ABSTRAK
Rahmi, Siti. (2014). 1107166. Pengembangan Model Media Pembelajaran Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Informasional Bahasa Inggris Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam. Disertasi, Program Studi Pengembangan Kurikulum. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Promotor : Prof. Dr. As‟ari Djohar, M.Pd. Kopromotor : Prof. Dr. Munir, M.I.T.
Anggota : Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, M.A.
ABSTRACT
Rahmi, Siti. (2014). 1107166. Developing Model of Computer Based Learning Media to
Increase English Informational Literacy Student’s Ability at Islamic Higher Education. Dissertation, Study Program of Curriculum Development. Indonesia University of Education.
Bandung.
Promoter : Prof. Dr. H. As‟ari Djohar, M.Pd. Co-Promoter : Prof. Dr. Munir, M.I.T.
Associate : Prof. Dr. A. Chaedar Alwasilah, M.A.
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR HAK CIPTA ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi danPembatasan Masalah ... 11
1. Identifikasi Masalah ... 11
2. Pembatasan Masalah ... 11
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 12
1. Rumusan Masalah ... 12
2. Pertanyaan Penelitian ... 13
D. Tujuan Penelitian ... 13
E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 14
F. Struktur Organisasi Disertasi ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Integrasi Media Pembelajaran dalam Studi Kurikulum ... 17
1. Hakikat Kurikulum ... 17
2. Hakikat Media Pembelajaran ... 19
3. Jenis dan Fungsi Media ... 22
B. Pembelajaran Bahasa BerbasisKomputer ... 25
1. Hakikat Pembelajaran ... 25
2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Komputer ... 27
3. Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer ... 31
C. Kemampuan Literasi Bahasa Inggris ... 41
1. Hakikat Literasi ... 41
2. Tingkatan Literasi ... 49
3. Literasi dan Membaca Pemahaman ... 55
4. Menilai Kemampuan Literasi melalui Membaca ... 63
D. Kajian Riset Terdahulu ... 70
E. Kerangka Pikir Penelitian ... 73
A. Metode dan Desain Penelitian ... 76
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 79
C. Definisi Operasional... 79
D. Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian ... 79
1. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen ... 80
2. Instrumen Penelitian... 81
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 81
F. Hasil Studi Awal pada PTAIN ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Hasil Penelitian ... 90
1. Kondisi Perkuliahan Bahasa Inggris di PTAI (Kasus IAIN Mataram) ... 90
a. Profil IAIN Mataram ... 91
b. Kurikulum dan Implementasi Kurikulum Bahasa Inggris ... 94
c. Kualifikasi Pendidikan Dosen ... 102
d. Karakteristik Mahasiswa ... 103
e. Evaluasi Buku -Bahan Ajar ... 106
f. Pembelajaran Bahasa Inggris dan Media Pembelajaran pada Studi Pendahuluan ... 107
g. Analisis Kebutuhan Belajar Mahasiswa ... 114
h. Rasionalitas Pengembangan Model ... 122
2. Model Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 129
a. Desain Model Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 129
b. Model Pengembangan Media Pembelajaran (Software dan Hardware) ... 139
c. Materi Pembelajaran Bahasa Inggris ... 166
d. Penilaian (Judgment) dan Masukan Ahli ... 167
e. Revisi Model Awal Media ... 176
f. Model Draft II Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 183
g. Model Draft III Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 185
h. Deskripsi Data Ujicoba ... 189
1). Ujicoba Terbatas ... 189
2). Ujicoba Kelompok ... 192
3). Ujicoba Lapangan ... 200
3. Kelebihan dan Keterbatasan Model ... 219
a.Kelebihan ModelMedia Pembelajaran ... 219
b.Keterbatasan Model Media Pembelajaran ... 223
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 224
1. Kondisi Pembelajaran Bahasa Inggris di IAIN Mataram ... 225
a. Kurikulum Bahasa Inggris... 225
b. Relevansi Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa Inggris ... 228
c. Kualifikasi Dosen ... 233
d. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Media ... 234
a. Model Media Produk Pengembangan ... 238
b. Efektivitas Model Media Pembelajaran ... 254
3.Afirmasi Kelebihan dan Keterbatasan Model ... 259
a. Kelebihan Model ... 260
b. Keterbatasan Model... 264
BABVSIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 267
B. Saran ... 268
DAFTAR PUSTAKA ... 270
RIWAYAT PENULIS ... 282
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1. PISA 2012 Reading Literacy Results ... 7
1.2. Pencapaian Tingkat Literasi Membaca Siswa Indonesia... 8
2.1 Model dalam Menyusun Pertanyaan untuk Menjaring Informasi tentang Minat Responden terhadap Bahan Bacaan ... 64
2.2 Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan pada Kegiatan Membaca ... 64
3.1 Pedoman dan Kriteria Pengambilan Keputusan Skala 5 ... 82
3.2 Data Nilai Mahasiswa Fakultas Dakwah pada Mata Kuliah Bahasa Inggris Matrikulasi I TA. 2012/2013 ... 85
4.1 Fakultas dan Program Studi di IAIN Mataram ... 94
4.2 Posisi Bahasa Inggris pada Kurikulum IAIN Mataram ... 95
