• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Langkat"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh

ABDUL HALIM HARAHAP

097003026/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

SE

K O L A H

P A

S C

(2)

PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH

DI KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ABDUL HALIM HARAHAP

097003026/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN

INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI

KABUPATEN LANGKAT Nama : Abdul Halim Harahap Nomor Pokok : 097003026

Program Studi : Perencanaan Pembangungan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Badaruddin, MS) Ketua

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Agus Suriadi, S.Sos, M.Si) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Tanggal lulus : 18 Agustus 2011

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, MS

Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta. M.Si

2. Agus Suriadi S.Sos. M.Si

3. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

(5)

PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KABUPATEN LANGKAT

ABSTRAK

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu dianalisis pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat dan persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat, dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat secara nyata memberi pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah, dan persepsi masyarakat tentang penilaian hasil kerja pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat menunjukan adanya manfaat pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah terhadap masyarakat.

(6)

THE EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM REGIONAL INFRASTRUCTURE (PISEW) THE REGIONAL DEVELOPMENT IN LANGKAT

ABSTRACT

Socio-Economic Development Regional Infrastructure (PISEW) in important Langkat built due to community life can not be separated from the need for adequate infrastructure. Infrastructure is the physical facility and its services are held to support the operation of socio-economic system, to be more work for businesses meet basic needs and to solve various problems. Activities of the transport sector is the backbone of the distribution pattern of both goods and passengers. Availability of drinking water and sanitation infrastructure, widely and evenly, and management of sustainable water resources determines the level of welfare. For that need to be analyzed the influence of socio-economic infrastructure development programs of regional development in Langkat and community perceptions about the work of socio-economic infrastructure development in Langkat, using simple regression analysis and descriptive analysis.

Results showed that socio-economic infrastructure development in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat significantly positive effect on regional development, it is because society benefits from regional economic development of social infrastructure, and public perception of the performance assessments of development socio-economic infrastructure in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat indicates the existence of socio-economic benefits of infrastructure development on the community territory.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Pengaruh Program

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Langkat” merupakan syarat dalam

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan

Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si., dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos. M.Si., selaku Anggota

Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan

kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku Dosen

Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan

tesis ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam

memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

5. Bapak H. Gatot Pujo Nugroho, ST selaku Pelaksana Gubernur Provinsi Sumatera

Utara yang telah memberikan kami program beasiswa dalam rangka meningkatkan

kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.

6. Bapak Ir. H. Riadi Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan

(8)

7. Bapak Drs. H. Junaidi Muslim, M.Si, Kepala Bidang SDM dan Sosial Budaya

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara

yang telah memberikan kelonggaran waktu bagi penulis, sehingga dapat

menyelelesaikan studi dan penulisan tesis ini.

8. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan

kerjasama yang telah diberikan selama ini.

9. Ayahanda (Alm) M. Thahir Harahap dan Ibunda (Almh) Sitiogur Siregar yang

telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta

Munalismah, SH atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam

mendampingi penulis serta dukungannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Demikian pula kepada kedua putra-putri penulis, masing-masing: Nazhira Utami

Harahap dan M. Anwar Natama Harahap.

Penulis menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan

masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan.

Medan, September 2011 Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Abdul Halim Harahap lahir di Rantau Prapat, 08 November 1968, dari pasangan

(Alm) M. Thahir Harahap dengan (Almh) Sitiogur Siregar, dan merupakan anak

ketujuh dari tujuh bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1981 di SD di Kecamatan

Hamparan Perak. Pada tahun 1984 menyelesaikan pendidikan SMP di Kecamatan

Hamparan Perak dan tahun 1987 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas di SMA Negeri 10 Medan. Kemudian pada tahun 1997 menyelesaikan Sarjana S1

di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.

Pada tahun 1997 penulis menikah dengan Munalismah, SH dan dikarunia 2

orang putra putri: Nazhira Utami Harahap dan M. Anwar Natama Harahap. Sejak

tahun 1989 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan September 2009 mengikuti

pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Pembangunan Pedesaan ... 8

2.2. Infrastruktur ... 10

2.3. Program Pengembangan Infrastruktur Sossial Ekonomi (PISEW) ... 21

2.4. Pengembangan Wilayah ... 22

2.5. Penelitian Sebelumnya ... 25

2.6. Kerangka Pemikiran ... 26

2.7. Hipotesis... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 27

3.2. Sumber dan Jenis Data Penelitian ... 27

3.3. Lokasi Penelitian ... 27

(11)

3.6. Analisis Data ... 35

3.7. Definisi dan Batasan Operasional ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 37

4.2. Pengaruh PISEW terhadap Pengembangan Wilayah ... 40

4.3. Persepsi Masyarakat terhadap PISEW ... 43

4.4. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 51

(12)

DAFTAR TABEL

Interval Jawaban, Kategori Jawaban dan Skor Jawaban ………...

Uji Validitas Variabel Pengembangan Infrastruktur Sosial

Ekonomi Wilayah ………..

Uji Validitas Variabel Pengembangan Wilayah ………

Operasional Variabel Penelitian ………

Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bahorok Tahun 2009 ………...

Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Wampu Tahun 2009 ………...

Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kuala Tahun 2009 ………...

Hasil Analisis Regresi Sederhana ……….

Rincian Pelaksanaan Program PISEW dan Manfaat yang diharapkan di Kecamatan Bahorok, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Kuala Tahun 2000 ……….

Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur transportasi ………

Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur produksi pertanian ….………

Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur pemasaran pertanian………

Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi……….

Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur

(13)

4.11. Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1.

Kerangka Pemikiran Penelitian ……….

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ………... 56

2. Data Tabulasi Validitas Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 56

3. Hasil Analisis Validitas PISEW ………. 60

4. Hasil Analisis Realibilitas PISEW ………... 61

5. Hasil Analisis Validitas Pengembangan Wilayah ……….. 62

6. Hasil Analisis Realibilitas Pengembangan Wilayah ……….. 63

7. Data Tabulasi Ordinal Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 65

8. Data Tabulasi Interval Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 67

(16)

PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KABUPATEN LANGKAT

ABSTRAK

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu dianalisis pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat dan persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat, dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat secara nyata memberi pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah, dan persepsi masyarakat tentang penilaian hasil kerja pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat menunjukan adanya manfaat pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah terhadap masyarakat.

