IV.2.3 Analisis Hasil Pengujian
IV.2.3.1 Persamaan 1 dan Persamaan 3
Table IV.20
Rangkuman Hasil Penelitian Variabel Dependen (Kinerja Keuangan Perusahaan) Persamaan 1
Dependent Variable: TOBIN Method: Two-Stage Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.346041 0.215674 1.604466 0.1135
MGROWN 0.287378 0.299685 0.958934 0.3412
INST 0.128698 0.109323 1.17723 0.2435
CS 0.006168 0.196989 0.031312 0.9751
F-statistic 0.66358
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi untuk variabel dependen (Tobin’s Q) untuk tahun 2007-2010 sebesar 0,346041.
Apabila nilai managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary adalah 0 maka besarnya nilai kinerja keuangan perusahaan untuk tahun 2007-2010 adalah sebesar 0,346041.
Hasil uji statistik f tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,663580. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil uji t tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan managerial ownership sebesar 0,3412, institutional ownership sebesar 0,2435, dan corporate secretary sebesar 0,9751. Hasil ini menunjukkan bahwa managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan. Kesimpulan penelitian ini berlawanan dengan teori-teori dan hasil-hasil penelitian pendahulu yang telah dikemukakan sebelumnya di antaranya oleh Wening (2009), Aryanto (2009), dan Murwaningsari (2009).
90 Table IV.21
Rangkuman Hasil Penelitian Variabel Dependen (Kinerja Keuangan Perusahaan) Persamaan 3
Method: Two-Stage Least Squares Dependent Variable: TOBIN
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.07153 0.447477 -0.15986 0.8735
CSR 0.022464 0.019086 1.176976 0.2434
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi untuk variabel dependen (Tobin’s Q) untuk tahun 2007-2010 sebesar -0,07153.
Apabila nilai managerial ownership, institutional ownership, dan corporate secretary adalah 0 maka besarnya nilai kinerja keuangan perusahaan untuk tahun 2007-2010 adalah sebesar -0,07153.
Hasil uji t tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan CSR sebesar 0,2434. Hasil ini menunjukkan bahwa CSR tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan. Kesimpulan penelitian ini berlawanan dengan teori-teori dan hasil-hasil penelitian pendahulu yang telah dikemukakan sebelumnya di antaranya oleh Verina (2009) dan Murwaningsari (2009).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ketidaksignifikanan pengaruh managerial ownership, institutional ownership, CSR, dan corporate secretary terhadap nilai kinerja keuangan perusahaan. Faktor-faktor ini bisa berasal dari makro ekonomi maupun mikro ekonomi. Faktor ekonomi tersebut terdiri dari inflasi, suku bunga, indeks harga saham, tingkat pertumbuhan ekonomi, jasa pelayanan perbankan, produk
perbankan, regulasi pemerintah, dan krisis keuangan dunia. Hal-hal ini yang menjadi pertimbangan investor dalam memberikan nilai persepsi terhadap kinerja perusahaan.
Dampak inflasi yang cukup tinggi membuat kinerja perusahaan menjadi turun.
Inflasi membuat ketidakstabilan dari segi pertumbuhan ekonomi karena kenaikan inflasi belum tentu diikuti kenaikan pendapatan masyarakat. Rata-rata inflasi di tahun 2007 mencapai 6,4%, tahun 2008 sebesar 10,3%, tahun 2009 sebesar 4,9%, dan tahun 2010 sebesar 5,13%. Berdasarkan rata-rata inflasi dapat disimpulkan bahwa meskipun terjadi penurunan inflasi yang cukup signifikan di tahun 2009 tetap saja rata-rata inflasinya cukup tinggi yaitu sebesar 4,9%. Penurunan inflasi ini terjadi karena adanya campur tangan dari Bank Indonesia (BI). BI sebagai bank sentral memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan moneter dengan cara menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi. Kebijakan moneter ini hanya berpengaruh terhadap kondisi makro ekonomi.
Indeks harga saham regional, yaitu: indeks Dow Jones (Amerika Serikat), indeks Nikkei (Jepang), dan indeks Hang Seng (Hong Kong) mempunyai pengaruh terhadap harga saham di Indonesia. Investor harus teliti dalam mengamati setiap perilaku ekonomi yang terjadi di tiga negara tersebut karena ketiganya merupakan tujuan ekpor yang potential bagi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang lambat membuat para investor berpikir panjang untuk menginvestasikan modalnya. Investor biasanya akan mencari negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi karena diharapkan mendatangkan returnnya lebih terjamin.
