• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Kritik dan Saran

Sebenarnya dari ketiga kandidat Pilkada ini seluruhnya telah memiliki akun resmi media sosial yang digunakan sebagai media berkomunikasi dengan masyarakat. Namun, mayoritas kandidat Pilkada tersebut tidak memanfaatkan media sosial mereka untuk menjaring aspirasi masyarakat. Hal ini diindikasikan dengan tidak adanya sejenis forum opini pada hampir

semua media sosial kandidat Pilkada tersebut. Kalaupun ada, forum ini ternyata lebih banyak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, bahkan cenderung isinya berisi dari akun-akun yang sengaja dibuat sebagai provokator.

Jika sifat interaktif situs web cenderung rendah karena hanya digunakan untuk ajang kampanye yang mengekspos berita-berita yang ‘baik-baik’ saja tentang kandidat politik, lalu bagaimana dengan media sosial Facebook dan

Twitter? Jika melihatnya dari berbagai sudut pandang positif potensi media

baru sebagai sarana demokratisasi, idealnya Facebook dan Twitter mampu menjadi media alternatif dengan kemampuan signifikan dalam menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat.

Namun, tampaknya politisi Indonesia dewasa ini sedang terkena demam politik pencitraan. Meskipun banyak permasalahan yang muncul yang perlu ditangani oleh pemerintah, kadang pemerintah kerap mengambil kebijakan yang tidak populer, yang tidak sesuai dengan kehendak rakyat. Facebook

dan Twitter yang digunakan oleh kandidat Pilkada ternyata isinya tidak

lebih dari link situs yang mereka miliki, yang hanya digunakan untuk mengekspos hal-hal yang positif saja mengenai figur kandidat Pilkada.

Mayoritas transaksi informasi yang terjadi di sana didominasi oleh berbagai postingan yang disampaikan oleh simpatisan partai politik atau kandidat politik. Selain itu, sewaktu Pilkada Tangsel 2015 kemarin, media sosial cenderung digunakan sebagai media untuk melontarkan sesuatu yang berkonotasi negatif kepada lawan politiknya, misalnya sindiran terhadap

pasangan lawan politiknya yang kebetulan mempunyai rekam jejak buruk karena terkenal dengan isu negatif yang menerpanya, yaitu isu korupsi dan dinasti politiknya. Seharusnya Facebook dan Twitter dengan sifat interaktifnya yang lebih tinggi dibandingkan situs web, selain untuk strategi dalam mengcounter issue, seharusnya mampu dimanfaatkan oleh politisi untuk menjaring aspirasi rakyat mengenai permasalahan bangsa yang krusial untuk ditangani dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang seharusnya bisa mereka jaring melalui media sosial tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1993.

Arifin, Anwar. Komunikasi Politik: Filsafat, Paradigma, Teori, Tujuan, Strategi,

dan Komunikasi Politik Indonesia. Jogjakarta: Graha Ilmu, 2011.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rinekha Cipta, 2002.

Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014.

Dijk, Van. The Network Society. London: Sage Publication Ltd, 2006.

Djohan, Djohermansyah., dan Made Suwandi. Pilkada Langsung: Pemikiran dan

Peraturan. Jakarta: IIP Press, 2005.

Edwin, Donni, et al. Pilkada Langsung: Demokratisasi Daerah dan Mitos Good

Governance, dalam Koleksi Pustaka Pribadi Cecep Effendi. Jakarta:

Partnership, 2005.

Fatoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rinekha Cipta, 2006.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara 2013.

Heryanto, Gun Gun., dan Ade Rina Farida. Komunikasi Politik. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2013.

Hikmat, Mahi M. Komunikasi Politik: Teori dan Praktek dalam Pilkada

Langsung. Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2010.

Jankowski, Nicholas W. Creating Community with Media, dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed). The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd, 2006.

Junaedi, Fajar. Komunikasi Politik: Teori, Strategi, dan Aplikasi di Indonesia. Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2013.