4.3 Silabus Perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram ... 98
4.4 Kriteria Penilaian dalam Perkuliahan Bahasa Inggris ... 101
4.5 Latar Belakang Pendidikan Dosen Bahasa Inggris IAIN Mataram ... 103
4.6 Latar Belakang Responden (Mahasiswa) ... 105
4.7 Persentase Jawaban Mahasiswa pada Studi Pendahuluan ... 108
4.8 Persentase Jawaban Dosen pada Studi Pendahuluan ... 112
4.9 Jumlah Responden pada Kegiatan Analisis Kebutuhan Belajar Mahasiswa ... 115
4.10 Respon Analisis Kebutuhan Belajar Mahasiswa ... 115
4.11 Model KonseptualMedia Pembelajaran Berbasis Komputer ... 130
4.12 Storyboard Media Pembelajaran Berbasis Komputer... 143
4.13 Materi Pembelajaran dalam Media Pembelajaran ... 166
4.14 Desain Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Pembelajaran ... 167
4.15 Uji Software Media... 170
4.16 Pedoman dan Kriteria Pengambilan Keputusan Skala 5 ... 172
4.17 Hasil Penilaian Ahli Media melalui Angket ... 172
4.18 Uji Rancangan Pembelajaran ... 174
4.19 Hasil Penilaian Ahli Pembelajaran melalui Angket ... 175
4.20 Revisi Media Awal ... 178
4.21 Ujicoba Terbatas Tahap 1 ... 189
4.22 Ujicoba Terbatas Tahap 2 ... 190
4.23 Ujicoba Terbatas Tahap 3 ... 191
4.24 Rata-rata Hasil Ujicoba Terbatas Tahap 1-3 ... 191
4.25 Rata-rata Hasil Ujicoba Terbatas pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 192
4.26 Ujicoba Kelompok Tahap 1 ... 192
4.27 Ujicoba Kelompok Tahap 2 ... 195
4.28 Ujicoba Kelompok Tahap 3 ... 198
4.29 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok Tahap 1-3 ... 198
4.30 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 199
4.31 Uji Lapangan Tahap I ... ... 200
4.32 Uji Lapangan Tahap 2 ... 203
4.33 Uji Lapangan Tahap 3 ... 205
4.35 Rata-rata Hasil Ujicoba Lapangan pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 209
4.36 Data Ujicoba Lapangan Tahap 1-3 ... 210
4.37 Data Uji 1 dan Uji 2 ... 210
4.38 NPar Test Descriptive Statistics Uji 1 dan 2 ... 212
4.39 Wilcoxon Signed Rank Uji 1 dan Uji 2 ... 212
4.40 Test Statistics (b) Uji 1 dan Uji 2 ... 213
4.41 Data Uji 2 dan Uji 3 ... 213
4.42 Npar Test Descriptive Statistics pada Uji 2 dan Uji 3 ... 214
4.43 Wilcoxon Signed Rank Test Uji 2 dan Uji 3 ... 214
4.44 Test Statistics pada Uji 2 dan Uji 3 ... 215
4.45 Rata-rata Hasil Ujicoba 1-3 ... 215
4.46 Npar Test Descriptive Statistics Uji 1 dan Uji 3 ... 216
4.47 Wilcoxon Signed Rank Test Uji 1 dan Uji 3 ... 217
4.48 Test Statistics Uji 1 dan Uji 3 ... 217
4.49 Hypothesis Test Summary ... 218
4.50 Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa ... 245
DAFTAR GAMBAR
Gambar
DAFTAR GRAFIK
Grafik
4.1 Rata-rata Hasil Uji Terbatas Tahap 1-3 ... 191
4.2 Rata-rata Hasil Uji Terbatas pada M1-M6 Tahap 1-3 ... 192
4.3 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok Tahap 1-3 ... 199
4.4 Rata-rata Hasil Ujicoba Kelompok pada MI-M6 Tahap 1-3 ... 199
4.5 Rata-rata Hasil Ujicoba Lapangan Tahap 1-3 ... 209
DAFTAR BAGAN Bagan
2.1 Flowchart Program Drill ... 33
2.2 Flowchart Program Tutorial ... 35
2.3 Flowchart Proses Produksi Model Simulasi ... 37
2.4 Flowchart Proses Produksi Instruksional Games ... 40
2.5 Kerangka Pikir Penelitian ... 74
3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan ... 78
4.1 Model Konseptual Media Pembelajaran Bahasa Inggris dengan CBLL 138 4.2 Model Awal Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 139
4.3. Desain Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer 140
4.4 Flowchart pada Model Awal Media ... 142
4.5 Draft II Model Media Pembelajaran Berbasis Komputer ... 184
4.6 Model Hipotetik _Sintaks Pemanfaatan Media Pembelajaran ... 186
4.7 Model Interaksi Komponen Media Pembelajaran Berbasis Komputer .. 187
4.8 Model Akhir Media Pembelajaran Berbasis Komputer... 188
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 1
2. Instrumen Penelitian... 13
3. Bahan Media ... 29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model media pembelajaran
berbasis komputer sebagai upaya memperbaiki kelemahan perkuliahan Bahasa
Inggris dan meningkatkan kemampuan literasi informasional mahasiswa PTAI
yang dinilai rendah. Sebagai penelitian yang menjembatani kepentingan penelitian
dasar dan penelitian terapan, dipilih model penelitian pengembangan dengan
pendekatan research and development (R&D). Model desain R&D dipakai
mengingat tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model media
pembelajaran. R&D adalah penelitian yang menekankan pada proses atau tahapan
untuk mengembangkan suatu produk (model) baru atau menyempurnakan produk
model media pembelajaran yang telah ada.
Penelitian ini secara spesifik digolongkan ke dalam jenis penelitian
pengembangan program pengajaran (developing of instruction program). Dalam
penelitian pengembangan ini prosedur yang akan digunakan berpedoman pada
langkah-langkah Far West Laboratory sebagaimana dikutip Borg dan Gall (1979:
hlm.626) yang mengemukakan 10 langkah, yaitu:
1) Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi)
termasuk didalamnya review literatur, observasi kelas, dan persiapan laporan.
