• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI KONSENTRASI AIR AKI PADA PEMATAHAN DORMANSI BENIH KEMIRI (Aleurites moluccana Willd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODIFIKASI KONSENTRASI AIR AKI PADA PEMATAHAN DORMANSI BENIH KEMIRI (Aleurites moluccana Willd)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI KONSENTRASI AIR AKI PADA PEMATAHAN DORMANSI BENIH KEMIRI

(Aleurites moluccana Willd)

SKRIPSI

Oleh:

IRHAMNA ARDI 051202014/Budidaya Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Judul Skripsi : Modifikasi Konsentrasi Air Aki pada Pematahan Dormansi

(2)

Nama : Irhamna Ardi NIM : 051202014 Jurusan : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimunthe, SP. MP Dr. Budi Utomo, SP. MP Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.Si Ketua Departemen

ABSTRACT

Irhamna Ardi. Modification Concentration of Accumulator Water at Fracturing Dormancy of walnut seed (Aleurites moluccana Willd). Under tuition Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP. MP. and Bapak Dr. Budi Utomo, SP. MP.

The research that was used to know usage influence various concentration of accumulator water to germination of walnut seed ( Aleurites moluccana Willd). This research executed in December 2008 until Februari 2009 in Attempt Garden Glasshouse On Duty Agriculture of Pasar Miring villagge Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Planning applied is Completely randomized design non Faktorial. Treatment given is control, soaking of accumulator water 5%, 10%, 15%, 20%, and 25%. Observation time depth of 60 days. Result gotten shows highest germination percentage equal to 23,33%, normal germination percentage equal to

(3)

20%, germination speed of equal to 0,5%, and germination rate 16,83 days or rounded up to to become 17 days, where from treatment given gives influence that is is real not at all of parameter.

Keyword : Accumulator Water, Germination, Soaking, Aleurites moluccana Willd

(4)

ABSTRAK

Irhamna Ardi. Modifikasi Konsentrasi Air Aki pada Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd). Dibawah bimbingan Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP. MP. dan Bapak Dr. Budi Utomo, SP. MP.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai konsentrasi air aki terhadap perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai Februari 2009 di Rumah Kaca Kebun Percobaan Dinas Pertanian Desa Pasar Miring Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap non Faktorial. Perlakuan yang diberikan adalah kontrol, perendaman air aki 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Lama waktu pengamatan 60 hari.

Hasil yang didapat menunjukkan persentase perkecambahan tertinggi sebesar 23,33%, persentase perkecambahan normal sebesar 20%, kecepatan perkecambahan sebesar 0,5%, dan laju perkecambahan sebesar 16,83 hari atau dibulatkan menjadi 17 hari, dimana dari perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang tidak nyata pada semua parameter.

Kata Kunci : Air Aki, Perkecambahan, Perendaman, Aleurites moluccana Willd

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pasar Miring pada tanggal 20 Agustus 1986 dari ayah Pardi dan ibu Poni. Penulis merupakan putri ke tiga dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri 101912 Pagar Merbau tamat tahun 1999.

Kemudian melanjutkan sekolah di SLTP Negeri I Pagar Merbau tamat tahun 2002, dan melanjutkan sekolah ke SMA Negeri I Lubuk Pakam tamat tahun 2005.

Tahun 2005 penulis diterima di perguruan tinggi negeri Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB dengan pilihan program studi Budidaya

Hutan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis masuk organisasi Komunitas Pembibitan (Kombit) dan BKM Baitul Asyjaar. Kemudian mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) tahun 2007 di Kabupaten Asahan dan Kabupaten Tanah Karo selama 10 hari. Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. TobaPulp Lestari sektor Tele pada bulan Juni – Agustus 2008 dan menjadi asisten Praktikum Hama Hutan pada tahun 2008 dan asisten Praktikum Silvika dan Praktikum Teknologi Benih pada tahun 2009. penulis melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Berbagai Konsentrasi Air Aki pada Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd).

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Penggunaan Berbagai Konsentrasi Air Aki pada Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd).

(6)

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. Dan Bapak Dr. Budi Utomo, SP., MP. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan selama penelitian dan pembuatan skripsi ini. Juga kepada ayah dan ibu serta seluruh keluarga atas doa, perhatian dan dukungannya.

Serta kepada seluruh teman-teman yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... PENDAHULUAN ix Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian... 3

Manfaat Penelitian ... TINJAUAN PUSTAKA 4 Morfologi Kemiri ... 5

(7)

Syarat Tumbuh... 6

Persyaratan Benih yang Baik... 7

Metabolisme Perkecambahan Biji... 7

Dormansi Biji dan Teknik Pematahan Dormansi... 8

Parameter yang Digunakan pada Perkecambahan Benih ... 11

Pengaruh Konsentrasi Perendaman terhadap Perkecambahan.... BAHAN DAN METODE 12 Tempat dan Waktu Penelitian... 13

Bahan dan Alat Penelitian... 13

Metode Penelitian ... 13

Analisis Data... 14

Prosedur Penelitian ... 15

Parameter yang Diamati... HASIL DAN PEMBAHASAN 16 Hasil ... 20

Pembahasan ... KESIMPULAN DAN SARAN 24 Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Rataan Persentase Perkecambahan Benih Kemiri (A. moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki... 20

2. Rataan Persentase Perkecambahan Normal Benih Kemiri (A. moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki... 21

3. Rataan Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Benih Kemiri (A. moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki... 22

4. Rataan Laju Perkecambahan (Germination Rate) Benih Kemiri (A. moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki... 23

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Contoh Perhitungan Parameter ... 32