Kaplan, Andreas., dan Michael Haenlein. Users of the world, unite! The

Challenges and Oppurtunities of Social Media. Business Horizons,

2010.

Liverouw, Leah A., dan Sonia Livingstone. The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd, 2006.

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Rosdakarya, 2005

Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006

Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996

Nadzir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indah, 2005

Nasrullah, Rulli. Cyber Media. Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013

Nurudin. Komunikasi Propaganda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008

Panahi, Sirous, Jason Watson., dan Helen Partridge. Social Media and Tacit

Knowledge Sharing: Developing a Conceptual Model. World Academy

of Science Journal, 2012.

Ridwan. Statistika Untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah/Swasta. Bandung: Alfabeta, 2004.

Riewanto, Agust. Ensiklopedia Pemilu. Wonogiri: Lembaga Studi Agama dan Budaya, 2007.

Rojak, Abdul., dan Istijar Nusantara. Sejarah Berdirinya Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan: Green Komunika, 2010.

Stake, Robert E. “Studi Kasus”, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (Ed). Handbook of Qualitative Reasearch. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Soesanto, Astrid S. Komunikasi Sosial di Indonesia. Jakarta: Bina Cipta, 1980.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif: Research and Development. Bandung: Alfabeta, 2007.

Triputra, Pinckey. Digital Natives: Pemahaman dan Sikap Mengenai Hak Cipta

III. Nomor 1. Depok: Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014.

Venus, Antar. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009.

Referensi Tambahan

Anthony Mayfield. What is Social Media? (Online resource:

http://www.icrossing.co.uk/fileadmin/uploads/eBooks/What_is_Social_ Media_iCrossing_ebook.pdf), 2007, page 5.

Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Tahun 2015.

(Online resource:

https://tangselkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-Ekonomi-Kota-Tangerang-Selatan-Tahun-2015.pdf), 2015, h. 27.

Badan Pusat Statistik. Indikator Kesejahteraan Kota Tangerang Selatan Tahun

2015. (Online resource:

https://tangselkota.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Indikator-Kesejahteraan-Rakyat-Kota-Tangerang-Selatan-Tahun-2015.pdf), 2015, h. 49.

Cleveland Ferguson. “The Politics of Ethics and Elections”, diakses dari

http://www.law.fsu.edu/journals/lawreview/frames/242/fergram/html pada 2 Maret 2016, Pukul 21:20 WIB.

Deny Irawan. “Hasil Quick Count di Tangsel Unggulkan Airin”, Charta Politika, diakses dari http://metro.sindonews.com/ pada 22 Desember 2015, pukul 13:27 WIB.

Diakses dari https://www.facebook.com/AirinRachmiDiany.BenyaminDavnie/ pada 31 Mei 2016, pukul 18:40 WIB.

Diakses dari https://www.facebook.com/AirinRachmiDiany.BenyaminDavnie/ pada 31 Mei 2016, pukul 18:40 WIB.

Diakses dari www.tangerangselatankota.go.id pada 31 Mei 2016, pukul 17:52 WIB.

Diakses dari ruangantara.org pada 31 Mei 2016, pukul 22:20 WIB.

Joniansyah Hardjono. “Isu Korupsi Gerus Elektabilitas Airin, tapi Tetap Teatas”, diakses dari haji.tempo.co pada 8 Juni 2016, pukul 23:42 WIB.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Keminfo. https://kominfo.go.id pada 10 Mei 2016, pukul 1:21 WIB.

KPUD Kota Tangerang Selatan. “Penetapan Hasil Suara di Kota Tangerang Selatan”, diakses dari http://www.kpud.go.id pada 2 Maret 2016, pukul 11:30 WIB. Riwayat Hidup Airin. Diakses dari www.kpud-tangsel.go.id pada tanggal 16

Maret 2016, pukul 2:57 WIB.

Riwayat Hidup Benyamin. Diakses dari www.kpud-tangsel.go.id pada tanggal 16 Maret 2016, pukul 2:59 WIB.

