ANGGREK Vanda tricolor SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan oleh : Nurika Sahtiana
20120210067
Program Studi Agroteknologi
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
iv Dengan ini saya menyatakan :
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta maupun perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing
3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah
mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya
menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun
pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh
karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya yang sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Yogyakarta, 11 Juni 2016
Yang membuat pernyataan
Nurika Sahtiana
v
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Allah yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku
tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,, Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu..
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian
impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan restu
semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada:
Kepada Adekku tersayang Fado Isnata, Makasih yaa buat segala dukungan dan
doa, walaupun terkadang bikin jengkel.. hehehe doakan selalu kakakmu ini ya brother.
Spesial buat Hairul, terimakasih untuk semua-semuanya yang pernah tercurah
untukku, untuk doa, dan semangatnya. Untuk seseorang di relung hati percayalah bahwa
hanya ada satu namamu yang selalu kusebut-sebut dalam benih-benih doaku, semoga
keyakinan dan takdir ini terwujud, insyallah kita bersama atas ridho dan izin Allah S.W.T.
Buat saudara sekaligus sahabatku selama berada Refyka (Upil), Putri (Ciput),
Vina (Vinut), Marta (Mami), Vidia (kidiw), Ara (Abang), Ifa (Emak) Dan para
cowok-cowok perkasa Putra, Wahyu, Oki, Udin, Imam terimakasih atas segala
bantuan dan motivasinya, kalian adalah obat pelipur lara hatiku yang selalu menghiburku
dalam keadaan terjatuh, spesial doa untuk kalian semua semoga cepat terkejar target
kalian.. Amiiin ya robbal’alamin...
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan
AGROTEKNOLOGI 2012 Khususnya AGRO B 2012 Yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, “Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa-siapa
vi Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Pupuk Organik dan Ekstrak Kersen (Muntingia calabura L.) untuk Substitusi Medium VW (Vacint And Went) dan Sukrosa pada Medium Subkultur Anggrek Vanda tricolor Secara In Vitro” yang merupakan syarat yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun proposal, pelaksanaan
hingga tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, oleh
sebab itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Dr. Innaka Ageng Rineksane, SP., MP selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah memberikan kepercayaan, ilmu, saran, nasehat dan arahan dengan
penuh kesabaran juga selalu memberikan semangat, motivasi, kepada saya
selama penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Gatot Supangkat, MP. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan kesabaran memberikan bimbingan, ilmu, kepercayaaan, semangat dan
pengarahan kepada saya hingga tersusunnya skripsi ini.
4. Genesiska, S.Si., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan ilmu,
saran, dan arahan hingga tersusunnya skripsi ini.
5. Harini, Sumarsih, dan semua laboran Agroteknologi UMY, terimakasih
banyak atas bantuannya dalam menyediakan sarana dan prasarana penelitian
6. Ibu, bapak, adek dan seluruh keluargaku yang ada di Belitung terimakasih atas do’a, suport dan kasih sayangnya.
7. Teman-teman Agroteknologi angkatan 2012, terutama untuk kelas
vii
membawa manfaat yang besar, baik bagi penulis maupun pembaca.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Yogyakarta, 11 Juni 2016
viii
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
INTISARI ... xiii
ABSTRACT ... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Anggrek Vanda tricolor ... 6
B. Subkultur Anggrek secara In Vitro ... 8
C. Pupuk Organik ... 10
D. Kersen (Muntingia calabura L.) ... 11
E. Hipotesis ... 14
III. TATA CARA PENELITIAN ... 15
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15
B. Bahan dan Alat Penelitian ... 15
C. Metode Penelitian... 15
D. Cara Penelitian ... 16
ix
A. Pertambahan Tinggi Tunas (dalam centimeter) ... 23
B. Pertambahan Jumlah Daun ... 27
C. Pertambahan Jumlah Tunas... 30
D. Pertambahan Jumlah Bakal Tunas ... 32
E. Pertambahan Jumlah Akar ... 34
F. Persentase Eksplan Hidup, Persentase Browning dan Persentase Kontaminasi . 38 1. Persentase Eksplan Hidup (%) ... 39
2. Persentase Kontaminasi (%) ... 42
3. Persentase Browning (%) ... 44
V. PENUTUP ... 47
A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 47
x
Tabel Halaman
1. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap rerata pertambahan jumlah tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah bakal tunas dan pertambahan jumlah akar anggrek Vanda tricolorpada 8 mst ... 23
xi
Gambar Halaman
1. Habitus Anggrek Vanda tricolor (Ulum, 2015) ... 6 2. Morfologi Daun, Bunga, dan Buah Kersen (Wikipedia, 2015) ... 12
3. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan tinggi tunas anggrek Vanda tricolor pada 8 mst. ... 26 4. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah daun anggrek Vanda tricolor pada 8 mst. ... 28 5. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah tunas anggrek Vanda tricolor pada 8 mst. ... 31 6. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah bakal tunas anggrek Vanda tricolor pada 8 mst. ... 32 7. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah akar anggrek Vanda tricolor pada 8 mst. ... 35 8. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap persentase hidup anggrek Vanda tricolor pada 8 mst. ... 39 9. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap persentase kontaminasi anggrek Vanda tricolor pada 8 mst. ... 42 10. (a) Eksplan anggrek Vanda tricolor mengalami kontaminasi bakteri (b) Eksplan anggrek Vanda tricolor mengalami kontaminasi jamur... 44 11. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap persentase browning
xii
Lampiran
I. Layout Penelitian
II. Hasil Sidik Ragam software Statistical Analysis System (SAS)
II. Komponen Medium VW (Vacint & Went) Dan Pupuk Organik
IV. Kandungan Buah Kersen
V. Komposisi Medium Perlakuan
VI. Pembuatan Medium Perlakuan
xiii
Penelitian yang berjudul “Penggunaan Pupuk Organik dan Ekstrak Kersen (Muntingia calabura L.) untuk Substitusi Medium VW (Vacint and Went) dan Sukrosa pada Medium Subkultur Anggrek Vanda tricolor Secara in Vitro” bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen, serta menentukan konsentrasi dari campuran pupuk organik dan ekstrak kersen yang paling efektif sebagai medium substitusi terhadap keberhasilan subkultur anggrek Vanda tricolor. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari – April 2016 bertempat di Laboratorium Kultur in Vitro Fakultas Pertanian UMY.
Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Sedangkan, penelitian dilakukan dengan metode percobaan faktor tunggal. Adapun perlakuan yang diujikan adalah Pupuk Organik 3ml/L dan Ekstrak kersen dengan variasi takaran 50g/L, 100g/L, 150g/L, dan 200g/L. Parameter yang diamati meliputi pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan jumlah bakal tunas, pertambahan jumlah akar, persentase eksplan hidup, persentase eksplan kontaminasi dan persentase eksplan browning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Pupuk Organik 3ml/liter+Sukrosa 30g/liter dapat menggantikan medium VW+Sukrosa 30g/liter dan menghasilkan pertumbuhan terbaik pada subkultur anggrek Vanda tricolor.
xiv
The research, entitled "The Use of Organic Fertilizer and Cherry Extract (Muntingia calabura L.) for Medium Substitution VW (Vacint And Went) and Sucrose in Subculture Medium Vanda tricolor Orchids In Vitro" was studying the effect of organic fertilizers and cherry extract, and determining the concentration of organic fertilizer and cherry extract that will be an effective formula to substitute medium subculture of Vanda tricolor. The research was conducted in January to April 2016 at Laboratorium of Vitro Culture, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
This research was design by using Completely Randomized Design (CRD) with 10 replications and was done by using a single factor experimental design.The treatments were organic fertilizer 3 ml / L and cherry extract with variety of 50g / L, 100g / L, 150g / L, and 200g / L. The parameter of observation were the height of shoots, increasing number of leaves, increasing number of shoots, increasing number of shoots apical, increasing number of roots, percentages of live explants, percentages of explants contamination and percentages of explants browning. The results revealed that the use of organic fertilizer 3ml/L+ sucrose 30g/L could replace Medium VW+ sucrose 30g/L and revealed the best result in subculture of Vanda tricolor
1
A. Latar Belakang
Anggrek Vanda tricolor merupakan jenis tanaman endemik di kawasan lereng
Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah
keunguan ini banyak tumbuh secara epifit di pohon angsana, dadap dan pohon lain di
kawasan lereng Gunung Merapi. Namun demikian keberadaan anggrek Vanda
tricolor ini terancam punah semenjak erupsi Merapi tahun 1994. Erupsi merapi
selanjutnya telah menghancurkan hutan dan anggrek Vanda tricolor yang
menghanguskan 80% habitat asli anggrek Vanda tricolor (Republika, 2003).