2. Hasil Analisis Kadar H2SO4 pada Air Aki... 34

3. Rataan Persentase Perkecambahan (%) ... 35

4. Rataan Persentase Perkecambahan Setelah Ditransformasi dengan

x + 0,5 ... 35

5. Sidik Ragam (ANOVA) Persentase Perkecambahan Setelah Ditrans- formasi dengan x + 0,5 ... 35

6. Rataan Persentase Perkecambahan Normal (%)... 36

7. Rataan Persentase Perkecambahan Normal Setelah Ditransformasi dengan x + 0,5 ... 36

8. Sidik Ragam (ANOVA) Persentase Perkecambahan Normal Setelah Ditransformasi dengan x + 0,5 ... 36

9. Rataan Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor)... 37

10. Rataan Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Setelah Ditrans- formasi dengan x + 0,5 ... 37

11. Sidik Ragam (ANOVA) Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Setelah Ditransformasi dengan x + 0,5 ... 37

12. Rataan Laju Perkecambahan (Germination Rate)... 38

13. Rataan Laju Perkecambahan (Germination Rate) Setelah Ditrans- formasi dengan x + 0,5 ... 38

14. Sidik Ragam (ANOVA) Laju Perkecambahan (Germination Rate)

(9)

Setelah Ditransformasi dengan x + 0,5 ... 38

15. Tata Letak Bak Kecambah Benih Kemiri dalam Rancangan Acak Lengkap... 39 16. Perlakuan Perendaman Air Aki 25% yang Tidak Menghasilkan Per-

kecambahan sampai Akhir Pengamatan... 39

17. Perkecambahan Abnormal Benih Kemiri ... 39

18. Benih yang Dipecah pada Akhir Pengamatan... 40

19. Tinggi Bibit yang Berkecambah pada Hari ke-25 Setelah Dikecam- bahkan ... 41 20. Reaksi Benih pada Saat Perendaman ... 41

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiri (Aleurites moluccana Wild.) merupakan salah satu tanaman industri dari keluarga Euphorbiaceae yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dikembangkan di Indonesia. (Rosman dan Endjo, 2006). Saat ini kemiri merupakan salah satu jenis tanaman yang diprioritaskan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) dan sudah dinilai layak sehingga ditetapkan sebagai tanaman utama HTI di Nusa Tenggara Barat (Sunanto, 1994). Sedangkan menurut Simatupang (2001), Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah penghasil kemiri penting di Indonesia yang lahan pertanamannya tersebar di beberapa Daerah Tingkat II, dan Kabupaten Dairi adalah wilayah yang terluas lahan usahatani kemirinya.

Oleh masyarakat, kemiri lebih dikenal dan banyak digunakan sebagai bumbu masak. Kulit bijinya (cangkang atau batoknya) dimanfaatkan sebagai bahan obat nyamuk bakar atau arang untuk bahan bakar. Dari biji kemiri dapat diolah menjadi minyak atau lemak kemiri yang digunakan sebagai bahan obatobatan, kosmetik, coating dan industri cat. Kayu kemiri memiliki berat jenis ratarata 0,31, kelas kuat IV - V dan kelas awet V. Kayu dapat digunakan untuk plywood, peti, korek api dan barang kerajinan (Irwanto, 2007). Batang kemiri juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bahan pulp (bahan pembuatan kertas) (Sunanto, 1994).

Perkembangan penduduk yang cepat menyebabkan permintaan komoditas kemiri terus meningkat, sehingga kemiri merupakan salah satu komoditas yang semakin penting. Permintaan ekspor kemiri akhir-akhir ini terus meningkat. Negara- negara konsumen kemiri dari Indonesia terutama adalah Amerika, Arab Saudi,

(11)

Hongkong, Singapura, dan Australia (Sunanto, 1994). Dengan banyaknya permintaan komoditas kemiri ini, jelaslah bahwa tanaman kemiri mempunyai prospek yang sangat baik bagi masyarakat.

Untuk mendukung kegiatan dalam pengembangan kemiri tersebut perlu didukung dengan tersedianya bibit yang berkualitas. Penyediaan bibit dapat dipenuhi melalui perbanyakan tanaman secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif biasanya dilakukan terhadap tanaman yang banyak menghasilkan biji (Wudianto, 1994). Kendala utama dalam perbanyakan kemiri secara generatif adalah masa perkecambahan alami yang panjang yaitu sekitar

4 – 6 bulan dengan indeks vigor 1,86%/hari dan daya kecambah hanya 5% (Suharto, 2003).

Biji kemiri dapat digolongkan dalam kelompok biji orthodox. Karena itu pada perkecambahan benih kemiri harus dilakukan perlakuan pendahuluan (pregermination) yaitu skarifikasi benih untuk melemahkan dan meretakkan kulit bijinya, terutama pada seed apex-nya yang sangat kuat dan keras (Suharto, 2003).

Ada beberapa metode perkecambahan benih kemiri yaitu ketok pukul, kikir asah, rendam dalam larutan kimia (KNO3 dan H2SO4 pekat), dan pembakaran.

Perendaman dalam larutan KNO3 0,2% selama 30 menit dan pembakaran dibawah mulsa jerami/alang-alang merupakan metode baru (Rosman dan Endjo, 2006). Untuk perbanyakan kemiri dalam skala besar, metode-metode tersebut masih belum efektif.

Seperti pada metode ketok pukul dan kikir asah, membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang lebih banyak. Sedangkan pada metode pembakaran, panas yang

(12)

dihasilkan tidak merata. Untuk metode perendaman dengan larutan kimia terkendala pada harga larutan kimia tersebut yang cukup mahal. Air aki memiliki kandungan H2SO4 sehingga dapat digunakan sebagai pengganti H2SO4 dalam mematahkan dormansi benih. Keenan dalam Sirait (2005), menyatakan bahwa larutan air aki mengandung H2SO4 dengan konsentrasi 25% - 27%.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pematahan dormansi pada benih kemiri dengan menggunakan berbagai konsentrasi air aki. Air aki sendiri mudah diperoleh dan dengan harga yang sangat terjangkau sehingga untuk jumlah yang besar dapat mengurangi biaya produksi. Hingga nantinya akan diperoleh metode pematahan dormansi benih kemiri yang mudah, murah dan efisien.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeteksi penggunaan berbagai konsentrasi air aki terhadap perkecambahan benih kemiri.

C. Hipotesis

Pada konsentrasi tertentu air aki dapat mendorong daya kecambah benih kemiri menjadi lebih cepat.

D. Kegunaan

(13)

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya dan diharapkan dapat menyuguhkan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan untuk perbanyakan massal di lapangan.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Kemiri

Kemiri (Aleurites moluccana Willd), merupakan pohon yang sudah tidak asing bagi masyarakat di Indonesia. Kemiri masuk ke Indonesia antar tahun 1930-1933 yaitu jenis A. Montana dan A. fordii. Jenis ini tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra.

