• Tidak ada hasil yang ditemukan

“PERSENTASE OBAT YANG AMAN DAN BERMUTU BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN”

CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

“PERSENTASE OBAT YANG AMAN DAN BERMUTU BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN”

Persentase Obat yang aman dan bermutu berdasarkan hasil pengawasan diukur dengan membandingkan jumlah sampel targeted yang memenuhi syarat tahun 2020 dibandingkan dengan total sampel targeted yang diperiksa dan diuji tahun 2020. Obat meliputi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetika. Berkualitas yang dimaksud adalah memenuhi syarat berdasarkan kriteria Pedoman Sampling Obat dan Makanan, dengan menggunakan sampling targeted/purposive tahun 2020. Kriteria Obat Tidak Memenuhi Syarat, meliputi: (1) Tidak memiliki NIE/produk ilegal termasuk palsu; (2) Produk kadaluwarsa; (3) Produk rusak; (4) Tidak memenuhi ketentuan penandaan; (5) Tidak memenuhi syarat berdasarkan pengujian. Alur pemeriksaan hasil sampling Obat dilakukan secara berjenjang dan berurutan mulai dari kriteria poin 1 hingga poin 5.

Obat yang dinilai memenuhi ketentuan pada kriteria poin 1 akan dilakukan pemeriksaan untuk kriteria poin 2 dan seterusnya dilakukan dengan pola yang sama hingga kriteria poin 5. Jumlah produk Obat TMS dihitung berdasarkan satuan bets.

Jika termasuk poin 1 atau 2 atau 3, maka tidak dilakukan pengujian, apabila sampel yang diperiksa TMK penandaan, maka sampel tetap diuji. Jika ditemukan sampel Obat yang TMS ilegal atau TMS rusak/kedaluwarsa atau TMS pengujian dan/atau TMK penandaan maka dihitung 1 sampel TMS. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.7.

TABEL 3.7

CAPAIAN KINERJA INDIKATOR

“PERSENTASE OBAT YANG AMAN DAN BERMUTU BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN”

TAHUN 2020

INDIKATOR TARGET REALISASI CAPAIAN KRITERIA

Persentase Obat yang aman dan bermutu berdasarkan hasil pengawasan

90,00% 94,49% 104,99% Baik

50

A. PERBANDINGAN TARGET DAN REALISASI KINERJA TAHUN 2020

Pada tahun 2020, target yang ditetapkan pada indikator sasaran ini sebesar 90,00%. Sampel targeted yang diperiksa dan diuji sebanyak 544 sampel dengan rincian sebanyak 514 sampel memenuhi syarat dan 30 sampel tidak memenuhi syarat, sehingga persentase Obat yang aman dan bermutu pengujian sebanyak 23 sampel yang berasal dari 14 produk Obat Tradisional, 2 produk Kosmetik dan produk obat sebanyak 7 sampel. Parameter uji yang TMS meliputi TMS mengandung bahan kimia obat dan uji mikrobiologi (Obat tradisional), Zat aktif (Obat, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan.

B. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA TAHUN 2020 DENGAN TAHUN 2019 Indikator kegiatan ini merupakan indikator baru yang ada pada Renstra 2020 -2024. Indikator “Obat yang Aman Dan Bermutu Berdasarkan Hasil Pengawasan”

diukur dengan bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetika. Apabila kita mengukur hasil realisasi tahun 2019 dengan menggunakan indikator tahun 2020, maka diperoleh realisasi sebesar 95,31%. Hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan capaian untuk indikator sasaran kegiatan ini.

50%

hasil pengawasan 90.00% 94.49% 104.99%

90.00% 94.49%

104.99%

GRAFIK 3.9

PERBANDINGAN TARGET, REALISASI DAN CAPAIAN

"PERSENTASE OBAT YANG AMAN DAN BERMUTU BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN"

TAHUN 2020

Realisasi Tahun 2019 Realisasi Tahun 2020 Persentase Obat yang

"PERSENTASE OBAT YANG AMAN DAN BERMUTU BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN"

TAHUN 2019 DAN 2020

51

C. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA TAHUN 2020 DENGAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2020-2024

Target Rencana Strategis tahun 2020-2024 yang ditetapkan pada indikator sasaran strategis adalah sebesar 94 %.

Jika nilai pencapaian sasaran pada tahun 2020 dihitung terhadap target tersebut, maka nilai pencapaian sasaran tahun 2020 sudah melebihi target Rencana Strategis Tahun 2020-2024 (100,52%). Secara lengkap dapat dilihat pada grafik 3.11.

D. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA TAHUN 2020 DENGAN KINERJA BALAI BESAR POM LAIN DAN TARGET NASIONAL

Realisasi kinerja Persentase Obat yang Aman dan Bermutu (78,45%). Jika realisasi kinerja indikator tersebut dibandingkan terhadap target nasional (85,00%), maka capaian kinerja tertinggi adalah Balai Besar POM di Makassar (111,16%). Secara lengkap dapat dilihat pada grafik 3.12.

E. ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN ATAS PENINGKATAN KINERJA SERTA ALTERNATIF SOLUSI YANG TELAH DILAKUKAN

Penurunan capaian kinerja sasaran ini disebabkan antara lain:

Pada tahun 2020, terjadi peningkatan prosentase sampel obat targeted yang tidak memenuhi syarat dibandingkan tahun 2019. Hasil pengujian Obat yang

50% Target Nasional 85.00% 85.00% 85.00% 85.00%

Realisasi 94.49% 83.29% 84.37% 78.45%

Capaian 111.16% 97.99% 99.26% 92.29%

85.00%94.49% 85.00% 85.00% 85.00%

83.29% DENGAN BALAI BESAR POM LAIN

"PERSENTASE OBAT YANG AMAN DAN BERMUTU BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN"

hasil pengawasan 94.00% 94.49% 100.52%

94.00% 94.49%

100.52%

GRAFIK 3.11

PERBANDINGAN REALISASI TAHUN 2020 TERHADAP TARGET RENSTRA TAHUN 2020-2024

"PERSENTASE OBAT YANG AMAN DAN BERMUTU BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN"

52

TMS berasal dari TMS mutu pengujian sebanyak 23 sampel yang berasal dari 14 sampel Obat Tradisional, 2 sampel Kosmetik dan sampel kasus obat sebanyak 7 sampel. Parameter uji yang TMS meliputi TMS mengandung bahan kimia obat dan cemaran mikroba (Obat tradisional), Zat aktif (Obat, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan. Sampel TMS sebagian besar merupakan sampel penelusuran kasus.

Penurunan capaian sasaran kegioatan ini juga diakibatkan adanya kasus pada sarana produksi obat illegal, yang hasil ujinya tidak memenuhi syarat.

Selain itu, adanya pengaduan dari konsumen terkait sampel obat tradisional dan kosmetik, yang hasil pengujiannya juga tidak memenuhi syarat.

Terkait hal tersebut diatas, maka alternatif solusi yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan capaian kinerja sasaran tersebut antara lain:

Hasil pengujian sampel yang tidak memenuhi syarat akan dijadikan sebagai salah satu aspek pertimbangan dalam kajian resiko penyusunan prioritas pemeriksaan sarana.

Peningkatan pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi tentang peraturan, klarifikasi berita hoax terkait Obat dan makanan, Public Warning Obat dan makanan yang diterbitkan oleh Badan POM kepada masyarakat luas melalui media social (facebook, Instagram, Ig Live), media masa melalui talkshow bekerjasama dengan radio, televisi dan wawancara dengan koran.

Bekerjasama dengan stake holder (instansi terkait, organisasi masyarakat, organisasi profesi, tokoh masyarakat) melaksanakan KIE melalui webinar.

Peningkatan kerjasama dengan stakeholder (Dinas Kesehatan Kab./Kota setempat) terkait tindak lanjut hasil pengawasan sarana produksi dan sarana distribusi Obat.

Pembinaan dan penyebaran informasi terhadap sarana distribusi Obat serta masyarakat tentang Obat yang memenuhi ketentuan.

Penerapan sanksi administratif terhadap sarana produksi dan distribusi yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) mulai dari peringatan, peringatan keras dan penghentian sementara kegiatan.

Penerapan sanksi pro justicia, terhadap sarana produksi dan distribusi yang memproduksi/mendistribusikan Obat Tanpa Ijin Edar (TIE)/ dilarang beredar.

F. ANALISIS PROGRAM / KEGIATAN YANG MENUNJANG KEBERHASILAN/

KEGAGALAN PENCAPAIAN PERNYATAAN KINERJA

Berikut kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja adalah:

53

Pengambilan contoh sampel obat, obat tradisional, dan kosmetik yang dilakukan oleh BBPOM di Bandung, Loka POM di Kota Tasikmalaya, dan Loka POM di Kabupaten Bogor dilakukan tepat waktu dalam satu tahun periode yaitu sejumlah 2519 sampel. Kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan pengambilan contoh terhadap produk yang ada di pasaran meliputi sarana distribusi dan sarana pelayanan kefarmasian.

Pengawasan sarana produksi obat, obat tradisional, dan kosmetik yang dilakukan secara rutin oleh BBPOM di Bandung, Loka POM di Kota Tasikmalaya, dan Loka POM di Kabupaten Bogor meliputi sarana Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional, Usaha Kecil Obat Tradisional, Usaha Mikro Obat Tradisional, Industri Kosmetik, dan Industri Suplemen Kesehatan. Pada tahun 2020 jumlah sarana produksi yang diperiksa sejumlah 157 sarana, jika dilihat dari persentase cakupan pengawasan sarana produksi di wilayah Jawa Barat adalah sebesar 29,46%.