(17)

THE EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM REGIONAL INFRASTRUCTURE (PISEW) THE REGIONAL DEVELOPMENT IN LANGKAT

ABSTRACT

Socio-Economic Development Regional Infrastructure (PISEW) in important Langkat built due to community life can not be separated from the need for adequate infrastructure. Infrastructure is the physical facility and its services are held to support the operation of socio-economic system, to be more work for businesses meet basic needs and to solve various problems. Activities of the transport sector is the backbone of the distribution pattern of both goods and passengers. Availability of drinking water and sanitation infrastructure, widely and evenly, and management of sustainable water resources determines the level of welfare. For that need to be analyzed the influence of socio-economic infrastructure development programs of regional development in Langkat and community perceptions about the work of socio-economic infrastructure development in Langkat, using simple regression analysis and descriptive analysis.

Results showed that socio-economic infrastructure development in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat significantly positive effect on regional development, it is because society benefits from regional economic development of social infrastructure, and public perception of the performance assessments of development socio-economic infrastructure in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat indicates the existence of socio-economic benefits of infrastructure development on the community territory.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,

dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang

tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

nasional. Hal tersebut terkait dengan begitu banyaknya program dan kegiatan yang

dirancang oleh pemerintah untuk pembangunan desa.

Pembangunan di negara yang sedang berkembang mengandung dua dimensi,

yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih

baik sebagaimana yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai

tujuan itu dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

Todaro (2000) mengemukakan bahwa pembangunan bersifat multidimensional

yang mengandung perubahan besar dalam struktur sosial, perilaku penduduk dan institusi

nasional dalam upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, mengurangi

ketimpangan dan mengeradikasi kemiskinan absolut.

Data penduduk Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan proporsi penduduk yang

bertempat tinggal di perdesaan jika dibandingkan di perkotaan tidak lagi berbeda jauh,

yakni 113,7 juta jiwa di perdesaan dan 106,2 juta jiwa di perkotaan (BPS, 2005). Namun,

perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat pembangunan wilayah di

antara keduanya menunjukkan kawasan perdesaan masih relatif tertinggal jika

(19)

mencapai 24,6 juta jiwa, jauh lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu 11,5 juta jiwa.

Sementara itu, jangkauan pelayanan infrastruktur di perdesaan masih jauh dari memadai.

Misalnya, baru sekitar 6,4 persen rumah tangga perdesaan yang telah dilayani oleh

infrastruktur perpipaan air minum, sedangkan di perkotaan mencapai 32 persen (Yadi,

2010

Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

perdesaan dapat dimasukkan ke dalam beberapa permasalahan utama sebagai berikut (1)

masih kurang berkembangnya kehidupan masyarakat perdesaan karena terbatasnya akses

masyarakat perdesaan, terutama kaum perempuan, ke sumber daya produktif, seperti

lahan, permodalan, infrastruktur, dan teknologi serta akses terhadap pelayanan publik dan

pasar; (2) masih terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana permukiman perdesaan,

seperti air minum, sanitasi, persampahan, dan prasarana lingkungan lain; (3) masih

terbatasnya kapasitas kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal dan kelembagaan sosial

ekonomi untuk mendukung peningkatan sumber daya pembangunan perdesaan; dan (4)

masih kurangnya keterkaitan antara kegiatan ekonomi perkotaan dan perdesaan yang

mengakibatkan makin meningkatnya kesenjangan ekonomi dan kesenjangan pelayanan

infrastruktur antarwilayah ( ).

Upaya mempercepat pembangunan regional dapat dilaksanakan dengan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat produktivitasnya. Efisensi dalam

kegiatan ekonomi harus didukung oleh infrastruktur yang memadai sehingga mendorong

peningkatan potensi daerah masing-masing secara berkesinambungan. Pertumbuhan

potensi daerah akan pertukaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan

(20)

bersama-sama menuju proses pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin meningkat

sesuai dengan kemampuannya yang optimal.

Walaupun kebijakan pembangunan infrastruktur di Indonesia telah berlangsung

cukup lama dengan biaya yang cukup besar dan kontribusinya dalam peningkatan

pertumbuhan ekonomi cukup signifikan, namun masih banyak masalah yang dihadapi

beberapa wilayah di Indonesia, antara lain perencanaan yang lemah, kuantitas yang

belum mencukupi dan kualitas yang masih rendah (Ikhsan, 2004).

Salah satu masalah yang dihadapi dalam peningkatan ekonomi lokal adalah

kurang tersedianya infrastruktur yang memadai, terutama di daerah perdesaan. Kondisi

pelayanan infrastruktur perdesaaan umumnya masih kurang, hal ini terlihat dari sebagian

besar penduduk di desa tertinggal harus menempuh jarak sejauh 6-10 km ke pusat

pemasaran (terutama pusat kecamatan), bahkan di desa lainnya penduduk harus

menempuh jarak lebih dari 10 km dengan kondisi jalan yang memprihatinkan. Penduduk

yang terlayani air minum perpipaan perdesaan masih sangat rendah, selebihnya masih

mengambil langsung dari sumber air yang belum terlindungi. Sementara itu, banyak

petani di desa tertinggal memiliki luas lahan pertanian kurang dari 0,5 ha (lahan

marjinal). Dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan strategi penanganan penyediaan

infrastruktur perdesaan yang dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan

keberlanjutan kegiatan perekonomian di perdesaan (Ikhsan, 2004).

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua

pihak secara bersama dan terkoordinasi sehingga u diperlukan perubahan yang bersifat

sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk

(21)

program revitalisasi pertanian dan pembangunan dengan pemenuhan kebutuhan

pendukung produksi (khususnya pertanian) dan pendukung pasca produksi (khususnya

pemasaran).

Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan

lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Pada tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan

melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya.

PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang

dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Kabupaten

Langkat merupakan salah satu daerah Kabupaten yang mendapat program PISEW.

Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.