2) Planning (perencanaan), kegiatan didalamnya adalah merencanakan desain
pembelajaran, menetapkan tujuan, menetapkan urutan pelajaran yang
dilakukan, uji kelayakan dalam skala kecil tentang model media pembelajaran
yang dikembangkan.
3) Develop preliminary form of product (mengembangkan bentuk model awal).
Tahapan ini adalah mempersiapkan materi pelajaran, buku yang akan
digunakan, media dan evaluasi.
4) Preliminary field testing (uji coba model awal terbatas).
5) Main product revision (perbaikan terhadap model awal hasil uji coba).
6) Main field testing (uji coba model yang sudah diperbaiki secara lebih luas).
7) Operasional product revision (revisi produk operasional, yaitu merevisi
kembali model media pembelajaran berdasarkan hasil uji coba secara luas.
8) Operasional field testing (melakukan pengujian lapangan operasional) yaitu uji
coba model secara lebih banyak melibatkan perguruan tinggi dan subjek.
9) Final product revision (revisi produk akhir). Perbaikan model akhir dilakukan
berdasarkan hasil uji coba model lebih luas sehingga di dapat produk model
media pembelajaran yang baru.
10)Dessimination and distribution (penyebaran dan distribusi produk baru). Tahap
ini untuk memonitoring sebagai kontrol terhadap kualitas model.
Dari 10 langkah research and development diatas, hanya 7 langkah yang
diadaptasikan pada penelitian ini, yakni langkah ke 1 sampai dengan langkah ke 7.
Ketujuh langkah dirangkum menjadi tiga langkah pokok yaitu: (1) studi awal; (2)
perencanaan dan pengembangan model; (3) pengujian model dengan uraian sebagai
berikut :
Pertama, studi pendahuluan (pre survei). Pada tahap studi pendahuluan ini
peneliti melakukan persiapan untuk pengembangan sebuah model media
pembelajaran. Tahapan yang dimaksud adalah:
a) Tahap studi kepustakaan. Pada tahapan ini, peneliti melakukan kajian untuk
menelaah konsep dan teori yang berkenaan model media pembelajaran. Konsep
dan teori tersebut dikaji melalui buku, hasil penelitian, artikel, makalah, dan
sumber-sumber lainnya yang berkaitan.
b) Tahap survei lapangan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data berkenaan
dengan kondisi pembelajaran Bahasa Inggris di PTAI. Fokus utama dalam
survei ini adalah bagaimana dosenBahasa Inggris, bagaimana desain dan
implementasi pembelajaran Bahasa Inggris saat ini, bagaimana pemahaman dan
persepsi mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Inggris, bagaimana
kemampuan dan kinerja dosen Bahasa Inggris dan pemanfaatan berbagai
sumber belajar yang mendukung peningkatan pemahaman kemampuan literasi
Kedua, perencanaan dan pengembangan model media pembelajaran, pada
tahap ini hal yang peneliti lakukan adalah :
a) Tahap penyusunan draft pengembangan. Berangkat dari hasil survei dan studi
kepustakaan tersebut, maka peneliti melakukan penyusunan draft model
pengembangan. Hasil yang peneliti harapkan dari tahap ini adalah tersusunnya
sebuah draft model media pengembangan yang berisikan model media
pembelajaran Bahasa Inggris yang dapat meningkatkan kemampuan literasi
informasional mahasiswa PTAI.
b) Draf model ini kemudian direview dalam sebuah pertemuan dengan para ahli
dalam bidang yang akan dikembangkan dalam hal ini para promotor. Hasil
review ini kemudian dijadikan dasar untuk melakukan penyempurnaan draft
model yang siap untuk diujicobakan secara terbatas.
Ketiga, pengujian model media pembelajaran. Setelah melakukan perbaikan
atas hasil uji validasi dengan para ahli dalam bidang yang dikembangkan, draft
model hasil perbaikan tersebut diujicobakan. Ada tiga tahap dalam proses
pengujian model media pembelajaran dalam penelitian ini yaitu tahap uji coba
terbatas, tahap uji coba kelompok/luas, dan tahap uji lapangan/validasi. Lihat
bagan 3.1. I STUDI PENDAHULUAN Uji Terbatas II PENGEMBANGAN MODEL Hasil studi literatur & studi pendahuluan dasar menyusun III UJICOBA MODEL Uji Lapangan/ Validasi Model Model Akhir Pengembangan Draft Awal
Uji Ahli Pembelajaran
Uji Ahli Isi Uji Ahli Media Studi literatur
Studi Pendahuluan
Uji Kelompok/ Uji Coba Luas
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu kampus PTAIN yakni IAIN Mataram.
Dipilihnya IAIN Mataram sebagai lokasi penelitian bertujuan sebagai piloting
dalam pengembangan model media pembelajaran, mengingat pembelajaran Bahasa
Inggris di PTAI pada umumnya adalah relatif seragam yakni sebagai mata kuliah
umum. Terpilihnya IAIN Mataram juga mempertimbangkan aspek kemudahan
akses (accessibility) dan beberapa pertimbangan lain seperti ekspektasi
keterlaksanaan pengembangan. Waktu penelitian bersifat multi-years atau tepatnya
multi-semester karena dilaksanakan dalam tahun akademik yang relevan dengan
tahapan-tahapan penelitian.
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang
digunakan dalam pokok permasalahan dan memperjelas arah penelitian maka perlu
dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:
1. Media pembelajaran berbasis komputer dalam penelitian ini adalah media
pembelajaran dengan menggunakan komputer yang disajikan dalam disk
(compact, flash, maupun hard) yang meliputi materi pembelajaran reading
yang terintegrasi dan diakhiri dengan evaluasi. Penggunaan komputer dalam
penelitian ini bermakna program dapat memberikan umpan balik terhadap
respon atau pekerjaan mahasiswa.