Kemiri yang banyak terdapat di Indonesia saat ini adalah jenis A.

moluccana. Jenis A. moluccana Wild berasal dari Malaysia

(Rosman dan Endjo, 2006). Tanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd) termasuk suku Euphorbiaceae. Ketinggian tanaman dapat mencapai 40 meter dan diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1,25 meter. Daun-daunnya selalu hijau sepanjang tahun dan tajuknya sangat rindang. Dalam era pembangunan nasional sekarang ini, pohon kemiri pun merupakan pohon yang sangat cocok untuk reboisasi, penghijauan, dan tempat berlindung ternak pada areal penggembalaan (Sunanto, 1994).

Klasifikasi pohon kemiri Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dycotiledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana (L.) Willd

(15)

Daun muda, ranting, dan karangan bunga diliputi rambut-rambut sangat pendek dan rapat, berwarna perak mentega. Daun bertangkai panjang dengan helaian berbentuk lonjong (bulat telur), dan bertulang daun menjari dengan bintikbintik yang transparan. Pada ujung tangkai daun terdapat dua buah kelenjar berbentuk oval.

Bunga tersusun dalam malai, terletak di ujung ranting dan bercabang melebar.

Bunga jantan terletak di atas tangkai kecil yang cukup panjang. Bunga betina bertangkai agak besar dan jumlahnya sedikit, tersusun dalam percabangan berbentuk garpu. Bakal buah di dalam bunga betina beruang dua, dengan dua tangkai putik.

Buah kemiri termasuk buah batu, berbentuk bulat telur dan ada bagian yang menonjol ke samping. Daging buahnya kaku dan mengandung 1 – 2 biji yang diselimuti oleh kulit biji yang keras.

B. Syarat Tumbuh

Pohon kemiri dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanahtanah berpasir di pantai. Tetapi tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanahtanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Pohon kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 – 800 mdpl, walaupun di beberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketinggian sampai 1.200 mdpl. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan yang berkonfigurasi datar, bergelombang dan bertebing-tebing yang curam. Tanaman kemiri dapat tumbuh pula di daerah-daerah yang beriklim kering dan beriklim basah (Sunanto, 1994).

C. Persyaratan Benih Yang Baik

(16)

Biji yang akan dijadikan benih harus diambil dari buah kemiri yang telah masak, yakni buah-buah yang telah tua dan jatuh sendiri dari pohonnya. Biji yang akan dijadikan benih sebaiknya dipilih dari biji-biji yang ukurannya relatif besar dan kondisinya sehat (utuh dan tidak terserang hama atau penyakit). Biji yang bentuknya gepeng (pipih) dan pangkalnya ada lekukan adalah biji betina. Sedangkan biji yang bentuknya bulat adalah biji jantan. Pada umumnya, biji yang pipih (betina) jika disemaikan akan lebih cepat berkecambah. Sedangkan biji yang bulat (jantan), jika disemaikan akan lebih lama berkecambahnya (Sunanto, 1994).

D. Metabolisme Perkecambahan Biji

Menurut Tjitrosoepomo (1996), biji adalah suatu alat reproduksi generatif atau seksual, karena terjadinya didahului oleh suatu peristiwa seksual, yaitu peleburan sel telur dengan sel kelamin.

Secara morfologis sukar ditentukan dengan pasti kapan perkecambahan biji berakhir dan pertumbuhan dimulai. Kesukaran ini terutama disebabkan oleh karena dalam prakteknya, penentuan suatu biji berkecambah apabila telah kelihatan keluarnya radikula atau plumula dari kulit biji. Sedangkan, sebelum keluarnya radikula atau plumula itu sendiri adalah hasil proses pertumbuhan yang telah terjadi, disebabkan oleh pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduaduanya (Kamil, 1979).

Perkecambahan benih kemiri sendiri merupakan type perkecambahan epygeal (Suharto, 2003). Menurut Sutopo (1993), secara umum terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman yaitu :

(17)

1. Tipe epigeal (epigeous), dimana munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.

2. Tipe hipogeal (hypogeous), dimana munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih dapat berasal dari dalam benih (faktor internal), maupun dari luar benih (faktor eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih dan berat benih serta dormansi. Di samping itu viabilitas dan jangka waktu benih dapat hidup serta faktor genetika juga berpengaruh.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih antara lain: air, suhu, oksigen, cahaya, dan media tumbuh. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama pada kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan tergantung dari jenis benih, tapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali berat keringnya (Sutopo, 1993).

E. Dormansi Benih dan Teknik Pematahan Dormansi

Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang merata normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, dan cahaya yang sesuai.

(18)

Dormansi merupakan strategi untuk mencegah perkecambahan di bawah kondisi dimana kemungkinan hidup kecambah atau anakan rendah (Utomo, 2006).

Sedangkan menurut Kartasapoetra (1992), benih mengalami dormansi yaitu keadaan tidak aktif yang bersifat sementara yang artinya walaupun berada dalam lingkungan yang sesuai bagi perkecambahan baginya, sementara tidak mau tumbuh.

Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor dalam benih itu sendiri, kemungkinan dikarenakan embrio yang rudimenter, embrio yang dorman, kulit benih yang kedap terhadap air dan udara, atau kemungkinan pula karena adanya zat penghambat perkecambahan.

Menurut Villlers dalam Saleh (2004) dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara sempurna, hambatan mekanis kulit benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur tumbuh di dalam embrio. Sedangkan menurut Sutopo (1993) dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudimenter, after ripening, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Tetapi

dengan perlakuan khusus maka benih yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah misal, perlakuan stratifikasi, direndam dalam larutan asam sulfat, dan lain-lain.

Utomo (2006) menyebutkan beberapa cara pematahan dormansi yang umum digunakan adalah:

(19)

1. Skarifikasi Mekanis

Yakni melalui penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran dengan bantuan pisau, jarum, kikir, pembakar, kertas gosok atau lainnya, yang merupakan cara paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik.

