• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Persentase Eksplan Hidup, Persentase Browning dan Persentase Kontaminasi

2. Persentase Kontaminasi (%)

Kontaminasi merupakan salah satu gangguan dalam kegiatan kultur in vitro.

Kontaminasi dikarenakan munculnya mikroorganisme yang tidak diharapkan pada medium maupun eksplan yang ditanam. Mikroorganisme yang menyebabkan kontaminasi dapat berupa bakteri, jamur atau keduanya (Sumbari, 2011). Menurut Muhtarizudin dkk (2004) dalam Sumbari (2011) menyatakan kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri ditandai dengan adanya lendir atau eksudat berwarna keruh atau putih, sedangkan kontaminasi yang disebabkan oleh jamur ditandai dengan terdapat miselium berwarna putih tetapi tidak berlendir. Persentase kontaminasi disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 9.

Gambar 9. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap Persentase kontaminasi anggrek Vanda tricolor pada 8 mst.

Berdasarkan data pada Tabel 2 dan Gambar 9, menunjukkan bahwa kontaminasi hanya terjadi pada perlakuan C (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 50g/L + sukrosa 15g/L) yaitu sebanyak 20 %. Eksplan yang ditanam mengalami

A : VW + Sukrosa 30g/L B : PO 3ml/L + Sukrosa 30g/L C : PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15 g/L D : PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15 g/L E : PO 3ml/L + EK 150g/L+ Sukrosa 15 g/L F : PO 3ml/L + EK 200g/L+ Sukrosa 15 g/L

VW = medium Vacint & Went

PO = pupuk organik

kontaminasi oleh jamur dan bakteri (gambar 7). Kontaminasi yang terjadi diduga bersifat endogen yaitu kontaminasi yang berasal dari dalam eksplan atau dalam jaringan eksplan, dikarenakan kontaminasi terjadi pada minggu ke-2 sehingga ketika proses pertumbuhan eksplan mengalami kontaminasi meski telah dilakukan sterilisasi sebelum inokulasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Sumbari (2011) yang menyatakan bahwa kontaminasi bersifat endogen apabila kontaminasi terjadi detelah eksplan berumur lebih dari satu minggu.

Fahmadi dkk (2006) dalam Sumbari (2011) menyatakan ada dua sifat kontaminasi yaitu kontaminasi yang bersifat eksogen dan endogen. Kontaminasi yang bersifat endogen ialah kontaminasi yang berasal dari dalam eksplan, dan kontaminasi yang bersifat eksogen ialah kontaminasi yang berasal dari luar eksplan. Kontaminasi yang berasal dari luar eksplan dapat dipengaruhi oleh udara dan lingkungan sekitar eksplan, didukung oleh Putri (2015) yang menyatakan bahwa kondisi lingkungan kulturpun memacu adanya kontaminasi, karena mikroorganisme bakteri dapat dengan mudah tersebar di lingkungan sekitar dengan bantuan aliran udara, dan apabila bakteri atau jamur jatuh dalam eksplan maka bakteripun akan tumbuh dan berkembang biak (Gambar 10).

(a) (b)

Gambar 10. (a) Eksplan anggrek Vanda tricolor mengalami kontaminasi bakteri (b) Eksplan anggrek Vanda tricolor mengalami kontaminasi jamur

3. Persentase Browning (%)

Browning atau pencoklatan terjadi karena adanya perubahan warna pada

eksplan menjadi coklat sehingga membuat eksplan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Santoso (2001) dalam Pangestuti (2011) browning dapat terjadi secara biokimia dengan pengaruh adanya reaksi enzimatik dan

non enzimatik. Perubahan enzimatik pada eksplan merupakan proses terjadinya katalisasi oleh senyawa fenol yang disebut polifenol oksidase, sedangkan secara non

enzimatik melalui proses mailiard. Persentase browning disajikan pada Tabel 2 dan

Gambar 11. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap persentase Browning anggrek Vanda tricolor pada 8 mst.

