• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Persepsi dan Animo

Pada bagian ini akan dibahas tentang pengertian persepsi dan animo serta berbagai hal yang membentuk dan mempengaruhi kedua hal tersebut. 1. Persepsi

Kata persepsi berasal dari bahasa Inggris perseption yang berarti penglihatan, tanggapan daya memahami atau menanggapi sesuatu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 675), persepsi berarti tanggapan (penerimaan) la ngsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.

Selanjutnya Hurriyati (2005: 101) mengartikan persepsi sebagai suatu proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran berarti mengenai dunia. Bagaimana orang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi. Dua orang dengan motivasi yang sama dan dalam situasi yang sama mungkin akan mengambil tindakan yang jauh berbeda, karena mereka memandang situasi secara berbeda.

Stanton (Setiadi, 2003: 159) mendefinisikan persepsi sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan Webster (Setiadi, 2003: 159) memandang persepsi sebagai proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan.

Maka persepsi dapat disimpulkan sebagai proses dimana individu memilih, mengelola dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk arti dan gambar atau dapat juga dikatakan bahwa persepsi adalah bagaimana

orang memandang lingkungan di sekitarnya. Dua individu dapat saja memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu obyek. Perbedaan ini bisa dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam memproses apa yang dilihatnya dan dapat juga disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang obyek yang diamati, baik dari segi teknis maupun relevansi obyek dengan lingkungan luar. Sebagaimana diungkapkan oleh Setiadi (2003: 166) bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda-beda, oleh karena itu persepsi memiliki sifat subyektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Mengapa individu satu dengan yang lainnya memiliki pandangan yang berbeda dan menyimpang terhadap satu obyek? Amirullah (2002: 42) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhinya sebagai berikut:

a. Pengaruh tampilan fisik (physical appearances), dimana individu cenderung mengasosiasikan suatu bentuk fisik dari obyek yang diamati, termasuk suatu pernyataan dengan pandangan yang berlaku umum. b. Gaya meniru (stereotypes), individu cenderung untuk mengartikan sebuah

gambar atau tampilan dalam pikiran mereka sesuai dengan stimuli yang mendorongnya. Menurut Setiadi (2003: 170) ada dua faktor kunci yang menentukan stimuli akan dirasakan dan bagaimana stimuli itu di persepsi, yaitu: 1) karakteristik stimulus yang mempengaruhi stimulus, karakteristik ini dibagi menjadi elemen inderawi (censory element), seperti tanggapan terhadap warna, bau dan rasa. Element yang kedua adalah elemen struktural (structural element) yang terdiri dari ukuran, posisi, sesuatu yang memiliki warna dan kontras. 2) kemampuan

konsumen untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau, atau stimuli lainnya ditentukan oleh tingkat ambang batasnya (threshold level). Persepsi seorang konsumen akan berbagai stimulus yang diterimanya dipengaruhi oleh karakteristik yang dimilikinya. Beberapa karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi yaitu: 1) membedakan stimulus, 2) tingkat ambang batas, 3) persepsi bawah sadar, 4) tingkat adaptasi, 5) generalisasi stimulus.

c. Isyarat yang menyimpang (irrelevant cues), jika pertimbangan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dirasakan sulit, konsumen biasanya terpaksa mengambil keputusan dengan pertimbangan hal- hal di luar dari spesifikasi dasar dari produk tersebut.

d. Kesan pertama (first impressions), kesan pertama cenderung di abadikan oleh konsumen, mereka akan menangkap positif atau negatif suatu produk tergantung pada bagaimana produk itu memposisikannya dalam benak konsumen.

e. Pengaruh penilaian (hallo effect), persepsi seseorang cenderung dipengaruhi oleh penilaian orang lain. Jika orang lain menganggap baik suatu produk, maka biasanya konsumen percaya atas penilaian itu.

