• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Persepsi Masyarakat terhadap PISEW

Pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah merupakan program pemerintah pusat untuk dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota Republik Indonesia dengan maksud memberikan manfaat kepada masyarakat. Dalam penelitian ini diuraikan kegiatan dan manfaat program PISEW serta tanggapan responden tentang hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah. Hasil penelitian tanggapan responden terhadap pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah disajikan pada Tabel 4.5 sampai dengan Tabel 4.11.

Tabel 4.5. Rincian Pelaksanaan Program PISEW dan Manfaat yang di harapkan di Kecamatan Bahorok, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Kuala Tahun 2000

No Jenis Program Bentuk kegiatan Manfaat

1 Transportasi Perkerasan jalan

Pembukaan jalan Pembangunan jembatan

Memperlancar transportasi

3 Peningkatan Pemasaran Pertanian Pasar desa Gudang Produksi Lantai Jemur Memperlancar pemasaran pertanian

4 Air Bersih dan sanitasi lingkungan

Perpipaan

Bak penambungan air bersih Sumur pompa tangan Kamar mandi umum (MCK) Drainase

Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan

5 Pendidikan Rehabilitasi gedung sekolah

Pengadaan sarana sekolah (meja belajar, kursi, papan tulis, dan buku pelajaran)

Meningkatkan derajat pendidikan

6 Kesehatan Rehabilitasi Puskesmas

Pembangunan dan rehabilitas Puskesmas Pembantu (Pustu)

Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Meningkatkan derajat kesehatan

Sumber: Laporan Program PISEW, 2011

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa program PISEW yang dilaksanakan di Kecamatan Bahorok, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Kuala manfaatnya untuk memperlancar transportasi, peningkatan produksi pertanian, memperlancar pemasaran pertanian, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, meningkatan derajat pendidikan dan kesehatan.

Tabel 4.6. Persepsi terhadap Hasil Pekerjaan Pembangunan infrastruktur Transportasi

Tanggapan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Memberikan manfaat Kurang memberikan manfaat Tidak memberikan penilaian

59 24 7 65,55 26,67 7,78 Jumlah 90 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Wawancara yang dilakukan terhadap 90 orang responden untuk mengetahui penilaian terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur transportasi menunjukkan bahwa, 59 responden (65,55%) menjawab memberikan manfaat, sedangkan 24 responden (26,67%) berpendapat kurang memberikan manfaat dan 7 responden (7,78%) tidak memberikan penilaian.

Tabel 4.7. Penilaian terhadap Hasil Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Produksi Pertanian

Tanggapan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Memberikan manfaat Kurang memberikan manfaat Tidak memberikan penilaian

60 20 10 66,67 22,22 11,11 Jumlah 90 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Wawancara yang dilakukan terhadap 90 orang responden untuk mengetahui penilaian terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur produksi pertanian menunjukkan bahwa, 60 responden (66,67%) menjawab memberikan manfaat, sedangkan 20 responden (22,22%) berpendapat kurang memberikan manfaat dan 10 responden (11,11%) tidak memberikan penilaian.

Tabel 4.8. Penilaian terhadap Hasil Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Pemasaran Pertanian

Tanggapan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Memberikan manfaat Kurang memberikan manfaat Tidak memberikan penilaian

59 24 7 65,55 26,67 7,78 Jumlah 90 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Wawancara yang dilakukan terhadap 90 orang responden untuk mengetahui penilaian terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur pemasaran pertanian menunjukkan bahwa, 59 responden (65,55%) menjawab memberikan manfaat, sedangkan 24 responden (26,67%) berpendapat kurang memberikan manfaat dan 7 responden (7,78%) tidak memberikan penilaian.

Tabel 4.9. Penilaian terhadap Hasil Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi

Tanggapan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Memberikan manfaat Kurang memberikan manfaat Tidak memberikan penilaian

50 29 11 55,56 32,22 12,22 Jumlah 90 100

Wawancara yang dilakukan terhadap 90 orang responden untuk mengetahui penilaian terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi menunjukkan bahwa, 50 responden (55,56%) menjawab memberikan manfaat, sedangkan 29 responden (32,22%) berpendapat kurang memberikan manfaat dan 11 responden (12,22%) tidak memberikan penilaian.

Tabel 4.10. Penilaian terhadap Hasil Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan

Tanggapan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Memberikan manfaat Kurang memberikan manfaat Tidak memberikan penilaian

49 22 19 54,44 24,44 21,12 Jumlah 90 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Wawancara yang dilakukan terhadap 90 orang responden untuk mengetahui penilaian terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur pendidikan menunjukkan bahwa, 49 responden (54,44%) menjawab memberikan manfaat, sedangkan 22 responden (24,44%) berpendapat kurang memberikan manfaat dan 19 responden (21,12%) tidak memberikan penilaian.