Permasalahan utama dalam skarifikasi manual adalah perlu tenaga yang banyak, namun dengan alat pembakar, seseorang dapat menyelesaikan lebih dari 100 benih/menit. 2. Air Panas

Memetahakan dormansi fisik pada Leguminosae melalui tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereid, atau merusak tutup strophiolar.

Metode ini paling efektif bila benih direndam dalam air panas. Pencelupan juga baik untuk mencegah kerusakan embrio. Perubahan suhu yang cepat menyebabkan perbedaan tegangan, bukan karena suhu tinggi, bila perendaman terlalu lama panas dapat diteruskan ke dalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan 3.

Pemanasan atau Pembakaran

Suhu panas kering berpengaruh sama dengan air mendidih terhadap kulit biji buah kering: ketegangan dalam sel bagian luar menyebabkan keretakan sehingga gas dan air dapat menembus. Efektifitas suhu panas kering dan pembakaran ditingkatkan dengan perubahan suhu yang cepat, misalnya setelah benih diberi perlakuan panas segera dipindahkan ke air dingin, hal ini juga akan mengurangi resiko kerusakan embrio karena panas.

4. Perlakuan dengan Asam

(20)

Larutan asam seperti H2SO4 menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan baik pada benih legum maupun non legum. Namun tidak sesuai untuk benih yang mudah permeable karena asam akan masuk dan merusak embrio.

Metode ini paling efektif digunakan untuk benih berkulit keras.

F. Parameter yang Digunakan pada Perkecambahan Benih

Sutopo (1993) menyatakan bahwa dalam pengujian perkecambahan benih ada beberapa parameter yang biasa digunakan antara lain:

1. Persentase Perkecambahan

Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Persentase perkecambahan umumnya digunakan sebagai parameter untuk viabilitas benih.

2. Persentase Perkecambahan Normal

Persentase perkecambahan normal dilihat berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Atau secara tidak langsung dengan hanya melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih.

3. Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan umumnya digunakan sebagai parameter vigor benih, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan perkecambahan dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Vigor benih sendiri adalah kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi lapangan yang suboptimum.

4. Laju Perkecambahan

(21)

Laju perkecambahan dapat diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.

G. Pengaruh Konsentrasi Larutan Kimia Terhadap Perkecambahan

Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.

Sedangkan menurut Sirait (2005), larutan kimia dengan konsentrasi tinggi menyebabkan terganggunya proses fisiologis pada benih. Menurut Kimball dalam Hajriyah dalam Sirait (2005), semakin tinggi konsentrasi asam kuat yang terserap oleh benih, maka kerja enzim dan proses metabolisme akan terganggu sehingga laju reaksi akan mencapai limit.

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Balai Pertanian Pasar Miring Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Desember 2008 sampai dengan Februari 2009.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kemiri, air aki, air, dan pasir. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur 100 ml, batang pengaduk, bak kecambah, ember, kompor, penggorengan, kertas label,

(22)

C. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut:

C0 = Tanpa perendaman (kontrol) C1 = Benih direndam dalam air aki 5%

C2 = Benih direndam dalam air aki 10%

C3 = Benih direndam dalam air aki 15%

C4 = Benih direndam dalam air aki 20%

C5 = Benih direndam dalam air aki 25%

Lama waktu perendaman adalah 30 menit. Semua perlakuan diulang 3 kali, sehingga jumlah unit pelaksanaan adalah 18 unit perlakuan. Pada tiap unit/plot ditanam 10 benih, sehingga jumlah benih yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 180 benih.

D. Analisis Data

Menurut Sastrosupadi (2000), model matematis yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut : Yij = µ + Ti + Σij

Dimana : Yij = Nilai hasil pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

Ti = Pengaruh perlakuan taraf ke-i

Σij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Bila terdapat data yang nol akibat adanya benih yang tidak tumbuh atau mati maka data ditransformasi dengan menggunakan transformasi akar kuadrat ( y ), hal ini dilakukan karena adanya kejadian yang berpeluang sangat kecil (kurang dari 0,1 atau

(23)

10%) untuk menjadi kenyataan dan data yang diperoleh berkisar antara 0 – 30% atau 70 – 100% sehingga perlu ditransformasikan ke bentuk transformasi akar kuadrat ( y ) (Hanafiah, 2003).

Data dianalisis keragamannya dan apabila terdapat perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjutan berdasarkan uji jarak Duncan’s (Gomez dan Gomez, 1995).

E. Prosedur Penelitian Penyiapan Benih

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih yang telah matang.

Selanjutnya diseleksi benih yang akan digunakan yaitu benih yang ukurannya relatif seragam dan kondisinya sehat (utuh dan tidak terserang hama atau penyakit).

Kemudian dibersihkan dari sisa-sisa daging buahnya.

Penyiapan Media Kecambah

Media yang digunakan untuk perkecambahan adalah pasir. Sebelum dimasukkan ke dalam bak kecambah, media diayak supaya terpisah dari batu-batu dan kotoran lain.

Selanjutnya media disterilkan dengan cara disangrai.

Pemecahan Dormansi

(24)

Benih yang telah selesai dibersihkan lalu diberi perlakuan yaitu: tanpa perendaman, perendaman air aki dengan konsentrasi 5%, perendaman air aki dengan konsentrasi 10%, perendaman air aki dengan konsentrasi 15%, perendaman air aki dengan konsentrasi 20%, dan perendaman air aki dengan konsentrasi 25%.

Pengecambahan Benih

Benih dikecambahkan dalam bak kecambah dengan kedalaman ±1 cm dari permukaan media. Jumlah benih yang dikecambahkan sebanyak 10 benih per unit perlakuan.

Pemeliharaan

Pemeliharan yang dilakukan yaitu dengan melakukan penyiraman setiap hari yaitu pada pagi hari dan sore hari sesuai dengan kondisi kelembaban media dengan menggunakan air bersih. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan handsprayer.

