• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taksonomi Gerbera

Gerbera merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Selatan. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan di Afrika dan telah tersebar di negara-negara subtropik dan Asia Tropik (Bailey, 1963). Gerbera termasuk dalam family Compositae, tanaman ini juga terkenal dengan nama lain Transvaal daisy (Bird, 1994). Gerbera jamesonii merupakan spesies yang paling terkenal dari 40 spesies yang ada dalam genus gerbera. Penelitian ini menggunakan tanaman gerbera

(Gerbera jamesonii) varietas Red Ruby. Karakteristik dari varietas ini memiliki

helai mahkota bunga yang tersusun selapis dan berwarna tunggal yaitu merah (Gambar 1).

Daun-daun gerbera muncul pada dasar tanaman dan bertumpuk membentuk roset, tangkai daun bulat, dan daunnya bertepi rata kadang-kadang berlekuk atau berbelah (Bailey, 1963). Gerbera mempunyai bunga majemuk yang berbentuk soliter dengan satu atau dua baris petal yang menyolok. Petal bagian dalam sangat pendek dan kadang-kadang berbentuk tabung dan mempunyai kelopak tereduksi berbentuk bulu (Bailey, 1963). Tangkai bunga muncul diantara kumpulan daun dengan panjang antara 25-40 cm (Auman, 1980) dan diameter bunga berkisar dari 5-13 cm (Holstead, 1985). Warna bunga gerbera beraneka ragam yaitu putih, kuning, oranye merah muda, merah, scarlet (Mattjik, 2010).

Keragaman bentuk bunga dilihat dari struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu :

1. Gerbera bunga selapis : helai mahkota bunga tersusun selapis dan umumnya berwarna tunggal (merah, kuning, dan merah jambu).

2. Gerbera bunga dua lapis : helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu lapis dan warnanya lebih dari satu macam. Contohnya yaitu

Gerbera jamesonii Fantasi Double Purple yang berwarna ungu cerah.

3. Gerbera berbunga tiga lapis : helai mahkota bunga tersusun tiga lapis dan warnanya lebih dari dua macam. Contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera jamesonii Fantasi Triple Red yang bunganya berwarna dominan merah.

4. Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda, dengan ukuran yang lebih besar dari ketiga jenis diatas. Varietas yang telah dibudidayakan adalah Gerbera Yustika (pink merah), Orange

jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua).

Bunga gerbera memiliki banyak varietas dan secara umum varietas bunga Gerbera yang dijual di pasaran dibedakan menjadi tiga macam yaitu Gerbera mini, Gerbera spider, dan Gerbera standar.

Tanaman gerbera dapat diperbanyak dengan biji, pemisahan rhizome (Auman, 1980) dan dapat diperbanyak dengan metode kultur jaringan (Van Rijssen, 1988). Perbanyakan dengan biji menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan membutuhkan satu tahun untuk berbunga, sedangkan tanaman yang diperbanyak dengan pemisahan anakan akan berbunga 4 bulan setelah tanam (Auman, 1980).

Pemanenan bunga gerbera dilakukan pada saat bunga sudah mekar sempurna. Bunga dipanen pada saat petal bagian luar telah mekar penuh atau pada saat dua baris benang sarinya telah matang tetapi sebelum bunga utuh belum matang dan polen belum tersebar. Pemanenan bunga untuk tanaman pot atau bunga potong dapat dilakukan pada waktu satu atau dua bunga telah membuka penuh dan polennya dapat dilihat (Mattjik, 2010). Batang menunjukkan efek geotropik negatif jika ditempatkan pada posisi horizontal (Boodley, 1998). Bunga yang telah dipanen dapat bertahan di jambangan sekitar 2-3 minggu. Masa segar

setelah dipanen antara 3-8 hari, tergantung varietas dan kondisi lingkungan (Holstead, 1985).

Bunga yang bagus adalah bunga yang memiliki rumpun petal yang banyak dan menyatu. Bunga potong yang khusus digunakan untuk keperluan pajangan dalam vas (jambangan) bunga, sebelum atau sesudah dirangkai sebaiknya bagian dasar tangkai bunga dipotong lagi kurang lebih 2 cm secara miring agar tetap segar.

