (a) Pukan Kambing; (b) Pukan Ayam; (c) Pupuk Hijau (Humus Bambu) ... 19

4. Bibit Gerbera yang Mati pada Perlakuan Pukan Kambing dengan Perbandingan Volume 1:3 (PK3) ... 19

5. Hama yang Menyerang Tanaman Gerbera (a) Kutu Daun; (b) White Flyes; (c) Ulat Grayak; (d) Laba-laba ... 20

6. Penyakit Powdery Mildew yang Menyerang Tanaman Gerbera .... 21

7. Pertumbuhan Daun Gerbera hingga Terbuka Sempurna (a) 3 Hari Setelah Tanam (HST); (b) 6 HST; (c) 9 HST; (d) 12 HST ... 21

8. Penambahan Jumlah Daun Terbuka Sempurna Selama 20 MST ... 23

9. Jumlah Anakan yang Muncul Selama 20 MST ... 24

10. Panjang dan Lebar Daun yang Diamati Pada 20 MST (Cm) ... 25

11. Kuncup Bunga Saat Pertama Sekitar 8 MST ... 26

12. Jumlah Bunga per Tanaman yang Muncul Selama 20 MST ... 27

13. Diameter Tangkai Bunga yang Dipanen Selama 20 MST ... 30

14. Kondisi Bunga Pasca Panen (a) Sesaat Setelah Panen (b) 2 Minggu Setelah Panen (Habis Masa Segar) ... 31

15. Masa Segar Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Hari) ... 31

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri hortikultura khususnya sub sektor florikultura telah menjadi pusat perhatian dalam dunia pertanian dalam beberapa tahun terakhir ini. Potensi industri florikultura untuk dikembangkan di Indonesia sangat besar. Hal ini ditunjang oleh berbagai hal seperti kondisi iklim, kesuburan tanah dan terutama keanekaragaman plasma nutfah tanaman hias yang ada di Indonesia. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya potensi industri florikultura di Indonesia adalah besarnya permintaan tanaman hias terutama untuk pasar Indonesia.

Florikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan telah diusahakan secara komersial sejak lama dalam upaya memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Permintaan nasional akan tanaman hias meningkat 15-20% setiap tahunnya (Asian Development Bank, 2006). Kebutuhan pasar dalam negeri Indonesia untuk bunga potong cukup tinggi, termasuk untuk konsumsi hotel, rumah sakit, rumah makan, mall dan sebagainya belum terpenuhi (Dwiatmini et al, 1994). Permintaan bunga potong juga semakin meningkat pada saat menjelang Idul Fitri, Hari Natal, Tahun Baru, dan hari-hari besar lainnya (Effendie, 1994).

Permintaan yang meningkat ini sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat (Ashari, 1995) dan memberi peluang besar untuk pengembangan usaha tani dan pemasaran tanaman hias terutama bunga potong. Potensi bunga potong di Indonesia yang besar membuka peluang untuk melakukan ekspor. Beberapa jenis bunga potong yang paling banyak dibutuhkan antara lain krisan, mawar, sedap malam, melati, anggrek, gerbera. Salah satu jenis bunga potong yang paling banyak dibutuhkan adalah tanaman bunga gerbera

(Gerbera jamesonii) merupakan komoditas bunga potong yang berpotensi tinggi.

(15)

dibutuhkan berdasarkan data produksi tanaman hias di Indonesia (Tabel 1) dan terus meningkat setiap tahunnya.

Tabel 1. Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Bunga

Potong

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 Krisan

(Tangkai)

63.716.256 66.979.260 99.158.942 107.847.072 120.485.784

Mawar (Tangkai)

40.394.027 59.492.699 39.131.603 60.191.362 82.643.413

Sedap Malam (Tangkai)

30.373.679 21.687.493 25.180.043 51.047.807 59.340.715

Melati (Kg) 24.795.995 15.775.751 20.357.698 28.307.326 21.977.417 Anggrek

(Tangkai)

10.703.444 9.484.393 15.430.040 16.205.949 16.897.181

Gerbera (Tangkai)

4.874.098 4.931.441 4.103.560 5.185.586 9.863.849

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Peningkatan produksi ini menunjukkan bahwa konsumsi terhadap bunga potong gerbera semakin meningkat. Permintaan bunga potong gerbera sepanjang tahun setiap bulannya cukup fluktuatif tergantung pada permintaan. Sentra penanaman bunga potong tanaman gerbera di Indonesia yaitu di daerah Kaban Jahe, Simpang Empat (Brastagi, Sumatra Utara), Cipanas, Lembang, Sukabumi (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Batu dan Pujon (Malang, Jawa Timur). Sentra tanaman gerbera di dunia adalah negara Belanda dan Thailand (Manu, 2007).

Kualitas dan mutu bunga adalah faktor yang memengaruhi harga jual bunga potong. Beberapa kasus menyatakan bahwa bunga potong yang dihasilkan oleh petani tradisional di Indonesia bermutu rendah. Hal ini berdampak pada harga jual bunga yang rendah dan tidak dapat menutupi biaya produksi yang dikeluarkan. Akibat dari hal tersebut banyak petani bunga potong yang mengalihkan usahanya di bidang lain. Bunga potong dari Indonesia dapat bersaing di pasar global apabila kuantitas dan kualitasnya dijaga dan ditingkatkan.

(16)

kemampuan tanaman menyerap unsur hara yang disediakan oleh tanah (Leiwakabessy, 1988).

Tanaman bunga gerbera menyukai tanah yang kaya akan bahan organik (Bird, 1994) dan membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup tinggi. Unsur-unsur hara yang terkandung dalam tanah kadang kala tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga diperlukan tambahan unsur hara yang berasal dari pupuk. Pupuk merupakan bahan yang diberikan ke dalam tanah baik organik maupun anorganik yang bertujuan untuk mengganti unsur hara yang hilang dari dalam tanah dan meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik (Sutedjo, 1987).

Penambahan pupuk organik menurut Hadisuwito (2007) memiliki beberapa keunggulan yaitu pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap tetapi jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah, daya simpan air yang tinggi, beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan penyakit, dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan memiliki residual effect yang positif sehingga tanaman yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya. Peranan penambahan pupuk organik seperti yang sudah disampaikan diatas diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan terhadap pertumbuhan dan pembungaan bunga potong Gerbera.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keefektifan penambahan beberapa jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan pembungaan bunga potong gerbera (Gerbera jamesonii) var Red Ruby.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah

(17)
(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Gerbera

Gerbera merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan di Afrika dan telah tersebar di negara-negara subtropik dan Asia Tropik (Bailey, 1963). Gerbera termasuk dalam family Compositae, tanaman ini juga terkenal dengan nama lain Transvaal daisy (Bird, 1994). Gerbera jamesonii merupakan spesies yang paling terkenal dari 40 spesies yang ada dalam genus gerbera. Penelitian ini menggunakan tanaman gerbera

(Gerbera jamesonii) varietas Red Ruby. Karakteristik dari varietas ini memiliki

helai mahkota bunga yang tersusun selapis dan berwarna tunggal yaitu merah (Gambar 1).

Daun-daun gerbera muncul pada dasar tanaman dan bertumpuk membentuk roset, tangkai daun bulat, dan daunnya bertepi rata kadang-kadang berlekuk atau berbelah (Bailey, 1963). Gerbera mempunyai bunga majemuk yang berbentuk soliter dengan satu atau dua baris petal yang menyolok. Petal bagian dalam sangat pendek dan kadang-kadang berbentuk tabung dan mempunyai kelopak tereduksi berbentuk bulu (Bailey, 1963). Tangkai bunga muncul diantara kumpulan daun dengan panjang antara 25-40 cm (Auman, 1980) dan diameter bunga berkisar dari 5-13 cm (Holstead, 1985). Warna bunga gerbera beraneka ragam yaitu putih, kuning, oranye merah muda, merah, scarlet (Mattjik, 2010).

