• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

“PERSENTASE MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT”

sampel acak memenuhi syarat pada tahun 2020 dengan total sampel acak yang diperiksa dan diuji pada tahun 2020. Yang dimaksud Makanan adalah Pangan Olahan yang diproses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.

Sampling dilakukan terhadap Pangan Olahan beredar berdasarkan Data Survei Produk Beredar berdasarkan kerangka sampling acak di tahun berjalan. Kriteria Pangan Tidak Memenuhi Syarat, meliputi: (1) Tidak memiliki NIE/produk ilegal termasuk palsu (termasuk kadaluarsa nomor izin edar); (2) Produk kedaluwarsa; (3) Produk rusak; (4) Tidak memenuhi ketentuan label; dan (5) Tidak memenuhi syarat berdasarkan pengujian. Alur pemeriksaan hasil sampling Pangan dilakukan secara berjenjang dan berurutan mulai dari kriteria poin 1 hingga poin 5. Pangan yang dinilai memenuhi ketentuan pada kriteria poin 1 akan dilakukan pemeriksaan untuk kriteria poin 2 dan seterusnya dilakukan dengan pola yang sama hingga kriteria poin 5. Jika termasuk poin 1, 2 atau 3, maka tidak dilakukan pengujian, apabila sampel yang diperiksa TMK label, maka sampel tetap diuji. Jika ditemukan sampel makanan yang TMS ilegal atau TMS rusak/kedaluwarsa atau TMS pengujian dan/atau TMK penandaan maka dihitung satu sampel TMS. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.6.

TABEL 3.6

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR

“PERSENTASE MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT”

TAHUN 2020

INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN KRITERIA

Persentase Makanan yang

Memenuhi Syarat 78,00% 76,80% 98,46% Baik

A. PERBANDINGAN TARGET DAN REALISASI KINERJA TAHUN 2020 Pada tahun 2020, target

yang ditetapkan pada indikator sasaran ini sesuai dengan target yang ditetapkan pada Penetapan Kinerja Tahun 2020 adalah sebesar 78,00%.

Realisasi yang diperoleh pada tahun 2020

sebesar 76,80%, dengan rincian 470 sampel memenuhi syarat dan 142 sampel

50%

70%

90%

110%

Target Realisasi Capaian Persentase Makanan yang

Memenuhi Syarat 78.00% 76.80% 98.46%

78.00% 76.80%

98.46%

GRAFIK 3.5

PERBANDINGAN TARGET, REALISASI DAN CAPAIAN

"PERSENTASE MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT"

TAHUN 2020

44

tidak memenuhi syarat. Total sampel acak yang diperiksa dan diuji sebanyak 612 sampel. Dengan demikian persentase capaian target indikator sasaran tersebut diatas adalah sebesar 98,46% dengan kriteria Baik.

B. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA DAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2020 DENGAN TAHUN 2019

Indikator kinerja kegiatan ini merupakan indikator kinerja kegiatan yang baru ditetapkan pada tahun 2020. Pada tahun 2019 indikator kinerja utama ini 2020 tidak bisa dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya. Akan tetapi jika dihitung berdasarkan definisi operasional yang sama maka persentase sampel makanan yang memenuhi syarat tahun 2019 sebesar 79,07%. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun 2020 terjadi penurunan persentase sampel makanan memenuhi syarat sebesar 2,27% dibandingkan dengan tahun 2019.

C. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA TAHUN 2020 DENGAN TARGET RENCANA STRATEGIS TAHUN 2020-2024

Target Rencana Strategis tahun 2020-2024 yang ditetapkan pada indikator sasaran kegiatan ini adalah sebesar

Secara lengkap dapat dilihat pada gambar 3.7.

70%

Memenuhi Syarat 86.00% 76.80% 89.30%

86.00%

76.80%

89.30%

GRAFIK 3.7

PERBANDINGAN REALISASI TAHUN 2020 TERHADAP TARGET RENSTRA TAHUN 2020-2024

"PERSENTASE MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT"

Realisasi Tahun

"PERSENTASE MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT"

TAHUN 2019 DAN 2020

45

D. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA TAHUN 2020 DENGAN KINERJA BALAI BESAR POM LAIN DAN TARGET NASIONAL

Realisasi kinerja tersebut dibandingkan terhadap target nasional (78,00%), maka capaian kinerja tertinggi adalah Balai Besar POM di Makassar (110,88%). Secara lengkap dapat dilihat pada grafik 3.8.