Tabel 4.11. Penilaian terhadap Hasil Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur Kesehatan

Tanggapan Responden Jumlah Responden Persentase (%)

Memberikan manfaat Kurang memberikan manfaat Tidak memberikan penilaian

51 21 18 56,67 23,33 20,00 Jumlah 90 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Wawancara yang dilakukan terhadap 90 orang responden untuk mengetahui penilaian terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur kesehatan menunjukkan bahwa, 51 responden (56,67%) menjawab memberikan manfaat, sedangkan 21 responden (23,33%) berpendapat kurang memberikan manfaat dan 18 responden (20%) tidak

Berdasarkan persepsi masyarakat terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur transportasi, peningkatan produksi pertanian, peningkatan pemasaran pertanian, air bersih dan sanitasi lingkungan, pendidikan dan kesehatan dapat disimpulkan bahwa program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di daerah penelitian telah berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Sitanggang (2007) yang menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat setelah pelaksanaan program P2D di Kecamatan Jorlang Hataran sudah menunjukkan hasil yang cukup baik.

4.4. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah memberi manfaat terhadap masyarakat dan berpengaruh positif terhadap pengembangan wilayah yang meliputi aspek ekonomi (pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat), aspek sosial (peningkatan pendidikan dan kesehatan), dan aspek lokasi menunjukkan keterkaiatan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan transportasi, sarana produksi, maupun pemasaran.

Menurut Departemen Dalam Negeri (2001) kegiatan pembangunan wilayah merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan keterbukaan wilayah suatu daerah dan kemampuan memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal. Pembangunan wilayah harus dapat memberikan manfaat optimal kepada masyarakat, melakukan efisiensi penggunaan sumber daya alam serta meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik.

Ketersediaan infrastruktur yang memadai sangat penting dalam perekonomian karena mampu mengefisienkan proses produksi dalam perekonomian. Semakin tinggi

tingkat output perkapita, semakin tinggi pula produktivitas ekonominya. Dengan demikian, penyediaaan infrastruktur berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan distribusi pendapatan antar wilayah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Setyaningrum (1997) yang menyatakan infrastruktur adalah bagian dari capital stock dari suatu negara, yaitu biaya tetap sosial yang langsung mendukung produksi. Stone dalam Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.

Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya

Hasil penelitian Yanuar (2006) menyatakan bahwa tingkat produktivitas tiap infrastruktur dicerminkan oleh nilai elastisitas dari ketersediaan infrastruktur terhadap perekonomian. Semakin besar nilai elastisitas menunjukkan infrastruktur tersebut semakin produktif meningkatkan perekonomian. Layanan infrastruktur yang buruk, dilihat dari kualitas dan kuantitasnya, berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi, sebaliknya semakin efektif (optimal) layanan infrastruktur tersebut dimanfaatkan maka akan memberikan rate of return yang tinggi.

Tipologi dan pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) menunjukkan bahwa untuk wilayah KTI yang digolongkan sebagai daerah tertinggal, kontribusi positif infrastruktur yang paling besar terhadap pertumbuhan output adalah berasal dari infrastruktur jalan, kemudian listrik dan pendidikan. Sementara itu, variabel kesehatan dan otonomi daerah memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan output. Hal ini didasarkan pada teori bahwa kebutuhan akan infrastruktur akan meningkat seiring dengan peningkatan kemakmurannya. Sehingga infrastruktur dasar akan memberikan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan infrastruktur lanjutan. Selain itu, dapat diduga juga bahwa penyebab nilai negatif pada pengaruh infrastruktur ini lebih disebabkan karena kualitas dan kuantitas layanan yang rendah, sedangkan nilai negatif pada otonomi daerah lebih disebabkan karena kemampuan pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan. Kontribusi dari setiap layanan infrastruktur terhadap pertumbuhan output perekonomian baik secara umum maupun sektoral berbeda. Besarnya kontribusi tersebut menentukan infrastrutur apa yang tepat dilakukan dalam mengembangkan tiap sektor perekonomian (Bulohlabna, 2008).

Selama ini pembangunan infrastruktur menjadi bagian integral dari pembangunan nasional. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan sarana perumahan dan permukiman, antara lain air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, infrastruktur mempunyai peran yang tak kalah pentingnya untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Jaringan transportasi dan telekomunikasi dari Sabang sampai Merauke serta Sangir Talaud ke Rote merupakan salah satu perekat utama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak lama infrastruktur diyakini merupakan pemicu pembangunan suatu kawasan. Dapat dikatakan disparitas kesejahteraan antar kawasan juga dapat diidentifikasi dari kesenjangan infrastruktur yang terjadi diantaranya. Dalam konteks ini, ke depan pendekatan pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka isolasi wilayah, serta ketersediaan pengairan merupakan prasyarat kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya..

Di sisi lain, kondisi pelayanan dan penyediaan infrastruktur yang meliputi transportasi, pelayanan air minum, dan penyehatan lingkungan, mengalami penurunan baik kuantitas maupun kualitasnya. Berkurangnya kualitas dan pelayanan dan tertundanya pembangunan infrastruktur baru dapat menghambat laju pembangunan nasional. Rehabilitasi dan pembangunan kembali berbagai infrastruktur yang rusak, serta peningkatan kapasitas dan fasilitas baru akan menyerap biaya yang sangat besar sehingga tidak dapat dipikul oleh pemerintah sendiri. Untuk itu, mencari solusi inovatif guna menanggulangi masalah perawatan dan perbaikan infrastruktur yang rusak merupakan masalah yang mendesak untuk diselelesaikan.

BAB V

Dokumen terkait