(19)

Keragaman bentuk bunga dilihat dari struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu :

1. Gerbera bunga selapis : helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya berwarna tunggal (merah, kuning, dan merah jambu).

2. Gerbera bunga dua lapis : helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu lapis dan warnanya lebih dari satu macam. Contohnya yaitu

Gerbera jamesonii Fantasi Double Purple yang berwarna ungu cerah.

3. Gerbera berbunga tiga lapis : helai mahkota bunga tersusun tiga lapis dan warnanya lebih dari dua macam. Contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera jamesonii Fantasi Triple Red yang bunganya berwarna dominan merah.

4. Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan ukuran yang lebih besar dari ketiga jenis diatas. Varietas yang telah dibudidayakan adalah Gerbera Yustika (pink merah), Orange

jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua).

Bunga gerbera memiliki banyak varietas dan secara umum varietas bunga Gerbera yang dijual di pasaran dibedakan menjadi tiga macam yaitu Gerbera mini, Gerbera spider, dan Gerbera standar.

Tanaman gerbera dapat diperbanyak dengan biji, pemisahan rhizome (Auman, 1980) dan dapat diperbanyak dengan metode kultur jaringan (Van Rijssen, 1988). Perbanyakan dengan biji menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan membutuhkan satu tahun untuk berbunga, sedangkan tanaman yang diperbanyak dengan pemisahan anakan akan berbunga 4 bulan setelah tanam (Auman, 1980).

(20)

setelah dipanen antara 3-8 hari, tergantung varietas dan kondisi lingkungan (Holstead, 1985).

Bunga yang bagus adalah bunga yang memiliki rumpun petal yang banyak dan menyatu. Bunga potong yang khusus digunakan untuk keperluan pajangan dalam vas (jambangan) bunga, sebelum atau sesudah dirangkai sebaiknya bagian dasar tangkai bunga dipotong lagi kurang lebih 2 cm secara miring agar tetap segar.

Secara umum, bunga yang termasuk dalam mutu I adalah bunga yang memiliki kriteria antara lain :

1. Bunga bagus dan normal (bebas dari serangan hama dan penyakit). 2. Bunga mekar dan optimal (untuk Gerbera mekar tiga perempat atau

mekar penuh).

3. Mempunyai tangkai bunga yang besar, lurus, dan tegak. 4. Tangkai bunga panjang (untuk Gerbera minimal 40 cm). 5. Keadaan daunnya hijau segar, bersih, dan normal.

Bunga yang dikategorikan dalam mutu II, bunga harus bagus dan normal, tapi batang sedikit lebih pendek dari mutu I, terserang hama atau penyakit tapi tidak sampai menimbulkan kerusakan yang berarti pada kualitas bunga (Rismunandar, 1991).

Syarat Tumbuh

Gerbera membutuhkan suhu sekitar 24˚ C untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Mattjik, 2010). Suhu yang terlalu tinggi dengan intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan kualitas yang rendah dan memperpendek vase life (Holstead, 1985). Tetapi bila intensitas cahaya yang terlalu tinggi tanaman perlu dinaungi (Van Rijssen, 1988). Menurut Auman (1980), beberapa naungan menghasilkan tangkai yang lebih panjang dan lebih sesuai dengan keinginan konsumen.

(21)

membutuhkan air yang cukup tinggi tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang sedikit tetapi sering lebih baik daripada pemberian sekali dalam jumlah banyak (Van Rijssen, 1988).

Prinsipnya gerbera dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah yang mempunyai struktur dan aerasi yang baik serta ketersediaan air yang konstan (Van Rijssen, 1988). Menurut Boodley (1998), gerbera lebih baik ditanam di tanah lempung berpasir dengan pH 6-6,5. Media yang akan digunakan sebaiknya diuji terlebih dahulu kandungan nutrisinya.

Dufault et al (1990) dalam jurnal Horticultural Science seperti dikutip dalam Mattjik (2010) mengungkapkan gerbera ditanam pada jarak tanam 33x33 cm atau 38x38 cm untuk bunga potong dan jika ditanam di pot ukurannya 28x28 cm atau 36x36 cm. Gerbera yang ditanam menggunakan bedengan mempunyai keuntungan yaitu menghasilkan aerasi yang baik, memudahkan kerja dan kelebihan air mudah terbuang sehingga terhindar dari serangan jamur (Van Rijssen, 1988).

Kegunaan Bunga Potong

Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia, mulai dari kelahiran, pernikahan, sampai kematian. Bunga potong diproduksi dari dalam rumah kaca, ruang tertutup, serta lahan terbuka dimana hasil yang diperoleh ada yang sama namun ada juga yang berbeda. Rumah kaca memproduksi bunga potong mawar, krisan, anyelir, anggrek, dan snapdragon. Ruang tertutup memproduksi bunga potong aster dan krisan. Lahan terbuka dihasilkan aster, krisan, gladiol, dan gerbera.

Bunga potong disamping memiliki nilai keindahan yang dapat dinikmati, juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Syarat-syarat bunga yang berkualitas baik yaitu (Rismunandar, 1991) :

1. Berwarna indah, bersih dan mulus, tidak bernoda dan baunya tidak terlalu menyengat.

(22)

4. Tidak mudah rusak dalam proses pengepakan.

5. Dihasilkan oleh tanaman yang subur, mudah berbunga, dan tanpa mengenal musim.

Kualitas bunga potong yang baik dan mempunyai nilai jual yang tinggi dapat diperoleh dengan melakukan pemotongan bunga pada waktu yang tepat. Bunga yang akan dipanen dilihat terlebih dahulu kondisi fisiknya sebelum maupun saat pemanenan. Bunga potong gerbera dalam rangkaian bunga lebih sering dijadikan sebagai bunga pengiring daripada menjadi rangkaian bunga utama.

Pemupukan

Pupuk dalam pertanian modern merupakan hal yang penting untuk meningkatkan produksi. Foth (1984) mendefinisikan pupuk dalam arti luas adalah semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah yang menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai hara yang dibutuhkan tanaman selama pertumbuhannya serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pupuk organiktelah dianggap sebagai salah satu alternatif masukan produksi dalam budidaya tanaman, khususnya yang menyangkut pemupukan. Kenaikan harga pupuk akibat berkurangnya subsidi pemerintah memicu penggunaan pupuk organik lebih intensif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Pada dasarnya pupuk organik berbeda dengan pupuk anorganik, seperti Urea, SP 36, atau MOP sehingga dalam aplikasinya tidak dapat menggantikan seluruh hara yang dibutuhkan tanaman. Produk tersebut memiliki bahan aktif yang mampu menghasilkan senyawa yang berperan dalam proses pelarutan hara dalam tanah. Fungsi senyawa tersebut yaitu membantu penyediaan hara dari udara dan mematahkan ikatan-ikatan yang menyebabkan unsur hara tertentu tidak tersedia bagi tanaman. Penyediaan unsur hara bagi tanaman akan meningkat melalui mekanisme tersebut (Wachjar et al, 2006).

(23)

Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan penyakit. Keunggulan lainnya adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya.

Pemupukan gerbera pada waktu tanam yang telah dilakukan di pembibitan Cipanas, Cianjur adalah 60 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl setiap m2. Pemupukan sebagai pemeliharaan dilakukan setiap bulan dengan memberikan 45 gram ZA, 7,5 gram TSP, 20 gram KNO3, dan 7 gram MgSO4 untuk setiap m2

(Mattjik, 2010).