2. Literasi informasional dalam penelitian ini adalah seseorang mampu
mengakses pengetahuan (mampu mencari pengetahuan secara mandiri) dengan
kemampuan berbahasa dalam bentuk wacana yang dikembangkan melalui
keterampilan membaca (reading) yang diukur melalui test, serta didukung oleh
keterampilan lain yakni menyimak, menulis dan berbicara dengan porsi yang
lebih sedikit.
D. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian yakni kisi-kisi penyusunan
1. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen
Penyusunan kisi-kisi dilakukan oleh peneliti dalam rangka memberikan
gambaran umum tentang apa yang akan dilakukan pada penelitian. Kisi-kisi
instrumen penelitian ini terdiri dari: (a) kisi-kisi pada kegiatan observasi
implementasi kurikulum bahasa Inggris; (b) kisi-kisi pada kegiatan studi
pendahuluan untuk mahasiswa; (c) kisi-kisi studi pendahuluan untuk dosen; (d)
kisi-kisi pada kegiatan analisis kebutuhan belajar mahasiswa; (e) kisi-kisi penilaian
ahli isi; (f) kisi-kisi penilaian ahli rancangan pembelajaran; dan (g) kisi-kisi
penilaian ahli media dan tes.
a. Penyusunan kisi-kisi instrumen pada kegiatan observasi implementasi
kurikulum Bahasa Inggris dimaksudkan untuk memberikan gambaran
umum hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti terkait dengan
implementasi kurikulum bahasa Inggris.
b. Kisi-kisi instrumen studi pendahuluan untuk mahasiswa merupakan
gambaran umum tentang respon mahasiswa terkait tentang perkuliahan
Bahasa Inggris.
c. Kisi-kisi instrumen studi pendahuluan untuk dosen: dilakukan terkait
dengan respon atau tanggapan tentang pengalaman dosen mengajar bahasa
Inggris dengan menggunakan media pembelajaran.
d. Kisi-kisi instrumen pada kegiatan analisis kebutuhan belajar mahasiswa
menggambarkan tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam
belajar atau dalam mengikuti perkuliahan bahasa Inggris.
e. Kisi-kisi penilaian ahli isi dimaksudkan untuk mengidentifikasi segala
sesuatu yang berhubungan dengan isi yang akan dituangkan dalam media
pembelajaran berbasis komputer.
f. Kisi-kisi penilaian ahli rancangan pembelajaran berisi penyusunan angket
yang berkaitan dengan penilaian ahli rancangan pembelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian.
g. Kisi-kisi penilaian ahli media berupa penyusunan kisi-kisi pada penilaian
yang harus dinilai oleh ahli media (poin a-g selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 1).
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan penjabaran kisi-kisi instrumen penelitian
sebelumnya. Instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan
kisi-kisi yang dibuat, yakni: (a) observasi tentang implementasi perkuliahan Bahasa
Inggris; (b) angket untuk mahasiswa pada studi pendahuluan; (3) angket untuk
dosen pada studi pendahuluan; (d) angket analisis kebutuhan belajar mahasiswa; (e)
angket tentang penilaian ahli isi; (f) angket tentang penilaian ahli rancangan
pembelajaran; dan (g) angket tentang penilaian ahli media. Untuk lebih jelasnya
tentang instrumen penelitian ini periksa lampiran 2. Pertanyaan-pertanyaan yang
dikembangkan dalam instrumen angket mayoritas merupakan pertanyaan
informasional dan pertanyaan pendapat responden, sehingga uji validitasnya
menggunakan uji validitas isi atau content-related validity (Fraenkel & Wallen,
1993:140), yakni menurunkan pertanyaan berdasarkan indikator yang telah
dikembangkan sebelumnya dalam kisi-kisi instrumen. Kemudian instrumen
angket tersebut dimintakan penilaiannya kepada para pakar pendidikan dan dosen
mata kuliah. Angket diperbaiki dan disesuaikan dengan saran Tim Promotor.
Adapun lembaran tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan
literasi informasional mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Sebelum dipakai
untuk mengukur kemampuan literasi informasional mahasiswa, tes terlebih
dahulu dimintakan pertimbangan expert judgment untuk menilai kesahihan. Oleh
karena itu, setelah pedoman ini dipandang memadai dari segi isi dan
konstruksinya berdasarkan pertimbangan expert judgment tersebut, kemudian
dipakai sebagai instrumen penilaian.
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Penyebaran Angket, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang
berhubungan dengan kondisi pembelajaran Bahasa Inggris, penggunaan media
pembelajaran, implementasi pendekatan belajar yang dapat meningkatkan
kemampuan literasi informasional mahasiswa, pandangan mahasiswa dan
dosen terhadap multimedia berbasis komputer yang dikembangkan dan faktor
pendukung dan penghambat penggunaan media berbasis komputer.
2. Observasi,digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi informasional pada
pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan media berbasis komputer.
3. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan literasi informasional
mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran media berbasis komputer.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis data
kuantitatif dan analisis data kualitatif. Data yang bersumber dari angket dan
observasi diuraikan secara deskriptif naratif. Teknik analisis ini digunakan untuk
mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase.
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subjek
adalah:
∑ (Jawaban x bobot tiap pilihan)
Persentase = x 100%
Jumlah butir penilaian Keterangan:
∑ = jumlah n = jumlah seluruh item angket
Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan
ketetapan sebagai berikut.