Sedangkan Setiadi (2003: 170) dan Hurriyati (2005:101) berpendapat bahwa individu memiliki persepsi yang berbeda dari obyek yang sama karena adanya tiga proses persepsi atau tiga macam proses penerimaan indera, yaitu: a) perhatian selektif: meskipun individu terlibat dengan banyak kontak tapi tidak mungkin menanggapi semuanya sehingga rangsangan akan disaring; b) distorsi selektif atau gangguan selektif: rangsangan yang disaring tidak selalu

berada dalam jalur karena kecenderungan orang untuk mengubah informasi ke dalam pengertian pribadi; dan c) ingatan selektif: orang cenderung melupakan hal yang mereka pelajari namun cenderung mengingat informasi yang mendukung pandangan atau keyakinan mereka.

Selanjutnya bagaimana proses pembentukan persepsi itu terjadi, Solomon (Amirullah, 2002: 44) menggambarkan dalam suatu pola sebagai berikut:

Gambar II.1 Proses Pembentukan Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi (aktivitas merasakan/penyebab emosi yang menggembirakan atau tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti suara, bau,

Stimuli

Penglihatan, suara, bau, rasa, tekstur, cahaya

Indera penerima Perhatian Interpretasi Tanggapan Persepsi Sensasi Pemberian arti

rasa, texture dan cahaya). Kemudian stimulus tersebut dipilih, dikelola dan diinterpretasikan ke dalam bentuk arti dan gambar.

2. Animo

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 40), kata animo berarti hasrat dan keinginan yang kuat (untuk membeli, mengambil, memiliki dsb) atau minat. Dalam hal ini pengertian animo lebih diarahkan kepada minat. Menurut Crow dan Crow (1984: 351) minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah di stimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat me njadi sebab suatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu.

Selanjutnya Hurlock (1981: 45) berpendapat bahwa minat merupakan suatu motivasi yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya. Bila mereka melihat suatu kegiatan yang akan memberi manfaat, mereka akan memperoleh kepuasan dan mereka akan berminat pada hal tersebut. Jika kemudian kepuasan berkurang, maka minatnya akan berkurang juga. Sedangkan Winkel (1983: 187) berpendapat bahwa minat adalah salah satu kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal- hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat seseorang ditimbulkan oleh perasaan senang terhadap sesuatu, yang diperkuat oleh sikap positif. Penilaian yang positif akan terungkap dalam perasaan senang, seperti rasa puas, rasa gembira, rasa simpati dan sebagainya. Sedangkan penilaian yang negatif akan terungkap dalam

perasaan tidak senang, seperti rasa benci, rasa segan, rasa takut dan sebagainya.

Abror (1989: 31) mengatakan minat timbul melalui tiga tahapan yang meliputi kognisi, emosi (afektif) dan konasi. Pada tahapan kognisi, kesadaran seseorang bahwa suatu situasi mengandung sangkut paut atau berhubungan dengan dirinya. Orang yang berminat terhadap sesuatu harus memiliki pengertian atau pemahaman. Berdasarkan pemahaman selanjutnya dilakukan penilaian, apakah suatu obyek itu menguntungkan, bermanfaat atau menyenangkan dirinya. Pada tahap afektif, perasaan merupakan aspek yang penting dalam minat, karena dengan perasaan senang orang akan selalu terikat dan merasa bahagia dalam berhubungan dengan sesuatu. Pada tahap konatif (motivasi), minat ditentukan oleh struktur kebutuhan atau motif, yaitu adanya daya penggerak untuk melakukan sesuatu, bahkan motif merupakan unsur pokok dalam minat. Orang yang berminat terhadap sesuatu akan memperhatikan dan perhatiannya bersifat tetap dan tahan lama.

Ada beberapa faktor yang mendasari timbulnya minat. Crow dan Crow (1984: 352) menyebutkan dua faktor yang mendasari timbulnya minat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan, motivasi, kebutuhan psikologis, kepribadian dan cita-cita serta tujuan. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan, keluarga, rasa aman, kesempatan untuk maju dan hubungan sosial. Selanjutnya Winkel (1983: 30) menggambarkan proses timbulnya minat sebagai berikut:

Perasaan senang sikap positif minat

Gambar II.2 Proses Timbulnya Minat

Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dan subyek merasa tertarik pada bidang atau hal- hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaan senang itu biasanya akan menimbulkan minat apalagi bila diperkuat dengan sikap positif, minat akan berkembang denga n lebih baik.

Dokumen terkait