Keberadaan anggrek Vanda tricolor yang semakin berkurang tersebut
mendorong adanya upaya untuk pelestarian anggrek Vanda tricolor ke habitat aslinya
terutama di lereng Gunung Merapi, sehingga kebutuhan bibit anggrek Vanda tricolor
tergolong tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jumlah
bibit anggrek Vanda tricolor baik secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan
vegetatif pada anggek yang tumbuh secara epifit seperti anggrek Vanda tricolor ini
dilakukan dengan cara stek menggunakan batang pangkal (yang sudah tumbuh akar)
atau dengan menggunakan tunas atau anakan, sedangkan perbanyakan generatif pada
anggrek umumnya menggunakan biji. Keunggulan perbanyakan generatif
menggunakan biji ialah jumlah bibit yang akan dihasilkan jauh lebih banyak
tidak mempunyai endosperm, perbanyakan menggunakan biji dilakukan secara kultur
in vitro.
Perbanyakan anggrek Vanda tricolor secara kultur in vitro telah banyak
dilakukan pada penelitian sebelumnya, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Dwiyani, dkk (2013) yang menyebutkan bahwa penggunaan eksplan batang dan
medium tanpa sukrosa dapat memberi hasil yang lebih baik pada pembentukan kalus
secara kuantitatif maupun kualitatif, selain itu Dwiyani, dkk (2009) juga
menyebutkan penambahan ekstrak tomat pada medium kultur dapat mempercepat
perkecambahan, menginduksi protokorm berwarna dan dapat menekan kematian
embrio anggrek Vanda tricolor selama periode perkembangan dan pada penelitian ini
akan dilakukan perbanyakan bibit anggrek anggrek Vanda tricolor untuk konservasi
melalui subkultur.
Subkultur adalah pemindahan eksplan ke medium yang baru. Subkultur
dilakukan karena tanaman anggrek semakin besar, kebutuhan unsur hara yang ada
pada medium lama sudah hampir habis, dan pemisahan dari koloni yang sudah terlalu
padat pada medium sebelumnya. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan subkultur ini ialah medium tanam yang digunakan. Medium tanam yang
umumnya digunakan untuk tanaman anggrek adalah medium VW (Vacint and Went)
(Arifin dan Sulistyantara, 1993 dalam Handoko, 2013) namun, karena medium VW
(Vacint and Went) mengandung senyawa hara murni yang membutuhkan biaya cukup
tinggi, sehingga perlu diupayakan untuk mendapatkan medium alternatif yang murah
dan dapat menggantikan medium VW (Vacint and Went) untuk subkultur anggrek
Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti sumber hara atau nutrisi yang
ada pada medium VW (Vacint and Went) dapat menjadi salah satu alternatif
substitusi unsurhara dengan harga yang relatif murah. Selain unsur hara dan nutrisi,
dalam pupuk organik juga terkandung asam amino yang berfungsi sebagai sumber
nitrogen organik dan dapat dimanfaatkan langsung oleh jaringan tanaman, dan
mengandung ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang dapat merangsang pertumbuhan pada
jaringan tanaman, seperti pada penelitian Indriyanti (2006) dalam Muawanah (2005)
yang menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik dengan konsentrasi 10 ml/liter
ke dalam medium mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun seedling anggrek
Dendrobium spectabile.
Selain nutrisi, sukrosa juga sangat dibutuhkan untuk medium subkultur karena
dapat menjadi sumber energi pada eksplan. Kebutuhan sukrosa untuk memberikan
energi di dalam medium tanam dapat digantikan dengan ekstrak buah-buahan yang
banyak mengandung sukrosa, salah satunya ialah ekstrak buah kersen yang dapat
digunakan sebagai substitusi sukrosa/energi pada medium tanam untuk subkultur
anggrek Vanda tricolor. Hal ini dikarenakan buah kersen di Indonesia masih jarang
dimanfaatkan dan mudah didapat. Setiap 100 g buah kersen mengandung 77,8 g air,
0,384 g air, 1,56 g lemak, 17,9 g karbohidrat, 4,6 g serat, 1,14 g abu, 124,6 mg
kalsium, 84 mg fosfor, 1,18 mg besi, 0,019 g karoten, 0,065 g tianin, 0,037 g
riboflavin, 0,554 g niacin, 80,5 mg vitamin C, dan memiliki kandungan energi 380
kJ/100g (Handoko, 2013) sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti
Penggunaaan ekstrak kersen sebagai substitusi alternatif untuk energi pada
medium subkultur juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handoko
(2013) yang menyebutkan bahwa pemberian pupuk daun Hyponex Hijau 1,5 g + Air
kelapa 75 ml + agar 3,5 g + sukrosa 15 g + ekstrak kersen 50 g memberikan hasil
yang baik pada pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. khususnya pada pertumbuhan
tunas, tinggi tunas dan pertumbuhan daun.
Oleh karena itu, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengunaan
pupuk organik dan ekstrak buah kersen sebagai substitusi medium pada subkultur
anggrek anggrek Vanda tricolor. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
menggantikan medium kultur in vitro yang membutuhkan biaya yang tinggi dengan
menggunakan pupuk organik dan ekstrak buah kersen sehingga dapat menghemat
biaya yang digunakan.
B. Perumusan Masalah
Dalam upaya konservasi kawasan merapi, ketersediaan bibit anggrek Vanda
tricolor menjadi penting untuk ditingkatkan. Untuk ketersediaan bibit anggrek Vanda
tricolor, biji ditumbuhkan secara in vitro. Akan tetapi, penyediaan medium
membutuhkan biaya yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan medium alternatif untuk
subtitusi medium subkultur menggunakan pupuk organik dan ekstrak kersen.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen sebagai medium
substitusi terhadap keberhasilan subkultur anggrek Vanda tricolor.
2. Menentukan konsentrasi campuran pupuk organik dan ekstrak kersen yang efektif
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggrek Vanda tricolor
Anggrek Vanda tricolor spesies anggrek endemik di kawasan lereng Gunung
Merapi. Anggrek Vanda tricolor tumbuh baik pada ketinggian 800-1.700 mdpl,
khususnya di hutan yang cukup terbuka. Namun demikian, spesies ini mampu
beradaptasi seperti pada saat fase berbunga dengan sempurna pada ketinggian
200-300 mdpl. Vanda ini dapat dijumpai di Jawa Barat hingga Pulau Bali, bahkan
dilaporkan ditemukan juga di Negara Laos (Metusala, 2006).