Tabel .3.1. Pedoman dan Kriteria Pengambilan Keputusan Skala 5
Skor Interpretasi Keputusan
90-100 Sangat Baik Tidak Direvisi
80-89 Baik Tidak Direvisi
70-79 Cukup Baik Direvisi
60-69 Kurang Baik Direvisi
60 Sangat Kurang Baik Direvisi
Adapun data kuantitatif berupa data kemampuan literasi informasional
dinilai dalam tiga kali tes pada uji lapangan sekaligus menguji efektivitas model
media. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif deskriptif
dan uji perbedaan. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui uji
perbedaan antara perlakuan satu, dua dan tiga. Untuk menguji tingkat signifikasi
perbedaan rerata skor kemampuan literasi informasional mahasiswa antara uji satu,
dua, dan tiga dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik
parametrik (uji t) jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen.
Adapun apabila sebaran data tidak terdistribusi normal maka digunakan uji
statistik non-parametrik dengan Uji Wilcoxon signed rank.Uji jenjang bertanda
Wilcoxon merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” memperhatikan tanda positif dan negatif dan melihat besarnya perbedaan (komparasi dua sampel)
(Sugiono, 2008, hlm.213). Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji
bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil secara acak dan tiap-tiap
perbedaan antara pasangan skor (di: distribusi populasi) yang simetris. Uji ini
digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan dengan
skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan data
sebelum dan sesudah (pre dan post test).
Asumsi-asumsi uji ini adalah:
Data untuk analisis terdiri atas n buah beda Di = Yi – Xi . Setiap pasangan hasil pengukuran (Xi , Yi) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama
atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau
lebih. Pasangan-pasangan (Xi , Yi) dalam sampel ini diperoleh secara acak.
Selisih variabel (Yi – Xi) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu variabel acak yang kontinu.
Distribusi populasi (di) tersebut setangkup (simetri).
Statistik yang diuji adalah:
Hipotesis nihil (H0) yang akan diuji menyatakan bahwa dua populasi
identik. Apabila H0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang
bertanda positif kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda
negatif. Jika dua jumlah jenjang tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lain
maka dapat disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan
demikian H0 ditolak. Dengan perkataan lain H0 ditolak jika salah satu jumlah
jenjang positif atau negatif sangat kecil.Uji rangking Wilcoxon memperlihatkan
arah perbedaan dan menunjukkan besarnya perbedaan. Pengujian Hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H0 =penerapan pembelajaran Bahasa Inggris dengan model media
pembelajaran tidak mampu meningkatkan literasi informasional mahasiswa
pada serangkaian pengujian, uji_x = uji_y
H1=penerapan pembelajaran Bahasa Inggris dengan model media pembelajaran
mampu meningkatkan literasi informasional mahasiswa pada serangkaian
pengujian,uji_x ≠ uji_y
Taraf Nyata/signifikansi α= 5 % = 0,05
Uji Statistik = Uji t
Critical region (daerah penolakan H0) : T ≤ Tα(n)
Selanjutnya untuk melihat perbedaan kemampuan literasi informasional
mahasiswa pada tiga uji tersebut digunakan Friedman test two way Anova.
Friedman two way Anova (analisis varian dua jalur Friedman) digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif K sampel berkorelasi dengan data ordinal (ranking).
Pengolahan data menggunakan bantuan statistical product and service solution
(SPSS) versi 22.
F. Hasil Studi Awal pada PTAIN
Kegiatan studi awal dilakukan untuk memperoleh gambaran hasil belajar
perkuliahan Bahasa Inggris sekaligus menganalisis kemampuan literasi
informasional mahasiswa.Hasil data pada studi awal yang dilakukan di IAIN
Mataram pada pada mahasiswa semester 1 Tahun Akademik 2012/2013 capaian
90 (A)= sangat baik. Adapun nilai yang dikumpulkan mencakup : nilai tugas, nilai
UTS dan nilai UAS sebanyak 7 kelas dari Fakultas Dakwah dengan 3 orang dosen
pengampu mata kuliah bersangkutan. Rincian ke tujuh (7) kelas ini adalah:
sebanyak tiga kelas (3) berasal dari Program Studi Bimbingan Konseling Islam
(BKI), dua (2) kelas dari Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI),
dan dua (2) kelas dari Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Untuk
lebih jelasnya tentang data hasil capaian belajar mahasiswa IAIN Mataram
semester 1 pada mata kuliah Bahasa Inggris Matrikulasi 1 Tahun Akademik
2012/2013, berikut akan dipaparkan dalam bentuk tabel. 3.2.
Tabel 3.2. Data Nilai Mahasiswa Fakultas Dakwah pada Mata Kuliah Bahasa Inggris TA. 2012/2013.
No Program Studi Nama
Dosen
Perolehan Nilai Mahasiswa
Mutu Jumlah
Mahasiswa (%)
1 Pengembangan Masyarakat Islam (PMI IA)
MAC 84-90 A 23 orang 100%
2 Pengembangan Masyarakat Islam (PMI IB)
MAC 84-90 A 25 orang 100%
3 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI IA)
MMA 80-95 70-79 A B 24 orang 15 orang 60% 40% 4 Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI IB)
MMA 80-95 70-79 A B 21 orang 17 orang 56% 44% 5 Bimbingan Konseling
Islam (BKI IA)
AKB 81-84 70-79 A B Tidak ada 28 orang 0% 100% 6 Bimbingan Konseling
Islam (BKI IB)
AKB 81-84 70-79 A B Tidak ada 29 orang 0% 100% 7 Bimbingan Konseling
Islam (BKI IC)
AKB 81-84 70-79 A B Tidak ada 24 orang 0% 100%
(Sumber Bagian Akademik Fakultas Dakwah IAIN Mataram)
Dari tabel.3.2 dapat dijelaskan bahwa hasil belajar mahasiswa IAIN
semester 1 pada mata kuliah Bahasa Inggris Matrikulasi I rata-rata sudah baik,
yakni nilai kelas IA dan IB mahasiswa program studi Pengembangan Masyarakat
Islam (PMI) Fakultas Dakwah dengan dosen pengampu MAC sudah sangat baik
dengan mutu semua mahasiswa (100%) memperoleh nilai A, program studi Komisi
Penyiaran Islam (KPI) dengan dosen pengampu MMA nilainya untuk kelas IA
adalah sekitar 60% mahasiswa yang memperoleh nilai B (baik) dan 40%
mahasiswa yang memperoleh nilai A (sangat baik), kelas IB yang memperoleh nilai
pengampu AKB nilai semua mahasiswa 100% dari kelas IA, IB dan IC adalah B
(baik).