Pupuk Organik

Aminah (2003) mengungkapkan bahwa pupuk organik mampu menahan erosi, kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang sesuai untuk mikroba tanah. Gerbera menyukai tanah yang kaya akan bahan organik (Bird, 1994). Bahan organik merupakan sistem kompleks yang dinamis yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat dalam tanah yang terus menerus megalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan biologi. Berdasarkan sumbernya bahan organik dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yaitu : (1) pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak, (2) pupuk hijau yang berasal dari bagian tanaman yang segar, (3) mulsa yang berasal dari sisa tanaman, (4) latex yang berasal dari getah karet alam, (5) blotong yang berasal dari limbah pabrik dari jenis tanaman tertentu (Sukartaatmadja, 2001).

Usaha untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman maka dalam penanaman gerbera ditambahkan pupuk organik. Pupuk organik merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan hewan misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos (Sutedjo, 1987). Pupuk kandang merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena penggunaannya akan meningkatkan kadar humus tanah (Sutedjo, 1987). Disamping mengandung mikro elemen, pupuk kandang juga merupakan pembawa mikroorganisme menguntungkan bagi kesuburan tanah (Work and Crew dalam

(24)

ditunjukkan pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa kandungan unsur N, P2O5, dan

K2O tertinggi terdapat pada pukan ayam.

Tabel 2. Komposisi Unsur Hara Berbagai Jenis Pupuk Organik Sumber

Pukan

Kadar air

Bahan organik

N P2O5 K2O CaO Rasio

C/N --- % --- Sapi 80 16.0 0.3 0.2 0.15 0.2 20-25 Kerbau 81 12.7 0.25 0.18 0.17 0.4 25-28 Kambing 64 31.0 0.7 0.4 0.25 0.4 20-25 Ayam 57 29.0 1.5 1.3 0.8 4.0 9-11 Babi 78 17.0 0.5 0.4 0.4 0.07 19-20 Kuda 73 22.0 0.5 0.25 0.3 0.2 24

Sumber : Petunjuk Penggunaan Pupuk oleh Lingga (1998)

Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman yang didekomposisikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah atau dibiarkan membusuk. Pupuk hijau digunakan untuk menambah bahan organik dan unsur hara khususnya nitrogen (Food and Fertilizer Technology Centre, 1995). Susanto (2002) menyatakan bahwa daya dekomposisi dan kecepatan aktivitas mikroorganisme pupuk hijau dipengaruhi oleh nisbah C/N dan kadar air bahan. Nisbah C/N yang terlalu lebar akan mengakibatkan immobilisasi N sehingga tidak tersedia untuk tanaman, sedangkan apabila nisbah C/N kecil akan terjadi mineralisasi N. Kadar air bahan berhubungan dengan kelembaban dan tingkat kelarutan bahan oleh aktivitas mikroorganisme. Kadar air paling sedikit sekitar 25-30% berat kering bahan. Kadar air optimum untuk dekomposisi adalah 50-60%. Kadar air dibawah 20% akan mengakibatkan proses dekomposisi berhenti.

(25)

Pupuk Kandang Kambing

Kotoran kambing berbentuk khas dibanding pupuk kandang yang lain karena berbentuk butiran-butiran. Tekstur butiran ini menyebabkan agak sukar dipecah secara fisik sehingga berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan penyediaan hara. Nilai rasio C/N pukan kambing umunya masih diatas 30. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N <20 sehingga pukan kambing akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Pukan ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman apabila digunakan secara langsung. Kadar air pukan kambing relatif lebih rendah dari pukan sapi dan sedikit lebih tinggi dari pukan ayam. Kadar hara pukan kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya, sedangkan kadar hara N dan P hampir sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang biasa digunakan petani. Pupuk kandang ayam memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Hal ini dikarenakan pada pupuk kandang ayam bagian cairnya bercampur dengan bagian padat. Menurut Hardjowigeno (2003), pupuk kandang ayam mengandung N tiga kali lebih banyak dibandingkan pupuk kandang lainnya. Kotoran ayam yang digunakan untuk pupuk sering mengandung koksidiostat yang berfungsi sebagai herbisida.

Humus Bambu

(26)
(27)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan ketinggian 1100 m diatas permukaan laut (mdpl). Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret sampai Desember 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman gerbera berumur 2 bulan dengan jumlah daun 2-4 helai yang berukuran seragam, media tanam berupa campuran top soil dan pupuk organik dengan perbandingan volume sesuai perlakuan, pupuk Urea, KCl, SP-36, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk hijau (humus bambu), fungisida, pestisida apabila diperlukan dan polybag berdiameter 30 cm. Alat yang digunakan adalah meteran, jangka sorong, gembor, timbangan, oven, dan alat budidaya pada umumnya.

Metode Penelitian

Percobaan ini menggunakan rancangan perlakuan faktor tunggal disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok. Pupuk organik yang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk hijau (humus bambu). Perlakuan yang diberikan berupa perbandingan volume top soil dengan jenis pupuk organik tertentu. Percobaan ini terdiri dari 10 perlakuan yaitu

1. P0 (top soil tanpa penambahan pupuk organik).

(28)

8. PA1 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:1). 9. PA2 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:2). 10.PA3 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:3).

Jumlah percobaan keseluruhan ada 10 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali dengan demikian terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 tanaman sehingga seluruhnya terdapat 90 individu tanaman.

Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi+ βj+ εij

Keterangan :

i = 1,2,3 (perbandingan volume top soil dan pupuk organik) j = 1,2,3 (kelompok)

Yij = nilai pengamatan perlakuan perbandingan volume (top soil dan pupuk organik) ke-i dan ulangan ke-j

µ = rataan umum

τi = pengaruh perlakuan perbandingan volume top soil dan pupuk organik

ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = galat perlakuan perbandingan volume (top soil dan pupuk organik) ke-i dan kelompok ke-j.

Seluruh data hasil pengamatan diolah dengan uji-F. Jika perlakuan pada sidik ragam nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT).

Pelaksanaan Penelitian

(29)

merata kemudian disungkup dengan plastik. Campuran tersebut dicek setiap 3 hari sekali dan diaduk-aduk supaya proses dekomposisi berlangsung secara merata.

Pupuk organik yang telah matang kemudian dicampur dengan top soil

secara merata sesuai dengan perbandingan volume sesuai perlakuan, media dimasukkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm. Setiap polybag ditanami dengan satu bibit gerbera. Bibit yang ditanam harus direndam terlebih dahulu dengan fungisida untuk mencegah busuk akar.

Pemupukan N, P dan K diberikan seluruhnya pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST). Dosis yang diberikan untuk Urea sebanyak 6,7 gram per tanaman, KCl sebanyak 4,4 gram per tanaman, dan SP-36 sebanyak 11,1 gram per tanaman. Penentuan dosis tersebut merupakan konversi dari pemupukan gerbera yang telah dilakukan di pembibitan Cipanas, Cianjur dalam Mattjik (2010). Pemupukan N, P, dan K setelah 1 MST diberikan setengah dari dosis awal dengan jangka waktu pemupukan 1 bulan sekali. Pemberian pupuk N, P, dan K dilakukan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.

Kelembaban media dipertahankan dengan melakukan penyiraman setiap tiga hari sekali dengan menggunakan gembor. Air yang diberikan secukupnya dan tidak menggenangi tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan penyemprotan pestisida saat gejala serangan mulai muncul.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman dalam setiap satuan percobaan yang ada. Pengamatan yang dilakukan yaitu

1. Jumlah daun yang sudah terbuka sempurna, diukur dari tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) hingga 20 MST.