Salah satu tujuan dari program PISEW adalah mempercepat pembangunan

ekonomi masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal. Adapun lingkup kegiatan meliputi

pembangunan infrastruktur skala kecil perdesaan dengan kategori infrastruktur yang

dibangun: a) Transportasi (jalan, jembatan, titian); b) Peningkatan produksi Pertanian

(irigasi tersier); c) Pemasaran hasil pertanian (pasar desa); d) Air Bersih dan sanitasi

(Prasarana Air Bersih, MCK); e) Kesehatan (pembangunan posyandu, puskesdes dan

rehabilitasi puskesmas); dan f) Pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan sekolah

menegah pertama, Penyediaan Meubeler).

Infrastruktur di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan

masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur

(22)

sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan

dasar dan memecahkan berbagai masalah.

Selama ini pembangunan infrastruktur menjadi bagian integral dari pembangunan

nasional pada umumnya dan Kabupaten Langkat pada khususnya. Infrastruktur

merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektor transportasi

merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang.

Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta

pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan

masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa program PISEW bukan sekedar berbicara

mengenai berapa panjang jalan yang telah dibangun, berapa jembatan yang telah

dibangun, atau berapa irigasi yang telah dibangun, akan tetapi yang terpenting dan

merupakan pokok permasalahan adalah bagaimana program PISEW tersebut dapat

terlaksana sesuai dengan tujuan dan mengembangkan wilayah di Kabupaten Langkat.

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada aspek manfaat pelaksanaan program

PISEW dan pengembangan wilayah di Kabupaten Langkah melalui pendapatan

masyarakat, kesempatan kerja, kelancaran usaha, peningkatan pendidikan dan kesehatan.

Mengingat begitu besarnya dana yang telah disalurkan melalui Program

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat,

maka dipandang perlu diketahui secara jelas bagaimana pengaruh Program PISEW

terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Langkat, untuk itu perlu mengkaji manfaat

(23)

kebijakan Pemerintah Kabupaten Langkat yang akan datang dalam mewujudkan program

tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap

pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat?

2. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur

sosial ekonomi di Kabupaten Langkat ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap

pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat.

2. Persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi

di Kabupaten Langkat.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten

(24)

infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang lebih baik di masa mendatang, sehingga

kesejahteraan rakyat dan pengembangan wilayah menjadi lebih meningkat.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pihak swasta yang terlibat langsung

dalam program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah untuk dapat

lebih dapat bijaksana dalam mengelola infrastruktur sosial ekonomi.

3. Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pembangunan dan

pengembangan wilayah. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi para peneliti

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Pedesaan

Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja

pembangunan yang sangat baik pun, mungkin saja menciptakan berbagai masalah sosial

ekonomi baru yang tidak diharapkan. Kompleksitas permasalahannya bertambah besar

karena ruang lingkup permasalahannya telah bertambah luas. Pendekatan terhadap

permasalahan pembangunan dan cara pemecahannya telah mengalami perkembangan

pula (Adisasmita, 2005).

Batten dalam Sinaga (2004) mengemukakan bahwa pembangunan itu suatu

proses dimana orang atau masyarakat desa, mulai mendiskusikan dan menemukakan

keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.

Adapun tujuan pembangunan menurut Giant (1971 dalam Sirojuzilam dan

Mahalli, 2010) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan

untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya

maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk

dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus dapat memberi tekanan

(26)

maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup masyarakat secara

cepat (Mahalli, 2005).

Pembangunan dan pengembangan harus berjalan sesuai dengan kebijakan publik

yang telah disusun sebelumnya. Kebijakan publik yang disusun harus mencakup

kepentingan dari seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, niat dan keinginan itu harus diawali

dengan penciptaan kebijakan publik sehingga pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan wilayah dapat dinikmati secara optimal oleh masyarakat (Miraza, 2005).

Pembangunan pedesaan mempunyai peranan pentingan dalam konteks

pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65%

penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu pembangunan

masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan kemamapuan

sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga kreativitas dan aktivitasnya dapat

semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi (Adisasmita, 2006).

Pembangunan daerah pedesaan diarahkan (1) untuk pembangunan desa yang

bersangkutan dengan memanfaatkan sumberdaya pembangunan yang dimiliki (SDA dan

SDM), (2) untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan antar sektor (perdagangan,

pertanian dan industri) antar desa, antar pedesaan dan perkotaan, dan (3) untuk

memperkuat pembangunan nasional secara menyeluruh.

Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan

oleh masyarakat dimana mereka mengidentifikasikan kebutuhan dan masalahnya secara

bersama. Ada yang mengartikan pula bahwa pembangunan masyarakat desa adalah

kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan

(27)

2.2. Infrastruktur

Menurut Setyaningrum (1997), infrastruktur adalah bagian dari kapital stock dari

suatu negara, yaitu biaya tetap sosial yang langsung mendukung produksi. Stone dalam

Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang

dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan

dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan

pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.

Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat

memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak

langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan

output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi

efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya.

Hanafie (2010) adanya infrastruktur ekonomi yang memadai merupakan

prakondisi bagi tumbuh kembangnya kegiatan agribisnis dan perekonomian secara umum

di pedesaan. Infrastruktur esensial bagi agribisnis dan perekonomian pedesaan secara

umum mencakup sistem pengairan, pasar, komoditas pertanian, jalan raya, kelistrikan,

dan jaringan telekomunikasi.

Infrastruktur dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu:

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang

aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public

utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan,

bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel

(28)

2. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian

masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit

dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi (taman, museum dan lain-lain).

3. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi

dan koordinasi serta kebudayaan.

Infrastruktur juga dapat digolongkan menjadi infrastruktur dasar dan pelengkap.

Infrastruktur dasar (basic infrastructure), meliputi sektor-sektor yang mempunyai

karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk perekonomian lainnya, tidak

dapat diperjualbelikan (non tradable) dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik secara teknis

maupun spasial. Contohnya jalan raya, rel kereta api, pelabuhan laut, drainase,

bendungan, dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur pelengkap (complementary

infrastructure) misalnya gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum. Infrastruktur

dasar biasanya diselenggarakan oleh pemerintah karena sifatnya yang dibutuhkan oleh

masyarakat luas. Namun dalam penyediaannya pemerintah dapat bekerja sama dengan

badan usaha sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005

tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Perbedaan antara infrastruktur dasar dan pelengkap tidaklah selalu sama dan dapat

berubah menurut waktu. Misalnya pengadaan air minum yang dulunya digolongkan

sebagai infrastruktur pelengkap, sekarang digolongkan sebagai infrastruktur dasar.