Berdasarkan data Tabel 2 dan Gambar 11, diketahui bahwa perlakuan Pupuk Organik 3ml/liter + BAP 2mg/liter + NAA 1mg/liter + Ekstrak kersen 200g/liter + sukrosa 15 g/liter mengalami tingkat browning paling tinggi. Hal ini diduga

disebabkan oleh kandungan sukrosa pada medium cukup tinggi sehingga membuat eksplan mengalami browning karena proses mailliard. Proses mailliard ialah suatu

reaksi yang terjadi antara asam amino dengan sukrosa menjadi senyawa melanoidin yang dapat mengakibatkan pencoklatan pada eksplan (Pangestuti,2011). Selain itu, kandungan karbohidrat yang terkandung dalam ekstrak kersen 200g/liter cukup tinggi dan memberikan tambahan sukrosa pada medium. Menurut Pangestuti (2011), karbohidrat yang dipanaskan akan menghasilkan sukrosa yang sesuai dengan susunan cincin kimianya dan diantranya ialah sukrosa, sedangkan medium yang dipanaskan akan membuat sukrosa mengalami proses hidrolisis yang berubah menjadi sukrosa dan fruktosa yang lebih efisien untuk tanaman dalam kultur.

A : VW + Sukrosa 30g/L B : PO 3ml/L + Sukrosa 30g/L C : PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15 g/L D : PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15 g/L E : PO 3ml/L + EK 150g/L+ Sukrosa 15 g/L F : PO 3ml/L + EK 200g/L+ Sukrosa 15 g/L

VW = medium Vacint & Went

PO = pupuk organik

Penambahan sukrosa dalam medium juga menyebabkan tingkat kepekatan dalam medium menjadi tinggi. Tingginya kepekatan media akibat penambahan sukrosa mengakibatkan tekanan osmotik dalam media menjadi sangat tinggi. Menurut Rineksane (2011) dalam Aprillyastuti (2014) adanya perbedaan tekanan osmotik antara medium dengan konsentrasi tinggi dan eksplan dapat menyebabkan sel-sel yang ada dalam eksplan mengalami plasmolisys, sehingga sel akan mati dan berubah

warna menjadi coklat (browning). Santoso (2001) dalam Pangestuti (2011),

menyebutkan eksplan yang browning tidak mengalami proses pertumbuhan karena

sel akan mengalami plasmolysis akibat pekatnya medium oleh jumlah sukrosa.

Pada perlakuan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L) browning atau pencoklatan yang terjadi tidak mengakibatkan kematian pada

eksplan. Hal ini terjadi karena browning atau pencoklatan hanya terjadi di permukaan

eksplan, dengan adanya air serta nutrisi dan ZPT pada medium menyebabkan eksplan mengalami imbibisi dan terjadi metabolisme sel, sehingga eksplan yang mengalami pencoklatan dapat tumbuh kembali meskipun pertumbuhan eksplan tidak maksimal.

47

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari haril penelitian ini dapat di simpulkan bahwa :

1. Penggunaan Pupuk organik dapat menggantikan Medium Vacin and Went (VW)

pada subkultur anggrek Vanda tricolor

2. Penggunaan Pupuk Organik 3ml/liter + BAP 2mg/liter + NAA 1mg/liter + Sukrosa 30g/liter menghasilkan pertumbuhan terbaik pada subkultur anggrek Vanda tricolor.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan ekstrak kersen sebagai substitusi sukrosa pada subkultur anggrek Vanda tricolor secara in vitro.

48

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, B. 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. CV. Alfabeta, Bandung. Acima. 2006. Pengaruh jenis media dan konsentrasi BAP terhadap multiplikasi

adenium (Adenium obesum) secara in vitro. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Aprillyastuti, Wulan. 2014. Pengaruh Imbangan 2,4-D dan Thidiazuron pada Medium ½ MS dengan Glutamin terhadap Induksi Kalus Embriogenik pada Eksplan Daun Manggis. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Arditi, Y. 1967. Germination and Growth of Orchids on Banana Fruit Tissue and some of its Ekstract. Amer. Orch.Soc.Bull:112-116.

DIGrow. 2015. Pupuk Organik DI Grow. http://www.digrow.com/. Diakses pada 20 november 2015

Dwiyani, R.,Yuswanti, H, dan Darmawati, I.A.P. 2013. Induksi Kalus Pada Tanaman Anggrek Vanda tricolorlindl.Varietas Suavis, Upaya Penyediaan Target Transformasi Melalui Agrobacterium tumefaciens. Bionatura-Jurnal Ilmu- ilmu Hayati dan Fisik. Vol. 15, No. 2: 114 – 116

Dwiyani, R.,dkk, 2009, peningkatan kecepatan pertumbuhan embrio anggrek Vanda tricolorLindl. pada medium diperkaya dengan ekstrak tomat, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang

Gardner, F. P., R. B. Pearce, R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI-Press. Jakarta. 426 hal.