F. Parameter yang Diamati

1. Persentase perkecambahan (Germination Percentage)

Persentase perkecambahan benih diamati dengan menghitung benih yang berkecambah pada setiap unit percobaan. Pengamatan dilakukan mulai hari pertama setelah benih dikecambahkan. Persentase perkecambahan dihitung dengan rumus:

Jumlah benih yang berkecambah

Persentase perkecambahan = x 100%

Jumlah benih yang dikecambahkan

2. Persentase Perkecambahan Normal

(25)

Pengamatan dilakukan terhadap kecambah normal yang tumbuh setelah benih dikecambahkan. Persentase kecambah normal dihitung dengan rumus:

Jumlah benih yang berkecambah normal

Persentase perkecambahan = x 100%

Jumlah benih yang dikecambahkan Kriteria kecambah normal menurut Sutopo (1993) adalah :

a. Kecambah yang memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua.

b. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakankerusakan pada jaringan-jaringannya.

c. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal.

d. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.

3. Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor)

Pengamatan ini bertujuan untuk menentukan kecepatan tumbuh benih.

Menurut Kartasapoetra (1992), kecepatan perkecambahan digunakan sebagai penilaian vigor benih dengan rumus sebagai berikut:

I.V. = G1 + G2 + G3 +...+ Gn D1 D2 D3 Dn Keterangan : I.V. = Indeks Vigor

(26)

G = Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu D = Waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut n = Jumlah hari pada perhitungan akhir

4. Laju Perkecambahan (Germination Rate)

Menurut Sutopo (1993), laju perkecambahan diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula. Dihitung dengan rumus:

N1T1 + N2T2 + ...+NxTx Rata-rata hari berkecambah =

Jumlah total benih yang berkecambah

Keterangan : N = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu T = Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan

akhir dari interval tertentu suatu pengamatan.

(27)

Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada skema di

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persentase Perkecambahan (%)

Data rataan pengamatan parameter persentase perkecambahan terdapat pada Lampiran 3 dan rataan persentase perkecambahan setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase perkecambahan. Rataan persentase perkecambahan benih bawah ini :

Air aki botol merah Benih kemiri

Tes lab. kimia

Konsentrasi: 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%

Perendaman dengan air aki

Seleksi benih

Penyemaian

Pemeliharaan/penyiraman

Pengamatan

Input data dan pengolahan data

(28)

Tabel 1. Rataan Persentase Perkecambahan (%) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 16,67

C1 20,00 C2 23,33 C3 3,33 C4 6,67 C5 0,00

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan persentase perkecambahan benih tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman air aki 10% (C2) sebesar 23,33%, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Persentase perkecambahan benih terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25%

(C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

(29)

2.

Persentase Perkecambahan Normal (%)

Data rataan pengamatan parameter persentase perkecambahan normal terdapat pada Lampiran 6 dan rataan persentase perkecambahan normal setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase perkecambahan normal.

Rataan persentase perkecambahan normal benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Persentase Perkecambahan Normal (%) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 16,67

C1 20,00 C2 20,00 C3 3,33 C4 6,67 C5 0,00

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan persentase perkecambahan normal tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman air aki 5% (C1) dan perlakuan perendaman air aki 10% (C2) sebesar 20,00%, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Persentase perkecambahan normal terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25% (C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor)

(30)

3.

Data rataan pengamatan parameter kecepatan perkecambahan terdapat pada Lampiran 9 dan rataan kecepatan perkecambahan setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 10. berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan perkecambahan (Indeks vigor). Rataan persentase perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 0,04

C1 0,05 C2 0,05 C3 0,01 C4 0,01 C5 0,00

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan kecepatan perkecambahan benih tercepat terdapat pada perlakuan perendaman air aki 5% (C1) dan perlakuan perendaman air aki 10% (C2) sebesar 0,05%, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Kecepatan perkecambahan benih terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25% (C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

Laju Perkecambahan (Germination Rate)

(31)

4.

Data rataan pengamatan parameter laju perkecambahan terdapat pada Lampiran 12 dan rataan laju perkecambahan setelah ditransformasi terdapat pada Lampiran 13. berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 14) menunjukkan bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju perkecambahan (Germination rate). Rataan persentase perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Laju Perkecambahan (Germination Rate) Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) dengan Berbagai Konsentrasi Air Aki

Perlakuan Rataan CO 23,08

C1 46,00 C2 28,39 C3 18,00 C4 16,83 C5 0,00

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan laju perkecambahan benih tercepat terdapat pada perlakuan perendaman air aki 20% (C4) sebesar 16,83 hari, dimana perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan seluruh perlakuan yang lainnya. Laju perkecambahan benih terendah terdapat pada perlakuan perendaman air aki 25%

(C5) karena tidak terjadi perkecambahan sampai akhir pengamatan (60 hari) sehingga nilai yang diperoleh 0,00%.

(32)

Pembahasan

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa berbagai perlakuan pematahan dormansi terhadap benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati, yaitu persentase perkecambahan, persentase perkecambahan normal, kecepatan perkecambahan, dan laju perkecambahan. Secara keseluruhan hasil rataan parameter perkecambahan dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman air aki 10% (C2) dapat meningkatkan perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya meskipun tidak berbeda nyata.

Perlakuan

% Perkecambahan % Perkecambahan Normal Kecepatan Perkecamba han Laju Perkecambahan Gambar 1.

Diagram garis dari keseluruhan hasil rataan setiap parameter pengamatan.

Persentase perkecambahan benih yang paling tinggi didapat pada perlakuan perendaman air aki 10% (C2). Benih kemiri tanpa perlakuan awal (kontrol) sebenarnya juga memberikan hasil yang baik dilihat dari nilai rataan persentase perkecambahan yang tidak jauh berbeda dengan nilai rataan dari perlakuan perendaman air aki 10%. Hal ini menunjukkan bahwa viabilitas benih tersebut tinggi

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

CO C1 C2 C3 C4 C5

(33)

dengan ditandai tingginya persentase perkecambahannya. Seperti yang diungkapkan oleh Sutopo (1993), umumnya sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan persentase perkecambahan. Sedangkan untuk benih yang tanpa perlakuan sebenarnya juga memiliki persentase perkecambahan yang tidak berbeda jauh dari benih yang direndam dalam air aki konsentrasi 10%. Hal ini dimungkinkan karena vigor benih tersebut telah maksimum dan benih telah matang secara fisiologis sehingga benih telah siap untuk berkecambah meskipun tanpa diberi perlakuan awal.