Vin Crosbie, 2002. What is New Media? Terarsip di

http://www.sociology.org.uk/as4mm3a.doc pada 13 April 2016, pukul 14:11 WIB.

We Are Social. Top Active Social Platform. Diakses dari

http://www.wearesocial.sg pada tanggal 3 Maret 2016, pukul 13:20 WIB.

Skripsi

Amalia, Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan Drs. H.

Benyamin Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011, Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Ryan Rifqi Nugroho, Teknik-Teknik Propaganda di Twitter Pasangan Jokowi-Ahok

dan Foke-Nara pada Pemilukada DKI Jakarta, Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Hasil Wawancara

Wawancara dengan Sonny Majid Daeng Taran, BSD Serpong, 24 April 2016.

Jabatan Informan : Tim Koordinator Counter Issue dan Juru Bicara Airin Rachmi Diany

Tanggal dan Waktu : 24 April 2016, 11:26 WIB.

1. Isu di sektor apa saja yang diekspos serta dianggap Timses sebagai isu positif (yang potensial) bagi pasangan AMIN demi membangun opini positif kepada publik?

Yang paling banyak dituduhkan ke Pasangan AMIN ini lebih pada ke beberapa kasus korupsi; korupsi yang menjerat suaminya, korupsi di internal Pemda Tangsel yang kasus Alat Kesehatan, dan pembangunan Puskesmas, serta akumulasi dari dua item itu. Maka pihak lawan politik membangun pencitraan bahwa Pasangan AMIN ini dicap sebagai keluarga koruptor.

2. Kapan waktu yang tepat bagi Timses melakukan pembalikkan isu yang menyerang pasangan AMIN? Apakah menunggu respon masyarakat reda terhadap isu negatif yang terlanjur berkembang tersebut atau malah membalasnya dengan isu positif?

Mengalihkan isu yang lebih besar. Kalau isu Pilkada itu kan’ selalu isu yang menarik tentang isu kampanye negatif antar calon, perseteruan penyelenggara Pilkada dengan kandidat. Kalau momentum konflik yang kita anggap itu konflik antara penyelenggara dengan salah satu pasangan

dahulu isunya kemudian melonjak lagi dengan tematik yang baru, misalnya isu Alkes kemudian tiba-tiba isu keluarga koruptor, itu membangun isunya tidak bersamaan, seakan menjadi stok isu. Disimpan satu, yang satu tidak mempan, keluarin lagi isu yang lainnya. Jadi waktu yang tepat untuk pembalikkan isu itu sifatnya tentatif, tergantung dari gimana feeling Timses untuk membaca peta isu di lapangan.

3. Dalam pandangan Timses AMIN ini pada Pilwalkot Tangsel 2015 kemarin, kira-kira pasangan mana dari kandidat lawan yang lebih banyak menyerang pasangan AMIN?

Kalau yang muncul ke ruang publik itu pasangan Ikhsan-Claudia, di medsos juga mereka selalu menyerang. Tetapi kalau dari sisi gerak-gerak di tingkat masyarakat langsung, bukan hal publisitas, itu sebenarnya pasangan Arsid-Elvier yang lebih banyak nyerang. Itu sebabnya kita tidak mau terjebak pada pertarungan isu politik di ruang publik atau di arena media sosial, koran cetak maupun media elektronik lainnya, sementara kita lupa menghadapi isu yang dibangun di tingkat masyarakat langsung oleh lawan politik lainnya.

Pasangan Ikhsan-Claudia itu cenderung menyerang di tahapan awal, sedangkan pasangan Arsid-Elvier muncul dalam penyerangan isu agak’ tinggi traffic-nya itu setelah masuk masa kampanye. Karena sudah pasti

merusak citra positif pasangan AMIN?