Secara umum, bunga yang termasuk dalam mutu I adalah bunga yang memiliki kriteria antara lain :

1. Bunga bagus dan normal (bebas dari serangan hama dan penyakit). 2. Bunga mekar dan optimal (untuk Gerbera mekar tiga perempat atau

mekar penuh).

3. Mempunyai tangkai bunga yang besar, lurus, dan tegak. 4. Tangkai bunga panjang (untuk Gerbera minimal 40 cm). 5. Keadaan daunnya hijau segar, bersih, dan normal.

Bunga yang dikategorikan dalam mutu II, bunga harus bagus dan normal, tapi batang sedikit lebih pendek dari mutu I, terserang hama atau penyakit tapi tidak sampai menimbulkan kerusakan yang berarti pada kualitas bunga (Rismunandar, 1991).

Syarat Tumbuh

Gerbera membutuhkan suhu sekitar 24˚ C untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Mattjik, 2010). Suhu yang terlalu tinggi dengan intensitas cahaya yang rendah dapat menyebabkan kualitas yang rendah dan memperpendek vase life (Holstead, 1985). Tetapi bila intensitas cahaya yang terlalu tinggi tanaman perlu dinaungi (Van Rijssen, 1988). Menurut Auman (1980), beberapa naungan menghasilkan tangkai yang lebih panjang dan lebih sesuai dengan keinginan konsumen.

Gerbera memerlukan kelembaban udara yang sesuai pada masa pertumbuhannya. Tanaman gerbera yang baru dipindahkan memerlukan kelembaban sebesar 80-90% sedangkan kelembaban udara yang optimum bagi pertumbuhannya adalah 80-85% (Van Rijssen, 1988). Tanaman gerbera

membutuhkan air yang cukup tinggi tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang sedikit tetapi sering lebih baik daripada pemberian sekali dalam jumlah banyak (Van Rijssen, 1988).

Prinsipnya gerbera dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah yang mempunyai struktur dan aerasi yang baik serta ketersediaan air yang konstan (Van Rijssen, 1988). Menurut Boodley (1998), gerbera lebih baik ditanam di tanah lempung berpasir dengan pH 6-6,5. Media yang akan digunakan sebaiknya diuji terlebih dahulu kandungan nutrisinya.

Dufault et al (1990) dalam jurnal Horticultural Science seperti dikutip dalam Mattjik (2010) mengungkapkan gerbera ditanam pada jarak tanam 33x33 cm atau 38x38 cm untuk bunga potong dan jika ditanam di pot ukurannya 28x28 cm atau 36x36 cm. Gerbera yang ditanam menggunakan bedengan mempunyai keuntungan yaitu menghasilkan aerasi yang baik, memudahkan kerja dan kelebihan air mudah terbuang sehingga terhindar dari serangan jamur (Van Rijssen, 1988).

Kegunaan Bunga Potong

Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia, mulai dari kelahiran, pernikahan, sampai kematian. Bunga potong diproduksi dari dalam rumah kaca, ruang tertutup, serta lahan terbuka dimana hasil yang diperoleh ada yang sama namun ada juga yang berbeda. Rumah kaca memproduksi bunga potong mawar, krisan, anyelir, anggrek, dan snapdragon. Ruang tertutup memproduksi bunga potong aster dan krisan. Lahan terbuka dihasilkan aster, krisan, gladiol, dan gerbera.

Bunga potong disamping memiliki nilai keindahan yang dapat dinikmati, juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Syarat-syarat bunga yang berkualitas baik yaitu (Rismunandar, 1991) :

1. Berwarna indah, bersih dan mulus, tidak bernoda dan baunya tidak terlalu menyengat.

2. Mempunyai daya tahan yang lama setelah dipotong. 3. Tangkai bunga cukup panjang dan kuat.

4. Tidak mudah rusak dalam proses pengepakan.

5. Dihasilkan oleh tanaman yang subur, mudah berbunga, dan tanpa mengenal musim.

Kualitas bunga potong yang baik dan mempunyai nilai jual yang tinggi dapat diperoleh dengan melakukan pemotongan bunga pada waktu yang tepat. Bunga yang akan dipanen dilihat terlebih dahulu kondisi fisiknya sebelum maupun saat pemanenan. Bunga potong gerbera dalam rangkaian bunga lebih sering dijadikan sebagai bunga pengiring daripada menjadi rangkaian bunga utama.