Fasilitas infrastruktur bukan hanya berfungsi melayani berbagai kepentingan

umum tetapi juga memegang peranan penting pada kegiatan-kegiatan swasta di bidang

ekonomi. Kebutuhan prasarana merupakan pilihan (preference), dimana tidak ada standar

(29)

populasi. Edwin (1998) menguraikan prasarana umum terdiri dari kategori-kategori

dalam fasilitas pelayanan dan fasilitas produksi. Fasilitas pelayanan meliputi

kategori-kategori sebagai berikut:

1. Pendidikan, berupa Sekolah Dasar, SMP, SMA dan perpustakaan umum.

2. Kesehatan, berupa rumah sakit, rumah perawatan, fasilitas pemeriksaan oleh dokter

keliling, fasilitas perawatan gigi dengan mobil keliling, fasilitas kesehatan mental

dengan mobil keliling, rumah yatim piatu, perawatan penderita gangguan emosi,

perawatan pecandu alkohol dan obat bius, perawatan penderita cacat fisik dan mental,

rumah buta dan tuli, serta mobil ambulans.

3. Transportasi, berupa jaringan rel kereta api, bandar udara dan fasilitas yang berkaitan,

jalan raya dan jembatan di dalam kota dan antar kota serta terminal penumpang.

4. Kehakiman, berupa fasilitas penegakan hukum dan penjara.

5. Rekreasi, berupa fasilitas rekreasi masyarakat dan olahraga.

Sedangkan fasilitas produksi meliputi kategori-kategori:

1. Energi, yaitu penyuplai energi langsung.

2. Pemadam kebakaran, berupa stasiun pemadam kebakaran, mobil pemadam

kebakaran, sistem komunikasi, suplai air dan penyimpanan air.

3. Sampah padat, berupa fasilitas pengumpulan dan peralatan sampah padat dan lokasi

pembuangannya.

4. Telekomunikasi, berupa televisi kabel, televisi udara, telepon kabel dan kesiagaan

menghadapi bencana alam.

5. Air limbah, berupa waduk dan sistem saluran air limbah, sistem pengolahan dan

(30)

6. Air bersih, berupa sistem suplai untuk masyarakat, fasilitas penyimpanan, pengolahan

dan penyalurannya, lokasi sumur dan tangki air di bawah tanah.

Dengan melihat jenis-jenis infrastruktur yang banyak berhubungan dengan

masyarakat, peranan pemerintah sangat penting dalam penyediaannya. Walaupun

pengadaan infrastruktur bisa dilakukan dengan kerja sama dengan badan usaha yang telah

ditunjuk, tidak semua layanan infrastruktur bisa dilaksanakan oleh pihak swasta karena

ada layanan infrastruktur yang memerlukan modal yang besar dengan waktu

pengembalian yang lama dan resiko investasi yang besar.

Pemerintah sebagai pemain utama dalam penyediaan infrastruktur selayaknya

menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan memrioritaskan

infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional, sehingga infrastruktur dapat dibenahi

baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu perlu pendekatan yang lebih terpadu

dalam pembangunan infrastruktur guna menjamin sinergi antar sektor dan wilayah

(Bulohlabna, 2008).

2.2.1. Infrastruktur Transportasi

Infrastruktur transportasi merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk

pengangkutan yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena

ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi

dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan prasarana jalan turut akan meningkatkan

pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya

prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya,

pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang pada

(31)

Ikhsan (2004) mengemukakan bahwa jalan raya akan memengaruhi biaya variabel

dan biaya tetap. Jika infrastruktur harus dibangun sendiri oleh sektor swasta, maka biaya

akan meningkat secara signifikan dan menyebabkan cost of entry untuk suatu kegiatan

ekonomi menjadi sangat mahal sehingga kegiatan-kegiatan ekonomi yang sebetulnya

secara potensial mempunyai keunggulan komparatif menjadi tidak bisa terealisasikan

karena ketiadaan infrastruktur. Lebih jauh lagi infrastruktur sangat berpengaruh terhadap

biaya marketing.

Queiroz dalam Sibarani (2002) juga menunjukkan adanya hubungan yang

konsisten dan signifikan antara pendapatan dengan panjang jalan. Negara berpenghasilan

lebih dari US$ 6.000/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 10.110 km/1 juta

penduduk, sedangkan negara berpenghasilan US$ 545 - US$ 6.000/kapita mempunyai

rasio panjang jalan ± 1.660 km/1 juta penduduk dan negara berpenghasilan kurang dari

US$ 545/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 170 km/1 juta penduduk. Jika data

tersebut dibandingkan, negara yang berpenghasilan tinggi mempunyai panjang jalan 59

kali lipat dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah.

2.2.2. Infrastruktur Produksi Pertanian

Infrastruktur produksi pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk

meningkatkan hasil pertanian (irigasi) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi karena ketersediaan irigasi akan memudahkan masyarakat dalam mengelola

tanaman pertaniannya. Pembangunan prasarana irigasi turut akan meningkatkan

pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume hasil pertanian.

Sumber air (misalnya, sungai dan danau) merupakan milik bersama masyarakat

(32)

investasi yang sangat besar. Oleh karena itu, pembangunan sistem pengairan haruslah

diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat lokal secara bersama-sama. Mengingat

adanya keterbatasan anggaran pembangunan pemerintah maka alternatif lain yang dapat

ditempuh ialah mendorong petani dan pengusaha membangun sumber pengairan sendiri,

seperti pompa air tanah atau jaringan irigasi sederhana swakelola. Hanafie, 2010)

2.2.3. Infrastruktur Pemasaran Pertanian

Infrastruktur pemasaran pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk

pemasaran hasil pertanian (pasar desa) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi karena ketersediaan pasar desa akan memudahkan masyarakat dalam membeli

dan menjual hasil pertanian. Pembangunan prasarana pasar desa turut akan meningkatkan

pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume jual beli.

Hanafie (2010) pasar lokal komoditas pertanian juga sangat esensial bagi tumbuh

kembangnya agribisnis pedesaan. Pembangunan pasar lokal sangat diperlukan untuk

menjamin bahan pokok yang dihasilkan petani dapat terjual dengan harga wajar.