Gibson, Susan I. 2004. Sugar and phytohormone response pathways: navigating a signalling network.Crosstalk in Plant Signal Transduction Special Issue. Journal of Experimental Botany. Vol. 55, No. 395 pp. 253±264.

Handoko, Eri.2013.Penggunaan Ekstrak Kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai Substitusi Medium pada Subsuktur Anggrek Dendrobium sp. Secara In vitro.Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Hendaryono, D.P.S., dan A.Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 139p.

Hendaryono, D. P. 2001. Pembibitan Anggrek Dalam Botol. Kanisius. Yogyakarta. 69 hal.

Hooley, R. 1994. Gibberellins : Perception, Transduction And Responses. Plant Molecular Biology 26 : 1529-1555.

Irawan, R. 2013. Medium Alternatif perbanyakan In-Vitro Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis). Agroteknos. Vol.3. No.3:184-189

Lawalata, I. 2013. Pemberian GA3 dan Sukrosa Pada Pertumbuhan Vegetatif Gloxinia (Singia speciosa) Secara In Vitro. Jurnal Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Pattimura. Vol 9

Metusala, D. 2006. Melirik Konservasi Anggrek Vanda tricolor di Merapi. http://anggrek.org/melirik-konservasi-anggrek-vanda-tricolor-di-merapi- 2.html. Diakses tanggal 31 maret 2015

Mutafawwiqin. 2012. Kultur Jaringan. http://Sumberkita.com/kultur-jaringan/., diakses April 2015.

Muawanah .2005. Penggunaan Pupuk Hyponex, Ekstrak Tomat, dan Ekstrak Pisang dalam Perbanyakan dan Perbesaran Plantlet Anggrek Dendrobium (Dendrobium canayo) Secara In Vitro. Jurusan Budidaya Pertanian IPB, Bogor.

Nurjanah, E. 2009. Pengaruh Kombinasi NaCl dan ZPT IBA Pada Media MS Terhadap Pertumbuhan Galur Mutan Padi Secara Invitro. Prodi Biologi. Fakultas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nursanti, I. 2003.Kajian Macam Dan Konsentrasi Pupuk Daun Pada Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp.. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta

Pangestuti, A. 2011. Penggunaan Destrak Kurma Sebagai bahan Substitusi Sukrosan Pada Medium Anggrek Grammatophyllum scriptum Secara In Vitro. Fakultas pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta Parnata, Ayub S. 2005. Panduan Budidaya dan Perawatan Anggrek. AgroMedium,

Jakarta

Putri, F. 2015. Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia Pendans) Dengan Penambahan Ga3 Dan Naa Dalam Medium Ms Secara In Vitro.Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta

Republika. 2003. Anggrek khas lereng merapi terancam punah. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/03/nj6qlj-anggrek- khas-lereng-merapi-terancam-punah. Diakses tanggal 31 maret 2015. Setiawan, H. 2002, Usaha pembesaran anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 Hal Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.

Yogyakarta.

Sumbari, Seto. 2011. Multiplikasi stek Mikro untuk Perbanyakan Bibit in Vitro jarak Pagar (Jatropha curcas) dan induksi planlet dengan berbagai ZPT. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Trieha, Utroq. 2015. Daun Talok (Kersen) Ternyata Bisa Dimanfaatkan Sebagai

Bahan Coklat. http://ensiklo.com/2015/06/daun-talok-kersen-ternyata-bisa- dimanfaatkan-sebagai-bahan-coklat/. Diakses tanggal 10 Juni 2016.

Ulum, Mifhatul. 2015. Begini Cara Anggrek Vanda tricolor Merapi Bisa Lestari. http://semarang.bisnis.com/read/20150203/14/76488/begini-cara-anggrek- vanda-tricolor-merapi-bisa-lestari. Diakses tanggal 23 Mei 2016.

Verheij, EWM. 1997. Proses Sumber Daya Nabati Asia Tenggara dan Buah-buahan yang dapat digunakan. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Wahyudi, Edri. 2011. Uji Konsentrasi Kinetin Dan NAA Terhadap Multiplikasi Embrio Aren (Arenga pinnata (W) Merr) Secara In Vitro. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Riau. Pekanbaru.

Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya. Bumi Aksara. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran I. Layout Penelitian

D1 E1 C5 B2 D3 B3 D6 E6 C10 B7 D8 B8 E4 A3 E2 B5 E3 B4 E9 A8 E7 B10 E8 B9 D5 F2 E5 A4 F4 C3 D10 F7 E10 A9 F9 C8 F3 A1 F5 B1 D4 F1 F8 A6 F10 B6 D9 F6 C1 D2 C4 A2 A5 C2 C6 D7 C9 A7 A10 C7 Keterangan : A : Medium VW + Sukrosa 30g/L;

B : Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L;

C : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 50g/L + sukrosa 15 g/L D : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 100g/L + sukrosa 15 g/L E : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 150g/L + sukrosa 15 g/L F : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 : Ulangan

Lampiran II. Hasil Sidik Ragam software Statistical Analysis System (SAS)

A. Sidik Ragam Tinggi Tanaman

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 0.17352273 0.03805405 1.13 0.3632 ns

Error 49 1.70575000 0.03366290

Corrected Total 54 1.87927273

Keterangan : ns (nonsignificant)

B. Sidik Ragam Jumlah Tunas

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 6.62727273 1.32545455 9.41 <.0001 s

Error 49 6.90000000 0.14081633

Corrected Total 54 13.52727273 Keterangan : s (significant)

C. Sidik Ragam Jumlah Daun

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 49.96146190 3.56867585 5.07 <.0001 s

Error 49 28.14762901 0.70369073

Corrected Total 54 78.10909091 Keterangan : s (significant)

D. Sidik Ragam Jumlah akar

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 6.10580808 1.22116162 3.06 0.0175 s

Error 49 19.53055556 0.39858277

Corrected Total 54 25.63636364 Keterangan : s (significant)

E. Sidik Ragam Jumlah Bakal Tunas

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 5 51.13636364 10.22727273 2.84 0.0250 s

Error 49 176.5000000 3.6020408

Corrected Total 54 227.6363636 Keterangan : s (significant)

Lampiran III. Komponen Medium VW (Vacint & Went) Dan Pupuk Organik

VW (Vacint & Went) (1 liter) Pupuk Organik (250 ml)

Kandungan Komposisi Kandungan Komposisi

Ca3 (PO4)2 KNO3 KH2PO4 MnSO4 (NH4)2SO4 Fe2(C4H4O6)3 MgSO4 200 mg 525 mg 250 mg 7,5 mg 500 mg 28 mg 250 mg C-org N P K Mg S Ca Cl Fe Mn Cu Zn B Mo Pb Cd Co As asam amino asam humik asam Fulfik IAA Zeatin Kinetin GA3 8,70 %); 4,45 %); 4,92 % 4,57 %); 0,03 %); 0,69 %); (0,005 % 0,50 %); 397 ppm 2166 ppm 507 ppm 359 ppm 149 ppm 5 ppm 0,4 ppm 0,1 ppm 16 ppm 0,1 ppm 0,282 % 0,150 % 0,030 % 33,62 ppm 32,45 ppm 40,87 ppm 94,80 ppm Sumber :

1. George dan Sherrington ,1984 (dalam tulisan Nanang Wahyu Aji, 2004) 2. Digrow, 2015

Lampiran IV. Kandungan Buah Kersen

Kandungan Jumlah yang dikandung tiap

100 gram berat buah

Air 77,8 g Protein 0,384 g Lemak 1,56 g Karbohidrat 17,9 g Serat 4,6 g Abu 1,14 g Kalsium 124,6 mg Fosfor 84,0 mg Besi 1,18 mg Karoten 0,019 g Tianin 0,065 g Riboflavin 0,037 g Niacin 0,554 g Vitamin C 80,5 mg Nilai Energi 380kJ/100 g

Lampiran V. Komposisi Medium Perlakuan

Komposisi Perlakuan untuk 400 ml

3 ml/L

Pupuk Organik 1,2 ml

Keterangan : 400ml = Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan Komposisi Stok VW Perlakuan untuk 400 ml 20 ml/L KNO3 8 ml MgSO4 8 ml Ca3 (PO4)2 8 ml (NH4)2SO4 8 ml MnSO4 8 ml Fe2(C4H4O6)3 8 ml KH2PO4 8 ml

Keterangan : 400ml = Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan

Komposisi Perlakuan untuk 400 ml

50 g/L 100 g/L 150 g/L 200 g/L

Ekstrak Kersen 20 g 40 g 60 g 80 g

Keterangan : 400ml = Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan

Komposisi Perlakuan untuk 400 ml

30 g/L 15 g/L

Gula 12 g 6 g

Keterangan : 400ml = Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan

Komposisi Perlakuan untuk 400 ml

2 mg/L atau 2 ppm

BAP 8 ml

Keterangan : 400ml = Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan

Komposisi Perlakuan untuk 400 ml

1 mg/L atau 1 ppm

NAA 4 ml

Keterangan : 400ml = Jumlah konsentrasi berdasarkan volume pelarut yang digunakan.