Gambar 1. Habitus Anggrek Vanda tricolor (Ulum, 2015)
Anggrek Vanda tricolor berbatang bundar, panjang dan kokoh. Tinggi
tanaman dapat mencapai 2m, daun berbentuk pita agak melengkung dengan ujung
daun rumpang bersudut tajam dengan lebar sekitar kurang lebih 3 cm dan panjang
mencapai 45 cm, tersusun saling bergantian pada batang yang tumbuh tegak. Tandan
bunga bisa mencapai 50 cm yang menyangga 10-20 kuntum bunga yang muncul dari
ketiak daun, sepal dan petal berwarna dasar antara putih dan kuning dengan corak Kingdom : Plantae
Order : Asparagales Family : Orchidaceae Subfamily : Epidendroideae Tribe : Vandeae
Subtribe : Aeridinae
Genus : Vanda
totol berwarna coklat hingga kuning, dengan totol-totol merah keunguan. Diameter
bunga anggrek Vanda tricolor bisa mencapai 10 cm, bunga mampu bertahan hingga
20-25 hari. Bunga anggrek Vanda tricolor berbau harum, aroma harum ini sangat di
pengaruhi oleh ketinggian tempat hidupnya, di dataran tinggi aromanya sangat kuat
dan semakin turun ke dataran rendah aromanya akan semakin berkurang (Metusala,
2006).
Anggrek Vanda tricolor sebenarnya cukup mudah untuk dibudidayakan,
namun demikian tetap membutuhkan keterampilan dalam proses budidya. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman anggrek Vanda
tricolor, namun secara garis besar perbanyakan anggrek Vanda tricolor dibedakan
menjadi dua cara, yaitu perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif.
Perbanyakan generatif pada anggrek Vanda tricolor ialah dengan menggunakan biji.
Secara alami tempat penyebaran biji anggrek Vanda tricolor ini hanya di sekitar akar
atau tempat tumbuh ketika buah terbelah dan biji-biji bertebaran, namun terkadang
anggrek Vanda tricolor bisa tumbuh di tempat yang agak jauh ketika biji-biji anggrek
Vanda tricolor terbawa oleh angin, serangga, atau hewan lainnya. Biji anggrek Vanda
tricolor yang dihasilkan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk tumbuh sebagai
bibit. Sementara itu penyebaran biji dengan teknologi yang cukup modern bisa
dilakukan, seperti yang dilakukan di laboratorium khusus (Parnata,2005).
Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara megambil bagian tanaman lalu
menanamnya secara terpisah dari induknya. Perbanyakan ini dapat menghasilkan
keturunan yang sifatnya sama dengan induknya. Beberapa cara perbanyakan vegetatif
tumbuh liar di ujung umbi), menggunakan stek, dan kultur in vitro. Perbanyakan
secara in vitro dapat digunakan untuk perbanyakan generatif dan juga perbanyakan
vegetatif.
Perbanyakan secara kultur in vitro dapat menghasilkan bibit anggrek Vanda
tricolor dalam jumlah yang lebih banyak dibanding perbanyakan dengan cara lain
(Republika, 2003). Pada penelitian yang dilakukan oleh Dwiyani, dkk (2013) yaitu
penelitian tentang induksi kalus pada tanaman anggrek Vanda Tricolor untuk upaya
penyediaan target transformasi melalui agrobacterium tumefaciens, hasil penelitian
yang didapat menunjukkan perlakuan menggunakan eksplan batang dan medium
tanpa sukrosa memberikan hasil yang lebih baik untuk pembentukan kalus secara
kuantitatif maupun kualitatif,
B. Subkultur Anggrek secara In Vitro
Kultur in vitro atau kultur jaringan adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian
tanaman, seperti jaringan , organ, ataupun embrio, lalu dikultur dalam medium buatan
yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan
berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap (Zulkarnain, 2009). Saat ini kultur in vitro
merupakan cara yang paling sering dilakukan untuk memperbanyak bibit anggrek,
selain dapat menghasilkan jumlah bibit dalam jumlah banyak, tingkat
keberhasilannya pun cukup tinggi.
Perbanyakan anggrek secara kultur in vitro menggunaan biji atau embrio
makanan (endosperm) dan berukuran sangat kecil atau halus. Tujuan utama dilakukan
perbanyakan secara in vitro antara lain : adanya keseragaman bibit/tanaman, dan
dapat dihasilkan jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, kesehatan dan
mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan
perbanyakan konvensional (Mutafawwaqin, 2012). Eksplan yang dikulturkan pada
medium in vitro perlu disubkultur untuk memperbaharui nutrisi dan menyediakan
sumber hara bagi eksplan yang tumbuh semakin besar.
Subkultur (over planting) adalah kegiatan pemindahan planlet ke dalam
medium botol kultur yang baru yang bertujuan untuk perbanyakan atau pengakaran
dan memperoleh nutrisi yang baru. Bila medium kultur in vitro tidak diganti selama 3
bulan, maka tanaman akan mengalami browning yaitu : kelihatan layu, serta daun
yang menguning. Kondisi seperti ini sangat tidak diharapkan, oleh karena itu sebelum
terlambat, tunas anggrek harus disubkultur ke medium yang baru (Hendaryono,
2001).
Keberhasilan dari kultur in vitro juga sangat dipengaruhi oleh jenis medium
tumbuh. Medium tumbuh tidak hanya mengandung unsur hara makro, tetapi juga
karbohidrat sebagai sumber karbon atau bahan organik lainnya. Medium tumbuh
yang umum digunakan untuk penanaman anggrek adalah medium Vacin and Went
(VW) dengan penambahan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
yang diditambahkan ke dalam medium tanam berguna untuk mendorong
pertumbuhan anggrek. ZPT yang sering diditambahkan ke dalam medium kultur in
vitro ialah giberelin, sitokinin, auksin, inhibitor, dan etilen, namun auksin dan
Vacin and Went (VW) yang biasa digunakan mengandung bahan kimia murni yang
harganya cukup mahal, sehingga dibuat medium alternatif yang mempunyai
kandungan yang sama tetapi mempunyai harga yang relatif lebih murah dari medium
Vacin and Went (VW). Medium alternatif tersebut ialah medium yang menggunakan
bahan-bahan alami yang mengandung sukrosa, vitamin, ZPT, dan asam amino seperti
air kelapa, ekstrak pisang, dan ekstrak kersen.
Penggunaan ekstrak pisang dan ekstrak kersen juga digunakan sebagai bahan
substitusi untuk medium kultur in vitro karena memiliki kandungan karbohidrat yang
cukup tinggi serta sukrosa sebagai sumber energi. Ekstrak pisang digunakan sebagai
medium alternatif kultur anggrek karena dapat mempercepat pertumbuhan dan
perkecambahan pada berbagai jenis anggrek (Arditi, 1967), selain itu menurut Irawan
(2013) ekstrak pisang dapat juga mempercepat pertunasan pada anggrek bulan.
Sementara Handoko (2013) menyatakan ekstrak kersen dapat dijadikan sebagai
medium alternatif untuk kultur anggrek, karena dapat mempercepat pertumbuhan
tunas, tinggi tunas, dan pertumbuhan daun pada anggrek Dendrobim sp.
C. Pupuk Organik
Pupuk organik dapat didefinisikan sebagai suatu formulasi yang merupakan
perpaduan unsur hara makro dan mikro yang dilengkapi dengan substansi zat
pengatur tumbuh sehingga merupakan kesatuan dan fungsi masing-masing unsur di
untuk pertumbuhan tanaman. Salah satu pupuk organik yang cukup lengkap
mengandung unsur hara mikro dan makro ialah DI Grow.
Pupuk DI Grow adalah pupuk prganik cair kualitas tinggi terbuat dari rumput
laut Acadian Seaweed dari jenis Ascophylum nodosum (sejenis alga coklat) yang
diambil dari Lautan Atlantik Utara, diproses dengan Nano Technology (USA Formula
Technology). Pupuk DI Grow mengandung unsur hara lengkap baik makro dan
mikro, dalam 250 ml yaitu C-org (8,70 %); N (4,45 %); P (4,92 %); K (4,57 %); Mg
(0,03 %); S (0,69 %); Ca (0,005 %); Cl (0,50 %); Fe (397 ppm); Mn (2166 ppm); Cu
(507 ppm); Zn (359 ppm); B (149 ppm); Mo (5 ppm); Pb (0,4 ppm); Cd (0,1 ppm);
Co (16 ppm); As (0,1 ppm); asam amino, asam humik dan asam Fulfik, dalam pupuk
DI Grow juga terkandung Zat Perangsang Tumbuh yaitu auksin, sitokinin, giberellin
(Lampiran III). Pupuk DI Grow dapat membantu merangsang pertumbuhan batang,
tunas dan anak tanaman, meningkatkan penyerapan nutrisi dari dalam tanah oleh
akar, mencegah kerontokan daun, bunga dan buah sebelum waktunya, meningkatkan
kualitas warna bunga dan rasa buah, memperpanjang masa produktif tanaman,
mempercepat masa panen, meningkatkan hasil panen berkisar 30% hingga 300%,
memperpanjang masa penyimpanan hasil panen (bunga atau buah tidak cepat busuk),
dan meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit.
