• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Persamaan Struktural Kedua a. Metode Analisis Jalur

Metode analisis jalur digunakan dalam sebuah penelitian karena terdapat kemungkinan hubungan antarvariabel dalam model yang bersifat linier.

Y2 = ρy2x1X1 + ρy2y1Y1 + €2

Hasil analisis regresi dari persamaan struktural kedua dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Tabel 4.10

Analisis Regresi Pengaruh X1 dan Y1 Terhadap Y2

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)

Persamaan matematika model jalur 2: Y2 = 0,210X1 + 0.512Y1 + 60,5 €2

b. Uji Sifnifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai variabel terikat. Untuk persamaan struktural pertama hasil uji signifikansi parsial (uji-t) ditunjukkan pada Tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji-t

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .888 .260 3.408 .001 STRES_KERJA .210 .053 .210 3.985 .000 MOTIVASI_KERJA .573 .059 .512 9.707 .000 Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .888 .260 3.408 .001 STRES_KERJA .210 .053 .210 3.985 .000 MOTIVASI_KERJA .573 .059 .512 9.707 .000

1. Variabel Stres Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai thitung (3,985) > ttabel (1,67), artinya jika variabel Stres Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan juga akan meningkat.

2. Variabel Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai thitung (9,707) > ttabel (1,67), artinya jika variabel Motivasi Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan juga akan meningkat.

3. Konstanta sebesar 8,888, artinya walaupun variabel Stres Kerja dan Motivasi Kerja bernilai nol maka Kinerja Karyawan akan tetap sebesar 8,888.

c. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yang diteliti yaitu stres kerja (X) terhadap kinerja karyawan (Y) melalui motivasi kerja (Z). Untuk persamaan struktural pertama hasil pengujian koefisien determinasi ditunjukkan pada Tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Pengujian Koefisien Determinasi

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2011)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat terlihat bahwa :

1. R = 0,632 berarti hubungan antara variabel Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan adalah sebesar 63,2%. Ini berarti hubungannya erat.

2. Adjusted R2 = 0,395 berarti 39,5% variabel Stres Kerja dapat dijelaskan oleh variabel Kinerja Karyawan, sedangkan sisanya 60,5% dapat dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pengaruh tidak langsung stres kerja terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja dapat dilihat di bawah ini:

Pengaruh Tidak Langsung / Indirect Effect (IE) X1 Y1 Y2 = ( 0,437 x 0,512 ) = 0,2237

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yaitu sebesar 0,2237

4.3 Pembahasan

Penelitian ini membahas tentang pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik dengan menggunakan analisis jalur. Pada metode analisis deskriptif dapat dilihat pengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin.

diperoleh persamaan Y1 = 0,437 X1 + 0,809 €1, ini berarti stres kerja berpengaruh secara positif terhadap motivasi kerja. Pada uji t, Variabel Stres Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Motivasi Kerja. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai thitung (7,961) > ttabel (1,67), artinya jika variabel Stres Kerja ditingkatkan maka Motivasi Kerja juga akan meningkat. Kemudian pada pengujian koefisien determinasi diperoleh R2 = 0,191 berarti 19,10% variabel Stres Kerja dapat dijelaskan oleh variabel Motivasi Kerja, sedangkan sisanya 80,9% dapat dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pada sub struktural kedua diperoleh persamaan Y2 = 0,210X1 + 0.512Y1 + 60,5 €2 ini menunjukkan stres kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja karyawan. Pada uji t, variabel Stres Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai thitung (3,985) > ttabel (1,67), artinya jika variabel Stres Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan juga akan meningkat dan variabel Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai thitung (9,707) > ttabel (1,67), artinya jika variabel Motivasi Kerja ditingkatkan maka Kinerja Karyawan juga akan meningkat. Pada pengujian koefisien determinasi diperoleh Adjusted R2 = 0,395 berarti 39,5% variabel Stres Kerja dapat dijelaskan oleh variabel Kinerja Karyawan, sedangkan sisanya 60,5% dapat dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa variabel stres kerja dan motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Medan. Responden pada penelitian ini memberikan tanggapan yang positif terhadap variabel stres kerja, motivasi kerja dan kinerja karyawan.

Penelitian ini didasarkan pada beberapa teori yang salah satunya yaitu stres adalah suatu kondisi dinamis di mana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting (Robbins,2008:368). Sebagian stres bisa bersifat positif dan sebagian lagi negatif. Dewasa ini para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkugan kerja (seperti memiliki banyak proyek, tugas dan tanggung), beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi mencapai tujuan (birokrasi, politik kantor, kebingungan terkait tanggung jawab kerja).

Motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai tujuan yang ditentukan oleh perusahaan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (dalam Hasibuan, 2003).

Stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingkat kinerja yang rendah (tidak optimum). Bagi seorang manajer (pimpinan) tekanan-tekanan yang diberikan kepada seorang karyawan haruslah dikaitkan dengan apakah stres yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan tersebut masih dalam keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustrasi dan dapat menurunkan kinerjanya, sebaliknya stres yang terialu rendah menyebabkan karyawan tersebut tidak bermotivasi untuk berprestasi.

BAB V

Dokumen terkait