Pemupukan

Pupuk dalam pertanian modern merupakan hal yang penting untuk meningkatkan produksi. Foth (1984) mendefinisikan pupuk dalam arti luas adalah semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah yang menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai hara yang dibutuhkan tanaman selama pertumbuhannya serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pupuk organiktelah dianggap sebagai salah satu alternatif masukan produksi dalam budidaya tanaman, khususnya yang menyangkut pemupukan. Kenaikan harga pupuk akibat berkurangnya subsidi pemerintah memicu penggunaan pupuk organik lebih intensif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Pada dasarnya pupuk organik berbeda dengan pupuk anorganik, seperti Urea, SP 36, atau MOP sehingga dalam aplikasinya tidak dapat menggantikan seluruh hara yang dibutuhkan tanaman. Produk tersebut memiliki bahan aktif yang mampu menghasilkan senyawa yang berperan dalam proses pelarutan hara dalam tanah. Fungsi senyawa tersebut yaitu membantu penyediaan hara dari udara dan mematahkan ikatan-ikatan yang menyebabkan unsur hara tertentu tidak tersedia bagi tanaman. Penyediaan unsur hara bagi tanaman akan meningkat melalui mekanisme tersebut (Wachjar et al, 2006).

Penambahan pupuk organik ke tanaman memiliki beberapa keuntungan. Menurut Hadisuwito (2007), keunggulan penambahan pupuk organik adalah pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap tetapi jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah daya simpan air yang tinggi.

Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan penyakit. Keunggulan lainnya adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya.

Pemupukan gerbera pada waktu tanam yang telah dilakukan di pembibitan Cipanas, Cianjur adalah 60 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl setiap m2. Pemupukan sebagai pemeliharaan dilakukan setiap bulan dengan memberikan 45 gram ZA, 7,5 gram TSP, 20 gram KNO3, dan 7 gram MgSO4 untuk setiap m2

(Mattjik, 2010).

Pupuk Organik

Aminah (2003) mengungkapkan bahwa pupuk organik mampu menahan erosi, kemampuan tanah untuk mengikat air tinggi, menciptakan kondisi yang sesuai untuk mikroba tanah. Gerbera menyukai tanah yang kaya akan bahan organik (Bird, 1994). Bahan organik merupakan sistem kompleks yang dinamis yang berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat dalam tanah yang terus menerus megalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, dan biologi. Berdasarkan sumbernya bahan organik dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yaitu : (1) pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak, (2) pupuk hijau yang berasal dari bagian tanaman yang segar, (3) mulsa yang berasal dari sisa tanaman, (4) latex yang berasal dari getah karet alam, (5) blotong yang berasal dari limbah pabrik dari jenis tanaman tertentu (Sukartaatmadja, 2001).

Usaha untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman maka dalam penanaman gerbera ditambahkan pupuk organik. Pupuk organik merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan hewan misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos (Sutedjo, 1987). Pupuk kandang merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena penggunaannya akan meningkatkan kadar humus tanah (Sutedjo, 1987). Disamping mengandung mikro elemen, pupuk kandang juga merupakan pembawa mikroorganisme menguntungkan bagi kesuburan tanah (Work and Crew dalam

ditunjukkan pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa kandungan unsur N, P2O5, dan

K2O tertinggi terdapat pada pukan ayam.