D. Kersen (Muntingia calabura L.)
Menurut Verheij (1997), kersen atau talok atau yang biasa disebut ceri ini
lainnya di beberapa negara adalah: datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), khoom
sômz, takhôb (Laos), krâkhôb barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia).
Kersen juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, niguito (bahasa Spanyol),
Jamaican cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris) dan Japanse kers
(Belanda), yang lalu nama tersebut diambil menjadi kersen dalam bahasa
Indonesia.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales / Columniferae
Suku : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.
Gambar 2. Morfologi Daun, Bunga, dan Buah Kersen (Trieha, 2015)
Kersen (Muntingia calabura L.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh
dan berbuah dengan cepat sepanjang tahun. Buah berbentuk bulat berdiameter
(1-1,25 cm), dengan warna merah atau kadang-kadang kuning, kulitnya tipis dan
halus. Apabila dimakan buah ini berair dengan rasa yang sangat manis,
memiliki aroma yang khas tetapi tidak tajam, bijinya sangat halus dan berwarna
kekuningan (Trieha, 2015) . Setiap 100 g buah kersen mengandung beberapa
Batang kersen merupakan jenis perdu atau pohon dengan tinggi tanaman
mencapai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m. Tanaman kersen selalu hijau
dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar,
menggantung di ujungnya dan membentuk naungan yang rindang. Ranting dan daun
berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar. Daun-daun terletak mendatar dan
berseling, helaian daun berbentuk bundar telur lanset dan tidak simetris, bagian tepin
daun bergerigi dan berujung runcing, daun kersen berukuran sekitar 1-4 × 4-14 cm,
dan memiliki tangkai daun yang pendek. (Handoko, 2013).
Bunga dalam berkas, berisi 1-3 kuntum, bunga terletak pada ketiak sebelah
atas tumbuhnya daun dan bertangkai panjang, tajuk kersen berbentuk meruncing
seperti benang dan memiliki rambut-rambut halus. Mahkota bunga memiliki tepi
yang rata, berbentuk bundar telur terbalik dan berwarna putih tipis. Umumnya hanya
satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya. Buah kersen memiliki
tangkai panjang, bentuk buah bulat hampir sempurna, berdiameter 1-1,5 cm,
berwarna hijau kuning dan akhirnya merah apabila sudah masak. Dalam satu buah
kersen berisi ribuan biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan, terbenam dalam
daging dan sari buah yang manis sekali.
Di Indonesia pohon kersen mudah dijumpai dan didapat, selain mudah didapat
dan lebih ekonomis, ternyata buah kersen memiliki kandungan gizi yang hampir
lengkap dibanding dengan buah lainnya. Kandungan karbohidrat yang tinggi pada
buah kersen (17,9g/100g buah kersen) dapat menyediakan kebutuhan dasar yang
didalamnya merupakan nutrisi utama sel, sehingga dapat dijadikan sebagai medium
alternatif untuk kultur in vitro khususnya untuk tanaman anggrek.
Karbohidrat pada buah kersen merupakan sumber energi yang siap digunakan
untuk perkembangan vegetatif anggrek pada proses subkultur, hal ini dikarenakan
anggrek pada proses subkultur belum mampu melakukan fotosintesis untuk
mendapatkan sumber energi. Selain itu kalsium, fosfor dan besi yang terkandung
dalam buah kersen dapat menjadi sumber mineral untuk anggrek pada proses
subkultur. Karoten, tianin, ribofalin, niacin, dan vitamin C dapat berguna sebagai
resukrosator dalam kultur in vitro. Berdasarkan pengamatan, pohon kersen mampu
menghasilkan buah kurang lebih sebanyak 3 kg setiap masa berbuahnya, hal ini
memungkinkan ketersediaan kersen sebagai medium substitusi dalam proses
subkultur (Handoko ,2013).
E. Hipotesis
Pupuk organik dan ekstrak kersen dapat menggantikan medium VW pada
subkultur anggrek Vanda tricolor. Perlakuan pupuk organik 3 ml/L + Ekstrak kersen
100 g/L+ sukrosa 15 g/L paling efektif sebagai medium tumbuh alternatif pada
15
III. TATA CARA PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari – April 2016.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan meliputi eksplan botolan anggrek Vanda tricolor
berumur 6 bulan, buah kersen, pupuk organik DI Grow, medium Vacin and Went
(VW), sukrosa, gellan gum, akuades, alkohol 70%, larutan BAP 2 mg/L, NAA 1
mg/L dan spritus.
Alat yang digunakan antara lain botol kultur, erlenmeyer, gelas ukur, gelas
piala, pengaduk, corong gelas, timbangan analitik, pipet, blender, kertas pH, kertas
payung, kertas label, penggaris, karet, pinset, lampu bunsen, autoklaf, kompor gas,
gunting, Laminar Air Flow (LAF), plastik wrap, alumunium foil dan blender.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode percobaaan faktor tunggal, yang
A : Medium VW + Sukrosa 30g/L;
B : Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L
C : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 50g/L + sukrosa 15 g/L
D : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 100g/L + sukrosa 15 g/L
E : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 150g/L + sukrosa 15 g/L
F : Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L
Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali sehingga total unit sebanyak 60
botol.
D. Cara Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, sterilisasi alat,
pembuatan medium, inokulasi, dan pemeliharaan:
1. Sterilisasi Alat
Sterilisasi dilakukan dengan dua cara yaitu, sterilisasi basah atau uap air
yang bertekanan dan sterilisasi bakar. Sterilisasi basah bertekanan dilakukan
dengan memasukkan alat-alat yang telah dibungkus dengan kertas payung dalam
autoklaf pada suhu 121oC bertekanan 1 atm selama 30 menit. Alat-alat yang
disterilisasi antara lain : botol kultur, skalpel, pinset, alumunium foil, pertidish,
dan erlenmeyer.
Sterilisasi bakar menggunakan lampu bunsen yang dilakukan di LAF
(Laminar Air Flow). Cara yang digunakan yaitu dengan dicelupkan dahulu alat
yang digunakan dalam alkohol 70%, kemudian dibakar pada lampu spritus. Alat
2. Pembuatan Medium
Pembuatan mediun meliputi :
a. Penyiapan Pupuk Organik
Pupuk organik disiapkan dengan takaran yaitu (3 ml/L) (Lampiran V).
b. Penyiapan ekstrak
Untuk membuat ekstrak kersen, kersen dicuci dengan aquades dan
dihaluskan menggunakan blender, selanjutnya ekstrak kersen ditimbang
sesuai takaran yang telah ditentukan, yaitu 50 g/L, 100 g/L, 150 g/L dan 200
g/L (Lampiran V).
c. Pembuatan medium perlakuan
Pembuatan medium dilakukan dengan menggunakan campuran pupuk
organik dan ekstrak kersen pada berbagai macam konsentrasi sebanyak 400
ml untuk masing-masing perlakuan. Bahan-bahan yang telah disiapkan
kemudian ditimbang sesuai dengan kebutuhan medium. Takaran yang
digunakan dalam pembuatan medium sebagai berikut: pupuk organik 3 ml/L,
ekstrak kersen dengan takaran sebagai berikut: 50 g/L, 100 g/L, 150 g/L dan
200 g/L, gellan gum 4 g/L, takaran sukrosa sebagai berikut: 30 g/L dan 15 g/L
dan BAP 2 mg/L (2 ppm) dan NAA 1 mg/L (1 ppm) (Lampiran V).
