PEKERJ AAN BEBAS PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK PRATAMA SURABAYA MULYOREJ O
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pr ogram Studi Akuntansi
Diajukan Oleh : RENDY ARDYANSYAH
0913010158 / FE/ EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
PEKERJ AAN BEBAS PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK PRATAMA SURABAYA MULYOREJ O
SKRIPSI
Diajukan Oleh : RENDY ARDYANSYAH
0913010158 / FE/ EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
DAN SANKSI PAJ AK TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK
ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJ AAN BEBAS PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK
PRATAMA SURABAYA MULYOREJ O
Yang diajukan
Rendy Ardyansyah
0913010158/FE/EA
Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi Oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM
Tanggal : . . .
NIP. 19630524 198803 1001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
DAN SANKSI PAJ AK TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK
ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJ AAN BEBAS PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK
PRATAMA SURABAYA MULYOREJ O
Yang diajukan
Rendy Ardyansyah
0913010158/FE/EA
Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Lisan Oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM
Tanggal : . . .
NIP. 19630524 198803 1001
Mengetahui,
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJ AAN BEBAS PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK PRATAMA SURABAYA MULYOREJ O
Disusun Oleh : Rendy Ardyansyah 0913010158 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 3 Mei 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr s. Ec. Tamadoy Thamr in, MM Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak
Sekr etaris
Dra. Ec. Anik Yuliati, Maks Anggota
Dr s. Ec. Tamadoy Thamr in, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Segala puji Bagi ALLAH Yang Maha Mulia, Tuhan yang selalu memberikan
nikmat yang begitu besar dan sempurna, yang meridhoi Islam sebagai agama kita dan
mengutus Nabi terkasih Muhammad SAW. Ke seluruh umat manusia. Semoga
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan selalu kepada beliau, juga seluruh
keluarga, dan sahabatnya.
Hamparan rasa syukur selalu kepada ALLAH SWT karena atas berkah dan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “PENGARUH KESADARAN WAJ IB PAJ AK, PELAYANAN FISKUS
DAN SANKSI PAJ AK TERHADAP KEPATUHAN WAJ IB PAJ AK ORANG
PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJ AAN
BEBAS PADA KANTOR PELAYANAN PAJ AK PRATAMA SURABAYA
MULYOREJ O”
Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu prasyarat
kelulusan dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis
menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan, bimbingan,
saran, dukungan, dan petunjuk dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam Penyusunan Skripsi ini khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
4. Bapak Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM, selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penelitian
Skripsi.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak Janti Saragih selaku Kepala Bidang P2Humas Kantor Wilayah
Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur I yang telah mengeluarkan suran ijin
penelitian skripsi.
7. Bapak Zauki selaku staf Bidang P2Humas Kantor Wilayah Direktorat Jendral
Pajak Jawa Timur I yang telah membimbing dan memberikan pengetahuan
tentang perpajakan.
8. Bapak Yusuf selaku Ketua Bidang Pelayanan KPP Pratama Surabaya
Mulyorejo yang telah memberikan Ijin, bimbingan dan pengarahan untuk
penulisan skripsi.
9. Ke Dua Orang Tua yang selalu mendidik, membimbing, mengarahkan dan
memberikan petunjuk penulis dalam menjalani kehidupan ini. Keduanya
memiliki peran yang sangat penting dan tak terhingga, hingga rasanya ucapan
terima kasih saja tidak cukup untuk menggambarkan wujud penghargaan
penulis.
10.Kakak tercinta beserta suaminya yaitu Mbak Kiki dan Mas Wawan yang
selalu memberikan bantuan secara finansial dari awal perkuliahan sampai saat
ini kepada penulis dan memberikan dorongan semangat serta motivasi agar
penulisan skripsi ini cepat terselesaikan.
11.Sahabat dan juga patner kuliah Rachmad Iqbal, Vivin Ernawati, Sri Indriani,
dan Elis Hadi yang telah memberi dukungan semangat dan membantu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik ke arah perbaikan agar Skripsi ini
menjadi sempurna.
Akhir kata, semoga penelitian Skripsi ini dapat menjadi bermanfaat bagi
semua dan juga dapat menjadi masukan dan bandingan bagi teman-teman
mahasiswa-mahasiswi dan akademis.
Wassalamualaikum.wr.wb.