Tabel 2. Komposisi Unsur Hara Berbagai Jenis Pupuk Organik Sumber Pukan Kadar air Bahan organik N P2O5 K2O CaO Rasio C/N --- % --- Sapi 80 16.0 0.3 0.2 0.15 0.2 20-25 Kerbau 81 12.7 0.25 0.18 0.17 0.4 25-28 Kambing 64 31.0 0.7 0.4 0.25 0.4 20-25 Ayam 57 29.0 1.5 1.3 0.8 4.0 9-11 Babi 78 17.0 0.5 0.4 0.4 0.07 19-20 Kuda 73 22.0 0.5 0.25 0.3 0.2 24

Sumber : Petunjuk Penggunaan Pupuk oleh Lingga (1998)

Pupuk hijau adalah pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman yang didekomposisikan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah atau dibiarkan membusuk. Pupuk hijau digunakan untuk menambah bahan organik dan unsur hara khususnya nitrogen (Food and Fertilizer Technology Centre, 1995). Susanto (2002) menyatakan bahwa daya dekomposisi dan kecepatan aktivitas mikroorganisme pupuk hijau dipengaruhi oleh nisbah C/N dan kadar air bahan. Nisbah C/N yang terlalu lebar akan mengakibatkan immobilisasi N sehingga tidak tersedia untuk tanaman, sedangkan apabila nisbah C/N kecil akan terjadi mineralisasi N. Kadar air bahan berhubungan dengan kelembaban dan tingkat kelarutan bahan oleh aktivitas mikroorganisme. Kadar air paling sedikit sekitar 25-30% berat kering bahan. Kadar air optimum untuk dekomposisi adalah 50-60%. Kadar air dibawah 20% akan mengakibatkan proses dekomposisi berhenti.

Kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah/serasah tanaman (Sutedjo, 1987). Kandungan unsur hara tidak pernah tetap tergantung dari bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya (Lingga, 1998).

Pupuk Kandang Kambing

Kotoran kambing berbentuk khas dibanding pupuk kandang yang lain karena berbentuk butiran-butiran. Tekstur butiran ini menyebabkan agak sukar dipecah secara fisik sehingga berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan penyediaan hara. Nilai rasio C/N pukan kambing umunya masih diatas 30. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N <20 sehingga pukan kambing akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Pukan ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman apabila digunakan secara langsung. Kadar air pukan kambing relatif lebih rendah dari pukan sapi dan sedikit lebih tinggi dari pukan ayam. Kadar hara pukan kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya, sedangkan kadar hara N dan P hampir sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2006).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang biasa digunakan petani. Pupuk kandang ayam memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Hal ini dikarenakan pada pupuk kandang ayam bagian cairnya bercampur dengan bagian padat. Menurut Hardjowigeno (2003), pupuk kandang ayam mengandung N tiga kali lebih banyak dibandingkan pupuk kandang lainnya. Kotoran ayam yang digunakan untuk pupuk sering mengandung koksidiostat yang berfungsi sebagai herbisida.

Humus Bambu

Humus bambu adalah hasil pelapukan bahan organik yang berasal dari daun bambu oleh jasad mikro. Pengertian humus bambu yang dijelaskan dalam Forum Kerjasama Agribisnis 2011 adalah serasah sisa-sisa daun, seludang dan ranting bambu yang berserakan di bawah rumpun tanaman tersebut. Humus daun bambu sangat membantu dalam proses penggemburan tanah dan memiliki daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara.

Bentuk humus bambu yang sudah hancur tetap membentuk massa yang porous, tidak memadat dan tidak lengket sehingga air yang disiramkan ke dalam media tersebut akan terus larut ke bagian bawah. Humus bambu meskipun sudah hancur akan tetap bersifat netral (pH 6,5 - 7). Daya serap humus daun bambu cukup tinggi yaitu sekitar 80-90% dari bobotnya sehingga media tetap lembab. Humus bambu ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika terjadi perubahan suhu, kelembaban, dan aerasi yang ekstrim (Prayugo, 2007).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan ketinggian 1100 m diatas permukaan laut (mdpl). Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret sampai Desember 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman gerbera berumur 2 bulan dengan jumlah daun 2-4 helai yang berukuran seragam, media tanam berupa campuran top soil dan pupuk organik dengan perbandingan volume sesuai perlakuan, pupuk Urea, KCl, SP-36, pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk hijau (humus bambu), fungisida, pestisida apabila diperlukan dan polybag berdiameter 30 cm. Alat yang digunakan adalah meteran, jangka sorong, gembor, timbangan, oven, dan alat budidaya pada umumnya.