Pupuk Organik, BAP, NAA, sukrosa dan ekstrak kersen sesuai
perlakuan dimasukkan ke erlenmeyer steril, kemudian dihomogenkan dengan
menggoyangkan erlenmeyer tersebut. Selanjutnya pH diukur dengan stik pH ,
jika pH < 6 maka ditambahkan larutan NaOH 1 N hingga mencapai pH yang
hingga mencapai pH yang dibutuhkan yaitu pH 6, gellan gum sebanyak 4 g/L
juga dimasukkan disertai menggoyangkan erlenmeyer dan diaduk supaya
homogen. Setelah larutan medium dibuat, larutan tersebut dipanaskan hingga
mendidih. Setelah mendidih larutan dimasukan ke dalam botol kultur
masing-masing 20 ml, botol yang sudah berisi medium ditutup dengan plastik.
Botol-botol yang telah diisi larutan medium tersebut disterilkan di dalam autoklaf
dengan suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 20 menit. Setelah selesai,
medium disimpan di ruang inkubasi.
d. Pembuatan Medium Vacin and Went (VW)
Medium Vacin and Went (VW) dibuat dengan ditambahkan larutan
stok sebanyak 20 ml/L dari masing-masing stok (stok KNO3, MgSO4, Ca3
(PO4)2, (NH4)2SO4, MnSO4, Fe2(C4H4O6)3, KH2PO4). Semua larutan
dilarutkan dengan aquades dalam erlenmeyer, larutan ditambahkan sukrosa
sebanyak 30 g/L dan ditambahkan BAP 2 mg/L (2 ppm) dan NAA 1 mg/L (1
ppm), selanjutnya pH larutan dicek dengan menggunakan pH stik hingga
mencapai pH 6, dengan ditambahkan aquades sehingga volume yang
dibutuhkan, lalu ditambahkan gellan gum sebanyak 4 g/L. Larutan yang telah
dicampur dan dimasak hingga mendidih. Setelah mendidih larutan
dimasukkan ke dalam botol kultur masing-masing 20 ml, botol yang sudah
berisi medium ditutup dengan plastik dan disterilisasi dengan menggunakan
3. Inokulasi
Inokulasi dilakukan di dalam LAF (Laminar Air Flow) yang terlebih
dahulu disterilkan terlebih dahulu dengan menyemprotkan alcohol 70% dan
dikeringkan menggunakan tissue yang kemudian disterilisasi kembali
menggunakan lampu UV yang dinyalakan 1 jam sebelum digunakan. Blower
dinyalakan di dalam LAF (Laminar Air Flow) 10 menit setelah lampu UV mati
sebelum LAF digunakan. Eksplan anggrek Vanda tricolor yang berumur 6 bulan
dikeluarkan dari botol dan diletakkan ke dalam petridish, dipisahkan menjadi
eksplan individu dan dibersihkan dari daun dan akar yang sudah busuk dengan
cara dipotong, kemudian diinokulasi ke dalam botol kultur yang sudah berisi
medium sesuai perlakuan. Setiap botol kultur diinokulasi 1 eksplan anggrek dan
ditutup dengan alumunium foil secara rapat dan bagian luar dilapisi plastik wrap
dan dilabel.
4. Pemeliharaan
Botol yang sudah di inokulasi dan ditutup rapat kemudian diletakkan di
rak dalam ruang inkubasi. Ruangan inkubasi menggunakan cahaya lampu neon
(TL) sebagai sumber cahaya dengan kekuatan 40 watt yang dinyalakan selama 24
jam. Cahaya dalam kultur in vitro dibutuhkan untuk mengatur proses
morfogenesis. Suhu di dalam ruangan inkubasi diatur menggunakan AC yang
bersuhu 20oC-28oC. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan terhitung setelah
penanaman. Rak-rak yang berada diruang inkubasi dibersihkan dengan
E. Parameter yang Diamati
Pengamatan dilakukan selama 8 minggu dengan berbagai variabel
pertumbuhan berikut :
1. Pertambahan Tinggi Tunas
Pengamatan yang dilakukan dengan mengukur tinggi eksplan mulai dari
permukaaan medium sampai ujung daun dengan satuan centimeter. Pengamatan
dilakukan setiap minggu selama 8 minggu, kemudian dihitung selisih tinggi
eksplan.
2. Pertambahan Jumlah Tunas
Pengamatan dilakukan satu minggu sekali selama 8 minggu dengan
mengamati jumlah tunas yang tumbuh pada masing-masing eksplan, kemudian
dihitung selisih jumlah tunas. Tunas yang diamati yaitu tunas yang sudah
memiliki bakal daun atau yang sudah memiliki tinggi 2 mm.
3. Pertambahan Jumlah Bakal Tunas
Pengamatan dilakukan satu minggu sekali selama 8 minggu dengan
mengamati jumlah bakal tunas yang tumbuh pada masing-masing eksplan. Bakal
tunas yang diamati ialah benjolan berwarna hijau yang terdapat pada eksplan.
4. Pertambahan Jumlah Daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah total daun yang
terbentuk pada masing-masing eksplan. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali
selama 8 minggu. Daun yang dihitung yaitu daun yang telah membuka sempurna,
5. Pertambahan Jumlah Akar
Jumlah Akar yang terbentuk diamati setiap satu minggu sekali hingga
minggu ke-8, kemudian dihitung selisih jumlah akar.
6. Persentase Browning
Eksplan yang mengalami pencoklatan diamati setiap minggu hingga akhir
pengamatan yaitu pada minggu ke-8. Eksplan yang mengalami browning
ditunjukan dengan warna kecoklatan >50% pada eksplan. Eksplan yang
mengalami browning atau pencoklatan setiap minggu dihitung dengan rumus :
7. Persentase eksplan Hidup
Persentase eksplan hidup adalah jumlah eksplan hidup dari jumlah total
eksplan tiap perlakuan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat eksplan yang
hidup (eksplan yang tidak terkontaminasi dan tidak mengalami pencoklatan atau
browning >80%) diamati setiap seminggu sekali selama 8 minggu. Persentase
8. Persentase Kontaminasi
Presentase eksplan terkontaminasi adalah jumlah eksplan terkontaminasi
dari jumlah total eksplan tiap perlakuan. Eksplan yang terkontaminasi diamati
setiap seminggu sekali selama 8 minggu. Eksplan dikatakan terkontaminasi
apabila terdapat jamur atau bakteri pada eksplan atau medium kultur tersebut.
Presentase ekplan terkontaminasi dihitung dengan rumus :
F. Analisis Data
Data diolah dengan software Statistical Analysis System (SAS). Data yang
diperoleh dianalisis dengan sidik ragam General Linier Model (GLM). Jika hasil
menunjukan signfikansi pada taraf α = 5 %, maka dlakukan uji lanjut dengan
menggunakan Uji Jarak berganda DMRT (Duncan Multiple Range Tes) pada taraf α
= 5 % untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata atau tidak berbeda nyata.
23
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor
berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan
jumlah tunas, pertambahan jumlah bakal tunas, dan pertambahan jumlah akar
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap rerata pertambahan jumlah tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah bakal tunas dan pertambahan jumlah akar anggrek Vanda tricolor pada 8 mst (Minggu Setelah Tanam).
Perlakuan menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5 %
VW = medium Vacint & Went PO = pupuk organik
EK = Ekstrak kersen
A. Pertambahan Tinggi Tunas (dalam centimeter)
Tinggi tunas ialah ukuran tanaman yang biasa diamati atau dilihat baik sebagai
kondisi lingkungan sekitar atau perlakuan yang dilakukan (Nursanti, 2003).