2. Jumlah anakan yang tumbuh.

3. Panjang dan lebar daun (cm), diukur dari pangkal daun hingga ujung daun terpanjang dan bagian terlebar dari daun pada akhir percobaan.

(30)

5. Waktu muncul kuncup bunga pertama (hari), yaitu waktu pertama kali kuncup bunga pertama keluar.

6. Jumlah bunga tiap tanaman, diukur hingga 20 MST.

7. Diameter bunga (cm), panjang tangkai bunga (cm), diameter tangkai bunga (cm), diukur pada saat bunga sudah siap dipanen yaitu pada saat petal bagian luar telah mekar penuh atau pada saat dua baris benang sarinya telah matang tetapi sebelum bunga utuh belum matang dan polen belum tersebar. 8. Masa segar bunga (hari) yang dihitung sejak bunga dipanen sampai layu

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah kaca yang terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan laut. Tanaman gerbera yang digunakan merupakan bibit yang sudah berumur 2 bulan dengan jumlah daun sekitar 2-4 helai dan berukuran seragam (Gambar 2). Bibit yang ditanam, direndam terlebih dahulu dengan fungisida untuk mencegah busuk akar.

Media tanam yang dipergunakan terdiri dari campuran top soil dan pupuk organik dengan perbandingan volume sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik yang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk hijau (humus bambu). Setiap jenis pupuk kandang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang liat dan padat sehingga menjadi lebih berat (Gambar 3a), pupuk kandang ayam memiliki bobot yang lebih ringan karena bercampur dengan sekam (Gambar 3b), dan pupuk hijau yaitu humus bambu yang memiliki massa yang porous, tidak memadat, dan tidak lengket (Gambar 3c). Campuran top soil dan pupuk organik yang sudah merat dimasukkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm. Setiap polybag ditanami dengan satu bibit gerbera.

Daya tumbuh tanaman gerbera pada media dengan perlakuan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing pada minggu ketiga dan keempat mencapai 60 % dan minggu keenam mencapai 0%. Penurunan daya tumbuh tersebut diduga karena pupuk kandang ayam dan kambing yang digunakan belum

(32)

matang sempurna sehingga membuat kondisi suhu dalam media meningkat dan tanaman tidak dapat bertahan dengan peningkatan suhu sehingga hampir semua tanaman pada perlakuan tersebut mati. Peningkatan suhu tersebut menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme yang masih mendekomposisi campuran media. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa pupuk belum dalam keadaan kondisi matang sempurna. Pupuk hijau yang berasal dari daun bambu mengalami peningkatan daya tumbuh mencapai 80% antara minggu ketiga dan keempat sejak awal tanam.

Percobaan ini diulang kembali setelah melihat kondisi daya tumbuh tanaman yang buruk pada hampir seluruh perlakuan. Penanaman bibit dilakukan setelah pematangan pupuk. Pematangan pupuk dilakukan selama 1 bulan. Daya tumbuh tanaman setelah pengulangan mencapai 80% pada minggu ketiga dan minggu keempat. Daya tumbuh tanaman pada media dengan perlakuan pupuk kandang kambing dengan perbandingan volume 1 : 3 (PK3) mencapai 50% pada minggu keempat dan mencapai 0% pada minggu keenam. Tanaman yang mati menunjukkan adanya indikasi pembusukan tanaman (Gambar 4). Hal ini diduga disebabkan oleh kepadatan campuran media pada perlakuan tersebut sangat tinggi sehingga menghambat aerasi dan drainase dalam polybag.

a b c

Gambar 3. Pupuk Organik yang Digunakan untuk Penelitian (a) Pukan Kambing; (b) Pukan Ayam; (c) Pupuk Hijau (Humus Bambu)

(33)

Komposisi media berpengaruh terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah. Tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk masuk ke dalam tanah dan mengabsorbsi hara dan air (Hanafiah, 2005). Struktur media yang buruk karena tekstur yang berat dan padat dapat menyebabkan fungsi akar terganggu. Keadaan demikian menciptakan kondisi aerasi di sekitar perakaran menjadi buruk, proses serapan hara terhambat dan drainase buruk. Pada waktu musim hujan tanah bertekstur berat tidak mampu menyerap air dengan cepat dan pada musim kemarau mudah retak dan berbongkah sehingga dapat berakibat banyak akar tanaman yang putus (Usman et al, 1996).

Dosis pemupukan yang diberikan dihitung berdasarkan data dosis pemupukan tanaman gerbera yang telah dilakukan di Cipanas yaitu 60 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl untuk setiap m2 media (Mattjik, 2010). Hasil konversi dari data tersebut didapat pemberian dosis Urea per tanaman sebanyak 6,7 gram, dosis KCl sebanyak 4,4 gram per tanaman, dan dosis SP-36 sebanyak 11,1 gram per tanaman. Pemupukan N, P dan K diberikan seluruhnya pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) dan setelah 1 MST diberikan setengah dari dosis awal dengan jangka waktu pemupukan 1 bulan sekali. Pemupukan N, P, dan K dilakukan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.

b

d c

a

Gambar 5. Hama yang Menyerang Tanaman Gerbera (a) Kutu Daun; (b) White

[image:33.595.103.468.523.698.2]
(34)
[image:34.595.104.506.46.834.2]

Penyiraman dilakukan setiap tiga hari sekali dengan menggunakan gembor. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Hama yang menyerang tanaman selama pengamatan antara lain semut, kutu daun, white flyes, ulat grayak, laba-laba (Gambar 5). Penyakit yang menyerang adalah powdery mildew

(Gambar 6).

Jumlah Daun Terbuka Sempurna

Daun yang diamati adalah daun yang kondisinya sudah terbuka sempurna. Kondisi daun yang sudah terbuka sempurna dapat dilihat pada Gambar 7d. Pengamatan jumlah daun terbuka sempurna dimulai saat 1 MST hingga 20 MST. Pengaruh pemberian perlakuan berdasarkan analisis data menunjukkan berbeda sangat nyata pada umur 1, 6, 8-20 MST, berbeda nyata pada umur 4 dan 7 MST, dan tidak berbeda nyata pada 2, 3, dan 5 MST.

Penambahan jumlah daun yang ditunjukkan pada Gambar 8 menunjukkan perlakuan P0, PH1, PH2, PH3, PK1, PA1, PA2, PA3 mulai meningkat mulai dari 7 MST hingga 20 MST. Penambahan jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh

[image:34.595.232.381.75.190.2]

a b c d

Gambar 6. Penyakit Powdery Mildew yang Menyerang Tanaman Gerbera

(35)

perlakuan PH1 dan PH3. Saat umur 7 MST penambahan jumlah daun di semua perlakuan menunjukkan penurunan. Perlakuan PK2 menunjukkan penambahan jumlah daun yang menurun dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan PK3 menunjukkan penurunan drastis hingga kemudian semua tanaman mati sampai akhir percobaan.

Perlakuan PH1 dan PH3 menunjukkan jumlah daun terbanyak pada 20 MST dengan jumlah 10,78 helai daun. Jumlah daun yang paling sedikit ditunjukkan oleh perlakuan PK3 yaitu 0 helai daun karena tanaman PK3 mati. Penurunan penambahan jumlah daun pada perlakuan PK2 dan PK3 dipengaruhi oleh kondisi komposisi media pada perlakuan tersebut. Penambahan pupuk kandang kambing pada perbandingan volume 1:3 (PK3) mengakibatkan kondisi media menjadi lebih padat dan berat. Keadaan demikian menciptakan kondisi aerasi di sekitar perakaran menjadi buruk, proses serapan hara terhambat dan drainase buruk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Usman et al (1996) yaitu tanah bertekstur berat tidak mampu menyerap air dengan cepat pada waktu musim hujan dan pada musim kemarau mudah retak dan berbongkah sehingga dapat berakibat banyak akar tanaman yang putus.