Surabaya, 6 April 2013
Penulis
KATA PE NGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah ... 8
1.2.1. Rumusan Masalah ... 8
1.2.2. Batasan Masalah ... 9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2.4. Sanksi Pajak ... 22
2.2.5. Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha atau Pekerjaan Bebas ... 24
2.3. Kerangka Pemikiran ... 26
2.3.1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 26
2.3.2. Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 27
2.3.3. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 29
2.3.4. Diagram Kerangka Pemikiran ... 31
2.4. Hipotesis ... 32
BAB III : METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33
3.1.1. Definisi Operasional ... 33
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 34
3.2. Populasi dan Sampel ... 38
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 40
3.4. Uji Kualitas Data ... 40
3.4.1. Uji Validitas ... 41
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 42
3.4.3. Uji Normalitas ... 42
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 43
3.5.1. Multikolineritas ... 43
3.5.2. Heteroskedastisitas ... 43
3.5.3. Autokolerasi ... 44
3.6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 44
3.7. Uji Hipotesis ... 45
3.7.1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ... 45
3.7.2. Uji Parsial (Uji t) ... 47
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 48
4.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Surabaya Mulyorejo ... 48
4.1.2. Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya Mulyorejo .. 52
Pajak (X1) ... 58
4.2.3. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Pelayanan Fiskus (X2) ... 59
4.2.4. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Sanksi Pajak (X3) 60 4.2.5. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan kegiatan Usaha Atau Pekerjaan Bebas (Y) ... 61
4.3. Uji Kualitas Data ... 62
4.3.1. Uji Validitas ... 62
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 66
4.3.3. Uji Normalitas ... 68
4.4. Uji Asumsi Klasik ... 69
4.4.1. Multikolinieritas ... 69
4.4.2. Heteroskedastisitas ... 70
4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
4.5.1. Persamaan Regresi ... 71
4.5.2. Koefisian Determinasi (R2) ... 73
4.6. Uji Hipotesis ... 74
4.7.2. Implikasi Penelitian ... 80
4.8. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian terdahulu 81 4.9. Keterbatasan Penelitian ... 84
BAB V : KESIMPUL AN DAN SARAN ... 85
5.1. Kesimpulan ... 85
5.2. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.1 Demografi Responden ... 57
Tabel 4.2 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1) 58 Tabel 4.3 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Pelayanan Fiskus (X2) ... 59
Tabel 4.4. Tabulasi Jawaban Responden Variabel Sanksi Pajak (X3) ... 60
Tabel 4.5 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 62 Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak (X1) ... 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pelayanan Fiskus (X2) ... 64
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Sanksi Pajak (X3) ... 65
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan Bebas (Y) ... 66
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas ... 67
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ... 68
Tabel 4.12 Hasil Nilai VIF (Variance Inflation Factor) ... 70
Tabel 4.13 Hasil Uji Rank Spearman ... 71
Tabel 4.14 Persamaan Regresi Linier Berganda ... 72
Tabel 4.15 Nilai Koefisien Determinasi (R2) ... 73
Tabel 4.16 Hasil Uji F ... 74
Tabel 4.17 Hasil Uji t ... 75
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 : Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Lampiran 4 : Uji Normalitas
Lampiran 5 : Multikolinieritas
Lampiran 6 : Heteroskedastisitas
Lampiran 7 : Analisis Regresi Linier Berganda dan Koefisien Determinasi (R2)
Lampiran 8 : Uji F dan Uji Parsial (Uji t)
Oleh
Rendy Ar dyansyah
ABSTRAK
Jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun semakin bertambah. Namun bertambahnya jumlah wajib pajak tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Masalah kepatuhan tersebut menjadi kendala dalam pemaksimalan penerimaan pajak. Penelitian ini mengkaji tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di Kota Surabaya dengan menggunakan beberapa variabel bebas seperti kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Populasi dalam penelitian ini adalah para wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjan bebas yang ada di Kota Surabaya. Berdasarkan data dari KPP Pratama Surabaya Mulyorejo, hingga akhir tahun 2012 terdapat 10.540 wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjan bebas. Tidak semua jumlah tersebut menjadi obyek dalam penelitian ini guna efisiensi waktu dan biaya. Oleh sebab itu dilakukan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Jumlah sampel ditentukan sebanyak 99 orang. Metode pengumpulan data primer yang dipakai adalah dengan wawancara dan observasi, sedangkan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sedangkan pelayanan fiskus tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Sesudah Reformasi Perpajakan Tahun 1983, Tesis Program Pasca Sarjana
Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Algifari (1997), Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi, BPFE, Yogyakarta.
A. Tony Prasetiantono (1994), Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia, Penerbit P.T.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bamber (1993), “Opportunities in Behavioral Accounting Research,” Behavioral
Reseach in Accounting, Vol. 5, p. 1 – 29.
B.M. Sitorus (2003), Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Badan, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Bruce, Donald (2002), “Taxes and Entrepreneural Endurance : Evidenece From the
Self-Employed,” National Tax Journal, Vol. LV No. 1, p. 5 – 24.
Deden Saefudin (2003), “Hukuman dan Penghargaan Untuk Wajib Pajak,” Berita
Pajak, No. 1492/Tahun XXXV, p. 24 – 28.
Direktorat Jenderal Perpajakan, Berita Pajak, No. 1488/Tahun XXXV/1 April 2003.
Feinstein, J.S. (1991), “An Econometrics Analysis of Income Tax Evasion and Its
Fraternesi (2001), Studi Empiris Tentang Pengaruh Faktor-faktor Yang Melekat Pada
Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
di Kota Bengkulu, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro.
Forest, Steven. M. (2002), “Complexity and Compliance : An Empirical
Investigation,” National Tax Journal, Vol. LV No. 1, p. 75 – 88.
Greene, William H. (1997), Econometric Analysis, Mac Millan Publishing Company,
New York.
Guerth, Werner dan Rupert Sausgruber (2004), “Tax Morale and Optimal Taxation,”
CESifo Working Paper, Presented at CESifo Venice Summer Institute.
Gujarati, D.N. (1995), Basic Econometric, 3rd Edition, McGraw Hill, Inc.
Gunawan Sumodiningrat (1996), Ekonometrika Pengantar, BPFE UGM, Yogyakarta.
Hair, Joseph F, Ralph E. Anderson, Ronald L. Tatham, dan William C. Black (1998),
Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc.
Harry Yusuf A. Laksana (2001), “Special Tax Investigation dan Implikasinya
Terhadap Etika Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya,” Berita Pajak, No. 1450/Tahun XXXIV, p. 47 – 48.
H. Muchtar Tumin (2001), “Akuntabilitas DJP di Mata Publik,” Berita Pajak, No.
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak bada Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak
Penghasilannya,” EKOBIS, Vol. 1 No. 1, p. 41 – 52.
La Midjan (1994), Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Pimpinan Puncak dan Kepala
Bagian Akuntansi Perusahaan Go Public, Tesis Program Pasca Sarjana
Magister Manajemen Universitas Padjajaran Bandung.
Lederman, Leandra (2004), “Tax Compliance and the Reformed IRS,” Working
Paper, George Mason University School of Law.
Lerche, Dietrich (1980), “Efficiency of Taxation in Indonesia,” BIES, Vol. 16 No. 1,
p. 34 – 51.
Miando Sahala H. Panggabean (2002), “Self Assessment, Fiskus dan Kepatuhan
Wajib Pajak,” Berita Pajak, No. 1462/Tahun XXXIV, p. 31 – 33.