Parameter tinggi tunas diamati untuk mengetahui pertumbuhan pada eksplan
khususnya pada penambahan tinggi tunas. Hasil analisis sidik ragam terhadap tinggi
tunas disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang
diujikan tidak menunjukan ada beda nyata (Lampiran II). Artinya, pemberian pupuk
organik dan ekstrak kersen tidak memberikan pengaruh signifikan jika dibandingkan
dengan pemberian VW dan sukrosa.
Sedangkan pada Gambar 3 menunjukan pemberian pupuk organik dan ekstrak
kersen pada perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L), C (PO 3ml/L +
EK 50g/L + Sukrosa 15 g/L), D (PO 3ml/L + EK 50g/L + sukrosa 15 g/L), dan E (PO
3ml/L + EK 150g/L+ sukrosa 15 g/L) memberikan rerata pertumbuhan tinggi tunas
cenderung lebih tinggi dibanding perlakuan A (VW + sukrosa 30g/L). Sedangkan
perbedaan ekstrak kersen yang diberikan pada medium perlakuan B (Pupuk Organik
3ml/L + Sukrosa 30g/L), C (PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15 g/L), D (PO 3ml/L
+ EK 50g/L + sukrosa 15 g/L), dan E (PO 3ml/L + EK 150g/L+ sukrosa 15 g/L)
tersebut menunjukan pengaruh terhadap pertambahan tinggi tunas cenderung sama
pada kisaran 0.9 cm hingga 1.1 cm.
Diantara komponen medium dari perlakuan pupuk organik tersebut
dimungkinkan lebih mudah diserap oleh tanaman tersebut, walaupun kandungan
sama dengan medium VW yaitu unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur
mikro (B, Fe, Mn, Zn dan Mo) (Lampiran III). Sedangkan pada perlakuan B (Pupuk
(PO 3ml/L + EK 100g/L + sukrosa 15 g/L), dan E (PO 3ml/L + EK 150g/L+ sukrosa
15 g/L) memberikan pertambahan tinggi tunas cenderung lebih tinggi dibanding
dengan perlakuan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15
g/L) dikarenakan adanya browning pada eksplan. Hal ini dikarenakan terjadinya
browning atau pencoklatan pada eksplan, sehingga menghambat pertumbuhan
eksplan terutama pada tinggi tunas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso (2001)
dalam Pangestuti (2011) yang menyebutkan eksplan yang browning tidak mengalami
proses pertumbuhan.
Sedangkan terkait hormon yang ditambahkan yaitu hormon BAP dan NAA
dengan konsentrasi sama pada semua perlakuan A (VW + sukrosa 30g/L), B (Pupuk
Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L), C (PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15 g/L), D
(PO 3ml/L + EK 100g/L + sukrosa 15 g/L), E (PO 3ml/L + EK 150g/L+ sukrosa 15
g/L) dan F (PO 3ml/L + EK 200g/L + sukrosa 15 g/L) yaitu BAP 2mg/L dan NAA
1mg/L, maka diduga pemberian hormon tidak memberikan respon yang berbeda pada
medium VW dan pupuk organik, hal ini ditunjukan pada Tabel 1 yang memberikan
hasil bahwa tidak ada pengaruh signifikan terhadap petambahan tinggi tunas.
Dimungkinkan hormon endogen atau internal masih berperan dalam metabolism
Gambar 3. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan tinggi tunas anggrek Vanda tricolor pada 8 mst.
Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat pertambahan tinggi tunas pada 8 mst
bahwa Perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L) memiliki
kecenderungan nilai lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Kandungan unsur hara makro
terutama N (4,45%), P (4,92%), dan K (4,57%) yang ada dalam pupuk organik dapat
menggantikan kandungan unsur hara makro N, P, K yang terdapat dalam medium
Vacin and Went (VW), namun pada perlakuan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak
kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L), memiliki tinggi tunas yang cenderung lebih rendah
dari perlakuan lainnya.
Browning atau pencoklatan pada perlakuan F (Pupuk Organik 3ml/L +
Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L) disebabkan oleh kandungan gula dan
vitamin C yang terdapat dalam ekstrak kersen cukup tinggi. Pencoklatan akibat
vitamin C (Asam Askorbat) merupakan suatu senyawa reduktor yang merupakan
awal pembentukan warna coklat non enzimatik, selain itu kandungan gula dalam
A : VW + Sukrosa 30g/L
B : PO 3ml/L + Sukrosa 30g/L
C : PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15
g/L
D : PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15
g/L
E : PO 3ml/L + EK 150g/L+ Sukrosa 15
g/L
F : PO 3ml/L + EK 200g/L+ Sukrosa 15
g/L
VW = medium Vacint & Went
PO = pupuk organik
medium juga mengakibatkan browning pada eksplan melalui proses proses mailliard.
Proses mailliard ialah suatu reaksi yang terjadi antara asam amino dengan sukrosa
menjadi senyawa melanoidin yang dapat mengakibatkan pencoklatan pada eksplan
(Pangestuti,2011)
B. Pertambahan Jumlah Daun
Daun merupakan organ vegetatif pada tanaman. Daun merupakan organ yang
penting dalam pertumbuhan tanaman karena daun sebagai tempat terjadinya
fotosintesis, yaitu proses pembentukan karbohidrat. Pertumbuhan daun dipengaruhi
oleh kandungan nitrogen dalam medium tanam. Semakin banyak jumlah daun,
mengindikasikan pertumbuhan eksplan yang semakin baik (Acima, 2006). Jumlah
daun diamati untuk mengetahui jumlah keseluruhan daun yang tumbuh pada tiap
perlakuan yang diujikan.
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah daun disajikan pada Tabel 1
menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diujikan memberikan pengaruh
yang berbeda nyata (Lampiran II), hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk
organik dan ekstrak kersen memberikan pengaruh signifikan terhadap jumlah daun
pada eksplan anggrek Vanda tricolor. Penggunaan pupuk organik dapat
menggantikan nutrisi pada medium VW (Vacint & Went) bahkan pertambahan
jumlah daun lebih banyak
Semakin banyak ekstrak kersen yang diberikan ke dalam medium
yang tumbuh pada eksplan akan mempengaruhi proses fotosintesis. Seperti yang
dikemukakan oleh Gardner (1985) dalam Pangestuti (2011) fotosintesis mengubah
heksosa menjadi bahan-bahan stuktural, cadangan makanan, dan metabolik yang
dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangan.
Gambar 4. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah daun anggrek Vanda tricolor pada 8 mst.
Berdasarkan Gambar 4, eksplan pada perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L +
Sukrosa 30g/L) mengalami pertambahan jumlah daun cenderung lebih tinggi diantara
perlakuan-perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara terutama N
yang terdapat dalam 3 ml/L pupuk organik dapat memenuhi kebutuhan unsur hara
yang dibutuhkan eksplan pada proses pembentukan daun dan dapat menggantikan
kebutuhan unsur hara N yang ada dalam medium Vacin and Went (VW). Pangestuti
(2011) menyatakan pertambahan daun pada eksplan anggrek selain karena
dipengaruhi oleh fotosintat dan hormon, juga dipengaruhi oleh adanya unsur N.
Selain itu, dalam pupuk organik juga mengandung asam amino yang dapat digunakan
A : VW + Sukrosa 30g/L
B : PO 3ml/L + Sukrosa 30g/L
C : PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15
g/L
D : PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15
g/L
E : PO 3ml/L + EK 150g/L+ Sukrosa 15
g/L
F : PO 3ml/L + EK 200g/L+ Sukrosa 15
g/L
VW = medium Vacint & Went
PO = pupuk organik
eksplan sebagai sumber nitrogen organik dan dapat dimanfaatkan secara langsung
oleh jaringan tanaman, karena unsur N merupakan bahan utama untuk menyusun
protein yang sangat dibutuhkan dalam pembelahan sel.
