• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

2.1.4. Persepsi Masyarakat Mengenai Kinerja Jumantik

Persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik merupakan penilaian subjektif dari hasil yang diperolehnya.

Perbedaan Persepsi berdasarkan Karakteristik Responden a. Umur

Menurut Kozier (2004) dalam Nurhidayat (2012), umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan interpretasi persepsi dari objek yang dilihatnya dengan berbeda-beda. Karakteristik individu seperti usia dapat mempengaruhi interpretasi persepsi seseorang, sehingga setiap orang yang usianya berbeda mempunyai persepsi yang berbeda terhadap suatu objek atau stimulus. Umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang. Umur dapat mempengaruhi daya tangkap seseorang dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia seseorang maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan usia seseorang yaitu seseorang dengan usia tua maupun muda dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Namun pada penelitian Pratiwi (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara persepsi child abuse berdasarkan umur orang tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta.

b. Jenis Kelamin

Menurut Muchlas (2005) dalam Arifin (2011), mengatakan bahwa karakteristik individu seseorang seperti jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang dalam memberikan interpretasi persepsi pada suatu objek atau stimulus yang dilihatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki dalam mempersepsikan tentang sesuatu objek atau stimulus berbeda dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin cenderung membentuk persepsi yang berbeda sehingga mempengaruhi sikap yang berbeda pula antara laki-laki dengan perempuan dalam menilai kinerja jumantik.Namun pengaruh dari perbedaan jenis kelamin mengenai persepsi masyarakat mengenai kinerja jumantik dapat dikatakan tidak pasti. Hasil penelitian Faranita (2006) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi pria dan wanita tentang kinerja auditor.

c. Tingkat Pendidikan

13

kinerja. Tingkat pendidikan yang baik dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam memahami suatu informasi tentang jumantiik. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi. Menurut Potter dan Perry (2001) dalam Nurhidayat (2012) faktor interpersonal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi. Faktor interpersonal meliputi tingkat pendidikan, tingkat pengembangan, latar belakang sosio-kultural, faktor emosi, gender, status kesehatan fisik, nilai dan kepercayaan serta peran.

Seseorang yang berpendidikan tinggi dianggap memiliki pengetahuan yang tinggi. Berdasarkan Ari Kunto, kategori tingkat pendidikan tinggi apabila tingkat pendidikan terakhir responden yaitu SMA dan Perguruan Tinggi. Sedangkat kategori tingkat pendidikan rendah apabila tingkat pendidikan terakhir responden yaitu tidak sekolah, SD, SMP.Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pendidikan seseorang yaitu seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi maupun rendah dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Namun pada penelitian Pratiwi (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara persepsi child abuse berdasarkan pendidikan orang tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta.

d. Pengetahuan

Notoatmojo (2003) dalam Ummuhani (2014) mengatakan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan tehadap suatu objek tertentu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman dan usia. Kurniawan (2008) dalam Rini (2010) menyatakan bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembentukan kecerdasan manusia maupun perubahan tingkah lakunya. Tingkat pendidikan yang baik dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat dalam memahami suatu informasi tentang jumantik. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk menerima informasi. Namun, seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mempunyai pengetahuan yang rendah.

Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya.

Menurut Robbins (1998) dalam Arifin (2011), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang yaitu pengalaman dan pengetahuan. Setiap orang memiliki pengetahuan terhadap suatu hal yang berbeda-beda, termasuk dengan pengetahuan seseorang mengenai jumantik. Pengetahuan seseorang mengetahui segala sesuatu mengenai jumantik, tugas dan tanggung jawab jumantik tentu berbeda. Sebagian

15

beberapa orang juga tidak mengetahui jumantik, tugas dan tanggung jawab dari jumantik.

e. Status Pekerjaan

Menurut Kozier (2004) dalam Nurhidayat (2012), pengetahuan merupakan salah saatu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang.Faktor pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, karena sebagian responden memiliki status pekerjaan sebagai buruh, petani, dan ibu rumah tangga atau tidak bekerja sehingga masih kurang dalam mendapatkan informasi mengenai jumantik sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi responden mengenai kinerja jumantik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Robbins (1998) dalam Arifin (2011) bahwa faktor keadaan dan kondisi lingkungan seperti pekerjaan merupakan salah satufaktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsi setiap orang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar orang tersebut tinggal. Mubarak (2007) dalam Pratiwi (2011) bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status pekerjaan seseorang dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Namun pada penelitian Pratiwi (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara persepsi child abuse berdasarkan pekerjaan orang tua di Dusun Mantaran Trimulyo Sleman Yogyakarta.

f. Pendapatan Perkapita Keluarga

Belum ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan perkapita keluarga antara seseorang dengan pendapatan tinggi dan rendah dalam mempersepsikan kinerja jumantik. Budi (2007) bahwa penghasilan memiliki hubungan signifikan (bermakna) dengan persepsi nilai anak.

2.2. Kinerja

Kata kinerja secara entimologis adalah kata yang berasal dari kata dasar “kerja” dan terjemahan dari prestasi kerja (performance). Kinerja adalah pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya (Marwansyah, 2010 dalam Sandhy, 2014).

Kinerja adalah hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkann dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005 dalam Komara, 2012).

Kinerja (Job performance) sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai penampilan kerja prestasi kerja. Kinerja merupakan kombinasi antara kemampuan dan usaha, untuk menghasilkan apa yang dikerjakan menghasilkan kerja yang baik seseorang harus memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta kegiatan yang dilaksanakan tidak mengalami hambatan yang berat dalam lingkungannya. Kemauan dan usaha dapat menghasilkan motivasi, kemudian setelah ada motivasi dapat menimbulkan kegiatan (Berry, 1993 dalam Zubaedah, 2007). Kinerja adalah hasil

17

pekerjaan dalam suatu organisasi (Gomez, 1995 dalam Zubaedah, 2007). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator pengukuran kinerja dapat dikembangkan dari hasil yang dicapai (kinerja hasil) dan proses dalam mencapai hasil (kinerja proses).

Adapun faktor yang memperngaruhi kinerja, yaitu kemampuan, keinginan dan lingkungan (Mangkuprawira, 2007 dalam Komara, 2012). Berdasarkan teori Gibson dalam Notoatmodjo, 2007 bahwa perilaku dan kinerja individu dipengaruhi oleh sejumlah variabel. Terdapat tiga kelompok yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu variabel individu (kemampuan, keterampilan, latar belakang dan demografis), variabel psikologi (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi) dan variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan struktur dan desain pekerjaan). Subvariabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Subvariabel demografis terdiri dari umur, etnis dan jenis kelamin mempunyai hubungan langsung dengan perilaku dan kinerja. Subvariabel latar belakang terdiri dari keluarga, tingkat sosial dan pengalaman.

Menurut Hall TL dan Meija, 1987 seperti yang ditulis oleh Komara, 2012 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :

a. Faktor internal yang terbagi menjadi dua yaitu karakteristik individu (umur, pendapatan, status perkawinan, pengalaman kerja dan masa kerja) dan sikap terhadap tugas (persepsi, pengetahuan motivasi, tanggung jawab dan kebutuhan terhadap imbalan)

b. Faktor eksternal yang meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi (lingkungan kerja), aseptabilitas, aksesbilitas, beban kerja dan organisasi (pembinaan, pengawasan, koordinasi dan fasilitas).

Dokumen terkait