(36)

Keterangan :

1. P0 (top soil tanpa penambahan pupuk organik)

2. PH1 (top soil dengan pupuk hijau dengan perbandingan volume 1:1) 3. PH2 (top soil dengan pupuk hijau dengan perbandingan volume 1:2) 4. PH3 (top soil dengan pupuk hijau dengan perbandingan volume 1:3) 5. PK1 (top soil dengan pupuk kandang kambing dengan volume 1:1) 6. PK2 (top soil dengan pupuk kandang kambing dengan volume 1:2) 7. PK3 (top soil dengan pupuk kandang kambing dengan volume 1:3) 8. PA1 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:1) 9. PA2 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:2)

10.PA3 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:3)

[image:36.842.43.771.79.562.2]

23

(37)

Jumlah Anakan

Jumlah anakan mulai diamati pada saat 1 MST setiap 3 hari sekali. Jumlah anakan yang muncul pada setiap tanaman berdasarkan analisis data tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah anakan yang memiliki nilai rataan tertinggi ditunjukkan oleh PK1 yaitu sebesar 0,94 sedangkan yang memiliki nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu sebesar 0,71 (Gambar 9).

Perbanyakan tanaman gerbera dapat dilakukan dengan pemisahan anakan. Pengamatan di lapang selama penelitian memperlihatkan tanaman yang tumbuh dari anakan memiliki karakteristik yang sama persis dengan induknya. Oleh karena itu perbanyakan tanaman gerbera dianjurkan menggunakan pemisahan anakan. Tanaman yang diperbanyak dengan pemisahan anakan akan berbunga 4 bulan setelah tanam (Auman, 1980).

Panjang dan Lebar Daun

Daun yang digunakan untuk pengamatan panjang dan lebar daun adalah daun yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Pada kondisi ini daun berada pada produksi optimal. Daun yang digunakan adalah daun ketiga dari daun termuda. Pengamatan panjang dan lebar daun dilakukan pada akhir penelitian. Panjang daun diamati dengan mengukur dari pangkal tangkai hingga pucuk daun. Daun gerbera memiliki lebar yang tidak beraturan. Oleh karena itu, lebar daun diamati dengan mengukur bagian terlebar dari daun. Berdasarkan hasil análisis data, perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang dan lebar daun.

(38)

Panjang daun terpanjang terdapat pada perlakuan PK1 yaitu sepanjang 25,887 cm dan panjang daun terpendek terdapat pada perlakuan PK2 yaitu sepanjang 14,33 cm. Lebar daun terlebar ditunjukkan oleh perlakuan PA2 dengan lebar 3,496 cm dan lebar daun tersempit ditunjukkan oleh perlakuan PK2 dengan lebar 2,543 cm (Gambar 10).

Pemupukan nitrogen (N) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun (Humphries dan Wheeler, 1963). Suatu defisiensi N juga menyebabkan pengurangan luas daun karena menuanya daun-daun yang lebih bawah (Gardner, 1991).

Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama

Pengamatan waktu muncul kuncup bunga pertama dimulai pada 1 MST. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali hingga kuncup bunga pertama di setiap tanaman muncul. Pada Gambar 11 ditunjukkan bentuk kuncup bunga pertama yang muncul pada tanaman gerbera. Berdasarkan análisis data diketahui bahwa pemberian perlakuan PK2 berbeda nyata terhadap waktu muncul kuncup bunga pertama. Waktu muncul kuncup bunga pertama dengan nilai rataan terkecil menunjukkan perlakuan yang paling cepat mengeluarkan bunga, sebaliknya waktu muncul kuncup bunga dengan nilai rataan terbesar menunjukkan perlakuan yang paling lama mengeluarkan bunga.

[image:38.595.116.498.87.425.2]

Perlakuan PK1 menunjukkan waktu muncul kuncup bunga yang tercepat yaitu 48,67 hari dari 1 MST dan perlakuan PK2 menunjukkan waktu muncul kuncup bunga yang terlama yaitu 144 hari dari 1 MST (Tabel 3). Tanaman

(39)

gerbera yang ditanam di pot, bunga pertama akan muncul setelah memiliki 10-14 daun pada tanaman utamanya. Waktu muncul kuncup bunga pertama gerbera di hari pendek akan muncul setelah 65 hari sejak tanam (Mattjik, 2010).

Unsur P (Fosfor) memiliki fungsi untuk memacu pembentukan bunga (Hardjowigeno, 2003). Pada Tabel 2 disebutkan bahwa pupuk kandang kambing memiliki kandungan P2O5 terbesar kedua setelah pupuk kandang ayam yaitu

sebesar 0,4%. Perlakuan pupuk kandang ayam dengan perbandingan volume 1:3 memiliki waktu muncul kuncup tercepat kedua setelah perlakuan pupuk kandang kambing dengan perbandingan volume 1:1.

Tabel 3. Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama (Hari)

Perlakuan P0 PH1 PH2 PH3 PK1 PK2 PA1 PA2 PA3 Rata -rata Waktu Muncul Kuncup Bunga Pertama (Hari) 71 b 61.11 b 64.17 b 81.39 b 48.67 b 144 a* 74.75 b 66 b 50 b 73.45 Keterangan :

(*) Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Jumlah Bunga per Tanaman

Pengamatan jumlah bunga dilakukan saat bakal bunga pertama mulai muncul yaitu sekitar 7 MST dan diamati hingga 20 MST. Data yang diperoleh adalah jumlah bakal bunga yang muncul hingga 20 MST. Berdasarkan hasil análisis data diketahui bahwa seluruh perlakuan tidak memberikan pengaruh yang

(40)

nyata terhadap jumlah bunga. Nilai rataan jumlah bunga tertinggi terdapat pada perlakuan PA2 yaitu sebesar 4 sedangkan nilai rataan jumlah bunga terendah terdapat pada perlakuan PK2 yaitu sebesar 0,5 (Gambar 12).

Gardner et al. (1991) mengungkapkan bahwa proses pembungaan sangat dikendalikan oleh lingkungan terutama fotoperiode, temperatur dan faktor genetik terutama fitohormon yang ada dalam tumbuhan, hasil fotosintesa dan pasokan hara. Erwin (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan bunga lebih dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan suhu. Jumlah cahaya yang diterima tanaman akan mempengaruhi pembungaan (Mattjik, 2010). Bunga akan bertambah banyak dengan adanya tambahan sinar (Tjusita, 1983). Suhu lebih

besar dari 24˚ C memungkinkan tidak berbunga. Suhu siang dan malam yang baik

untuk pertumbuhan dan perkembangan bunga adalah 25˚ C (siang hari) dan 14˚ C (malam hari) (Erwin, 1990). Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa suhu

pada siang hari mencapai hampir 30˚ C. Hal ini menunjukkan pertumbuhan bunga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama cahaya dan suhu.

Diameter Bunga

Diameter bunga gerbera varietas Red Ruby dipengaruhi nyata oleh perlakuan penambahan pupuk organik. Pengamatan dilakukan pada saat panen dan diukur menggunakan jangka sorong. Diameter bunga berpengaruh nyata pada perlakuan PA2 yaitu sebesar 9,24. Nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu sebesar 6,80 (Tabel 4).