M. Said (2003), “Fenomena Pajak,” Berita Pajak, No. 1488/Tahun XXXV, p. 21–26.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Lata r Belakang
Pajak dipandang bagian yang sangat penting dalam penerimaan
negara. Dilihat dari penerimaan negara, kondisi keuangan negara tidak lagi
semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih
berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara, dan
struktur penerimaan negara sudah bergeser dalam beberapa dasawarsa terakhir
ini. Hakekatnya pemungutan pajak oleh Negara merupakan wujud dari rasa
pengabdian, kewajiban dan partisipasi rakyat, yang dalam hal ini sebagai
wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakannya guna membiayai pengeluaran negara dan
pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk menggali
potensi sumber penerimaan pajak (Hendarsyah, 2009 : 1).
Menurut Soemitro (Mardiasmo, 2009 : 1), pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Berdasarkan definisi tersebut bisa dikatakan bahwa pajak tidak hanya
digunakan untuk membiaya tugas-tugas dan aktivitas kenegaraan pemerintah
mempunyai kaitan langsung dengan masyarakat seperti penyediaan fasilitas
umum. Dari definisi tersebut kita juga bisa menyimpulkan bahwa pajak
merupakan iuran yang sifatnya memaksa. Karena sifatnya yang memaksa
umumnya masyarakat akan berusaha untuk menghindarinya karena dirasa
menjadi suatu beban yang sifatnya rutinitas meskipun secara teori nantinya
pembayaran pajak dari rakyat ke kas negara akan digunakan untuk kemajuan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang artinya masyarakat yang membayar
pajak pun akan menikmati pajak yang telah disetorkan (Mardiasmo, 2009 : 1).
Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam
hal ini Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya strategis
untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui reformasi perpajakan dengan diberlakukannya self assessment
system [Muliari dan Setiawan, 2011 : 2].
Self Assessment System menuntut adanya peran serta aktif dari
masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Harahap, 2004 (dalam
Supadmi, 2010) menyatakan bahwa dianutnya sistem Self Assessment
membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga
masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance).
Kepatuhan memenuhi kewajiban pajak secara sukarela merupakan tulang
punggung dari Self Assessment System (Supadmi, 2010).
Menurut Setiawan (2010 : 6) ukuran tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Pemberitahuan (SPT) tahunan dan masa secara benar dan tepat waktu.
Semakin tinggi tingkat kebenaran dalam menghitung, memperhitungkan,
ketepatan menyetor dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara
benar dan tepat waktu, diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya.
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo, hingga
tahun 2012 terdapat sebanyak 65.794 wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang
terdaftar dan sebanyak 65.189 WPOP yang efektif. Namun hanya 30.559 SPT
yang telah diterima di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo,
hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pelaporan SPT Wajib Pajak
Orang Pribadi di wilayah kerja KPP Pratama Surabaya Mulyorejo yang
meliputi Kecamatan Tambaksari, Mulyorejo, Kenjeran dan Bulak sebesar
46,88%. Berdasarkan data yang ada pula dapat dilihat bahwa ternyata tingkat
kepatuhan pelaporan SPT Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama
Surabaya Mulyorejo dalam lima tahun terakhir sejak tahun 2008 tidak
mencapai 80%. Pada Tabel 1.1. berikut ini dapat dilihat tingkat kepatuhan
pelaporan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor
Tabel 1.1 : Jumlah WP Orang Pribadi yang menyampaikan SPT Tahunan
Sumber : Basis Data Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak
Berdasarkan Tabel 1.1. menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak orang
pribadi di wilayah kerja KPP Pratama Surabaya Mulyorejo dari tahun 2008 –
2010 terus mengalami peningkatan, tetapi jumlah wajib pajak yang
menyetorkan SPT dalam dua tahun terakhir justru mengalami penurunan. Hal
ini menunjukkan kurangnya kesadaran wajib pajak untuk memenuhi
kewajibannya yaitu menyampaikan atau melaporkan SPT.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak dalam
melaporkan dan membayar pajak terutangnya. Diantaranya yaitu kurangnya
kesadaran Wajib Pajak dalam melaporkan dan membayar pajak terutang
sehingga Wajib Pajak berusaha untuk membayar kewajiban pajaknya lebih
kecil dari yang seharusnya, yang kedua tentang pelayanan fiskus atau petugas
Pajak baik terpaksa atau tidak harus melaporkan dan membayar pajak
terutangnya.
Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan
negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
(Jatmiko, 2006). Menurut Suardika (dikutip dari Muliari dan Setiawan, 2010),
masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga negara dan harus
selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum
penyelenggaran negara. Penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko (2006)
menemukan bahwa kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh
Muliari dan Setiawan (2010) juga menemukan bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak
orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Denpasar Timur.
Pelayanan fiskus yang baik diharapkan mampu meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Dalam penelitian Supadmi (2010) disebutkan bahwa
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak.
Pelayanan fiskus yang baik akan memberikan kenyamanan bagi wajib pajak.
Keramahtamahan petugas pajak dan kemudahan dalam sistem informasi
perpajakan termasuk dalam pelayanan perpajakan tersebut. Penelitian Jatmiko
(2006) menemukan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif yang
Ketentuan umum dan tata cara peraturan perpajakan telah diatur dalam
Undang-Undang, tak terkecuali mengenai sanksi perpajakan. Sanksi
diperlukan untuk memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak. Dengan
demikian, diharapkan agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh para wajib
pajak. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan bila memandang
bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (dalam Supadmi, 2010) menemukan
bahwa persepsi wajib pajak tentang sanksi perpajakan memiliki pengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian Yadnyana (2009)
dalam Muliari dan Setiawan (2010) menemukan bahwa sanksi pajak memiliki
pengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak.