Dari hasil paparan data di atas, peneliti melihat dari dua sisi. Pertama,
perolehan nilai mahasiswa yang tinggi menunjukkan hal positif dan
menggembirakan bagi dunia pendidikan terutama pada perkuliahan Bahasa Inggris
Matrikulasi I mahasiswa IAIN Mataram.Ini mengindikasikan bahwa perkuliahan
bahasa Inggris sudah terlihat sempurna dan tidak memerlukan perbaikan lagi.
Kedua, di sisi lain peneliti justru menyangsikan perolehan nilai mahasiswa di atas.
Sistem penilaian yang diberikan oleh dosen MAC pada Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) seragam untuk semua mahasiswa, tanpa
ada penjelasan tentang kriteria nilai seperti yang lazim digunakan oleh para dosen
di perguruan tinggi. Yakni A (4= Sangat baik), B (3= baik), C (2= cukup), D (1=
kurang), E (0= sangat kurang). Penjelasan konversi nilai ini juga tidak dilakukan
oleh dosen MMA dan AKB.
Data di atas samasekali tidak menggambarkan aspek-aspek keterampilan
apa yang menjadi tagihan, karena tidak ada keterangan tentang keterampilan apa
yang harus dikuasai dan dimiliki oleh mahasiswa.Artinya keterampilan mahasiswa
masih bersifat umum. Dosen juga cenderung hanya memberikan nilai „jadi‟ dalam bentuk angka dan huruf (mutu) dan masih dalam tataran nilai‟lulus dan tidak lulus‟. Itupun tanpa memberikan konversi nilai yang baku. Masing-masing dosen
memberikan patokan nilai secara berbeda-beda. Misalnya dosen MMC
memberikan nilai dengan rentang 84-90 untuk nilai dengan mutu A, dosen MAA
memberikan nilai dengan rentang 85-90 untuk nilai dengan mutu A, dan rentang
70-78 untuk nilai dengan mutu B. Adapun dosen AKB memberikan nilai dengan
rentang 70-79 untuk nilai dengan mutu B. Materi yang diajarkanpun masih bersifat
umum. Ini terekam dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa semester 1
dan 3, walaupun kurikulum yang digunakan adalah kurikulum lokal IAIN Mataram
yang dibuat sendiri oleh dosen. Apalagi menyangkut keterampilan membaca dan
menulis mahasiswa dalam tataran literasi informasional belum disinggung sama
Tingginya nilai yang diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah Bahasa
Inggris Matrikulasi I bukanlah satu-satunya aspek dalam mengukur kemampuan
literasi dan motivasi mereka dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Inggris. Bisa
jadi, nilai yang diberikan oleh dosen bersifat subjektif dan hanya mengukur
keterampilan kognitif saja, tanpa mempertimbangkan aspek psikomotor dan afektif
mahasiswa dalam belajar. Ini tercermin dari tidak adanya penjelasan mengenai
kemampuan apa yang harus dimiliki dan dikuasai oleh mahasiswa. Fenomena ini
tentu saja masih menyisakan pertanyaan besar bagi peneliti tentang kemampuan
mahasiswa dalam berkomunikasi, minimal dalam tataran komunikatif sesuai
dengan tagihan yang dituntut dalam mengikuti perkuliahan ini.
Pemikiran ini senada dengan pernyataan Stripling (1992, hlm. 10) bahwa
“literacy means being able to understand new ideas well enough to use them when needed. Literacy means knowing how to learn”. Testing dalam bentuk UTS dan UAS sejatinya mengukur kemampuan mahasiswa memahami dan menguasai
informasi baru, yang tentu saja berbeda dengan apa yang tertera di dalam buku
paket. Dalam konteks yang lebih luas, White (1985, hlm. 46) memandang literasi
bukan hanya sekadar kompetensi dalam memahami wacana, namun harus
mengaplikasikan kompetensinya itu dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka
membangun pribadi terdidik. Mahasiswa harus didorong untuk menggunakan
kompetensi kebahasaan yang lebih tinggi dengan kompetensi yang telah dimiliki di
SLTA dengan pembelajaran Bahasa Inggris yang memerhatikan tingkatan literasi
yang harus dicapai dan pengembangan piranti maupun media pembelajaran literasi
dengan basis literasi bukan semata empat keterampilan berbahasa.
Menyikapi persoalan tersebut peneliti melakukan uji kemampuan literasi
informasional dalam bentuk reading comprehension test. Uji literasi informasional
adalah menguji kemampuan mereka memperoleh informasi dari teks. Materi tes
dikembangkan dari sumber virtual bukan dari buku ajar yang disiapkan dosen. Informasi yang dicermati bertema “Transportations in Lombok”, dengan spesifikasi
(1) reading a descriptive text, (2) reading about transportations in Lombok.
