• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persentase Perkecambahan (%)

Data rataan pengamatan parameter persentase perkecambahan terdapat pada Lampiran 3 dan rataan persentase perkecambahan setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase perkecambahan. Rataan persentase perkecambahan benih bawah ini :

Air aki botol merah Benih kemiri

Tes lab. kimia

Konsentrasi: 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%

Perendaman dengan air aki

Seleksi benih

Penyemaian

Pemeliharaan/penyiraman

Pengamatan

Input data dan pengolahan data

Tabel 1. Rataan Persentase Perkecambahan (%) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 16,67

C1 20,00 C2 23,33 C3 3,33 C4 6,67 C5 0,00

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan persentase perkecambahan benih tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman air aki 10% (C2) sebesar 23,33%, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Persentase perkecambahan benih terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25%

(C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

2.

Persentase Perkecambahan Normal (%)

Data rataan pengamatan parameter persentase perkecambahan normal terdapat pada Lampiran 6 dan rataan persentase perkecambahan normal setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase perkecambahan normal.

Rataan persentase perkecambahan normal benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Persentase Perkecambahan Normal (%) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 16,67

C1 20,00 C2 20,00 C3 3,33 C4 6,67 C5 0,00

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan persentase perkecambahan normal tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman air aki 5% (C1) dan perlakuan perendaman air aki 10% (C2) sebesar 20,00%, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Persentase perkecambahan normal terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25% (C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor)

3.

Data rataan pengamatan parameter kecepatan perkecambahan terdapat pada Lampiran 9 dan rataan kecepatan perkecambahan setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 10. berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan perkecambahan (Indeks vigor). Rataan persentase perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 0,04

C1 0,05 C2 0,05 C3 0,01 C4 0,01 C5 0,00

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan kecepatan perkecambahan benih tercepat terdapat pada perlakuan perendaman air aki 5% (C1) dan perlakuan perendaman air aki 10% (C2) sebesar 0,05%, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Kecepatan perkecambahan benih terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25% (C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

Laju Perkecambahan (Germination Rate)

4.

Data rataan pengamatan parameter laju perkecambahan terdapat pada Lampiran 12 dan rataan laju perkecambahan setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 13. berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 14) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju perkecambahan (Germination rate). Rataan persentase perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Laju Perkecambahan (Germination Rate) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 23,08

C1 46,00 C2 28,39 C3 18,00 C4 16,83 C5 0,00

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan laju perkecambahan benih tercepat terdapat pada perlakuan perendaman air aki 20% (C4) sebesar 16,83 hari, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Laju perkecambahan benih terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25%

(C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

Pembahasan

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi terhadap benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, yaitu persentase perkecambahan, persentase perkecambahan normal, kecepatan perkecambahan, dan laju perkecambahan. Secara keseluruhan hasil rataan parameter perkecambahan dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman air aki 10% (C2) dapat meningkatkan perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya meskipun tidak berbeda nyata.

Perlakuan

% Perkecambahan % Perkecambahan Normal Kecepatan Perkecamba han Laju Perkecambahan Gambar 1.

Diagram garis dari keseluruhan hasil rataan setiap parameter pengamatan.

Persentase perkecambahan benih yang paling tinggi didapat pada perlakuan perendaman air aki 10% (C2). Benih kemiri tanpa perlakuan awal (kontrol) sebenarnya juga memberikan hasil yang baik dilihat dari nilai rataan persentase perkecambahan yang tidak jauh berbeda dengan nilai rataan dari perlakuan perendaman air aki 10%. Hal ini menunjukkan bahwa viabilitas benih tersebut tinggi

0

dengan ditandai tingginya persentase perkecambahannya. Seperti yang diungkapkan oleh Sutopo (1993), umumnya sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan persentase perkecambahan. Sedangkan untuk benih yang tanpa perlakuan sebenarnya juga memiliki persentase perkecambahan yang tidak berbeda jauh dari benih yang direndam dalam air aki konsentrasi 10%. Hal ini dimungkinkan karena vigor benih tersebut telah maksimum dan benih telah matang secara fisiologis sehingga benih telah siap untuk berkecambah meskipun tanpa diberi perlakuan awal.

Seperti yang dinyatakan oleh Utomo (2006), bahwa perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi) dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media, cahaya, dan bebas dari hama dan penyakit.