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas wajib mengisi SPT Tahunan Form 1770. Wajib pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas adalah orang
pribadi yang menyelenggarakan kegiatan usaha dan tidak terikat oleh suatu
ikatan dengan pemberi kerja. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha menjalankan usaha seperti usaha dagang, jasa, industri, dan
lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan pekerjaan bebas yaitu pekerjaan
yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai
usaha untuk memperoleh penghasilan dan tidak terikat oleh suatu ikatan
dengan pemberi kerja. Contoh pekerjaan bebas yaitu praktek pribadi sebagai
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas lebih rentan terhadap pelanggaran pajak daripada wajib pajak
orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Hal
tersebut dikarenakan mereka melakukan pembukuan atau pencatatan sendiri
atas usaha mereka. Pembukuan atau pencatatan yang dilakukan dapat
dilaksanakan sendiri maupun mempekerjakan orang yang ahli dalam
akuntansi. Namun kebanyakan dari pelaku kegiatan usaha dan pekerjaan
bebas tersebut beranggapan bahwa akan kurang efisien apabila
mempekerjakan orang untuk melakukan pembukuan atau pencatatan, terutama
dalam hal biaya. Dengan demikian, yang bersangkutan lebih memilih untuk
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan sendiri, sehingga
menimbulkan kemungkinan kesalahan maupun ketidakjujuran dalam
pelaporan pajaknya.
Objek dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di kota Surabaya. Dalam Wikipedia, dijelaskan bahwa Surabaya merupakan kota terbesar kedua di
Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang
mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan,
industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur (www.wikipedia.com).
Berdasarkan latar belakang diatas, memberikan motivasi untuk
dilakukannya penelitian mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi
Kesadar an Wa jib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Ter ha dap
Kepatuhan Wa jib Pajak Ora ng Pr iba di yang Melakukan Kegiatan Usaha
a ta u Peker jaan Beba s Pada Ka ntor Pelayanan Pa ja k Pratama Sur abaya Mulyorejo.“
1.2. Rumusa n dan Ba tasan Masalah
1.2.1. Rumusa n Masa lah
Penelitian yang dilakukan adalah mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sangat diperlukan. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan masalah “faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas?”. Variabel-variabel yang diperkirakan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib
pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
adalah kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
2. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo?
3. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo?
1.2.2. Batasa n Masalah
Pembatasan masalah yang dikaji merupakan salah satu aspek yang
penting dalam penulisan penelitian ini. Pembatasan masalah dimaksudkan
untuk menghindari adanya tumpang tindih pembicaraan diluar sasaran yang
akan dicapai. Melalui pembatasan masalah ini, penulis akan memberikan
batasan tentang ruang lingkup yang akan dikaji.
Dalam pembahasan penelitian ini, penulis akan membahas pengaruh
kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo.
1.3. Tujuan dan Manfa at Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.
b. Untuk menganalisis pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.
c. Untuk menganalisis pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.
1.3.2. Ma nfa at Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya maupun yang secara langsung terkait di dalamnya. Adapun
manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademik
Sebagai bahan referensi lebih lanjut dalam hal yang berkaitan dengan
kepatuhan wajib pajak. Selain itu juga menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai hal tersebut, serta diperolehnya manfaat dari
pengalaman penelitian.
b. Manfaat Praktis
Sebagai kontribusi dalam usaha peningkatan kepatuhan wajib pajak
pajak yang dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak, pelayanan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Ter dahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ni Ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan (2010)
a. Judul
“Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib
Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.”
b. Rumusan Masalah
1) Apakah Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Berpengaruh Pada
Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur?
2) Apakah Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Pada Kepatuhan
Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Denpasar Timur?
c. Hipotesis
1) Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Berpengaruh Pada Kepatuhan
Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak
2) Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Pada Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Denpasar Timur
d. Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis bahwa :
1) Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Berpengaruh Pada Kepatuhan
Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Denpasar Timur, teruji kebenarannya.
2) Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Pada Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Denpasar Timur, teruji kebenarannya.
2. Fery Dwi Prasetyo (2006)
a. Judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilik Usaha Kecil
Menengah Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan Di Daerah
Yogyakarta.”
b. Rumusan Masalah
Dalam Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilik Usaha
Kecil Menengah Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan Di Daerah
Yogyakarta, variabel bebas yang digunakan adalah pengetahuan wajib
perpajakan, manfaat pajak yang dirasakan wajib pajak, dan sifat
optimis wajib pajak terhadap pajak.
c. Hipotesis
Diduga pengetahuan wajib pajak tentang pajak, pemahaman wajib
pajak terhadap peraturan perpajakan, manfaat pajak yang dirasakan
wajib pajak, dan sifat optimis wajib pajak terhadap pajak berpengaruh
terhadap pelaporan kewajiban perpajakan.
d. Kesimpulan
Bahwa secara bersama-sama pengetahuan wajib pajak tentang pajak,
pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, manfaat pajak
yang dirasakan wajib pajak, dan sifat optimis wajib pajak yang
tersalurkan akan menyebabkan pelaporan kewajiban perpajakan di
daerah Yogyakarta cenderung meningkat
3. Munari (2005)
a. Judul
“Pengaruh Faktor Tax Payer Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Penghasilan (Studi Kasus KPP Batu, Malang).”
b. Rumusan Masalah
Apakah Kesadaran Perpajakan WP, Pendapat WP Tentang Berat
Tidaknya Beban PPh, Persepsi WP Tentang Pelaksanaan Sanksi
Pribadi berpengaruh terhadap Penerimaan PPh Kelurahan Sisir,
Kecamatan Batu, Malang.
c. Hipotesis
1) Diduga Kesadaran Perpajakan WP, Pendapat WP Tentang Berat
Tidaknya Beban PPh, Persepsi WP Tentang Pelaksanaan Sanksi
Denda PPh, Tax Avoidance WP Yang Melekat Pada WP Orang
Pribadi berpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan PPh
Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Malang.