(41)

Tabel 4. Diameter Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Cm)

Perlakuan P0 PH1 PH2 PH3 PK1 PK2 PA1 PA2 PA3 Rata-rata Diameter Bunga (Cm) 8.07 b 8.84 ab 8.41 ab 8.65 ab 8.67 ab 6.80 c 8.88 ab 9.24 a* 9.00 ab 8.51 Keterangan :

(*) Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Mahkota bunga merupakan nilai jual dari bunga potong. Daya tarik dari mahkota bunga adalah bentuk susunan bunga dan warnanya yang menarik, juga beberapa jenis bunga memiliki bau yang harum (Tjitrosoepomo, 2007). Unsur utama yang menunjang pembentukan bunga, perkembangan bunga dan pematangan bunga hingga siap dipanen adalah unsur P (Fosfor) (Hardjowigeno, 2003). Kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang ayam lebih banyak dibandingkan pupuk organik yang lain terutama kandungan unsur P (Tabel 2). Data tersebut menunjukkan bahwa kadar P2O5

dalam pupuk kandang ayam mencapai 1,3%, hampir 1% lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Hal ini mendukung perlakuan pupuk kandang ayam dengan perbandingan volume 1:2 menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap diameter bunga (Tabel 4).

Holstead (1985) mengungkapkan diameter bunga dapat tumbuh berkisar antara 5-13 cm. Penjualan bunga potong gerbera di Indonesia juga mempertimbangkan diameter bunga yang dihasilkan. Diameter bunga minimal harus memiliki diameter bunga selebar 10 cm – 11 cm untuk kriteria gerbera jenis standard. Walaupun perlakuan pupuk kandang ayam dengan perbandingan volume 1:2 berpengaruh sangat nyata terhadap diameter bunga sebesar 9,24 cm, ukuran ini belum dapat memenuhi kriteria diameter bunga yang dibutuhkan.

Panjang Tangkai Bunga

(42)

sebesar 46,65. Nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 dengan nilai rataan sebesar 28,50 (Tabel 5).

Panjang tangkai bunga berpengaruh sangat nyata pada perlakuan pupuk kandang ayam dengan volume 1:1. Komposisi media pada perlakuan tersebut memiliki daya serap dan daya simpan air yang cukup baik sehingga kebutuhan tanaman terhadap air untuk memenuhi kebutuhan perpanjangan tangkai bunga dapat terpenuhi.

Tabel 5. Panjang Tangkai Bunga yang Dipanen Selama 20 MST (Cm)

Perlakuan P0 PH1 PH2 PH3 PK1 PK2 PA1 PA2 PA3 Rata-rata Panjang Tangkai Bunga (Cm) 30.0 b 35.2 b 34.6 b 33.6 b 46.5 a 28.5 b 46.7 a** 45.8 a 45.9 a 38.5 Keterangan :

(**) Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata menurut uji DMRT pada taraf 1%

Menurut Gardner et al (1991), perpanjangan sel membutuhkan air yang banyak. Bagian dari tanaman gerbera yang paling banyak mengandung air (sukulen) adalah tangkai bunga. Hal tersebut menyebabkan air yang diserap oleh tanaman gerbera paling banyak diserap oleh tangkai bunga dibandingkan bagian tanaman yang lainnya. Panjang tangkai bunga dan diameter bunga menjadi tolak ukur untuk tanaman pot gerbera. Hal ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan suhu siang dan malam. Perbedaan yang besar akan menambah panjang tangkai bunga (Mattjik, 2010). Beberapa naungan menghasilkan tangkai yang lebih panjang dan lebih sesuai keinginan konsumen (Auman, 1980). Faktor yang mempengaruhi panjang tangkai bunga adalah air, suhu dan naungan.

(43)

Diameter Tangkai Bunga

Perlakuan penambahan pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tangkai bunga. Nilai rataan tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan PA2 dengan nilai rataan sebesar 0,583 sedangkan nilai rataan terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu sebesar 0,400 (Gambar 13).

Tangkai berfungsi sebagai penopang bunga, tempat penyimpanan bahan makanan, air dan mineral (Ashari, 1995). Bagian dari tanaman gerbera dilihat dari kenampakannya secara fisik yang sukulen, bagian yang paling banyak mengandung air adalah tangkai bunga. Berdasarkan pengamatan setelah panen, tangkai bunga yang mempunyai diameter kecil dan memiliki diameter bunga yang cukup besar akan mudah terkulai sehingga mudah patah. Hal ini dikarenakan bagian tangkai bunga gerbera bersifat sukulen dan diameter tangkai tidak mampu menyangga secara seimbang.

Masa Segar Bunga

Vase life atau masa segar bunga adalah lamanya waktu (hari) bunga layak

pajang di peragaan, dihitung dari awal panen hingga kurang lebih 50% bunga mengalami kelayuan. Masa segar bunga menunjukkan kemampuan bunga mempertahankan tingkat kesegarannya hingga pada batas titik layu. Titik layu yang dimaksudkan disini adalah kondisi bunga sudah tidak layak untuk dikonsumsi sebagai bunga potong. Masa segar bunga diamati mulai bunga selesai dipanen hingga bunga layu dan tidak layak digunakan sebagai bunga potong

(44)

Bunga yang siap dipanen mempunyai syarat yaitu saat petal bagian luar telah mekar penuh atau pada saat dua baris benang sarinya telah matang tetapi sebelum bunga utuh belum matang dan polen belum tersebar (Gambar 14a). Kondisi bunga yang telah habis masa segarnya ditunjukkan dengan ciri-ciri benang sarinya telah matang seluruhnya dan polen sudah tersebar (Gambar 14b).

Analisis data menunjukkan bahwa pemberian perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kondisi masa segar bunga. Masa segar bunga dengan rataan terkecil menunjukkan masa segar bunga terpendek, sebaliknya masa segar bunga dengan rataan terbesar menunjukkan masa segar bunga terpanjang.

Untuk mempertahankan kesegaran bunga pada umumnya merendam tangkai bunga menggunakan air atau aquades. Percobaan ini menggunakan aquades untuk perlakuan pengamatan kesegaran bunga. Perlakuan PH3 menunjukkan masa segar bunga yang terpanjang yaitu 14,827 hari setelah panen. Perlakuan PA2 menunjukkan masa segar bunga yang terpendek yaitu 9,730 hari setelah panen (Gambar 15). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mattjik (2010) bahwa bunga yang telah dipanen dapat bertahan di jambangan sekitar 2-3 minggu.

a b

[image:44.595.101.509.64.805.2]

Gambar 14. Kondisi Bunga Pasca Panen (a) Sesaat Setelah Panen (b) 2 Minggu Setelah Panen (Habis Masa Segar)

[image:44.595.100.501.428.754.2]
(45)

Bunga masih melakukan proses respirasi untuk menghasilkan energi yang akan digunakan untuk proses metabolisme bunga. Beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas bunga segar yaitu :

1. Kemampuan batang untuk mengabsorpsi air oleh karena adanya hambatan dari bakteri, jamur atau mikroorganisme yang lain.

2. Kandungan karbohidratnya rendah sehingga kurang memadai untuk mendukung respirasi.

3. Mengalami terlalu banyak kehilangan air karena suhu lingkungan yang tinggi.

4. Gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak. 5. Terkena penyakit atau serangga.

Kelayuan merupakan tahap normal yang selalu terjadi pada siklus kehidupan tanaman (Winarno, 2002). Menurut Havely dan Mayak (1979) kelayuan terjadi karena perubahan potensial air pada jaringan, sehingga tegangan turgor menurun yang menyebabkan perubahan elastisitas jaringan membuat jaringan menjadi terkulai dan mengkerut. Keadaan ini harus diimbangi dengan penyerapan larutan yang cukup untuk mempertahankan kesegaran. Selama keragaan larutan yang digunakan adalah akuades. Kebutuhan air selama keragaan diperoleh dari akuades tersebut, sedangkan kebutuhan akan karbohidrat untuk respirasi dan metabolisme hanya diperoleh dari cadangan yang terdapat pada batang.