Pembangunan pasar lokal berfungsi menciptakan pasar komoditas pertanian yang efisien.

Pasar lokal juga merupakan barang publik yang harus dibangun dan dikelola pemerintah.

Jalan raya diperlukan untuk membuka perekonomian desa sehingga tercipta perdagangan

dengan perekonomian di luar desa. Sistem jalan yang efisien sangat diperlukan untuk

meminimumkan biaya pemasaran. Sistem jalan raya yang efisien mutlak diperlukan bagi

pertumbuhan dan perkembangan agribisnis. Jalan raya merupakan barang publik yang

harus dibangun dan dikelola juga oleh pemerintah.

(33)

Air bersih merupakan kebutuhan vital yang mutlak diperlukan dalam kehidupan

manusia sehingga pengadaan sumber daya ini termasuk dalam prioritas pembangunan.

Pengalokasian air bersih yang efisien harus didasarkan pada sifat zat cair yang mudah

mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu. Karakteristik

sumber daya air dikemukakan oleh Anwar dalam Oktavianus (2003), yaitu:

1. Mobilitas air, menyebabkan sulitnya penegasan hak-hak (property right) atas sumber

daya air secara ekslusif agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat

dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.

2. Sifat skala ekonomi yang melekat, menyebabkan penawaran air bersifat monopoli

alami (natural monopoly), dimana semakin besar jumlah air yang ditawarkan, maka

biaya per satuan yang ditanggung produsennya semakin murah.

3. Sifat penawaran air dapat berubah-ubah menurut waktu, ruang dan kualitasnya

sehingga penyaluran air dalam keadaan kekeringan hebat dan banjir biasanya hanya

dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.

4. Kapasitas daya asimilasi dari badan air (water bodies) yang dapat melarutkan dan

menyerap zat-zat tertentu selama daya dukungnya tidak melampaui, sehingga

komoditas air dapat dimasukkan dalam barang umum (public good) dalam upaya

mengurangi pencemaran lingkungan atas air bersih.

5. Penggunaan air bisa dilakukan secara beruntun ketika air mengalir dari suatu daerah

aliran sungai (DAS) sampai ke laut, yang dapat menyebabkan perubahan kuantitas

dan kualitasnya.

(34)

7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulkiness) sehingga biaya transportasinya

menjadi mahal.

8. Nilai kultur masyarakat yang menganggap bahwa sumber daya air sebagai anugerah

dari Tuhan, dapat menjadi kendala dalam pendistribusiannya secara komersial.

Penggunaan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga

kelompok besar yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri. Kebutuhan

domestik untuk masyarakat akan meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk baik

di perkotaan maupun pedesaan. Air untuk keperluan irigasi pertanian juga terus

meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah.

Demikian juga dalam bidang industri, yang kian mengalami peningkatan karena struktur

perekonomian yang mengarah pada industrialisasi.

Air harus dipandang sebagai barang ekonomi sehingga untuk mendapatkannya

memerlukan pengorbanan baik waktu maupun biaya. Sebagaimana barang ekonomi

lainnya, air mempunyai nilai bagi penggunanya, yaitu jumlah maksimum yang bersedia

dibayarkan untuk penggunaan sumber daya tersebut, dimana pengguna akan

menggunakan air selama manfaat dari tambahan setiap kubik air yang digunakan

melebihi biaya yang dikeluarkan (Briscoe dalam Oktavianus, 2003).

2.2.5. Infrastruktur Pendidikan

Infrastruktur pendidikan merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan

menengah dan penyediaan meubeler) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi karena ketersediaan prasarana pendidikan akan memudahkan masyarakat untuk

(35)

wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas masyarakat yang

belajar.

Pembangunan pendidikan penting dilaksanakan supaya masyarakat dapat maju,

sehingga menambah ilmu pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan Pembangunan

pendidikan diusahakan untuk membantu masyarakat yang ingin bergerak maju ke arah

perkembangan yang dikehendaki.

Belajar secara terus-menerus memang mutlak perlu, akan tetapi orang dapat

belajar dari pengalaman tanpa menerima pengajaran secara formal. Jika ada

pengangkutan maka dengan sendirinya akan banyak petani yang bepergian mengunjungi

kota-kota. Sebagai akibatnya, akan memperoleh pengetahuan dan gagasan yang baru.

Jadi, orang dapat belajar tanpa harus ada fasilitas-fasilitas formal untuk pendidikan.

Adanya fasilitas formal dapat mempercepat proses belajar. (Hanafie, 2010).

2.2.6. Infrastruktur Kesehatan

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah

kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar bebas penyakit dan

kelemahan fisik. Dalam prakteknya, pengukuran tingkat kesehatan yang digunakan antara

lain tingkat harapan hidup. Ukuran ini merupakan salah satu dari tiga komponen dalam

penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional

karena bidang kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia secara

berkesinambungan, yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh,

terpadu, dan terarah. Pembangunan ini merupakan upaya untuk tercapainya kesadaran,

(36)

kesehatan yang optimal. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan setiap penduduk

memiliki kemampuan hidup sehat sehingga di masa mendatang tercipta generasi penerus

yang bermutu sebagai modal penting dalam pembangunan nasional.

Secara ekonomi, masyarakat yang sehat akan menghasilkan tenaga kerja yang

sehat dan merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi. Negara-negara yang

mempunyai tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah menghadapi tantangan yang

lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dibandingkan dengan negara

yang lebih baik tingkat kesehatan dan pendidikannya. Tenaga kerja yang berkualitas akan

mempunyai peluang yang lebih besar untuk lebih produktif, mempunyai kesempatan

kerja yang lebih besar, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dan menghasilkan

output ekonomi yang lebih besar juga.

Tujuan pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Rencana Strategi

Pembangunan Kesehatan adalah terselenggaranya program atau kegiatan pembangunan

kesehatan yang memberi jaminan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya sesuai dengan visi “Indonesia Sehat 2010”. Arah kebijakan

pembangunan kesehatan menurut Depkes (2004 dalam Wahyuni, 2009) adalah:

1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung,

dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak

pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.