Konsentrasi yang baik yang dapat meningkatkan perkecambahan benih kemiri adalah pada konsentrasi 5% dan konsentrasi 10%. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka nilai persentase perkecambahan, persentase perkecambahan normal dan kecepatan perkecambahan semakin rendah, bahkan pada perendaman dengan konsentrasi air aki 25% benih kemiri tidak ada yang tumbuh sama sekali (0%). Penelitian yang dilakukan Sirait (2005), dengan menggunakan air aki konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% pada benih jati diperoleh persentase perkecambahan tertinggi pada konsentrasi air aki 5% sebesar 38,67% dan persentase perkecambahan terendah pada konsentrasi 25% sebesar 28%. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi air aki 25%, air aki yang terserap oleh benih telah menjadi toksin bagi benih itu sendiri yang menyebabkan embrio mati karena larutan kimia dengan konsentrasi tinggi menyebabkan terganggunya proses fisiologi pada benih kemiri..

Nainggolan (2007) melakukan penelitian pematahan dormansi benih kemiri dengan menggunakan KNO3 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 0,9%. Hasil yang diperoleh memberikan pengaruh yang tidak nyata pada persentase perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan persentase perkecambahan normal. Nilai rataan persentase perkecambahan paling tinggi didapat pada perendaman KNO3 0,9% sebesar 3,57%.

Hal ini menunjukkan bahwa perendaman dengan air aki masih memberikan hasil yang lebih baik dari perendaman dengan

KNO3.

Kerusakan pada benih yang direndam dalam air aki dapat diketahui pada akhir pengamatan. Dimana seluruh benih yang tidak berkecambah pada akhir pengamatan dipecah untuk mengetahui kondisi benih. Benih yang rusak atau mati ditandai dengan inti benih lunak, berwarna kuning kecoklatan sampai coklat dan mengeluarkan bau apek. Sedangkan benih yang masih sehat dan masih memungkinkan untuk berkecambah ditandai dengan inti benih yang masih keras dan berwarna putih kekuningan (dapat dilihat pada Lampiran 18). Hal ini mungkin terjadi karena konsentrasi air aki yang tinggi yang telah menjadi racun bagi benih.

Duryat (2001) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan asam, maka akan semakin besar potensinya untuk melarutkan kulit benih, dan kemungkinan besar embrio pada benih juga ikut menghisap zat ini, sehingga viabilitas benih akan menurun. Dikemukakan juga oleh Fitter dan Hay (dalam Duryat, 2001), bahwa temperatur yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan enzim, sementara pH yang rendah (asam) merupakan racun bagi tanaman.

Perlakuan perendaman dengan air aki yang memiliki kandungan H2SO4 sebesar 39,5% (Lampiran 2) menjadikan kulit benih lebih lunak sehingga akar mampu menembus kulit benih yang keras. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 20, dimana

membuktikan bahwa air aki bekerja dalam melunakkan kulit benih. Kulit benih inilah yang menjadi penyebab dormansi pada benih kemiri dimana akar benih tidak mampu menembus kulit benih yang sangat keras dan ini termasuk dormansi mekanis. Seperti yang dinyatakan oleh Mulawarman dkk (2002) bahwa dormansi mekanis adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang keras sehingga tidak bisa ditembus akar. Dormansi jenis ini terdapat pada jati (Tectona grandis), gmelina (Gmelina arborea), kemiri (Aleurites moluccana), dan kenari (Canarium commune). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharto (2003) diketahui

bahwa benih kemiri memiliki kulit biji yang keras dan impermeabel terhadap air dan gas dengan ketebalan kulit biji kemiri sekitar ± 2,524 mm.

Pada perkecambahan benih kemiri (A. moluccana Willd) hampir seluruh benih yang berkecambah membentuk perkecambahan normal. Hanya terdapat 1 benih yang berkecambah abnormal yaitu pada perlakuan perendaman air aki 10%.

Perkecambahan abnormal terjadi dengan ditandai tidak terjadinya pembentukan tunas dan daun primer, yang dapat dilihat pada Lampiran 17. Seperti yang dinyatakan oleh Kartasapoetra (1992), bahwa salah satu ciri perkecambahan abnormal adalah gundul tidak terdapat tunas ujung dan tidak ada daun primer.

Perkecambahan abnormal yang didapat pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik benih maupun faktor luar seperti zat yang digunakan untuk merendam benih juga adanya mikro organisme lainnya. Kamil (1979) mengatakan bahwa pada umumnya apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, suhu, oksigen dan cahaya dipenuhi, biji bermutu tinggi akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling) tetapi oleh karena faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa di

Menurun atau meningkatnya kecepatan perkecambahan berhubungan dengan persentase perkecambahan. Hal ini dikarenakan kecepatan perkecambahan berbanding lurus dengan persentase perkecambahan. Semakin tinggi persentase perkecambahan maka kecepatan perkecambahan juga semakin tinggi. Kartasapoetra (1992) menjelaskan bahwa kecepatan berkecambah merupakan gambaran vigor biji yang ditunjukkan dengan biji yang bervigor tinggi pada kondisi apapun akan berkecambah lebih cepat dibandingkan yang bervigor rendah.

Dokumen terkait