Metode Penelitian

Percobaan ini menggunakan rancangan perlakuan faktor tunggal disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok. Pupuk organik yang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk hijau (humus bambu). Perlakuan yang diberikan berupa perbandingan volume top soil dengan jenis pupuk organik tertentu. Percobaan ini terdiri dari 10 perlakuan yaitu

1. P0 (top soil tanpa penambahan pupuk organik).

2. PH1 (top soil dengan pupuk hijau dengan perbandingan volume 1:1). 3. PH2 (top soil dengan pupuk hijau dengan perbandingan volume 1:2). 4. PH3 (top soil dengan pupuk hijau dengan perbandingan volume 1:3). 5. PK1 (top soil dengan pupuk kandang kambing dengan volume 1:1). 6. PK2 (top soil dengan pupuk kandang kambing dengan volume 1:2). 7. PK3 (top soil dengan pupuk kandang kambing dengan volume 1:3).

8. PA1 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:1). 9. PA2 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:2). 10.PA3 (top soil dengan pupuk kandang ayam dengan volume 1:3).

Jumlah percobaan keseluruhan ada 10 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali dengan demikian terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 tanaman sehingga seluruhnya terdapat 90 individu tanaman.

Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi+ βj+ εij

Keterangan :

i = 1,2,3 (perbandingan volume top soil dan pupuk organik) j = 1,2,3 (kelompok)

Yij = nilai pengamatan perlakuan perbandingan volume (top soil dan pupuk organik) ke-i dan ulangan ke-j

µ = rataan umum

τi = pengaruh perlakuan perbandingan volume top soil dan pupuk organik

ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = galat perlakuan perbandingan volume (top soil dan pupuk organik) ke-i dan kelompok ke-j.

Seluruh data hasil pengamatan diolah dengan uji-F. Jika perlakuan pada sidik ragam nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT).

Pelaksanaan Penelitian

Media tanam yang dipersiapkan terdiri dari campuran top soil dan pupuk organik dengan perbandingan volume sesuai dengan perlakuan. Top soil yang digunakan adalah lapisan tanah paling atas sekitar 5-10 cm dari permukaan tanah. Pupuk organik terutama pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing dimatangkan terlebih dahulu sedangkan pupuk hijau (humus bambu) tidak perlu dimatangkan dan dapat langsung digunakan. Pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing didekomposisikan terlebih dahulu selama 1 bulan. Proses dekomposisi dilakukan dengan cara mencampur pukan dengan dedak sebanyak 1 kg, gula pasir sebanyak 100 gr, urea sebanyak 100 gr, kapur 3 kg, dan EM4 sebanyak 150 ml yang dilarutkan dalam 15 l air. Dosis ini ditentukan untuk setiap 1 m3 pukan. Pukan dan bahan-bahan untuk dekomposisi dicampur secara

merata kemudian disungkup dengan plastik. Campuran tersebut dicek setiap 3 hari sekali dan diaduk-aduk supaya proses dekomposisi berlangsung secara merata.

Pupuk organik yang telah matang kemudian dicampur dengan top soil

secara merata sesuai dengan perbandingan volume sesuai perlakuan, media dimasukkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm. Setiap polybag ditanami dengan satu bibit gerbera. Bibit yang ditanam harus direndam terlebih dahulu dengan fungisida untuk mencegah busuk akar.

Pemupukan N, P dan K diberikan seluruhnya pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST). Dosis yang diberikan untuk Urea sebanyak 6,7 gram per tanaman, KCl sebanyak 4,4 gram per tanaman, dan SP-36 sebanyak 11,1 gram per tanaman. Penentuan dosis tersebut merupakan konversi dari pemupukan gerbera yang telah dilakukan di pembibitan Cipanas, Cianjur dalam Mattjik (2010). Pemupukan N, P, dan K setelah 1 MST diberikan setengah dari dosis awal dengan jangka waktu pemupukan 1 bulan sekali. Pemberian pupuk N, P, dan K dilakukan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.