Regulasi pemerintah dari segi pajak atas transaksi pasar modal. Calon investor akan berusaha mencari negara dengan pengenaan pajak yang paling rendah. Kinerja
92 perusahaan yang baik tidak akan mampu meyakinkan para investor untuk berinvestasi diakibatkan pajak yang terlalu tinggi.
Kualitas produk dan jasa yang buruk akan membuat kinerja perusahaan menjadi buruk seperti yang terjadi pada kasus Bank Century, Tbk di mana bank tersebut menjual sekuritas yang bodong dan kasus City Bank di mana seorang pegawai City Bank menggelapkan uang nasabahnya. Produk dan jasa perbankan yang buruk akan membuat perusahaan perbankan tidak diminati oleh calon investor maupun calon nasabah karena investasi yang dilakukan mungkin akan mengalami masalah ekonomi di masa yang akan datang yang akan mengakibatkan kerugian baik pihak investor maupun perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa pada tahun 2007-2010 managerial ownership, institutional ownership, CSR dan corporate secretary tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan atau Tobin’s Q. Seluruh Ha1a, Ha1b, dan Ha3 untuk penelitian tahun 2007-2010 ditolak. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
IV.2.3.2 Persamaan 2
Table IV.22
Rangkuman Hasil Penelitian Variabel Dependen (Corporate Social Responsibility) Persamaan 2
Dependent Variable: CSR
Method: Two-Stage Least Squares
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.244181 0.018051 13.52735 0.0000
MGROWN 0.072727 0.041724 1.743046 0.0861
INST 0.067321 0.021904 3.073471 0.0031
CEO 0.000191 0.000996 0.191503 0.8487
F-statistic 3.188267
Sumber: Pengelolahan Data Sekunder dengan EViews version 7
Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh koefisien regresi untuk variabel dependen (CSR) untuk tahun 2007-2010 sebesar 0,244181.
Apabila nilai managerial ownership, institutional ownership, dan CEO tenure adalah 0 maka besarnya nilai kinerja keuangan perusahaan untuk tahun 2007-2010 adalah sebesar 0,244181.
Hasil uji statistik f tahun 2007-2010 untuk variabel dependen CSR yang diukur secara self assessment menunjukkan nilai signifikan sebesar 3,188267. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa managerial ownership, institutional ownership, dan CEO tenure secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil uji t tahun 2007-2010 untuk variabel dependen kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q menunjukkan nilai signifikan managerial ownership sebesar 0,0861, institutional ownership sebesar 0,0031, dan CEO tenure sebesar 0,8487.
Hasil ini menunjukkan bahwa managerial ownership dan institutional ownership secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR, dan CEO tenure tidak mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian mengenai CEO tenure berlawanan dengan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya di antaranya oleh Barnea dan Rubin (2006) dan Shen (2003) sedangkan hasil penelitian mengenai managerial ownership dan institutional ownership sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang memberikan kesimpulan bahwa managerial ownership dan institutional ownership secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR.
94 Terdapat satu faktor utama yang mempengaruhi ketidaksignifikanan pengaruh CEO tenure terhadap pengungkapan CSR dan kesignifikanan pengaruh managerial ownership dan institutional ownership terhadap pengungkapan CSR. Faktor ini adalah berubahnya pola pikir manusia. Hal ini yang menjadi pertimbangan manajemen.
Berubahnya pola pikir manusia mengenai kegiatan perusahaan yang hanya menekankan pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan perusahaan menjadi triple bottom line yang terdiri dari aspek finansial, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Perubahan pola pikir ini mungkin terjadi karena semakin berkembangnya masalah global warming dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap masalah tersebut menyebabkan perusahaan meningkatkan pengungkapan informasi mengenai kegiatan CSRnya untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat maupun stakeholder lainnya bahwa dalam menjalankan bisnisnya perusahaan tidak hanya berfokus pada keuntungan semata tetapi juga bertanggung jawab baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa pada tahun 2007-2010 managerial ownership dan institutional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR dan CEO tenure tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR. Seluruh Ha2a dan Ha2b untuk penelitian tahun 2007-2010 diterima.