E. ANALISIS KEBERHASILAN/KEGAGALAN ATAU PENINGKATAN/ PENURUNAN KINERJA SERTA ALTERNATIF SOLUSI YANG TELAH DILAKUKAN

Penurunan capaian kinerja indikator ini pada tahun 2020 ini disebabkan oleh : Pada tahun 2020 terjadi peningkatan persentase sampel TMS yang berasal dari TMK label/penandaan dibandingkan dengan tahun 2019. Pada tahun 2019 hasil pengujian makanan TMK label/penandaan yaitu sebesar 51,53%

(118 sampel dari 229 sampel acak yang TMS) sedangkan pada tahun 2020 hasil pengujian makanan TMK label/penandaan sebesar 52,82% (75 sampel dari 142 sampel acak yang TMS). Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan pelaku usaha terhadap persyaratan pelabelan pangan olahan.

Pada tahun 2020, sampel yang tidak memenuhi syarat mutu sebanyak 55 sampel, sebagian besar berasal dari sampel yang mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi persyaratan, seperti pengawet benzoat, pemanis siklamat dan pewarna sintetis, serta TMS parameter uji mikrobiologi yaitu Enterobacteriaceae dan Angka Lempeng Total (ALT). Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan pelaku usaha terhadap penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).

Pada tahun 2020, jumlah sarana produksi makanan yang tidak memenuhi ketentuan dalam pemenuhan GMP sebesar 56,92% dari 253 sarana yang diperiksa. Apabila dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu sebesar 59,58%

50% Target Nasional 78.00% 78.00% 78.00% 78.00%

Realisasi 76.80% 86.49% 80.10% 74.34%

Capaian 98.46% 110.88% 102.69% 95.31%

78.00% 78.00% 78.00% 78.00% DENGAN BALAI BESAR POM LAIN

"PERSENTASE MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT"

46

maka terdapat peningkatan terhadap ketidakpatuhan pemenuhan GMP dari sarana produksi yang diperiksa. Jika dilihat dari hasil pengawasan sarana produksi makanan dapat terlihat penurunan tingkat ketidakpatuhan produsen makanan. Ketidakpatuhan produsen makanan disebabkan karena ada pemenuhan beberapa aspek CPPOB yang belum diterapkan dengan baik.

Masih rendahnya cakupan pengawasan sarana produksi makanan di wilayah Jawa Barat yaitu sebesar 1% dari 25.203 sarana produksi makanan sehingga pembinaan terkait pemenuhan GMP masih belum optimal.

Meningkatnya ketidakpatuhan sarana distribusi makanan terhadap pedoman yang telah ditetapkan. Pada tahun 2020, jumlah sarana distribusi makanan yang memenuhi ketentuan sebesar 31,42% dari 366 sarana yang diperiksa.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu sebesar 29,07% maka terdapat peningkatan terhadap ketidakpatuhan dari sarana distribusi yang diperiksa.

Adanya kegiatan Layanan Informasi serta KomunikasiInformasi dan Edukasi (KIE) baik secara langsung maupun melalui media elektronik dan media sosial.

Terkait hal tersebut diatas, maka alternatif solusi yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan capaian kinerja indikator antara lain:

Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap produk makanan yang memenuhi standar melalui penyebaran informasi yang intensif baik melalui sosialisasi langsung kepada masyarakat atau melalui media massa baik cetak maupun elektronik.

Meningkatkan pembinaan terhadap sarana produksi makanan khususnya UMKM terkait pemenuhan CPPOB, melalui desk CAPA secara daring.

Peningkatan pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi tentang peraturan, klarifikasi berita hoax terkait Obat dan makanan, Public Warning Obat dan makanan yang diterbitkan oleh Badan POM kepada masyarakat luas melalui media social (facebook, Instagram, Ig Live), media masa melalui talkshow bekerjasama dengan radio, televisi dan wawancara dengan Koran antara lain dengan bekerjasama dengan RFM, Sonora, IRadio. Bekerjasama dengan stake holder (instansi terkait, organisasi masyarakat, organisasi profesi, tokoh masyarakat) melaksanakan KIE melalui webinar yang dilaksanakan tentang Cara Ritel Modern Yang Baik dan Cara Ritel yang baik untuk Pasar Tradisional, Webinar Keamanana Pangan untuk Generasi Emas. Selain itu, melalui media sosial sebanyak 286 kali, media cetak Jabar Express sebanyak 2 kali serta KIE tokoh masayarakat pola lama sebanyak 13 kali, sedangkan pola baru sebanyak 21 kali

47

Peningkatan koordinasi dengan stakeholder (Dinas Kesehatan, Dinas Koperasi dan UMKM, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten/Kota setempat) terkait tindak lanjut hasil pengawasan sarana produksi dan sarana distribusi Makanan.

Penerapan sanksi, baik administratif atau pro justicia, terhadap sarana produksi dan distribusi yang memproduksi/mendistribusikan Obat Tanpa Ijin Edar (TIE)/ dilarang beredar.

Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dengan melibatkan dalam pelatihan yang diadakan Badan POM, seperti pelatihan Food Inspector Dasar, Pelatihan sanitasi dan higiene pangan serta Pelatihan HACCP

F. ANALISIS PROGRAM/KEGIATAN YANG MENUNJANG KEBERHASILAN/