2) Diduga Kesadaran Perpajakan WP, Pendapat WP Tentang Berat
Tidaknya Beban PPh, Persepsi WP Tentang Pelaksanaan Sanksi
Denda PPh, Tax Avoidance WP Yang Melekat Pada WP Orang
Pribadi berpengaruh secara simultan terhadap Penerimaan PPh
Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Malang.
d. Kesimpulan
1) Hipotesis pertama yang diajukan yakni diduga Kesadaran
Perpajakan WP, Pendapat WP Tentang Berat Tidaknya Beban
PPh, Persepsi WP Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PPh, Tax
Avoidance WP Yang Melekat Pada WP Orang Pribadi
berpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan PPh Kelurahan
Sisir, Kecamatan Batu dapat teruji kebenarannya.
2) Hipotesis kedua yang diajukan yakni diduga Kesadaran Perpajakan
WP Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PPh, Tax Avoidance WP
Yang Melekat Pada WP Orang Pribadi berpengaruh secara
simultan terhadap Penerimaan PPh Kelurahan Sisir, Kecamatan
Batu dapat teruji kebenarannya.
3) Baik secara parsial maupun simultan Kesadaran Perpajakan WP,
Pendapat WP Tentang Berat Tidaknya Beban PPh, Persepsi WP
Tentang Pelaksanaan Sanksi Denda PPh, Tax Avoidance WP Yang
Melekat Pada WP Orang Pribadi berpengaruh terhadap
Penerimaan PPh Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Malang.
2.2. Landaan Teor i
2.2.1. Kepatuha n Wajib Pajak
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk
atau patuh pada ajaran atau aturan. Sedangkan menurut Gibson (1991) dalam
Agus Budiatmanto (1999) sebagaimana yang dikutip oleh Jatmiko (2006),
kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Dalam pajak, aturan
yang berlaku adalah Undang-undang Perpajakan. Jadi, kepatuhan pajak
merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap
peraturan atau Undang-undang Perpajakan.
Menurut Simon James et al (n.d.) yang dikutip oleh Gunadi (2005),
kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang
berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan
ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Nurmantu, 2003 (dalam Santoso, 2008) mendefinisikan kepatuhan perpajakan
sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Kepatuhan yang dikatakan oleh Norman D. Nowak merupakan “suatu
iklim” kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang
tercermin dalam situasi (Devano, 2006 dalam Supadmi, 2009) sebagai
berikut:
a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Muliari dan Setiawan (2010) menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak
patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000 wajib
pajak patuh adalah sebagai berikut:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam
dua tahun terakhir.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal
terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling
banyak lima persen.
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit
oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak memengaruhi laba rugi
fiskal.
2.2.2. Kesadara n Wa jib Pajak
Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia untuk memahami
realitas dan bagaimana mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas.
Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa kesadaran adalah keadaan mengetahui
atau mengerti. Irianto (2005) dalam Widayati dan Nurlis (2010) menguraikan
beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak
untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk
partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini,
wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari
Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau
membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial
yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga,
kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat
dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap
warga negara.
Dalam Jatmiko (2006), Soemarso (1998) menyatakan bahwa
kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu
sebab banyaknya potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Masih dalam
Jatmiko (2006), Larche (1980) juga mengemukakan bahwa kesadaran
perpajakan seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak
dari masyarakat. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi
kesadaraan perpajakan wajib pajak maka akan makin tinggi tingkat kepatuhan
wajib pajak (Suyatmin, 2004 dalam Jatmiko, 2006).
2.2.3. Pelayanan Fiskus
Pelayanan adalah cara melayani (membantu, mengurus atau
menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara itu,
sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini adalah wajib
pajak (Jatmiko, 2006).
Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak dengan menyapa masyarakat
agar menyampaikan SPT tepat waktu, termasuk penyuluhan secara kontinyu
melalui berbagai media, serta pawai peduli NPWP di jalan, patut untuk dipuji.
Dengan penyuluhan secara terus-menerus kepada masyarakat agar
mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan pajak, diharapkan
tujuan penerimaan pajak bisa berhasil.
Ilyas dan Burton (2010) menjelaskan bahwa meskipun kampanye dan
penyuluhan perpajakan telah dilaksanakan Dirjen Pajak, cara yang dirasa
paling baik untuk bisa mengubah sikap masyarakat yang masih kontra dan
belum memahami pentingnya membayar pajak, dan akhirnya mau
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah melalui pelayanan. Masih
dalam Ilyas dan Burton (2010), dijelaskan bahwa sikap atau pelayanan fiskus
yang baiklah yang harus diberikan kepada seluruh wajib pajak, karena dalam
membayar pajak seseorang tidak mempunyai kontraprestasi yang langsung.
Jika dalam dunia perdagangan ada ungkapan “Pembeli adalah Raja”, maka
ungkapan “Wajib Pajak adalah Raja” juga perlu dimasyarakatkan, sehingga
wajib pajak bersemangat dalam membayar pajak.
Dalam hal untuk mengetahui bagaimana pelayanan terbaik yang
pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai fiskus. Kewajiban fiskus
yang diatur dalam UU Perpajakan adalah:
1. Kewajiban untuk membina wajib pajak
2. Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
3. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak
4. Kewajiban melaksanakan Putusan
Sementara itu, terdapat pula hak-hak fiskus yang diatur dalam UU
Perpajakan, antara lain:
1. Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan
2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak
3. Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
4. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan
5. Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi
6. Hak melakukan penyidikan
7. Hak melakukan pencegahan
8. Hak melakukan penyanderaan
Beberapa penelitian sebelumnya juga telah menjelaskan mengenai
pentingnya pelayanan fiskus. Karanta et al, 2000 (dalam Suryadi, 2006)
menekankan pada pentingnya kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam
memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Forest dan Sheffrin (2002) yang
dikutip oleh Suryadi (2006) meneliti pentingnya sistem perpajakan yang
berpengaruh pada ketidakpatuhan wajib pajak, meskipun sistem perpajakan
yang sederhana juga tidak menjamin wajib pajak akan patuh (Suryadi, 2006).