Sedangkan berdasarkan pada Gambar 4, perlakuan C (PO 3ml/L + EK 50g/L
+ Sukrosa 15 g/L) menunjukan pertambahan jumlah daun anggek pada 8 mst
cenderung lebih tinggi dari perlakuan A (VW + sukrosa 30g/L), D (Pupuk Organik
3ml/L + Ekstrak kersen 100g/L + sukrosa 15 g/L), E (Pupuk Organik 3ml/L +
Ekstrak kersen 150g/L + sukrosa 15 g/L), dan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak
kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L). Dalam medium pada perlakuan C (PO 3ml/L + EK
50g/L + Sukrosa 15 g/L) tersebut diduga memberikan kondisi yang optimal dalam
penyerapan medium pertumbuhan yang mengandung ekstrak kersen. Hal Ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2013) penggunaan ekstrak kersen
50g pada pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. memberikan hasil terbaikkhususnya
pada pertumbuhan tunas, tinggi tunas dan pertumbuhan daun.
Perlakuan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15
g/L) memiliki penambahan jumlah daun cenderung lebih sedikit dikarenakan adanya
browning. Menurut Santoso (2001) dalam Pangestuti (2011) menyebutkan kepekatan
sukrosa dalam medium dapat menyebabkan eksplan mengalami browning. Eksplan
yang mengalami browning atau pencoklatan tidak mengalami proses pertumbuhan
karena sel akan mengalami plasmolysis. Sehingga pemberian ekstrak kersen 200 g/L
dan sukrosa 15 g/L diduga mengandung sukrosa terlalu pekat bagi medium tanam
C. Pertambahan Jumlah Tunas
Tanaman Anggrek mempunyai sifat poliembrio yaitu sifat dimana dalam satu
embrio tanaman mampu menghasilkan pertumbuhan jumlah tunas lebih dari satu.
Jumlah tunas merupakan jumlah keseluruhan tunas yang tumbuh pada tiap perlakuan
yang diuji. Parameter jumlah tunas merupakan parameter yang menunjukkan
kemampuan eksplan untuk membentuk tunas. Pengamatan jumlah tunas bertujuan
untuk mengetahui seberapa efektif unsur hara dan ZPT (zat pengatur tumbuh) yang
diberikan di tiap perlakuan. Penambahan jumlah tunas merupakan salah satu
parameter yang dapat diukur secara kuantitatif, dan salah satu indikator keberhasilan
dari kultur in vitro (Nursanti, 2003).
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah tunas pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa antar perlakuan yang diujikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(Lampiran II). Gambar 5 menunjukkan perlakuan perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L
+ Sukrosa 30g/L) yang memberikan pertambahan jumlah tunas cenderung lebih
banyak dibandingkan dengan perlakuan A (VW + sukrosa 30g/L), C (PO 3ml/L + EK
50g/L + Sukrosa 15 g/L), D (PO 3ml/L + EK 50g/L + sukrosa 15 g/L), E (PO 3ml/L
+ EK 150g/L+ sukrosa 15 g/L), dan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen
200g/L + sukrosa 15 g/L). Hal ini diduga perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L +
Sukrosa 30g/L) memberikan kondisi yang optimal bagi ZPT maupun unsur hara
berfungsi cenderung lebih efektif, seperti halnya hormon sitokinin yang ditambahkan
berupa BAP dalam medium tersebut, akan tetapi faktor internal seperti hormon
hormon yang diberikan pada saat perlakuan yaitu BAP. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dipaparkan oleh Gibson (2004) menyebutkan bahwa dalam proses
fisiologis dan metabolisme tanaman, terjadi beberapa interaksi antara gula dan
fitohormon.
Gambar 5. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah tunas anggrek Vanda tricolor pada 8 mst.
Penambahan ekstrak kersen ke dalam medium subkultur anggrek Vanda
tricolor pada perlakuan C (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 50g/L + sukrosa
15 g/L), D (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 100g/L+ sukrosa 15 g/L), E
(Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 150g/L + sukrosa 15 g/L) dan F (Pupuk
Organik 3ml/L+ Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15 g/L) dikatakan cenderung tidak
memberikan potensi untuk menggantikan kebutuhan sukrosa yang dibutuhkan
tanaman untuk proses metabolisme dan pembentukan tunas. Lawalata (2013)
menyatakan pemberian sukrosa dalam jumlah yang tepat dapat merangsang
pembentukan tunas Gloxinia namun sebaliknya pada pemberian sukrosa dengan dosis
A : VW + Sukrosa 30g/L
B : PO 3ml/L + Sukrosa 30g/L
C : PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15
g/L
D : PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15
g/L
E : PO 3ml/L + EK 150g/L+ Sukrosa 15
g/L
F : PO 3ml/L + EK 200g/L+ Sukrosa 15
g/L
VW = medium Vacint & Went
PO = pupuk organik
yang kurang tepat dapat menyebabkan munculnya tunas lambat dan jumlah tunas
dihasilkan sedikit. Hal ini terjadi pada pemberian perlakuan C (PO 3ml/L + EK 50g/L
+ Sukrosa 15 g/L), D (PO 3ml/L + EK 50g/L + sukrosa 15 g/L), E (PO 3ml/L + EK
150g/L+ sukrosa 15 g/L), dan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L +
sukrosa 15 g/L) yang sama sekali tidak memberikan pertambahan jumlah tunas.
D. Pertambahan Jumlah Bakal Tunas
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah bakal tunas disajikan pada Tabel 1
menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diujikan memberikan pengaruh
berbeda nyata (Lampiran II).
Gambar 6. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah bakal tunas anggrek Vanda tricolor pada 8 mst.
Berdasarkan Gambar 6, menunjukan bahwa pertambahan bakal tunas hanya
terjadi pada perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L), hal ini
dikarenakan hormon sitokinin berupa BAP 2mg/L pada medium memberikan respon
A : VW + Sukrosa 30g/L
B : PO 3ml/L + Sukrosa 30g/L
C : PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15
g/L
D : PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15
g/L
E : PO 3ml/L + EK 150g/L+ Sukrosa 15
g/L
F : PO 3ml/L + EK 200g/L+ Sukrosa 15
g/L
VW = medium Vacint & Went
PO = pupuk organik
yang baik pada kondisi medium B (Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L) sehingga
dapat merangsang pembelahan sel pada eksplan dan mampu membentuk bakal tunas
pada eksplan. Selain itu, pemberian sukrosa sebanyak 30g/L juga mampu
meningkatkan proses metabolisme pada eksplan sehingga proses pembentukan bakal
tunas pada eksplan lebih cepat karena energi yang dibutuhkan eksplan untuk proses
merabolisme tercukupi. Menurut Gibson (2004) menyebutkan gula dan fitohormon
memiliki interaksi dalam proses fisiologis dan metabolisme tanaman.
Hormon sitokinin berupa BAP pada medium memberikan respon untuk
merangsang terjadinya sitokinesis dengan menaikkan laju sintesis protein. Beberapa
protein tersebut berupa protein pembangun atau enzim yang dibutuhkan sel pada
eksplan untuk melakukan proses mitosis sehingga terjadi pembentukan bakal tunas
pada eksplan tersebut. Pemberian sukrosa sebanyak 30g/L kedalam media juga
merupakan salah satu faktor untuk pertumbuhan dan perbanyakan bakal tunas, karena
jika kebutuhan sukrosa dalam media tercukupi, maka energi yang dibutuhkan
tamanan untuk melakukan proses metabolisme juga terpenuhi. ketersediaan gula
terlarut seperti glukosa dan sukrosa dan fitohormon dapat membantu mengatur
jalannya proses fisiologis dan metabolisme pada tanaman (Gibson, 2004).
Sedangkan, ekstrak kersen yang diberikan ke dalam medium pada perlakuan
C (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 50g/L + sukrosa 15 g/L), D (Pupuk
Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 100g/L + sukrosa 15 g/L), E (Pupuk Organik 3ml/L
+ Ekstrak kersen 150g/L + sukrosa 15 g/L) dan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak
untuk menggantikan peran sukrosa dalam membantu pembentukan bakal tunas.