(46)

Manu (2007) mengungkapkan bahwa beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas bunga segar antara lain ketidakmampuan batang menyerap air karena terjadi embolisme (penyumbatan pembuluh batang oleh udara atau mikroorganisme) yang disebabkan mikroorganisme atau reaksi fisiologisnya sendiri. Faktor terakhir adalah serangan penyakit dan hama. Salah satunya yaitu

misellium cendawan yang berwarna putih. Misselium ini menyumbat jaringan

pembuluh xylem pada bagian batang sehingga penyerapan air terhambat (Anjum

et al, 2001). Jenis cendawan yang menyerang adalah cendawan upas (Upasia

salmonicolor).

Bobot Kering Daun

Pengamatan bobot kering daun dilakukan pada akhir penelitian. Daun dipetik hingga pangkal kemudian dibersihkan terlebih dahulu. Daun yang sudah bersih ditimbang terlebih dahulu untuk memperoleh bobot basah. Bobot kering diperoleh dengan pengovenan daun pada suhu 70˚C selama 24 jam. Hasil analisis data menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun. Nilai rataan bobot kering tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan PH3 yaitu sebesar 3,22 gram sedangkan nilai rataan bobot kering terendah ditunjukkan oleh perlakuan PK2 yaitu sebesar 1,52 gram (Gambar 16).

Berat kering dapat menunjukkan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan pembelahan dan pembesaran sel (Gardner, 1991). Menurut Gardner (1991), daun merupakan sumber karbohidrat utama melalui

(47)

proses fotosíntesis. Selain itu, fungsi daun bagi tanaman adalah tempat pengambilan zat makanan (resorbsi), pengolahan zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi), dan respirasi (Tjitrosoepomo, 2007).Oleh karena itu, daun memiliki fungsi utama dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman gerbera. Semakin tinggi bobot kering daun menunjukkan semakin banyak sumber karbohidrat yang tersedia dan proses metabolisme lain berjalan dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin baik dan meningkat.

Analisis Hara N, P, dan K

Pengujian komposisi media untuk melihat kandungan unsur hara N, P2O5,

dan K2O sebelum dan sesudah percobaan terlihat pada Tabel 6. Perlakuan P0

merupakan perlakuan yang kekurangan ketiga unsur hara tersebut. Pada perlakuan pupuk kandang kambing baik memiliki kandungan unsur N dan P2O5 yang tinggi

dibanding perlakuan lainnya. Semakin tinggi perbandingan volume yang digunakan semakin tinggi kandungan unsur N dan P2O5 di dalamnya. Perlakuan

pupuk kandang ayam merupakan perlakuan yang mengandung unsur K2O

tertinggi dibanding perlakuan lainnya dan semakin tinggi perbandingan volume yang digunakan semakin tinggi kandungan unsur K2O di dalam komposisi media

[image:47.595.108.518.529.729.2]

tersebut.

Tabel 6. Hasil Analisis Contoh Tanah Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Perlakuan

Kadar N (%)

Kadar P2O5

(ppm)

Kadar K2O

(ppm)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah P0 0.36 0.43 30 137.8 187 182.7 PH1 0.4 0.46 46 358.4 198 148.7 PH2 0.51 0.47 117 596.6 199 176 PH3 0.5 0.39 131 701.2 223 185.3 PK1 0.48 0.38 444 901 903 2364.7 PK2 0.57 0.37 744 773 1689 5741 PK3 0.72 - 1053 - 2734 - PA1 0.42 0.53 332 1215.7 6634 1154 PA2 0.48 0.71 350 1978.7 7926 1204.3 PA3 0.33 0.73 596 2322.5 9823 1321

(48)

Kadar N dan P2O5 pada semua perlakuan setelah percobaan meningkat

(Tabel 6). Kadar K2O pada perlakuan tanpa pupuk kandang, pupuk hijau dan

pupuk kandang ayam mengalami penurunan sedangkan pada perlakuan pupuk kandang kambing kadar K2O mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hasil

analisis menunjukkan kandungan N dan P2O5 tertinggi terdapat pada perlakuan

pupuk kandang ayam dengan perbandingan volume 1:3 (PA3) sedangkan kadar K2O tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang kambing dengan

perbandingan volume 1:2 (PK2).

Hasil análisis contoh tanah sebelum dan sesudah perlakuan yang digunakan pada percobaan ini memiliki kandungan unsur hara N yang sedang hingga tinggi berdasarkan kriteria penilaian hasil análisis tanah sedangkan kandungan unsur hara P2O5, dan K2O berada pada klasifikasi sangat tinggi

(Tabel 7).

Tabel 7. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah

Parameter tanah

Nilai Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi N (%) <0,1 0,1 – 0,2 0,21 – 0,5 0,51 – 0,75 >0,75 P2O5 Bray

(ppm P)

<4 5 – 7 8 – 10 11 – 15 >15

K2O HCl

25% (mg/100g)

<10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 >60

Sumber : Balai Penelitian Tanah, 2004

Perlakuan pupuk hijau memiliki kandungan N yang cukup tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 6). Hal ini disebabkan karena pupuk hijau yang digunakan berasal dari daun bambu yang telah melewati proses pelapukan oleh jasad mikro. Daun merupakan bagian utama tanaman dalam fase vegetatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman yang baik ditunjang dengan adanya kandungan unsur N yang cukup (Hardjowigeno, 2003). Hal ini juga dibuktikan dengan penambahan jumlah daun pada perlakuan PH1 dan PH3 merupakan perlakuan yang menghasilkan jumlah daun terbanyak dari seluruh perlakuan (Gambar 8).

(49)

Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga (1991) pada Tabel 2. Unsur P mempunyai fungsi utama yaitu pembentukan bunga, mempercepat pematangan, memperkuat batang, memperbaiki kualitas tanaman (Hardjowigeno, 2003). Hal ini terbukti sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan jumlah bunga paling banyak dihasilkan oleh perlakuan PA2 (Gambar 12). Kualitas bunga seperti diameter bunga yang paling besar ditunjukkan oleh perlakuan PA2 (Tabel 4), tangkai bunga terpanjang ditunjukkan oleh perlakuan PA1 (Tabel 5), dan diameter tangkai bunga terbesar ditunjukkan oleh perlakuan PA2 (Gambar 14).

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan penambahan pupuk organik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada variabel jumlah anakan yang muncul, panjang dan lebar daun, bobot kering daun, jumlah bunga, diameter tangkai bunga, masa segar bunga. 2. Penambahan pupuk hijau dengan perbandingan volume 1:1 dan 1:3

meningkatkan pertumbuhan jumlah daun.

3. Penambahan pupuk kandang ayam dengan perbandingan volume 1:2 meningkatkan diameter bunga sedangkan panjang tangkai bunga dapat meningkat dengan penambahan pupuk kandang ayam pada perbandingan volume 1:1.

4. Perlakuan dengan penambahan pupuk kandang kambing pada perbandingan volume 1:1 menunjukkan waktu muncul kuncup bunga tercepat.

Saran

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1987. Efisiensi penggunaan pupuk kandang pada usahatani lombok. Buletin Penelitian Hortikultura Vol XV (4).