2.2.4. Sanksi Pa jak
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan
rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang
harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan
agar peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan
jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma
perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan
(Mardiasmo, 2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2010).
Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator
(Yadnyana, 2009 dalam Muliari dan Setiawan, 2010) sebagai berikut.
a. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.
b. Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat
ringan.
c. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana mendidik
wajib pajak.
d. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.
Selama ini ada anggapan umum dalam masyarakat bahwa akan
dikenakan sanksi perpajakan hanya bila tidak membayar pajak. Padahal,
dalam kenyataannya banyak hal yang membuat masyarakat atau wajib pajak
terkena sanksi perpajakan, baik itu berupa sanksi administrasi (bunga, denda,
dan kenaikan) maupun sanksi pidana. Secara konvensional, terdapat dua
macam sanksi yaitu sanksi positif dan sanksi negatif. Sanksi positif
merupakan suatu imbalan, sedangkan sanksi negatif merupakan suatu
hukuman (Soekanto, 1988 dalam Ilyas dan Burton, 2010). Namun pemberian
imbalan apabila wajib pajak patuh dan telah memasukan Surat Pemberitahuan
tepat pada waktunya belum diperhatikan. Saat ini Dirjen Pajak masih berfokus
pada pemberian sanksi negatif dalam menuntut wajib pajak agar patuh
terhadap peraturan perpajakan. Apabila dikaitkan dengan UU Perpajakan yang
berlaku, menurut Ilyas dan Burton (2010) terdapat empat hal yang diharapkan
atau dituntut dari para wajib pajak, yaitu:
1. Dituntut kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak yang
dilaksanakan dengan kesadaran penuh
2. Dituntut tanggung jawab (responsibility) wajib pajak dalam
menyampaikan atau memasukan Surat Pemberitahuan tepat waktu sesuai
Pasal 3 Undang-undang Nomor 6/1983
3. Dituntut kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi Surat
4. Memberikan sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada wajib
pajak yang tidak taat pada ketentuan yang berlaku.
Dari keempat hal di atas, paling efektif menurut Ilyas dan Burton
(2010) adalah dengan menerapkan sanksi (law enforcement) tanpa pandang
bulu dan dilaksanakan secara konsekuen. Dalam Undang-Undang Perpajakan
pasal 7 (1) disebutkan bahwa denda administrasi sebesar Rp100.000,00 per
SPT bila wajib pajak orang pribadi tidak memasukan Surat Pemberitahuan
atau terlambat memasukannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
2.2.5. Wa jib Pa ja k Or ang Pr ibadi Yang Mela kukan Kegiatan Usaha atau
Peker jaan Bebas
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas adalah mereka yang menyelenggarakan kegiatan usaha dan
tidak terikat oleh suatu ikatan dengan pemberi kerja. Definisi menjalankan
kegiatan usaha yang dimaksud adalah usaha apapun di berbagai bidang, baik
pertanian, industri, perdagangan, maupun yang lainnya. Sedangkan pekerjaan
bebas umumnya terkait dengan keahlian atau profesi yang dijalankan sendiri
oleh tenaga ahli yang bersangkutan antara lain: pengacara, akuntan, konsultan,
notaris, atau dokter. Maksudnya, pelaku pekerjaan bebas tersebut membuka
praktek sendiri dengan nama sendiri. Jika yang bersangkutan hanya bekerja
Publik, maka yang bersangkutan tidak termasuk wajib pajak orang pribadi
yang menjalankan pekerjaan bebas.
Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas di Indonesia harus mengadakan pembukuan yang dapat
menyajikan keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung
Penghasilan Kena Pajak atau harga perolehan atau penyerahan barang-barang
atau jasa, guna penghitungan jumlah pajak yang terhutang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Bagi wajib pajak yang
karena kemampuannya belum memadai, dimungkinkan untuk dibebaskan dari
kewajiban mengadakan pembukuan, dalam arti bahwa sepanjang kemampuan
untuk mengadakan pembukuan belum dimiiki, wajib pajak dibenarkan untuk
hanya membuat catatan-catatan yang merupakan pembukuan sederhana yang
memuat data-data pokok yang dapat dipakai untuk melakukan penghitungan
pajak yang terhutang bagi wajib pajak yang bersangkutan (Proyek
Pengembangan Pendidikan Akuntansi, 1991).
Menurut data Dirjen Pajak, wajib pajak orang pribadi umumnya tidak
membuat pembukuan atas harta yang dimilikinya. Wajib pajak orang pribadi
juga kerap tidak melakukan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran atas
harta tersebut. Berdasarkan catatan aparat pajak, para wajib pajak orang
pribadi umumnya juga melakukan transaksi secara tunai. Oleh karena itu,
banyak transaksi maupun investasi yang sebenarnya terjadi tapi tidak tercatat
pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas ini
dirasa menarik untuk dilakukan.
2.3. Kera ngka Pemikir an
2.3.1. Pengar uh Kesa dar an Wajib Pa jak Ter hada p Kepatuhan Wa jib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak
mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan
benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka
pamahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga
dapat meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2010). Kesadaran
wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).
Sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem perpajakan yang baru,
wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan kegotongroyongan
nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar,
melaporkan sendiri pajak yang terutang. Besarnya pajak dihitung sendiri oleh
wajib pajak, kemudian membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. Dengan sistem
perpajakan yang baru diharapkan akan tercipta unsur keadilan dan kebenaran
mengingat pada wajib pajak yang bersangkutanlah yang sebenarnya
Munari (2005) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Soemarso (1998) dalam Jatmiko (2006)
mengemukakan bahwa kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah
seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak yang tidak dapat
dijaring. Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).