Lampiran VI. Pembuatan Medium Perlakuan

Medium perlakuan dibuat sebanyak 400 ml untuk masing-masing perlakuan, adapun tahap pembuatannya sebagai berikut:

Medium VW + Sukrosa 30g/L

A

Ditambahkan larutan stok KNO3, MgSO4, Ca3 (PO4)2, (NH4)2SO4, MnSO4, Fe2(C4H4O6)3, KH2PO4 masing – masing 8 ml (20 ml/L)

DitambahkanBAP 8 ml (2 mg/ L atau 2 ppm) dan NAA 4 ml (1 mg/ L atau 1 ppm)

Ditambahkan100 ml Aquadest

Ditambahkan sukrosa sebanyak 12 g (30 g/L)

cek pH dengan menggunakan pH stik hingga mencapai pH 6,0

Tera larutan dengan aquades hingga mencapai batas tera 400 ml dan ditambahkan gellan gum sebanyak 1,6 g (4 g/L)

Masak larutan hingga mendidih, lalu tuang ke botol kultur ± 20 ml, dan sterilisasi dengan autoklave bertekanan 1 atm

Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L

Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 50g/L + sukrosa 15 g/L

B

Ditambahkan Pupuk organik sebanyak 1,2 ml (3 ml/L)

DitambahkanBAP 8 ml (2 mg/L atau 2 ppm) dan NAA 4 ml (1 mg/L atau 1 ppm) Aquadest

Ditambahkan100 ml Aquadest

Ditambahkan sukrosa sebanyak 12 g (30 g/L)

cek pH dengan menggunakan pH stik hingga mencapai pH 6,0

Tera larutan dengan aquades hingga mencapai batas tera 400 ml dan ditambahkan gellan gum sebanyak 1,6 g (4 g/L)

Masak larutan hingga mendidih, lalu tuang ke botol kultur ± 20 ml, dan sterilisasi dengan autoklave bertekanan 1 atm

C

Ditambahkan Pupuk organik sebanyak 1,2 ml (3 ml/L)

DitambahkanBAP 8 ml (2 mg/L atau 2 ppm) dan NAA 4 ml (1 mg/L atau 1 ppm)

Ditambahkan100 ml Aquadest

Ditambahkan sukrosa sebanyak 6 g (15 g/L) dan ekstrak kersen 20 g (50 g/L)

cek pH dengan menggunakan pH stik hingga mencapai pH 6,0

Tera larutan dengan aquades hingga mencapai batas tera 400 ml dan ditambahkan gellan gum sebanyak 1,6 g (4 g/L)

Masak larutan hingga mendidih, lalu tuang ke botol kultur ± 20 ml, dan sterilisasi dengan autoklave bertekanan 1 atm

Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 100g/L + sukrosa 15 g/L

Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 150g/L + sukrosa 15 g/L

D

Ditambahkan Pupuk organik sebanyak 1,2 ml (3 ml/L)

DitambahkanBAP 8 ml (2 mg/L atau 2 ppm) dan NAA 4 ml (1 mg/L atau 1 ppm)

Ditambahkan100 ml Aquadest

Ditambahkan sukrosa sebanyak 6 g (15 g/L) dan ekstrak kersen 40 g (100 g/L)

cek pH dengan menggunakan pH stik hingga mencapai pH 6,0

Tera larutan dengan aquades hingga mencapai batas tera 400 ml dan ditambahkan gellan gum sebanyak 1,6 g (4 g/L)

Masak larutan hingga mendidih, lalu tuang ke botol kultur ± 20 ml, dan sterilisasi dengan autoklave bertekanan 1 atm

E

Ditambahkan Pupuk organik sebanyak 1,2 ml (3 ml/L)

DitambahkanBAP 8 ml (2 mg/L atau 2 ppm) dan NAA 4 ml (1 mg/L atau 1 ppm)