Aminah, S., G.B. Soedarsono, dan Y. Sastro. 2003. Teknologi Pengomposan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta. 20 hal

Anjum, M.A., F. Naveed, F. Shakeel and S. Amin. 2001. Effect of some chemicals on keeping quality and vase life of tuberosa (Poliathes tuberose L.) Cut Flowers. J. Res. Sci 12 (1):1-7

Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 490 hal.

Asian Development Bank. 2006. Indonesia : Strategic Vision or Agriculture and Rural Development. Asian Development Bank. 176 p

Auman, C.W. 1980. Minor cut crops, p.183-211. In R.A. Larson (Ed). Introduction to Floriculture. Academic Press Inc. Ltd. New York

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2010. Produksi Tanaman Hias di Indonesia 1997-2010. www.bps.go.id. [8 Mei 2011]

Bailey, L.H. 1963. The Standard Cyclopedia of Horticulture. The MacMillan Co. New York. 921 p

Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangnak. Bogor. 117 hal

Bird, R. 1994. The Cultivation of Hardy Perennials. Batsford Ltd. London

Boodley, J.W. 1998. The Commercial Green House, 2nd edition. Delmar Publisher. USA 545 p

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2007. Luas Panen Tanaman Hias Periode 2003-2007. www.hortikultura.deptan.go.id. [23 Februari 2010]

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2007. Produksi Tanaman Hias Periode 2003-2008. www.hortikultura.deptan.go.id. [23 Februari 2010]

Dwiatmini, K., Debora H., Sri W. 1994. Inventarisasi dan karakterisasi beberapa jenis bunga potong komersial di pasaran bunga Cipanas, Lembang, Bandung, Jakarta. Buletin Penelitian Tanaman Hias Vol2 (1):7-18.

(52)

Erwin, J. E and R. D. Heins. 1990. Temperature effects on lily development rate and morphology from the visible bud stage until anthesis. Jour. of the Amer. Socie. for Hort. Scie. 115:644-646

Food and Fertilizer Technology Centre. 1995. Soil Conservation Handbook. Prepared by The Food and Fertilizer Technology Centre for The Asian and Pacific Region. Taiwan. ROC

Forum Kerjasama Agribisnis. 2011. Membuat Media Tanam untuk Pot dan Polybag. http://foragri.blogsome.com/membuat-media-tanam-untuk-pot-dan-polybag/. [14 Februari 2011]

Foth, H. D. 1978. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan dari : Fundamentals of Soil Science. Penerjemah : E. D. Purbayanti, D. R. Lukiwati, dan R. Trimulatsih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 760 hal

Gardner, F.P, R.B. Pearce, and R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan dari : Physiologi of Crop Plants. Penerjemah : Herawati Susilo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.

Hadisuwito. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Penebar Swadaya. Jakarta

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta. Raja Grafindo. 358 hal

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 hal

Hartatik dan Widowati. 2006. Pupuk Kandang, hal 58- 82. Dalam Simanungkalit, Suriadikarta, Saraswati, Setyorini, Hartatik (Eds.). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

Havely A.H, S. Mayak. 1979. Senescence and postharvest physiology of cut flower. Hort Rev. (3):204-236

Holstead, C. L. 1985. Care and Handling of Flowers and Plants. The Soc. Amer. Florist. 158 p

Humble, G.D dan T.C. Hsiao. 1969. Plant Physiol. 44 [Suppl.]:21

Humphries, E.C, dan A.W. Wheeler. 1963. The physiology of leaf growth. Annu. Rev. Plant Physiol. 14:385-410

Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 294 hal.

(53)

Manu, G. S. S. 2007. Pengaruh Perlakuan Pra Penyimpanan, Suhu dan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Kesegaran Bunga Potong Gerbera (Gerbera

jamesonii) Selama Penyimpanan. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mattjik, N.A. 2010. Gerbera, hal 63-69. Dalam Agus Purwito (Ed.). Budidaya Bunga Potong dan Tanaman Hias. PT. Penerbit IPB Press. Bogor

Prayugo, S. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta

Prince T.A. and H.K. Tayama. 1988. Refrigerated Storage and Fresh Cut Flower Longevity. The Ohio State University. Dept of Horticultural, USA

Rismunandar. 1991. Budidaya dan Aneka Jenis Bunga Potong. Penebar Swadaya. Jakarta

Sukartaatmadja, S. 2001. Penggunaan Bahan Organik untuk Konservasi Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 25 hal

Susanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta

Sutedjo, M. M. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 176 hal

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 268 hal

Tjusita, M. J. 1983. Greenhouse gerbera production. Ontario Ministry of Agricultural Fact Sheet. 83:1-4

Usman, R. Zaubin dan P. Wahid. 1996. Aspek pemeliharaan dan budidaya lada. Monograf Tanaman Lada. 1:85-92

Van Rijssen, C. R. 1988. Gerbera culture. In Seminar Budidaya dan Bisnis Bunga. Yayasan Bunga Nusantara. 14 p

Wachjar, A., Supijatno, dan D. Rubiana. 2006. Pengaruh beberapa jenis pupuk hayati terhadap pertumbuhan dua klon tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) Belum Menghasilkan. Buletin Agronomi Volume 34 (3)

(54)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lay Out Percobaan

ULANGAN I

P0 PK3 PA1 PH3 PK1 PH2 PH1 PA2 PK2 PA3

ULANGAN II

PH3 PA1 PH2 PK3 PA2 PH1 PK2 PA3 P0 PK1

ULANGAN III

PK2 PH1 PK3 PH2 PA3 P0 PA2 PK1 PH3 PA1

U

Keterangan :

Bedengan dibuat membentang dari arah Utara ke Selatan Setiap bedeng terdiri dari 1 ulangan

Setiap ulangan terdiri dari 3 individu tanaman

P0 = Top soil tanpa pupuk organik

PK1 = Top soil : pukan kambing (1:1)

PK2 = Top soil : pukan kambing (1:2)

PK3 = Top soil : pukan kambing (1:3)

PA1 = Top soil : pukan ayam (1:1)

PA2 = Top soil

Gambar

Tabel 1. Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia
Gambar 5. Hama yang Menyerang Tanaman Gerbera (a) Kutu Daun; (b) White
Gambar 6. Penyakit Powdery Mildew yang Menyerang Tanaman Gerbera
Gambar 8. Penambahan Jumlah Daun Terbuka Sempurna Selama 20 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari uraian di atas, maka merupakan suatu hal yang menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih jauh dan mengangkat judul penelitian “Analisis Realisasi Penerimaan

bahwa kegiatan guru pada saat proses pembelajaran masih kurang siswa ketika belajar kelompok terlihat bahwa siswa berkemampuan tinggi tidak lagi mendominasi

Apersepsi dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan pernyataan Mansur yaitu untuk mengaitkan materi yang telah dimiliki mahasiswa dengan materi yang akan

Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi,

Peneliti menyimpulkan bahwa Bapak Ainus Syuhada dan Ibu Sulastri dalam memaknai pesan dalam tayangan drama kolosal Tutur Tinular versi 2011 adalah film yang menayangkan kembali

Karena masih dalam tahap awal perkembangan, dapat dimaklumi bahwa pada saat ini pemahaman sebagian besar masyarakat mengenai sistem dan prinsip perbankan syariah masih

Dalam struktur ekonomi konvensional, unsur utama dari kebijakan fiskal adalah unsur-unsur yang berasal dari berbagai jenis pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah dan

Seperti halnya Rasulullah Saw, Abu Bakar As-Shiddiq juga melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan yang lain tetap menjadi tanggungan negara dalam