Seperti yang dinyatakan oleh Utomo (2006), bahwa perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal (pematahan dormansi) dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media, cahaya, dan bebas dari hama dan penyakit.

Konsentrasi yang baik yang dapat meningkatkan perkecambahan benih kemiri adalah pada konsentrasi 5% dan konsentrasi 10%. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka nilai persentase perkecambahan, persentase perkecambahan normal dan kecepatan perkecambahan semakin rendah, bahkan pada perendaman dengan konsentrasi air aki 25% benih kemiri tidak ada yang tumbuh sama sekali (0%). Penelitian yang dilakukan Sirait (2005), dengan menggunakan air aki konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% pada benih jati diperoleh persentase perkecambahan tertinggi pada konsentrasi air aki 5% sebesar 38,67% dan persentase perkecambahan terendah pada konsentrasi 25% sebesar 28%. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi air aki 25%, air aki yang terserap oleh benih telah menjadi toksin bagi benih itu sendiri yang menyebabkan embrio mati karena larutan kimia dengan konsentrasi tinggi menyebabkan terganggunya proses fisiologi pada benih kemiri..

(34)

Nainggolan (2007) melakukan penelitian pematahan dormansi benih kemiri dengan menggunakan KNO3 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan 0,9%. Hasil yang diperoleh memberikan pengaruh yang tidak nyata pada persentase perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan persentase perkecambahan normal. Nilai rataan persentase perkecambahan paling tinggi didapat pada perendaman KNO3 0,9% sebesar 3,57%.

Hal ini menunjukkan bahwa perendaman dengan air aki masih memberikan hasil yang lebih baik dari perendaman dengan

KNO3.

Kerusakan pada benih yang direndam dalam air aki dapat diketahui pada akhir pengamatan. Dimana seluruh benih yang tidak berkecambah pada akhir pengamatan dipecah untuk mengetahui kondisi benih. Benih yang rusak atau mati ditandai dengan inti benih lunak, berwarna kuning kecoklatan sampai coklat dan mengeluarkan bau apek. Sedangkan benih yang masih sehat dan masih memungkinkan untuk berkecambah ditandai dengan inti benih yang masih keras dan berwarna putih kekuningan (dapat dilihat pada Lampiran 18). Hal ini mungkin terjadi karena konsentrasi air aki yang tinggi yang telah menjadi racun bagi benih.

Duryat (2001) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan asam, maka akan semakin besar potensinya untuk melarutkan kulit benih, dan kemungkinan besar embrio pada benih juga ikut menghisap zat ini, sehingga viabilitas benih akan menurun. Dikemukakan juga oleh Fitter dan Hay (dalam Duryat, 2001), bahwa temperatur yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan enzim, sementara pH yang rendah (asam) merupakan racun bagi tanaman.

Perlakuan perendaman dengan air aki yang memiliki kandungan H2SO4 sebesar 39,5% (Lampiran 2) menjadikan kulit benih lebih lunak sehingga akar mampu menembus kulit benih yang keras. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 20, dimana

(35)

membuktikan bahwa air aki bekerja dalam melunakkan kulit benih. Kulit benih inilah yang menjadi penyebab dormansi pada benih kemiri dimana akar benih tidak mampu menembus kulit benih yang sangat keras dan ini termasuk dormansi mekanis. Seperti yang dinyatakan oleh Mulawarman dkk (2002) bahwa dormansi mekanis adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang keras sehingga tidak bisa ditembus akar. Dormansi jenis ini terdapat pada jati (Tectona grandis), gmelina (Gmelina arborea), kemiri (Aleurites moluccana), dan kenari (Canarium commune). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharto (2003) diketahui

bahwa benih kemiri memiliki kulit biji yang keras dan impermeabel terhadap air dan gas dengan ketebalan kulit biji kemiri sekitar ± 2,524 mm.

Pada perkecambahan benih kemiri (A. moluccana Willd) hampir seluruh benih yang berkecambah membentuk perkecambahan normal. Hanya terdapat 1 benih yang berkecambah abnormal yaitu pada perlakuan perendaman air aki 10%.

Perkecambahan abnormal terjadi dengan ditandai tidak terjadinya pembentukan tunas dan daun primer, yang dapat dilihat pada Lampiran 17. Seperti yang dinyatakan oleh Kartasapoetra (1992), bahwa salah satu ciri perkecambahan abnormal adalah gundul tidak terdapat tunas ujung dan tidak ada daun primer.

Perkecambahan abnormal yang didapat pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik benih maupun faktor luar seperti zat yang digunakan untuk merendam benih juga adanya mikro organisme lainnya. Kamil (1979) mengatakan bahwa pada umumnya apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, suhu, oksigen dan cahaya dipenuhi, biji bermutu tinggi akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling) tetapi oleh karena faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa di

(36)

Menurun atau meningkatnya kecepatan perkecambahan berhubungan dengan persentase perkecambahan. Hal ini dikarenakan kecepatan perkecambahan berbanding lurus dengan persentase perkecambahan. Semakin tinggi persentase perkecambahan maka kecepatan perkecambahan juga semakin tinggi. Kartasapoetra (1992) menjelaskan bahwa kecepatan berkecambah merupakan gambaran vigor biji yang ditunjukkan dengan biji yang bervigor tinggi pada kondisi apapun akan berkecambah lebih cepat dibandingkan yang bervigor rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tidak ada pengaruh nyata dari perlakuan perendaman air aki yang diberikan 2. Perlakuan perendaman air aki 5% dan 10% merupakan perlakuan terbaik yang

memiliki nilai tertinggi untuk persentase perkecambahan, persentase perkecambahan normal dan kecepatan perkecambahan meskipun tidak berbeda nyata.

3. Perlakuan perendaman air aki 25% tidak menghasilkan perkecambahan benih sampai akhir pengamatan (60 hari)

Saran

Dari hasil yang diperoleh maka tidak disarankan menggunakan metode ini dalam melakukan pematahan dormansi benih kemiri.

DAFTAR PUSTAKA

(37)

Duryat. 2001. Pengaruh Skarifikasi dengan Larutan Asam Sulfat dan Perendaman Air Panas terhadap Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites moluccana).

[skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Bandar Lampung. Bandar Lampung. [Tidak dipublikasikan].

Gomez, K.A dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.

Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi.

Cetakan ke-8. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Irwanto. 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan. Yogyakarta.

http://www.irwantoshut.com/ [24 September 2008]

Kamil, J. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa raya. Padang.

Kartasapoetra, AG. 1992. Tekonologi Benih. Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.

Mulawarman, JM Roshetko, SM Sasongko dan D Irianto. 2002. Pengelolaan Benih Pohon, sumber benih, pengumpulan dan penanganan benih: pedoman lapang untuk petugas lapang dan petani. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Bogor,

Rosman,R dan Endjo D. 2006. Status Teknologi Budidaya Kemiri. Balittro. Deptan.

Jakarta. http://balittro.litbang.deptan.go.id [13 Oktober 2008]

Saleh, MS. 2004. Pematahan Dormansi Benih Aren secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah. http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains. [20 April 2008].

Sastrosupadi, S. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius.

Yogyakarta.

Simatupang, JT. 2001. Analisis Ekonomi Usahatani Kemiri serta Hubungannya dengan Pengembangan Wilayah di Kecamatan Tanah Pinem Kebupaten Dairi [tesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

http://library.usu.ac.id/download/ft/D0101191.pdf [29 Oktober 2008]

Sirait, NY. 2005. Pengaruh Skarifikasi dengan Menggunakan Air Aki (Accu Zur) dan Air Panas terhadap Viabilitas Benih Jati (Tectona grandis Linn) [skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Bandar Lampung. Bandar Lampung. [Tidak dipublikasikan].

Suharto, E. 2003. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji, dan Karakteristik Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) Provenan Karang Dempo. Jurnal Akta Agrosia

Vol.6 No.1 Halaman 23-29 Jan – Jun 2003.

http://www.bdpunib.org/akta/artikelakta/2003/23.pdf [13 Oktober 2008]

(38)

Afrika (Maesopsis eminii Engl) Provenan Padang

Jaya. http://www.bdpunib.org/akta/artikelakta/2004/24.pdf. [18 April 2008]

Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Kanisius. Yogyakarta.

Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1996. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Utomo, B. 2006. Ekologi Benih. Departemen Kehutanan. Fakultas Pertanian.

Universitas Sumatera Utara. Medan. http://library.usu.ac.id/ [20 April 2008]

Wudianto,R. 1994. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Edisi Revisi I. Penebar Swadaya. Jakarta.

(39)

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Parameter

Data perkecambahan benih saga (Adenantera pavoninna)

Perlakuan Ulangan Berkecambah pada hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 KO I - - - 1 - 2 1 - 3 1 II - - - 1 - - 2 - 1 - 2 - K1 I - - - 1 1 - 2 - 1 - 1 3 - - II - - - 2 - 1 1 - - 1 - 2 1 - K2 I - - 1 - - 1 - - 2 2 - - - 1 II - - - 1 - - 2 1 1 - - 1 2 - K3 I - - 1 1 - 1 - 1 2 - - 2 - - II - - 1 - - 2 1 - 1 1 - 1 - - Benih yang dikecambahkan sebanyak 10 benih setiap ulangan

A. Persentase Perkecambahan

Jumlah benih yang berkecambah

Persentase perkecambahan = x 100%

Jumlah benih yang dikecambahkan KOI = x100%= 80% K2I = x100%= 70%

KOII = x100%= 60% K2II = x100%= 80% K1I = x100%=

90% K3I = x100%= 80%

K1II = x100%= 80% K3II = x100%= 70%

B. Persentase Perkecambahan Normal

Jumlah benih yang berkecambah normal Persentase perkecambahan = x 100%

Jumlah benih yang dikecambahkan KOI = x100%= 60% K2I = x100%= 70% KOII = x100%=

60% K2II = x100%= 60%

K1I = x100%= 80% K3I = x100%= 80%

K1II = x100%= 80% K3II = x100%= 70%

(40)

C. Indeks Vigor

I.V. = G1 + G2 + G3 +...+ Gn D1 D2 D3 Dn

KOI = + + +

+ = 0,72 K2I =

+ + +

+ = 0,99

KOII = + + + = 0,63

K2II = + + +

+ + = 1,01

K1I = + + +

+ + = 1,19 K3I

= + + +

+ + = 1,26

K1II = + +

+ + + =

1,15 K3II = + +

+ + +

= 1,10

D. Laju Perkecambahan

N1T1 + N2T2 + ...+NxTx Rata-rata hari berkecambah = Jumlah total benih yang berkecambah

KOI = = 11,5

KOII = = 10,17

(41)

K1I = = 8,78

K1II = = 8,5 K2I =

= 8,71

K2II = = 9,12

K3I = = 7,87

K3II = = 7,57

(42)
(43)

Keterangan:

KK tn

Lampiran 3. Rataan Persentase Perkecambahan (%) Perlakuan I Ulangan

II III Rataan

CO 10,00 0,00 40,00 16,67 C1 20,00 20,00 20,00 20,00 C2 10,00 60,00 0,00 23,33 C3 10,00 0,00 0,00 3,33 C4 0,00 20,00 0,00 6,67 C5 0,00 0,00 0,00 0,00

Lampiran 4. Rataan Persentase Perkecambahan (%) Setelah di

CO 3,24 0,71 6,36 3,44 C1 4,53 4,53 4,53 4,53

C2 3,24 7,78 0,71 3,91 C3 3,24 0,71 0,71 1,55 C4 0,71 4,53 0,71 1,98 C5 0,71 0,71 0,71 0,71

Lampiran 5. Sidik Ragam (ANOVA) Persentase Perkecambahan (%) Setelah di Transformasi dengan x+ 0,5

SK db JK KT F.Hit F.Tab 5%

Perlakuan 5 33,43 6,69 1,44tn 3,11 Galat 12 55,68 4,64

: Koefisien Keragaman : Tidak Berbeda Nyata

Transformasi dengan x + 0 , 5 Ulangan Perlakuan

I II III Rataan

Total 17 89 ,11

KK 3 ,08%

(44)