Kasus Pilkada kemarin, menurut kita tidak ada yang terlalu signifikan. Karena ketika mereka mengangkat isu korupsi tetapi fakta hukum tidak pernah membuktikan, maka itu bisa membalik image publik, bahwa Airin ini adalah sosok yang diintimidasi, semenjak isu itu kita berpikirnya bahwa isu korupsi adalah isu yang dibangun oleh lawan lebih kepada persoalan skenario politik saja. Kalau ditanya celahnya itu kita melihatnya tidak ada, itu bisa dilihat dari persentasi perolehan suara, harapan mereka kan’ suara kita turun tetapi faktanya tidak. Ini yang kadang tidak disadari sama lawan politik bahwa kadang isu hukum itu ada kalanya bisa digunakan untuk skenario politik, tatapi ketika tidak ada suatu putusan hukum yang tetap atau sah yang berbunyi Airin terlibat kasus korupsi. Akhirnya jadi berbalik, malah publik merasa isu itu bohong hanya cara yang digunakan lawan politik untuk menjatuhkan pasangan AMIN.

5. Terkait dengan isu, sekiranya ada atau tidak isu yang dianggap Timses AMIN paling mengancam elektabilitas?

Tetap isu korupsi, kemudian pemanfaatan birokrasi karena AMIN

incumbent. Kadang birokrasi ini ada konflik di internal, itu bisa saja

dimanfaatkan oleh lawan politik. Secara garis besar hanya itu, tetapi kalau hukum, Pilkada kemarin menghadapi isu pengembangan pembangunan

lainnya. Hal tersebut menjadi titik klimaks, itu langsung grafiknya naik, sewaktu AMIN menandatangani kemudian salah satu pejabat KPK juga hadir akhirnya isu korupsi itu runtuh. Karena itu juga merupakan fakta bahwa sosok AMIN transparan, tidak seperti yang dituduhkan. Akhirnya pasca penandatanganan itu isunya menjadi berbalik ke isu pemanfaatan birokrasi, karena mereka incumbent.

6. Mengapa Timses pasangan AMIN cenderung lebih memilih media sosial dalam mensosialisasikan program kampanyenya pada Pilwalkot Tangsel 2015? Hal ini bermakna bagaimana Timses AMIN memanfaatkan media sosial

Karena itu satu-satunya aplikasi publik yang bersentuhan langsung dengan publik, karena koran harus beli repot. Jadi memang media sosial sudah

genre komunikasi politik kini harus menggunakan optimasi media sosial.

Kemudian sasaran pemilih di kawasan perkotaan, dimana kultur masyarakatnya sudah modern, kalau tradisional kan dominannya ada di wilayah yang kecenderungannya masyarakat lokalnya itu masih tinggi jumlahnya, kenapa begitu? Karena salah satu ciri masyarakat tradisional itu masih ada unsur sistem ketokohan. Salah satu optimasi media sosial, untuk mengcover pemilih pemula generasi tekno, dan juga masyarakat urban yang

Apakah random atau bagaimana?

Justru kita lebih melibatkan kalangan muda, misalnya mahasiswa. Karena kalangan muda lebih fasih soal optimasi media sosial, lalu bagaimana mereka membaca report di media sosial dan saran masukkan dari mereka kemarin juga bermanfaat sekali. Karena macam saya ini kan’ bukan generasi tekno, jadi skill saya lebih pada bagaimana counter propaganda atau counter issue saja. Memang kemarin perkembangan di media sosial kita jadikan suatu komponen untuk menyusun isu baru. Misalnya begini, hampir semua kandidat di luar AMIN itu jarang menggarap isu kebutuhan anak-anak muda. Kemarin saya dapat counter issue yang tematiknya anak muda itu dari teman-teman yang tugasnya mengelola media sosial. Sementara anak-anak muda ini harus dikasih pemahaman bahwa politik itu penting, anak muda itu juga tidak boleh alergi terhadap politik. Salah satu komponen yang kemarin kita sampai bikin analisis isu itu lebih banyak input-an dari teman-teman muda yang kita gunakan, seperti dari komunitas di Pamulang yang sangat optimal dalam menggunakan media sosial, termasuk Airin juga punya gadget untuk memantau isu-isu yang berkembang.