Ditambahkan100 ml Aquadest

Ditambahkan sukrosa sebanyak 6 g (15 g/L) dan ekstrak kersen 60 g (150 g/L)

cek pH dengan menggunakan pH stik hingga mencapai pH 6,0

Tera larutan dengan aquades hingga mencapai batas tera 400 ml dan ditambahkan gellan gum sebanyak 1,6 g (4 g/L)

Masak larutan hingga mendidih, lalu tuang ke botol kultur ± 20 ml, dan sterilisasi dengan autoklave bertekanan 1 atm

Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L

F

Ditambahkan Pupuk organik sebanyak 1,2 ml (3 ml/L)

DitambahkanBAP 8 ml (2 mg/L atau 2 ppm) dan NAA 4 ml (1 mg/L atau 1 ppm)

Ditambahkan100 ml Aquadest

Ditambahkan sukrosa sebanyak 6 g (15 g/L) dan ekstrak kersen sebanyak 80 g (200 g/L)

cek pH dengan menggunakan pH stik hingga mencapai pH 6,0

Tera larutan dengan aquades hingga mencapai batas tera 400 ml dan ditambahkan gellan gum sebanyak 1,6 g (4 g/L)

Masak larutan hingga mendidih, lalu tuang ke botol kultur ± 20 ml, dan sterilisasi dengan autoklave bertekanan 1 atm

Lampiran VII. Deskripsi Singkat Pupuk Organik Komersial yang Digunakan

a.Pupuk Organik DI Grow (Dokumentasi Pribadi, 2016)

b. Kandungan Pupuk Organik DI Grow dalam 250 ml (Dokumentasi Pribadi,

2016)

Keterangan :

Produksi : PT. Diamond Interest Internasional

Alamat : Cempaka Mas Mega Grosir Blok D No.3, Jl Let. Jend. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta.

Legalitas : 02.02.2012.086 Harga : Rp 55.000

1

UNTUK SUBSITUSI MEDIUM VW (VACINT AND WENT) DAN GLUKOSA PADA MEDIUM SUBKULTUR ANGGREK Vanda tricolor SECARA IN VITRO

Nurika Sahtiana1, Innaka Ageng Rineksane2, Gatot Supangkat2 1

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

E-mail: nsahtiana@gmail.com

INTISARI

Penelitian yang berjudul “Penggunaan Pupuk Organik dan Ekstrak Kersen (Muntingia calabura L.) untuk Substitusi Medium VW (Vacint and Went) dan Sukrosa pada Medium Subkultur Anggrek Vanda tricolor Secara in Vitro” bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen, serta menentukan konsentrasi dari campuran pupuk organik dan ekstrak kersen yang paling efektif sebagai medium substitusi terhadap keberhasilan subkultur anggrek Vanda tricolor. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari – April 2016 bertempat di Laboratorium Kultur in Vitro Fakultas Pertanian UMY.

Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Sedangkan, penelitian dilakukan dengan metode percobaan faktor tunggal. Adapun perlakuan yang diujikan adalah Pupuk Organik 3ml/L dan Ekstrak kersen dengan variasi takaran 50g/L, 100g/L, 150g/L, dan 200g/L. Parameter yang diamati meliputi pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan jumlah bakal tunas, pertambahan jumlah akar, persentase eksplan hidup, persentase eksplan kontaminasi dan persentase eksplan browning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Pupuk Organik 3ml/liter+Sukrosa 30g/liter dapat menggantikan medium VW+Sukrosa 30g/liter danmenghasilkan pertumbuhan terbaik pada subkultur anggrek Vanda tricolor.

Kata Kunci : Pupuk Organik, Ekstrak Kersen, Medium VW (Vacint And Went), Anggrek Vanda tricolor

2

Orchids In Vitro

Nurika Sahtiana1, Innaka Ageng Rineksane2, Gatot Supangkat2 1

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

E-mail: nsahtiana@gmail.com

ABSTRACT

The research, entitled "The Use of Organic Fertilizer and Cherry Extract (Muntingia calabura L.) for Medium Substitution VW (Vacint And Went) and Sucrose in Subculture Medium Vanda tricolor Orchids In Vitro" was studying the effect of organic fertilizers and cherry extract, and determining the concentration of organic fertilizer and cherry extract that will be an effective formula to substitute medium subculture of Vanda tricolor. The research was conducted in January to April 2016 at Laboratorium of Vitro Culture, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