Kelembaban media dipertahankan dengan melakukan penyiraman setiap tiga hari sekali dengan menggunakan gembor. Air yang diberikan secukupnya dan tidak menggenangi tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan penyemprotan pestisida saat gejala serangan mulai muncul.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman dalam setiap satuan percobaan yang ada. Pengamatan yang dilakukan yaitu

1. Jumlah daun yang sudah terbuka sempurna, diukur dari tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) hingga 20 MST.

2. Jumlah anakan yang tumbuh.

3. Panjang dan lebar daun (cm), diukur dari pangkal daun hingga ujung daun terpanjang dan bagian terlebar dari daun pada akhir percobaan.

4. Bobot kering daun (gram), diperoleh dari pengovenan daun pada suhu 70˚C selama 24 jam pada akhir percobaan.

5. Waktu muncul kuncup bunga pertama (hari), yaitu waktu pertama kali kuncup bunga pertama keluar.

6. Jumlah bunga tiap tanaman, diukur hingga 20 MST.

7. Diameter bunga (cm), panjang tangkai bunga (cm), diameter tangkai bunga (cm), diukur pada saat bunga sudah siap dipanen yaitu pada saat petal bagian luar telah mekar penuh atau pada saat dua baris benang sarinya telah matang tetapi sebelum bunga utuh belum matang dan polen belum tersebar. 8. Masa segar bunga (hari) yang dihitung sejak bunga dipanen sampai layu

dengan perlakuan setiap bunga yang dipanen direndam dengan aquades. 9. Analisis hara N, P, dan K media percobaan pada awal dan akhir percobaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah kaca yang terletak pada ketinggian 1100 m diatas permukaan laut. Tanaman gerbera yang digunakan merupakan bibit yang sudah berumur 2 bulan dengan jumlah daun sekitar 2-4 helai dan berukuran seragam (Gambar 2). Bibit yang ditanam, direndam terlebih dahulu dengan fungisida untuk mencegah busuk akar.

Media tanam yang dipergunakan terdiri dari campuran top soil dan pupuk organik dengan perbandingan volume sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik yang digunakan terdiri dari 3 jenis yaitu pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, dan pupuk hijau (humus bambu). Setiap jenis pupuk kandang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang liat dan padat sehingga menjadi lebih berat (Gambar 3a), pupuk kandang ayam memiliki bobot yang lebih ringan karena bercampur dengan sekam (Gambar 3b), dan pupuk hijau yaitu humus bambu yang memiliki massa yang porous, tidak memadat, dan tidak lengket (Gambar 3c). Campuran top soil dan pupuk organik yang sudah merat dimasukkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm. Setiap polybag ditanami dengan satu bibit gerbera.

Daya tumbuh tanaman gerbera pada media dengan perlakuan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing pada minggu ketiga dan keempat mencapai 60 % dan minggu keenam mencapai 0%. Penurunan daya tumbuh tersebut diduga karena pupuk kandang ayam dan kambing yang digunakan belum

matang sempurna sehingga membuat kondisi suhu dalam media meningkat dan tanaman tidak dapat bertahan dengan peningkatan suhu sehingga hampir semua tanaman pada perlakuan tersebut mati. Peningkatan suhu tersebut menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme yang masih mendekomposisi campuran media. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa pupuk belum dalam keadaan kondisi matang sempurna. Pupuk hijau yang berasal dari daun bambu mengalami peningkatan daya tumbuh mencapai 80% antara minggu ketiga dan keempat sejak awal tanam.

Percobaan ini diulang kembali setelah melihat kondisi daya tumbuh tanaman yang buruk pada hampir seluruh perlakuan. Penanaman bibit dilakukan setelah pematangan pupuk. Pematangan pupuk dilakukan selama 1 bulan. Daya tumbuh tanaman setelah pengulangan mencapai 80% pada minggu ketiga dan minggu keempat. Daya tumbuh tanaman pada media dengan perlakuan pupuk kandang kambing dengan perbandingan volume 1 : 3 (PK3) mencapai 50% pada minggu keempat dan mencapai 0% pada minggu keenam. Tanaman yang mati menunjukkan adanya indikasi pembusukan tanaman (Gambar 4). Hal ini diduga disebabkan oleh kepadatan campuran media pada perlakuan tersebut sangat tinggi

Dokumen terkait