Keterangan:

KK tn

Lampiran 6. Rataan Persentase Perkecambahan Normal (%) Perlakuan I Ulangan

II III Rataan

CO 10,00 0,00 40,00 16,67 C1 20,00 10,00 20,00 20,00 C2 10,00 50,00 0,00 20,00 C3 10,00 0,00 0,00 3,33 C4 0,00 20,00 0,00 6,67 C5 0,00 0,00 0,00 0,00

Lampiran 7. Rataan Persentase Perkecambahan Normal (%) Setelah di

CO 3,24 0,71 6,36 3,44 C1 4,53 4,53 4,53 4,53

C2 3,24 7,11 0,71 3,69 C3 3,24 0,71 0,71 1,55 C4 0,71 4,53 0,71 1,98 C5 0,71 0,71 0,71 0,71

Lampiran 8. Sidik Ragam (ANOVA) Persentase Perkecambahan Normal (%) Setelah di Transformasi dengan x+ 0,5

SK db JK KT F.Hit F.Tab 5%

Perlakuan 5 31,91 6,38 1,51tn 3,11

Galat 12 50,80 4,23

Total 17 82,71

: Koefisien Keragaman : Tidak Berbeda Nyata

Transformasi dengan x + 0 , 5 Ulangan Perlakuan

I II III Rataan

KK 3 ,08%

(45)

Keterangan:

KK tn

Lampiran 9. Rataan Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Perlakuan I Ulangan

II III Rataan CO 0,04 0,00 0,09 0,04 C1 0,07 0,04 0,04

0,05 C2 0,03 0,12 0,00 0,05 C3 0,02 0,00 0,00 0,01 C4 0,00 0,04 0,00 0,01 C5 0,00 0,00 0,00 0,00

Lampiran 10. Rataan Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Setelah di

CO 0,73 0,71 0,77 0,74 C1 0,76 0,73 0,73 0,74

C2 0,73 0,79 0,71 0,74 C3 0,72 0,71 0,71 0,71 C4 0,71 0,73 0,71 0,72 C5 0,71 0,71 0,71 0,71

Lampiran 11. Sidik Ragam (ANOVA) Kecepatan Perkecambahan (Indeks Vigor) Setelah di Transformasi dengan x+ 0,5

SK db JK KT F.Hit F.Tab 5%

Perlakuan 5 0,003 0,0006 1,2tn 3,11 Galat 12 0,006 0,0005

Transformasi dengan x + 0 , 5 Ulangan Perlakuan

I II III Rataan

Total 17 0 ,009

KK 13 ,97%

(46)

Keterangan:

KK tn

: Koefisien Keragaman : Tidak Berbeda Nyata

Lampiran 12. Rataan Laju Perkecambahan (Germination Rate) Perlakuan I Ulangan

II III Rataan

CO 25,00 0,00 44,25 23,08 C1 36,00 53,00 49,00 46,00 C2 35,00 50,17 0,00 28,39 C3 54,00 0,00 0,00 18,00 C4 0,00 50,50 0,00 16,83 C5 0,00 0,00 0,00 0,00

Lampiran 13. Rataan Laju Perkecambahan (Germination Rate) Setelah di

CO 5,05 0,71 6,69 4,15 C1 6,04 7,31 7,02 6,79

C2 5,96 7,12 0,71 4,60 C3 7,38 0,71 0,71 2,93 C4 0,71 7,14 0,71 2,85 C5 0,71 0,71 0,71 0,71

Lampiran 14. Sidik Ragam (ANOVA) Laju Perkecambahan (Germination Rate) Setelah di Transformasi dengan x+ 0,5

SK db JK KT F.Hit F.Tab 5%

Perlakuan 5 62,39 12,49 1,49tn 3,11 Galat 12 100,53 8,38

Total 17 162,92

Transformasi dengan x + 0 , 5 Ulangan

Perlakuan I II III Rataan

KK 2 ,19%

(47)

Keterangan:

KK tn

: Koefisien Keragaman : Tidak Berbeda Nyata

(48)

Lampiran 15. Tata Letak Bak Kecamb ah Benih Kemiri dalam Rancangan Acak Lengkap

Lampiran 16. Perlakuan Perendaman Air Aki 25% yang tidak Menghasilkan Perkecambahan Sampai Akhir Pengamatan (60 Hari)

Lampiran 17. Perkecambaha n Abnormal Benih Kemiri

(49)

Keterangan: benih yang berada didalam lingkaran merah adalah benih yang rusak

Lampiran 18. Benih yang Dipecah pada Akhir Pengamatan

a) Tanpa perlakuan b) Perendaman air aki 5%

d) Perendaman air aki 15%

c) Perendaman air aki 10%

b) Perendaman air aki 25%

b) Perendaman air aki 20%

(50)

Lampiran 20. Reaksi Benih pada Saat Perendaman

Lampiran 19 . Tinggi Bibit yang Berk ecambah pada Hari ke-25 Setelah Dikecambahkan.

Gambar

Diagram garis dari keseluruhan hasil rataan setiap parameter pengamatan.

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan adanya perancangan media promosi ini, masyarakat dapat lebih mengenal Surya Yudha Park sebagai tempat wisata yang berkembang di wilayah Jawa

[r]

Berdasarkan prosedur kerja yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini telah dilakukan dalam beberapa tahapan proses hingga menghasilkan produk yang diharapkan

Keberadaan BAL berhubungan dengan kesehatan rongga mulut karena kelompok sehat menunjukkan jumlah koloni BAL yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok periodontitis

Logika NOT juga dikenal sebagai Inverter dan dinyatakan sebagai X=A, nilai keluaran X merupakan negasi dari masukan A memiliki nilai “1”, maka nilai keluaran X menjadi

Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti di kelas X Multimedia SMK Negeri 1 Sukawati dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di kelas tersebut

Mohon maaf untuk setiap download hanya 5 nomor soal, silahkan anda ulangi download untuk mendapatkan soal lebih lengkap. Jika anda ingin melihat kunci jawaban silahkan berkunjung di

Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan dan pembahasan pada pembelajaran IPA materi Perubahan Kenampakan Bumi dengan menggunakan model pembelajaran