20 orang. Tugas mahasiswa adalah write a description for the transportationberdasarkan teks. Hasilnya adalah (1) seluruh mahasiswa tidak
memahami perintah yang tertera di dalam teks, kecuali dua orang saja; (2) seluruh
mahasiswa tidak menemukan kejanggalan pada teks berupa informasi yang tidak
lengkap, kecuali satu orang saja; (3) sepuluh orang menjawab pertanyaan
berdasarkan teks, sepuluh orang tidak menjawab sama sekali; dan (4) satu jawaban
benar dan memadai, sembilan belas tidak lengkap dan tidak benar.
Memahami dan menguasai informasi baru yang merupakan tagihan literasi
informasional tidak muncul dikalangan mahasiswa (responden). Informasi utama
berupa perintah untuk memperlakukan teks dan mengelola teks tidak dapat
ditangkap oleh mahasiswa. Mahasiswa tidak memahami perintah utama, dan tidak
memahami adanya ketidaklengkapan informasi adalah wujud ketidakmampuan
memanfaatkan kemampuan bahasa untuk kepentingan memahami informasi. Tentu
saja mahasiswa gamang dalam menjawab tes meskipun setelah dijelaskan maksud
perintah tersebut. Mahasiswa yang tidak mampu menjawab soal meskipun telah
dijelaskan jelas merupakan indikasi kemampuan berbahasa yang rendah dan tentu
saja kemampuan mengelola informasi - minimal memahami informasi – rendah.
Dua persoalan ini ditemukan dalam uji literasi mahasiswa yakni (a) rendahnya
kemampuan membaca dan (b) rendahnya kemampuan memanfaatkan bahasa untuk
memahami informasi. Singkatnya, literasi mahasiswa IAIN rendah jika diukur dari
kemampuan menjawab tes.
Fakta lain hasil observasi mengenai perkuliahan Bahasa Inggris
menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembukaan perkuliahan masih terbatas hanya
pada menghubungkan materi yang akan dibahas dengan yang sudah dibahas. Hal
tersebut kurang merangsang motivasi mahasiswa untuk berpikir lebih jauh terkait
dengan materi yang akan dibahas dalam konteks kehidupan mereka. Mahasiswa
kurang termotivasi untuk terlibat dalam perkuliahan, tujuan perkuliahan juga
kurang menitikberatkan pada keterampilan-keterampilan secara khusus yang harus
dikuasai, akan tetapi lebih pada aspek pengetahuan tingkat rendah, serta kurang
oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan perkuliahan melalui media semisal media
berbasis komputer.
Walaupun beberapa dosen sudah menggunakan media power point maupun
LCD, tetapi tetap saja belum menggambarkan penggunaan media komputer secara
interaktif; yakni proses interaksi dialogis-diadis (dua arah) antara dosen dan
mahasiswa, yang melibatkan dan menuntut kemampuan mahasiswa dalam
melakukan percakapan, menulis, membaca ataupun menyimak. Berdasarkan hasil
observasi, media berbasis komputer umumnya hanya membantu dosen dalam
mengajar semata. Hal itu tentu saja mengefektifkan kerja dosen dalam
menyampaikan perkuliahan walaupun terbatas pada bahan-bahan yang dikemas
dalam bentuk slide semata-mata. Hal ini mencerminkan bahwa penggunaan media
kurang memperhatikan aspek asesibilitas belajar mahasiswa. Untuk itulah
diperlukan media yang memperhatikan aspek mahasiswa untuk belajar.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh dosen pun masih sebatas pada
tataran pengetahuan fakta-fakta dan konsep, jarang yang bersifat aplikatif, misalnya
kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis.
Tata cara dosen menutup perkuliahan juga masih sebatas pada
menyimpulkan perkuliahan tanpa merangsang mahasiswa untuk merefleksikan
proses perkuliahan yang sudah dilakukan. Asesmen yang dilakukan pun hanya
untuk mengukur pengetahuan tingkat rendah, belum menyasar pada keterampilan
khusus perkuliahan Bahasa Inggris yang membutuhkan keterampilan berbahasa
aplikatif. Pelaksanaan follow up (tindak lanjut) hanya menugaskan mahasiswa
membaca materi yang berhubungan dengan yang sudah dibahas.
Selain itu, dosen belum melatih mahasiswa bagaimana mempraktikkan
membaca dan menulis bahasa Inggris yang berhubungan dengan kemampuan
literasi informasional apalagi dalam penggunaan media komputer di kelas.
Persiapan awal pun hanya dengan menyuruh membaca materi yang akan dibahas.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya budaya membaca dan menulis mata kuliah
sesungguhnya secara kultural, literasi bangsa Indonesia masih rendah, sehingga
tradisi membaca dan menulis (literasi) tidak diajarkan dengan baik dalam sistem
pendidikan nasional kita. Agar tujuan perkuliahan Bahasa Inggris mencapai
sasaran, maka perlu dikuasai ikhwal bahasa, mempelajari bahasa dan cara
berbahasa (berkomunikasi) (Alwasilah, 2004, hlm.143).
Kenyataan ini jelas memberikan penegasan bahwa perkuliahan Bahasa
Inggris di IAIN Mataram perlu diperbaiki dan ditingkatkan, terutama dalam hal
penilaian/asesmen dan evaluasi secara menyeluruh serta penekanan pada aspek
keterampilan apa yang harus dikuasai dan dimiliki oleh mahasiswa. Perbaikan dan
peningkatan kualitas perkuliahan ini dapat dilakukan antara lain dengan
menggunakan metode dan media mengajar yang bervariasi seperti penggunaan
media komputer yang praktiknya melibatkan mahasiswa langsung dalam
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
peneliti dapat mengemukakan simpulan berikut.
1) Perkuliahan Bahasa Inggris di IAIN Mataram mengacu kepada Kurikulum
Berbasis Kompetensi dengan tujuan perkuliahan Bahasa Inggris yang masih
umum tanpa orientasi literasi informasional dan level keterampilan bahasa
yang dipersyaratkan dan dosen memanfaatkan media pembelajaran sebagai
media penyampai pesan semata.