2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui

pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam

(37)

Pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta pelayanan

kesehatan lainnya diharapkan meningkatkan mutu kesehatan yang menjangkau seluruh

masyarakat untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang merata. Pengembangan

infrastruktur kesehatan, baik secara kuantitas maupun kualitas, akan mendorong

peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor input pertumbuhan

ekonomi yang berkesinambungan.

2.3. Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Pengembangan Infrastruktur Sosial

Ekonomi Wilayah (PNPM-PISEW) adalah program untuk mengintegrasikan pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. Program ini dimaksudkan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pengentasan kemiskinan dan

pengurangan tingkat pengangguran dan bertujuan mempercepat pembangunan ekonomi

masyarakat pedesaan dengan berbasis pada sumber daya lokal untuk mengurangi

kesenjangan antar wilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki pengelolaan

pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa serta penguatan institusi

lokal ditingkat desa (PNPM-PISEW, 2010).

Tujuan dari program PISEW adalah: a) Mempercepat pembangunan ekonomi

masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal; b) Mengurangi kesenjangan antar wilayah;

c) Pengentasan kemiskinan di daerah perdesaan; dan d) Memperbaiki pengelolaan

pemerintahan dan penguatan institusi di perdesaan.

Sedangkan sasaran program PISEW adalah: a) Terbangunnya infrastruktur

(38)

strategis, kelompok usaha, & forum kelompok diskusi sektor; dan d) Meningkatnya

kapasitas pemerintah dan masyarakat.

Adapun lingkup kegiatan meliputi pembangunan infrastruktur skala kecil

perdesaan dengan kategori infrastruktur yang dibangun:

a. Transportasi (jalan, jembatan, titian);

b. Peningkatan produksi Pertanian (irigasi tersier);

c. Pemasaran hasil pertanian (pasar desa);

d. Air Bersih dan sanitasi (Prasarana Air Bersih, MCK);

e. Kesehatan (pembangunan posyandu, puskesdes dan rehabilitasi puskesmas);

f. Pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan sekolah menegah pertama, Penyediaan

Meubeler).

2.4. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan,

memperbaiki atau memperluas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Wilayah adalah

kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan

ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi

geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui

perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan

pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusun wilayah tersebut yang

saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen sehingga

(39)

Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan

perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan

pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta mendorong

transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan industri melalui

pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek

kelestariannya (sustainable) (Todaro 2000). Pada hakekatnya pembangunan wilayah

bertujuan untuk menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota

masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut

dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan

kapasitas produksi dan produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan,

penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan

masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan

yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan

masyarakat (Nasoetion 1999).

Pengembangan wilayah adalah merupakan suatu rangkaian usaha pertumbuhan

dan perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara

dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Sandy (1992)

pengembangan wilayah pada hakekatnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional di

suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah tersebut

serta tetap mentaati peraturan perundangan yang berlaku.

Hadisaroso (1993) mengemukakan pengembangan wilayah merupakan suatu

tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah/kawasan dalam rangka usaha

(40)

wilayah menurut Soegijoko (1997) merupakan upaya pemerataan pembangunan dengan

mengembangkan wilayah-wilayah tertentu melalui berbagai kegiatan sektoral secara

terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu secara efektif

dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti

peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu

menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang

rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha

masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun

kualitasnya.

Mulyanto (2008) pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang

akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai

suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan

administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2.5. Penelitian Sebelumnya

Purba (2006) dalam penelitian “Pengaruh Program Pengembangan Prasarana

Perdesaan (P2D) terhadap Pengembangan Wilayah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

di Kecamatan Raya - Kabupaten Simalungun, menyimpulkan bahwa pemberdayaan

masyarakat melalui Program P2D di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, sudah

menunjukkan hasil-hasil yang cukup baik dan secara statistik terdapat perbedaan yang

(41)

Wahyuni (2009) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan

Sosial terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia”, menyimpulkan bahwa pendekatan

yang dilakukan dengan model fixed effects menunjukkan hasil bahwa masing-masing

infrastruktur memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas ekonomi dengan

tingkat elastisitas yang berbeda-beda, yaitu infrastruktur sarana kesehatan sebesar 0,65,

energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07 dan air bersih 0,05. Sarana kesehatan yang

merupakan bagian dalam modal manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai

tingkat elastisitas yang paling besar memengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap

kenaikan 1 persen infrastruktur kesehatan akan meningkatkan produktivitas ekonomi

(42)

2.6. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Program Pengembangan Infrastruktur

SOSIAL

 Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan

 Pendidikan

 Kesehatan

EKONOMI

 Transportasi

 Peningkatan Produksi Pertanian

 Peningkatan Pemasaran Pertanian

Pengembangan Wilayah Kabupaten Langkat

(43)

2.7. Hipotesis

1. Program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi berpengaruh positif terhadap

pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat.

2. Persepsi masyarakat dengan adaya program pengembangan infrastruktur sosial

ekonomi di Kabupaten Langkat memberikan manfaat terhadap pembangunan

infrastruktur transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih dan

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini meliputi program pengembangan infrastruktur sosial

ekonomi wilayah (PISEW) yang meliputi transportasi, produksi pertanian, pemasaran

pertanian, air bersih dan sanitasi lingkungan, pendidikan, dan kesehatan yang berada di

Kabupaten Langkat.

3.2. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini menurut cara memperolehnya adalah data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden masyarakat yang

dijadikan sampel penelitian dengan menyebarkan kuisioner pertanyaan mengenai

program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kabupaten Langkat

terhadap pengembangan wilayah dan manfaatnya terhadap masyarakat.

Data sekunder diperoleh dari objek penelitian, yang menggambarkan situasi dan

kondisi Kabupaten Langkat, dalam hal ini infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang

bersumber dari Kabupaten Langkat Dalam Angka.

3.3. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Langkat Provinsi

Sumatera Utara. Pengamatan dan pengambilan sampel ditetapkan pada

kecamatan-kecamatan yang memperoleh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi yang

(45)

Sawit Sebrang, PD. Tualang, Hinai, Brandan Barat, dan KSK Bukit Lawang Tangkahan,

Bahorok, Batang Serangan (Bulangta).