8. Apakah parpol pendukung juga ikut mensosialisasikan program kampanye? Dan bagaimana caranya serta bentuknya jika ada?

pemaksilan jaringan partai sampai ke bawah. Jadi dengan parpol pendukung lebih pada tiga item itu. Sekaligus membantah tuduhan kalau di internal parpol pendukung itu pecah, jadi saya merotasi narasumber tidak hanya satu partai. Misalnya hari ini saya ngobrol dengan ketua partai PPP, tentang bagaimana kesiapan partai PPP dan keyakinan prediksi perolehan suara, besoknya NasDem, besoknya lagi saya ngobrol dengan GolKar. Tetapi memang orang parpol tidak terlalu terjun ke lapangan, karena di tengah struktur orang parpol itu dikelilingi oleh tim-tim relawan yang dibentuk untuk mensosialisasikan program kampanye ke bawah. Relawan juga kita minta perkembangan isu yang lokalitas. Misalnya kecurangan black

campaign lawan, kapanpun relawan bisa melaporkan suatu kejadian yang

kita anggap itu bisa menjadi isu besar. Itu akhirnya menjadi bukti bahwa kandidat lain yang menuduh pasangan AMIN curang ternyata mereka juga melakukan hal yang sama. Jadi relawan di sini berperan sebagai penginput informasi. Tetapi kadang kita juga turun ke bawah untuk wawancara tokoh masyarakat.

9. Bagaimana strategi yang digunakan Timses AMIN dalam menangkal isu negatif yang sudah terlanjur berkembang di tengah-tengah publik? Dalam konteks ini khususnya strategi di media sosial Facebook dan Twitter

15 hari kemudian misalnya, apakah isu ini keluar, kalaupun iya setelah isu sebelumnya sudah tersebar isu apa lagi yang akan keluar. Dari kesemuanya itu sudah kita prediksi runutan isunya, dan biasanya benar apa yang sudah kita prediksi dipadukan dengan feeling Timses. Pada intinya strategi yang digunakan adalah defensif dibanding ofensif. Tetapi kalaupun diperlukan usaha ofensif itu akan tetap dilakukan, dengan catatan ukuran skala yang sama dengan isu yang digulirkan oleh lawan. Misalnya isu korupsi, berarti kita mencari isu untuk menyerang lawan yang bobotnya sama atau bisa jadi lebih besar, supaya isu negatif itu tenggelam. Ada orang melempar isu itu untuk mengungkap isu yang lain, ada juga orang melempar isu itu harapannya orang yang dituduhkan terpancing. Kalau Airin terpancing maka dia tidak fokus pada persoalan sosialisasi figur, penguatan figur dia di ruang publik, itu bisa terganggu. Memang kemarin kesepakatannya, AMIN lebih fokus pada persoalan sosialisasi kefiguran, penyampain visi misi di tingkat masyarakat, dan tetap menjalankan tugas sebagai Walikota di saat tidak sedang cuti kampanye. Jadi memang seorang analis itu harus bisa membaca itu, apakah isu ini hanya untuk memancing isu lain atau memang sengaja isu dilempar supaya isunya besar, isu bisa menjadi besar karena respon kita akhirnya bergulir panjang isunya. Ditarik garis besarnya, lebih banyak bertahan dibanding menyerang. Karena pertimbangan kalau

Tanggal dan Waktu : 27 April 2016, 11:59 WIB.

1. Posisi Bang Rudy di sini sebagai pemegang akun-akun pendukung pasangan Airn-Ben atau malah pemegang akun resmi pasangan Airin-Ben?