Soemarso (1998) menyatakan bahwa kesadaran perpajakan
masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya
potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Lerche (1980) juga mengemukakan
bahwa kesadaran perpajakan seringkali menjadi kendala dalam masalah
pengumpulan pajak dari masyarakat. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan
amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris
juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak
maka makin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak (Suyatmin, 2004).
2.3.2. Pengar uh Pelaya nan Fiskus Ter ha dap Kepatuhan Wa jib Pajak
Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau
menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu
fiskus adalah petugas pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan
sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan seseorang (dalam hal ini adalah wajib
Tingkat keberhasilan penerimaan pajak selain dipengaruhi oleh tax
payer juga dipengaruhi oleh tax policy, tax administration dan tax law (A.
Tony Prastiantono (1994). Tiga faktor terakhir ini melekat dan dikendalikan
oleh fiskus itu sendiri, sedangkan faktor tax payer didominasi dari dalam diri
wajib pajak itu sendiri. Petugas pajak (fiskus) dalam melaksanakan tugasnya
melayani masyarakat atau wajib pajak sangat dipengaruhi oleh adanya tax
policy, tax administration dan tax law.
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak
tergantung pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang
terbaik kepada wajib pajak (Jatmiko, 2006). Karanta et al, 2000 (dalam
Suryadi, 2006) menekankan pada pentingnya kualitas aparat (SDM)
perpajakan dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak.
Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi
pajak dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus juga harus
memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik (Ilyas dan Burton,
2010).
Fiskus yang bertanggung jawab dan mendayagunakan SDM sangat
dibutuhkan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris hal ini
telah dibuktikan oleh Loekman Sutrisno (1994) yang menemukan bahwa
terdapat hubungan antara pembayaran pajak dengan mutu pelayanan publik
Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan petugas
pajak (fiskus) diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak di
dalam membayar pajak. Oleh karena itu, pelayanan fiskus akan digunakan
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Beberapa temuan empiris seperti
penelitian Sulud Kahono (2003) dan Suyatmin (2004) menunjukkan bahwa
sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2.3.3. Pengar uh Sanksi Pajak Ter hadap Kepa tuhan Wajib Pa ja k
Sanksi pajak adalah untuk mendukung agar wajib pajak mematuhi
peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan berdasarkan
persepsi wajib pajak tentang seberapa kuat sanksi pajak mampu mendukung
perilaku wajib pajak untuk taat pajak.
Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan
kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh
masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus
ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak
(Suyatmin, 2004). Deden Saefudin (2003) mengemukakan bahwa
undang-undang pajak dan peraturan pelaksanaannya tidak memuat jenis penghargaan
bagi WP yang taat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan baik berupa
prioritas untuk mendapatkan pelayanan publik ataupun piagam penghargaan.
melaksanakan kewajiban perpajakan, WP akan dikenakan banyak hukuman
apabila alfa atau sengaja tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Sanksi pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk
melanggar Undang-undang Perpajakan. Wajib pajak akan mematuhi
pembayaran pajaknya bila memandang bahwa sanksi akan lebih banyak
merugikannya (Jatmiko, 2006). Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)
akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan
alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan
(Mardiasmo, 2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2010).
Dalam Undang-Undang Perpajakan pasal 7 (1) disebutkan bahwa
denda administrasi sebesar Rp100.000,00 per SPT bila wajib pajak orang
pribadi tidak memasukan Surat Pemberitahuan atau terlambat memasukannya
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
WP akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda
akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang
harus dibayar WP, maka akan semakin berat bagi WP untuk melunasinya.
Oleh sebab itu sanksi pajak diduga akan berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan WP dalam membayar pajak. Hal ini sangat relevan jika digunakan
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Beberapa bukti empiris seperti
(2003) telah menunjukkan bahwa sanksi berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2.3.4. Diagra m Ker angka Pemikira n
Berdasarkan teori-teori serta penelitian terdahulu yang telah dijelaskan
diatas, maka dapat dibuat suatu Diagram Kerangka Pemikiran sebagai berikut:
Pengar uh kesa dar an wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sa nksi pajak
ter hadap kepatuha n wajib pa jak orang pr iba di yang melakukan kegiatan
usa ha atau peker jaan bebas.
Gamba r 2.1.
Diagr am ker angka Pemikira n
KESADARAN WAJIB PAJAK
(X1)
PELAYANAN FISKUS (X2)
SANKSI PAJAK (X3)
KEPATUHAN W AJIB PAJAK (Y)
2.4. Hipotesis
H1 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H2 : Pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel
3.1.1. Definisi Oper asional
Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan pada Bab I dan
hipotesis yang telah diajukan pada Bab II maka variabel dalam penelitian ini
ada 2 jenis, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu
kepatuhan wajib pajak (Y), sedangkan variabel bebas terdiri dari 3, yaitu
kesadaran Wajib Pajak ( ), pelayanan fiskus ( ), dan sanksi pajak ( ).
Sedangkan
1. Var iabel Ter ikat
Kepatuhan Wajib Pajak
kepatuhan wajib pajak, merupakan kesediaan wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa
perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun
2. Var iabel Bebas
1. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak merupakan kondisi dimana wajib pajak
mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan
dengan benar dan sukarela.
2. Pelayanan Fiskus
Pelayanan fiskus merupakan cara petugas pajak dalam membantu,
mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan
seseorang yang dalam hal ini adalah wajib pajak.
3. Sanksi Pajak
Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. Dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan.