Mengingat luasnya lokasi kecamatan yang akan diteliti, maka perlu dilakukan

pembatasan terhadap lokasi penelitian. Untuk keperluan studi ini, peneliti membatasi

pada Kecamatan Bahorok, Wampu dan Kuala, dengan alasan ketiga kecamatan tersebut

bersifat homogen/seragam sehingga dianggap telah dapat mewakili seluruh kecamatan

penerima Program PISEW, dimana mata pencaharian sebagain besar penduduk dari

sektor pertanian.

Secara rinci lokasi penelitian (Tabel 3.1) yang dipilih adalah desa-desa yang mata

pencaharian sebagain besar penduduk dari sektor pertanian yakni Desa Sampe Raya di

Kecamatan Bahorok, Desa Mekar Jaya di Kecamatan Wampu dan Desa Sido Makmur di

Kecamatan Kuala (BPS Kabupaten Langkat, 2010).

Tabel 3.1. Lokasi Penelitian No. Kecamatan Jumlah

Desa/Kelurahan

Desa/Kelurahan Penelitian

1 Bahorok 19 Sampe Raya

2 Wampu 14 Mekar Jaya

3 Kuala 16 Sido Makmur

Jumlah 47 3

Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2010

3.4. Populasi dan Sampel

Penelitian ini mengkaji pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial

ekonomi wilayah terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Langkat. Oleh karenanya

yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kabupaten

(46)

Sampel penelitian ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiono, 2003), yang

menyatakan berapapun jumlah populasinya dalam penelitian sosial ukuran sampel yang

layak digunakan adalah antara 30 hingga 500 orang. Berdasarkan pendapat di atas, maka

ditetapkan anggota sampel responden penelitian sebanyak 90 orang masyarakat, dengan

pertimbangan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30

orang. Sampel responden diambil sebanyak 30 orang pada masing-masing desa yang

menjadi sampel penelitian (masing-masing 1 desa pada 3 kecamatan) dan pengambilan

sampel responden dilakukan secara simple random sampling.

3.5. Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan, yaitu membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, dokumen serta

buku-buku yang memberikan informasi berkaitan dengan penelitian ini.

b. Observasi, yaitu mengumpulkan informasi dengan cara melakukan pengamatan

langsung di lapangan terhadap aktivitas objek penelitian.

c. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan

melakukan wawancara langsung kepada responden yang terkait dengan objek

penelitian.

Alat pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini melalui alat bantu

kuisioner, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner yang bersifat tertutup, yaitu

kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang sudah disediakan alternatif jawabannya.

Selanjutnya jawaban yang diberikan responden terhadap kuesioner yang diberikan

untuk keperluan analisis diberi bobot nilai tertentu yaitu:

(47)

b) Untuk alternatif jawaban (b) diberi nilai atau skor 4, yang berarti setuju/ baik.

c) Untuk alternatif jawaban (c) diberi nilai atau skor 3, yang berarti cukup

setuju/cukup baik.

d) Untuk alternatif jawaban (d) diberi nilai atau skor 2, yang berarti kurang setuju.

e) Untuk alternatif jawaban (e) diberi nilai atau skor 1, yang berarti sangat tidak

setuju/sangat tidak baik.

Sehubungan pengukuran data berskala ordinal, maka skala tersebut harus dinaikkan

dulu menjadi skala interval dengan menggunakan “Metode Succesive Interval” atau

“Method of Succesive Interval” dengan rumus sebagai berikut:

Langkah-langkahnya:

(1) Ambil data ordinal hasil kuesioner

(2) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban dan hitung proporsi

kumulatifnya.

(3) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif.

(4) Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan

memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.

(5) Menghitung nilai skala dengan rumus metode succesive interval.

(6) Menggunakan nilai transformasi yaitu:

Y = NILAI SKALA - [ NILAI SKALA MINIMAL ] + 1

Density of lower limit – Density at upper limit Means of Interval =

(48)

Interval dari masing-masing katagori jawaban dapat ditentukan dengan

nilai skor pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban

Interval

Jawaban Katagori Jawaban

Skor

Berdasarkan pengkatagorian skala interval tersebut disusun kriteria

penilaian berdasarkan prosentasi sebagai berikut:

4,24

Dari perolehan hasil tersebut, maka untuk menentukan pengkatagorian

derajat baik atau tidak baik variabel yang diteliti melalui analisis sebagai berikut:

84,8% - 100% termasuk klasifikasi sangat baik

(49)

52,4% - 68,7% termasuk klasifikasi cukup baik

36,2% - 52,3% termasuk klasifikasi tidak baik

0,00% - 36,1% termasuk klasifikasi sangat tidak baik

3.5.1. Uji Coba Kuisioner

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data

merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian

hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian.

Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya kuisioner pengumpulan data.

Sebelum kuisioner diedarkan untuk menjaring data, maka kuisioner

diujicobakan terlebih dahulu terhadap 25 orang responden. Kemudian data di analisis

untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas Kuisioner

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu kuisioner. Suatu kuisioner yang valid atau sahih mempunyai validitas

tinggi. Sebaliknya, kuisioner yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah

(Arikunto, 2006 ). Uji validitas kuisioner dilakukan untuk mengetahui kuisioner

penelitian mampu mencerminkan isi sesuai hal dan sifat yang diukur, artinya, setiap

butir kuisioner telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun

konsep yang menjadi dasar penyusunan kuisioner. Untuk pengujian ini digunakan

korelasi product moment (Arikunto, 2006). Kriteria uji validitas secara singkat (rule

of tumb) adalah berdasarkan tabel r Product Moment dengan responden 25 orang

adalah 0,396. Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,396, pertanyaan yang dibuat

(50)

b. Uji Reliabilitas Kuisioner

Uji reliabilitas digunakan dengan menghitung nilai alfa atau dengan Cronbach’s

Alpha. Penghitungan Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menghitung rata-rata

interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Secara umum, Sekaran

(2000) menyatakan bahwa reliabilitas yang ditentukan oleh nilai Cronbach’s Alpha –

kurang dari 0,06 dinyatakan kurang baik. Cronbach’s Alpha dengan nilai range 0,70

dinyatakan dapat diterima dan nilai lebih dari 0,80 adalah baik.