Menurut Gibson (2004) ketersediaan nutrisi seperti gula dapat membantu mengatur
kemajuan transisi perkembangan tanaman melalui siklus sel. Sebagai contoh, sukrosa
dapat membantu mengatur transisi dari pertumbuhan tamanan melalui pembelahan sel
dengan ekspansi sel dan akumulasi cadangan dalam mengembangkan embrio
tanaman. Kebutuhan sukrosa yang cukup akan memberikan dampak positif untuk
pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel sehingga dapat berlangsung
dengan baik. Pemberian sukrosa dalam jumlah yang tepat dapat merangsang
pembentukan tunas Gloxinia namun sebaliknya pada pemberian sukrosa pada dosis
yang kurang tepat dapat menyebabkan munculnya tunas lambat dan jumlah tunas
dihasilkan sedikit (Lawalata, 2013).
E. Pertambahan Jumlah Akar
Semakin banyak akar yang terbentuk maka penyerapan unsur hara yang ada
pada medium juga akan baik, sehingga akar eksplan dapat tumbuh dan berkembang
dengan optimal (Putri, 2015). Pengamatan jumlah akar bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan dari suatu kultur in vitro, karena semakin banyak akar, maka jumlah
nutrisi yang diserap akan semakin banyak dan pertumbuhan eksplan akan semakin
baik pula.Hasil sidik ragam 5% terhadap jumlah bakal tunas disajikan pada Tabel 1
menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan yang diujikan memberikan pengaruh
Kandungan unsur hara N dan P dari pupuk organik dapat menggantikan unsur
hara N dan P dari medium Vacin and Went (VW), namun kemampuan penyerapan
unsur hara yang berbeda-beda dari tiap eksplan menjadikan pertumbuhan tiap eksplan
berbeda. Selain itu pertambahan jumlah akar pada eksplan juga dipengaruhi oleh
kandungan hormon auksin berupa NAA di dalam medium. Hormon auksin
merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang berpengaruh bersar terhadap
pertumbuhan, terutama merangsang dan mempercepat pertumbuhan akar, serta
berpengaruh dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas akar.
Gambar 7. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap pertambahan jumlah akar anggrek Vanda tricolor pada 8 mst.
Berdasarkan Gambar 7, Perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L)
menunjukkan penambahan jumlah akar cenderung lebih tinggi, hal ini menunjukan
bahwa pupuk organik dapat digunakan untuk menggantikan medium Vacin and Went
(VW) karena jumlah akar yang dihasilkan pada perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L +
Sukrosa 30g/L) lebih tinggi dari pada perlakuan A (VW + Sukrosa 30g/L). Unsur
A : VW + Sukrosa 30g/L
B : PO 3ml/L + Sukrosa 30g/L
C : PO 3ml/L + EK 50g/L + Sukrosa 15
g/L
D : PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15
g/L
E : PO 3ml/L + EK 150g/L+ Sukrosa 15
g/L
F : PO 3ml/L + EK 200g/L+ Sukrosa 15
g/L
VW = medium Vacint & Went
PO = pupuk organik
hara pada pupuk organik lebih cepat terserap dan dimanfaatkan oleh eksplan untuk
proses pertumbuhan kerena unsur hara dari pupuk organik yang ada dalam medium
subkultur anggrek Vanda tricolor lebih cepat terurai dibandingkan dengan unsur hara
dari media VW (Vacin & Went). Kandungan unsur hara makro terutama unsur hara N
dan P (Lampiran III) serta mampu menggantikan unsur hara dari medium Vacin and
Went (VW) yang dibutuhkan untuk pembentukan akar. Maspari (2010) dalam Irawan
(2013) menyebutkan unsur hara N dibutuhkan tanaman untuk pembentukan atau
pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar, sedangkan unsur hara
P dapat merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih atau tanaman muda.
Medium perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L) memberikan
kondisi yang optimal bagi ZPT maupun unsur hara sehingga cenderung memberikan
respon yang lebih efektif, seperti halnya hormon auksin yang ditambahkan berupa
NAA dalam medium tersebut, akan tetapi faktor internal seperti hormon auksin
endogen juga dapat mempengaruhi cenderung lebih dominan dibandingkan hormon
yang diberikan pada saat perlakuan yaitu NAA.
Medium pada Perlakuan B (Pupuk Organik 3ml/L + Sukrosa 30g/L)
memberikan kondisi yang optimal bagi hormon auksin sehingga memberikan respon
yang baik dan menghasilkan pertambahan akar lebih banyak. Setiawan (2009) dalam
Sumbari (2011) menegaskan bahwa penggunaan beberapa tipe auksin aktif dalam
konsentrasi antara 0.01 sampai 10mg/L dapat meranggang pembentukan akar.
Penambahan ekstrak kersen pada medium perlakuan C (PO 3ml/L + EK
mampu menggantikan peran sukrosa sebanyak 15 g pada medium Vacin and Went
(VW). Hal ini ditunjukan oleh jumlah akar pada perlakuan C (PO 3ml/L + EK 50g/L
+ Sukrosa 15 g/L) dan perlakuan D (PO 3ml/L + EK 100g/L+ Sukrosa 15 g/L)
(gambar 2) yang cenderung lebih tinggi dari perlakuan A (VW + Sukrosa 30g/L),
walaupun dengan analisis sidik ragam tidak berbeda nyata.
Perlakuan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L + sukrosa 15
g/L) menghasilkan jumlah akar cenderung lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hal
ini diduga eksplan pada perlakuan F (Pupuk Organik 3ml/L + Ekstrak kersen 200g/L
+ sukrosa 15 g/L) banyak mengalami browning atau pencoklatan. Browning atau
pencoklatan menyebabkan terjadinya kerusakan sel atau jaringan pada eksplan
sehingga eksplan tidak dapat melakukan proses fotosintesis dan memanfaatkan unsur
N dan P yang sudah tersedia dalam medium dengan baik dan menghambat
pertumbuhan terutama pada pembentukan akar.
Browning atau pencoklatan pada eksplan disebabkan oleh tingginya
kandungan gula dan vitamin C dalam medium yang berasal dari ekstrak kersen yang
menyebabkan tingkat browning atau pencoklatan pada eksplan juga cukup tinggi.
Kandungan gula dalam medium juga mengakibatkan browning pada eksplan melalui
proses proses mailliard, sedangkan pencoklatan akibat vitamin C (Asam Askorbat)
merupakan suatu senyawa reduktor yang merupakan awal pembentukan warna coklat
non enzimatik. Gardner (1985) dalam Pangestuti (2011) mengatakan, fotosintesis
mengubah heksosa menjadi bahan-bahan strukural, cadangan makanan, dan
metabolik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
F. Persentase Eksplan Hidup , Persentase Browning dan Persentase Kontaminasi
Browning dan kontaminasi dapat mempengaruhi kemampuan eksplan dalam
menyerap unsur hara yang ada pada medium serta mempengaruhi persentase hidup
eksplan anggrek Vanda tricolor. Browning menyebabkan sel-sel pada eksplan
menjadi mati sehingga dapat menurunkan persentase eksplan hidup, sedangkan
kontaminasi pada eksplan disebabkan oleh bakteri dan jamur dapat menghambat
pertumbuhan eksplan anggrek Vanda tricolor dan menyebabkan persentase eksplan
hidup menurun. Hasil pengamatan persentase eksplan hidup, persentase browning,
dan kontaminasi disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh pupuk organik dan ekstrak kersen terhadap persentase eksplan hidup, persentase browning, dan persentase kontaminasi anggrek Vanda tricolor pada 8 mst (Minggu Setelah Tanam).
Perlakuan Persentase eksplan
Keterangan : VW = medium Vacint & Went PO = pupuk organik