This research was design by using Completely Randomized Design (CRD) with 10 replications and was done by using a single factor experimental design.The treatments were organic fertilizer 3 ml / L and cherry extract with variety of 50g / L, 100g / L, 150g / L, and 200g / L. The parameter of observation were the height of shoots, increasing number of leaves, increasing number of shoots, increasing number of shoots apical, increasing number of roots, percentages of live explants, percentages of explants contamination and percentages of explants browning. The results revealed that the use of organic fertilizer 3ml/L+ sucrose 30g/L could replace Medium VW+ sucrose 30g/L and revealed the best result in subculture of Vanda tricolor

Keywords: Organic Fertilizer, cherry extract, Medium VW (Vacint And Went), Vanda tricolor Orchids.

1 Erupsi-erupsi merapi selanjutnya telah menghancurkan hutan dan anggrek Vanda tricolor yang menghanguskan 80% habitat asli anggrek ini (Republika, 2003). Keberadaan anggrek Vanda tricolor yang semakin berkurang tersebut mendorong adanya upaya untuk pelestarian anggrek Vanda tricolor ke habitat aslinya terutama di lereng Gunung Merapi, sehingga kebutuhan bibit anggrek Vanda tricolor tergolong tinggi. Perbanyakan Anggrek Vanda tricolor secara kultur In Vitro telah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya dan pada penelitian ini akan dilakukan perbanyakan bibit anggrek anggrek Vanda tricolor Lindl. untuk konservasi melalui subkultur. Kebutuhan unsur hara yang ada pada medium lama sudah hampir habis, dan pemisahan dari koloni yang sudah terlalu padat pada media sebelumnya. Media tanam yang umumnya digunakan untuk tanaman anggrek adalah media VW (Vacint and Went) (Arifin dan Sulistyantara, 1993) namun, karena media VW (Vacint and Went) mengandung senyawa hara murni yang membutuhkan biaya cukup tinggi, sehingga perlu diupayakan untuk mendapatkan media alternatif yang murah dan dapat menggantikan media VW (Vacint and Went) untuk subkultur anggrek Vanda tricolor. Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti sumber hara atau nutrisi yang ada pada media VW (Vacint and Went), seperti pada penelitian Indriyanti (2006) yang menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun seedling anggrek Dendrobium spectabile, dan penambahan pupuk organik dengan konsentrasi 10 ml/L ke dalam media, selaian itu penggunaan pupuk. Selain nutrisi, gula juga sangant dibutuhkan untuk media subkultur karena dapat menjadi sumber energi pada ekplan. Kebutuhan gula untuk memberikan energi di dalam media taman dapat digantikan dengan ekstrak buah-buahan yang banyak mengandung gula, salah satunya ialah ekstrak buah kersen yang diduga dapat digunakan sebagai substitusi gula/ energi pada media tanam untuk subkultur anggrek Vanda tricolor. Dari hal tersebut, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengunaan

anggrek vanda Tricolor. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menggantikan media kultur invitro yang membutuhkan biaya yang tinggi dengan menggunakan pupuk organik dan ekstrak buah kersen sehingga dapat menghemat biaya yang digunakan

Rumusan Masalah : Bibit anggrek Vanda tricolor penting diperhatikan ketersediaannya untuk konservasi kawasan merapi, oleh kerena itu biji yang telah ditumbuhkan secara in vitro perlu disubkultur untuk menjaga ketersediaaan bibit anggrek yang baik, namun dengan biaya yang lebih ekonomis. Salah satu yang dapat dilakukan untuk meminimalisir biaya yaitu pada penyediaan media, untuk itu perlu adanya substitusi pada media subkultur menggunakan pupuk organik dan ekstrak buah kersen yang murah dan gampang didapat.

Tujuan Penelitian : (1) Membandingkan perlakuan medium pupuk organik dan ekstrak kersen dengan media VW (Vacint and Went). (2) Menentukan konsentrasi dari campuran pupuk organik dan ekstrak buah kersen yang paling efektif sebagai media tumbuh alternatif untuk subkultur anggrek Vanda tricolor.

Hipotesis: dari penelitian ini adalah perlakuan medium pupuk organik dan ekstrak kersen dapat menggantikan media VW pada subkultur anggrek Vanda tricolor, dan perlakuan pupuk organik 3 ml/L + Ekstrak

Dokumen terkait