3.5.2. Hasil Analisis Ujicoba Kuisioner

Dari hasil uji coba kuisioner yang disebarkan kepada 25 orang responden yang

merupakan responden di luar sampel penelitian di dapat hasil sebagai berikut.

Tabel 3.3. Uji Validitas Variabel Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah

Butir r Status

1 0,759 Valid

2 0,536 Valid

3 0,751 Valid

4 0,527 Valid

5 0,508 Valid

6 0,637 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa dari 6 (enam) butir pertanyaan variabel

pengembangan infrastruktur social ekonomi wilayah, keenam butir pertanyaan adalah

valid sehingga semua butir pertanyaan dapat digunakan untuk analisa variabel tersebut

dengan nilai koefisien korelasi (r) yang lebih besar dari 0,396. Sedangkan nilai alpha dari

variabel pengembangan infrastruktur social ekonomi wilayah adalah 0,750 (lebih besar

dari 0,6) yang berarti bahwa kuisioner variabel pengembangan objek wisata perdesaan

(51)

Tabel 3. 4. Uji Validitas Variabel Pengembangan Wilayah

Butir r Status

1 0,412 Valid

2 0,412 Valid

3 0,663 Valid

4 0,871 Valid

5 0,703 Valid

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa dari 5 (lima) butir pertanyaan variabel

pengembangan wilayah, kelima butir pertanyaan adalah valid sehingga semua butir

pertanyaan dapat digunakan untuk analisa variabel tersebut dengan nilai koefisien

korelasi (r) yang lebih besar dari 0,396. Sedangkan nilai alpha dari variabel

pengembangan wilayah adalah 0,732 (lebih besar dari 0,6) yang berarti bahwa kuisioner

variabel kesejahteraan masayarakat tersebut reliable. (Lampiran 5 dan 6)

3.6. Analisis Data

1. Untuk menjawab hipotesis penelitian pertama dilakukan dengan uji regresi linier

sederhana, yaitu:

Y = a + bX1 + µ

Di mana :

Y = Pengembangan Wilayah (Skala likert)

X1 = Pengembangan Infrastruktur sosial ekonomi wilayah (skala likert)

a = konstanta

b = koefisien variabel

µ = Error

Selanjutnya dilakukan pengujian keberartian persamaan regresi sederhana

(52)

populasi. Penghitungan di atas dilakukan sepenuhnya dengan bantuan software

komputer.

2. Untuk menjawab hipotesis penelitian kedua bagaimana persepsi masyarakat terhadap

pembangunan infrastruktur transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air

bersih dan sanitasi, pendidikan dan kesehatan menggunakan analisis deskriptif .

3.7. Definisi Variabel Penelitian

1. Pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah merupakan hasil pekerjaan

pembangunan transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih dan

sanitasi, pendidikan, dan kesehatan yang telah dilaksanakan (skala likert).

2. Pengembangan wilayah merupakan peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan

kerja, kelancaran kegiatan usaha, peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakt

(skala likert).

3. Persepsi masyarakat adalah tanggapan masyarakat terhadap hasil pekerjaan

pembangunan infrastruktur sosial ekonomi (memberikan manfaat atau tidak

memberikan manfaat).

Tabel 3.5. Operasional Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

(53)

Pengembangan Wilayah

Kesejahteraan Masyarakat

Pendapatan Masyarakat Kesempatan kerja

Kelancaran kegiatan usaha Pendidikan

Kesehatan

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1. Kecamatan Bahorok

Kecamatan Bahorok terletak 105 meter di atas permukaan laut dengan l;uas

wilayah 1.101.84 Km2

Sebelah Utara : Kecamatan Batang Serangan

dan terdiri dari 19 desa, yang berbatasan dengan:

Sebelah Selatan : Kabupaten Karo

Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara

Sebelah Timur : Kecamatan Salapian

Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut nagori/kelurahan di Kecamatan

Bahorok pada Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Pada Tabel 4.1. terlihat bahwa daerah penelitian Sampe Raya memiliki jumlah

penduduk 2.586 jiwa atau 6,32 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Bahorok,

dengan luas wilayah 168,62 Km2, atau 15,30 persen dari luas wilayah Kecamatan

Bahorok.

Tabel. 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bahorok Tahun 2009

(55)

(Km2) (%) laki

Sumber: Kecamatan Bahorok Dalam Angka, 2010

4.1.2. Kecamatan Wampu

Kecamatan Wampu terletak 4 meter di atas permukaan laut dengan l;uas wilayah

194,21 Km2 dan terdiri dari 14 desa, yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Hinai

Sebelah Selatan : Kecamatan Wampu

Sebelah Barat : Kecamatan Padang Tualang

Sebelah Timur : Kecamatan Stabat dan Selesai

Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut desa di Kecamatan Wampu pada

Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel. 4.2. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Wampu Tahun 2009

No Nagori/Kelurahan

Luas Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1. Lokasi Penelitian Kecamatan
Tabel 3.2. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban
Tabel 3.3. Uji Validitas Variabel Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi                   Wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan judul penelitian dilandasi beberapa pertimbangan, antara lain belum ada yang mengangkat topik jenis ini; mengetahui persoalan sintaksis bahasa Indonesia

“Dengan memperingati Isra Mi’raj Kita Satukan Langkah Menuju Mardhotillah Berlandaskan Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”.. Eyang Weri Kelurahan

Volume anhidirida asetat = 0,8 mL (18 tetes) Massa produk sebelum rekristalisasi = tidak diperoleh padatan Massa produk setelah rekristalisasi = tidak diperoleh padatan Titik

Visi Panin Life adalah menjadi perusahaan jasa keuangan ritel terkemuka di Indonesia, yang mampu memberikan solusi inovatif yang dapat memuaskan kebutuhan nasabah baik untuk proteksi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 04 tentang gaya gravitasi dan cara mengatasinya dengan pembelajaran remidiasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kandungan pigmen klorofil fikosianin dan allofikosianin mikroalga Hasil uji

Indonesian Institute of Sciences (Corn etitive researdrect) Jakarta, 1997. 23 Effects of Macroeconomic Adjustment on Small-Scale Industries, International Journal of Social

Peserta ujian kompre harus hadir 1 jam sebelum jadwal kompre 2... Peserta ujian kompre harus hadir 1 jam sebelum jadwal