Saya pemegang akun-akun pendukung pasangan Airin-Ben, termasuk inisiatif saya sendiri membuat akun yang bernama @Saharani (Sahabat Airin Rachmi Diany) di Twitter. Itu akun yang dibuat khusus untuk menyampaikan informasi yang sebelumnya sudah direncanakan oleh tim, dan itu hanya di media Twitter, sedangkan di media Facebook tidak dibuat. Karena pada saat Pilkada kemarin, fokusnya memang dimainkan di media

Twitter, dan kita menilai Twitter lebih ramai dibandingkan dengan media

sosial yang lainnya. Karena saya menilai waktu itu pertarungan ada di

Twitter maka kemudian dibikin akun @Saharani. Jadi, memang saya

mengelola akun tersebut dan membuat agenda setting-nya ke depan isu-isu apa saja yang dibangun tetapi itu hanya turunan dari rapat yang kita sudah buat dengan tim, misal isunya adalah seperti ini dan meng-counter nya dengan seperti ini.

2. Bang Rudy bagian dari Komunitas Tangsel Institut dan juga bagian dari Tim Pengelola Media Sosial Airin-Ben, uraian job desk-nya seperti apa?

Saya mendapat kekhususan di wilayah media sosial dengan garapan fokus ke pemilih pemula. Job desk saya; pertama lebih ke arah bagaimana

Pilkada.

3. Bagaimana tim Airin-Ben dalam membangun wacana politik? Hasil kerja atau target pencapaian Airin-Ben

Jadi begini, ada teknis rapat yang memang rutin dan dijadwalkan, serta ada rapat yang fleksibel. Kita sebenarnya tidak masuk ke dalam struktur resmi, jadi kita hanya menjadi bagian yang mendukung pasangan ini, bisa disebut tim relawan yang mem-backing orang-orang struktur. Pola kerja kita memang ketika ada berbagai persoalan terkait dengan Airin-Ben pada saat itu biasanya metode kerja kita dengan berkomunikasi lewat grup dengan pembagian tugas yang sudah dijelaskan dan disepakati dari awal, misalnya ada bagian untuk meng-counter issue; terdiri dari orang yang merumuskan isunya lalu mendistribusikan isu. Untuk Pilkada Tangsel 2015 kemarin, kita lebih merespon hal-hal yang sifatnya aktual. Aktual maksudnya di sini apa yang terjadi akan dijawab langsung, tidak merumuskan agenda setting yang terlalu sistematis dalam melempakan isu, artinya karena kemarin lebih banyak penyerangan dari kandidat lawan sehingga kemudian kita harus meng-counter dengan cara-cara menjawab isu-isu aktual yang dilemparkan oleh teman-teman tim media yang lain.

4. Dalam pengamatan Bang Rudy top ranking issue yang sering dikeluarkan oleh kandidat lawan itu terkait dengan isu apa?

5. Lalu, kandidat mana yang menurut Bang Rudi paling banyak menggulirkan usaha ofensif ke pasangan Airin-Ben?

Hampir dua-duanya sama, namun kalau bicara di media sosial baik pasangan Arsid-Elvier dan Ikhsan-Claudia seimbang dalam menggulirkan usaha ofensifnya.

6. Tim lebih memilih sikap defensif atau sikap ofensif?

Karena sifat responnya harus fleksibel, kembali lagi melihat kemarin pasangan lawan memang sudah merencanakan mereka lebih tersistematis dan mereka sudah menyiapkan stok isu, tetapi kita juga sudah melihat bahwa paling terukurnya itu adalah isu yang akan mereka bangun adalah tidak jauh dari isu korupsi dan isu kinerja karena memang status quo. Artinya kita juga melihat pasti isu-isu yang terbangun itu sudah kita analisa dari jauh-jauh hari. Sehingga ketika ada serangan yang muncul kita sudah bisa meng-counter nya dengan cara menyampaikan apa-apa yang sudah kita rencanakan juga. Bahkan kadang kala kita mengambil bahan-bahan yang jauh-jauh hari sudah ada, maka kita tidak kesulitan untuk menjawab ketika ada isu yang baru atau sebagainya. Karena praktis sebenarnya tidak ada isu yang baru yang dilemparkan oleh kandidat lawan ke Airin-Ben, jadi intinya memang sikap kita berimbang terkadang bertahan dan terkadang

Dokumen terkait