3.1.2. Pengukur an Var iabel
1. Pengukur an Var iabel Ter ikat
Variabel ini diperoleh dengan kuesioner. Pengukuran variabel (Y)
kepatuhan wajib pajak menggunakan skala interval dengan teknik
Keterangan :
1. = Sangat Tidak Setuju
2. = Tidak Setuju
3. = Netral (Tidak Memberikan Pendapat)
4. = Setuju
5. = Sangat Setuju
Pada variabel ini instrumen yang akan digunakan merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Jatmiko (2006). Variabel ini diukur dengan 4 (empat) pertanyaan.
Indikator untuk variabel ini adalah :
1. Secara umum dapat dikatakan bahwa Bapak/Ibu paham dan berusaha
memahami UU Perpajakan
2. Bapak/Ibu selalu mengisi formulir pajak dengan benar
3. Bapak/Ibu selalu menghitung pajak dengan benar
4. Bapak/Ibu selalu membayar pajak tepat waktu
2. Pengukur an Var iabel Bebas
Pengukuran variabel bebas menggunakan skala interval dengan teknik
pengukuran skala Likert 5 poin dengan pola sebagai berikut :
Keterangan :
1. = Sangat Tidak Setuju
2. = Tidak Setuju
3. = Netral (Tidak Memberikan Pendapat)
4. = Setuju
5. = Sangat Setuju
Dalam mengukur variabel bebas pertama ( ) yaitu kesadaran wajib
pajak, instrumen yang akan digunakan merupakan pengembangan dan
modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Jatmiko (2006)
dan Munari (2005). Variabel ini diukur dengan 4 (empat) pertanyaan.
Indikator untuk variabel ini adalah :
1. Pajak adalah iuran rakyat untuk pembangunan sarana dan prasarana umum
2. Pajak adalah iuran rakyat yang digunakan untuk pembiayaan pelaksanaan
fungsi dan tugas pemerintah
3. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar
4. Pajak harus kita bayar karena pajak merupakan kewajiban kita sebagai
warga negara
Dalam mengukur variabel bebas kedua ( ) yaitu pelayanan fiskus,
instrumen yang akan digunakan merupakan pengembangan dan modifikasi
dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Jatmiko (2006). Variabel ini
diukur dengan 4 (empat) pertanyaan. Indikator untuk variabel ini adalah :
1. Petugas pajak telah memberikan pelayanan pajak dengan baik
2. Bapak/Ibu merasa bahwa penyuluhan yang dilakukan oleh petugas pajak
dapat membantu pemahaman Bapak/Ibu mengenai hak dan kewajiban
selaku wajib pajak
3. Petugas pajak senantiasa memperhatikan keberatan Wajib Pajak atas pajak
yang dikenakan
4. Cara membayar dan melunasi pajak adalah mudah/efisien
Dalam mengukur variabel bebas ketiga ( ) yaitu sanksi pajak,
instrumen yang akan digunakan merupakan pengembangan dan modifikasi
dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Munari (2005). Variabel ini
diukur dengan 4 (empat) pertanyaan. Indikator untuk variabel ini adalah :
1. Sanksi pajak sangat diperlukan agar tercipta kedisiplinan Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan
2. Pengenaan sanksi harus dilaksanakan dengan tegas kepada semua Wajib
Pajak yang melakukan pelanggaran
3. Sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak harus sesuai dengan besar
kecilnya pelanggaran yang sudah dilakukan
4. Penerapan sanksi pajak harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Suyono dalam
Prasetyo, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
terdaftar di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo. Jumlah populasi dalam
penelitian ini yaitu 10.540 wajib pajak.
3.2.2. Sampel
Penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
berikut (Muliari dan Setiawan, 2010):
n = N
1 + N (e) ²
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam
Berdasarkan data dari KPP Pratama Surabaya Mulyorejo, hingga akhir
2012, tercatat sebanyak 10.540 wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang efektif. Oleh karena itu jumlah
sampel dalam penelitian dengan margin of eror sebesar 10% adalah:
n = 10.540
1 + 10.540 ( 0,1) ²
n = 99,06
n = 99
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Teknik yang akan digunakan dalam penentuan sampel adalah
menggunakan accidental sampling yaitu membagikan kuisioner secara acak
kepada wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang secara kebetulan berada di KPP Surabaya Mulyorejo.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer. Data
primer yaitu merupakan data yang bersumber dari pendapat serta tanggapan
para responden atas beberapa daftar pertanyaan yang akan tertera dalam
wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang berada di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.
3.3.2. Metode Pengumpula n Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan cara :
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan atau
kuisioner yang telah disiapkan dan diberikan secara langsung kepada
responden untuk mendapatkan data yang diperlukan.
2. Observasi
Pengumpulan data melalui pengamatan objek secara langsung dan
mencatat segala data yang diperlukan dan berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
3. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
3.4. Uji Kualitas Data
Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data, yaitu uji validitas dan
menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang
valid.
3.4.1. Uji Va lidita s
Menurut Sumarsono (2004:31) uji validitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana alat pengukuran itu (kuisioner) sesuai dengan apa
yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh, masing-masing butir pertanyaan
dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan.
Apabila korelasi antara skor masing-masing pertanyaan signifikan, maka
dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas.
Menurut Ghozali (2006:49) uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Dan kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika nilai-nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5% berarti pernyataan
valid.
b. Jika nilai-nilai probabilitasnya lebih besar dari 5% berarti pernyataan tidak
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu.
Hasil kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,60.
Dengan kriteria pengujian sebagi berikut :
a. Jika nilai alpha > 0,60 berarti pertanyaan reliabel
b. Jika nilai alpha < 0,60 berarti pertanyaan tidak reliabel
3.4.3. Uji Nor malitas
Menurut Sumarsono (2004;40) uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk
mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan
dengan metode Kolmogrov Smirnov. Dasar pengambilan keputusannya
adalah sebagai berikut :
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti data tersebut berdistribusi normal