2) Model media pembelajaran Bahasa Inggris yang dikembangkan merupakan
independent media bernama ‘English Literacy for Higher Education’ dengan konten literasi informasional berbentuk teks, gambar, audio dan video dalam
paket self-contained, dijalankan dengan memanfaatkan adobe flash 13, dan
terbukti efektif meningkatkan literasi informasional mahasiswa.
3) Kelebihan media meliputi kelebihan intent(tujuan) yang berorientasi literasi,
organisasi konten dalam multimedia, konstruk dan praksis penggunaan untuk
tutorial-individual,sementara keterbatasan model meliputi keterbatasan konten
pada alienasi keterampilan spoken language dan keterbatasan konteks
pemanfaatan utamanya lemahnya literasi teknologi pengguna.
Pengembangan model media memiliki implikasi teoritis. Implikasi teoritis
adalah dalil pembelajaran bahasa Inggris ditinjau dari perspektif kajian literasi.
(a) Literasi informasional adalah literasi kebahasaan yang dirumuskan sebagai
level ketiga pada rumusan Wells harus mempertimbangkan literasi informasi
dalam kajiannya mengingat informasi tidak hanya tentang pesan (konten)
tetapi juga terkait dengan teknologi informasi. Literasi informasi, literasi
(bahasa) informasional dan literasi media dapat dikaji dalam satu kajian
(b) Konfirmasi teoretik dari kelemahan model media produk pengembangan
adalah kelemahan dari perspektif multimedia yang secara teoritis memang
diakui keterbatasan dan kelebihannya oleh para ahli. Hal ini menegaskan
bahwa setiap media memiliki spesifikasi tertentu, dan tentu memiliki
kelebihan dan keterbatasan yang spesifik pula.
(c) Literasi bahasa Inggris pada berbagai jenjang membutuhkan ketegasan
spesifikasi level yang menjadi acuan agar tidak terjadi overlapping materi,
replikasi atau duplikasi pada jenjang pendidikan sebelumnya.
(d) Kurikulum Bahasa Inggris dalam implementasinya membutuhkan
operasionalisasi pembelajaran dengan bantuan bahan ajar yang sudah
dikembangkan bukan saja dikemas dalam wujud printed material (bahan ajar
cetak), namun juga harus mempertimbangkan bahan ajar yang dikemas dalam
bahan elektronik (e-material).
(e) Pembelajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi adalah pembelajaran untuk
kelas tinggi. Orientasi perkuliahan dengan literasi informasional sebagai
acuannya memberi arahan yang tegas kepada level keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai mahasiswa.
B. Saran
Model media pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan
kemampuan literasi informasional yang dikembangkan memiliki serangkaian
keterbatasan terutama dalam hal pemanfaatannya oleh pengguna yang tidak
memiliki komputer atau smartphone. Demikian pula keterbatasan bahan-bahan
perkuliahan yang tidak dapat ter-cover didalam media. Sebelum media digunakan
secara luas perlu dilakukan penyempurnaan lanjutan maupun penyesuaian dan
ditindak-lanjuti dengan desiminasi di perguruan tinggi. Terkait dengan capaian
penelitian dan mempertimbangkan berbagai keterbatasannya, peneliti mengajukan
beberapa rekomendasi terutama pada dosen, lembaga PTAI dan peneliti
berikutnya.
(a) Kepada dosen diharapkan memanfaatkan media pembelajaran Bahasa Inggris.
kemampuan literasi informasional yang menggunakan model tutorial dosen
juga harus mempertimbangkan pengembangan media untuk kepentingan lain
seperti game dan latihan (drill).
(b) Lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam di level penyelenggara pendidikan
tinggi, dekan dan jajaran ketua program studi perlu mendorong dan
memfasilitasi upaya-upaya pemanfaatan media pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan literasi informasional pada khususnya dan literasi
pada umumnya melalui penyediaan sarana prasarana yang memadai, pelatihan
pemanfaatan dan pengembangan media pembelajaran yang melibatkan seluruh
dosen dan pihak-pihak terkait.
(c) Dosen harus didorong untuk memaksimalkan fungsi komputer dan LCD
dengan mengubah orientasi dari sekadar alat bantu transmisi bahan ajar untuk
kepentingan dosen yang mengajar namun juga harus memperhatikan
kepentingan mahasiswa yang belajar sehingga mahasiswa dapat
memanfaatkan sumber belajar yang telah diformat dalam wujud media
elektronik.
(d) Kepada peneliti selanjutnya perlu menindak-lanjuti capaian hasil penelitian ini
dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang ada dan berbagai
limitasi baik pada aspek konten, fokus, lokus, dan berbagai hal yang perlu
mendapatkan penyempurnaan. Peneliti selanjutnya juga dapat memanfaatkan
model media pembelajaran yang dihasilkan untuk kepentingan
penelitian-penelitian yang bukan hanya terfokus pada pengembangan media dan
kemampuan literasi informasional saja. Peneliti dapat saja mengarahkan
penelitian pada aspek terkait, misalkan kurikulum plus media, dosen dan
pemanfaatan media, mahasiswa dan pemanfaatan media, dan budaya
pemanfaatan media di perguruan tinggi.
Keberhasilan pemanfaatan media pembelajaran memerlukan dukungan
berbagai pihak. Terutama terbangunnya budaya pemanfaatan ICT oleh dosen dan
mahasiswa. Batasan peran dan fungsi peneliti dalam konteks upaya peningkatan
perguruan tinggi dengan kesadaran membangun budaya melek teknologi (budaya