PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Oleh
ABDUL HALIM HARAHAP
097003026/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SEK O L A H
P A
S C
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH
DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ABDUL HALIM HARAHAP
097003026/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI
KABUPATEN LANGKAT Nama : Abdul Halim Harahap Nomor Pokok : 097003026
Program Studi : Perencanaan Pembangungan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Badaruddin, MS) Ketua
(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Agus Suriadi, S.Sos, M.Si) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
Tanggal lulus : 18 Agustus 2011
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, MS
Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta. M.Si
2. Agus Suriadi S.Sos. M.Si
3. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN
WILAYAH DI KABUPATEN LANGKAT
ABSTRAK
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu dianalisis pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat dan persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat, dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat secara nyata memberi pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah, dan persepsi masyarakat tentang penilaian hasil kerja pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat menunjukan adanya manfaat pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah terhadap masyarakat.
THE EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM REGIONAL INFRASTRUCTURE (PISEW) THE REGIONAL DEVELOPMENT IN LANGKAT
ABSTRACT
Socio-Economic Development Regional Infrastructure (PISEW) in important Langkat built due to community life can not be separated from the need for adequate infrastructure. Infrastructure is the physical facility and its services are held to support the operation of socio-economic system, to be more work for businesses meet basic needs and to solve various problems. Activities of the transport sector is the backbone of the distribution pattern of both goods and passengers. Availability of drinking water and sanitation infrastructure, widely and evenly, and management of sustainable water resources determines the level of welfare. For that need to be analyzed the influence of socio-economic infrastructure development programs of regional development in Langkat and community perceptions about the work of socio-economic infrastructure development in Langkat, using simple regression analysis and descriptive analysis.
Results showed that socio-economic infrastructure development in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat significantly positive effect on regional development, it is because society benefits from regional economic development of social infrastructure, and public perception of the performance assessments of development socio-economic infrastructure in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat indicates the existence of socio-economic benefits of infrastructure development on the community territory.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul “Pengaruh Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Langkat” merupakan syarat dalam
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si., dan Bapak Agus Suriadi, S.Sos. M.Si., selaku Anggota
Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan
kepada penyusun hingga tesis ini selesai.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku Dosen
Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan
tesis ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Pedesaan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
5. Bapak H. Gatot Pujo Nugroho, ST selaku Pelaksana Gubernur Provinsi Sumatera
Utara yang telah memberikan kami program beasiswa dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
6. Bapak Ir. H. Riadi Akhir Lubis, M.Si, Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan
7. Bapak Drs. H. Junaidi Muslim, M.Si, Kepala Bidang SDM dan Sosial Budaya
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara
yang telah memberikan kelonggaran waktu bagi penulis, sehingga dapat
menyelelesaikan studi dan penulisan tesis ini.
8. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan selama ini.
9. Ayahanda (Alm) M. Thahir Harahap dan Ibunda (Almh) Sitiogur Siregar yang
telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.
10. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta
Munalismah, SH atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam
mendampingi penulis serta dukungannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Demikian pula kepada kedua putra-putri penulis, masing-masing: Nazhira Utami
Harahap dan M. Anwar Natama Harahap.
Penulis menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan
masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan.
Medan, September 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Abdul Halim Harahap lahir di Rantau Prapat, 08 November 1968, dari pasangan
(Alm) M. Thahir Harahap dengan (Almh) Sitiogur Siregar, dan merupakan anak
ketujuh dari tujuh bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1981 di SD di Kecamatan
Hamparan Perak. Pada tahun 1984 menyelesaikan pendidikan SMP di Kecamatan
Hamparan Perak dan tahun 1987 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas di SMA Negeri 10 Medan. Kemudian pada tahun 1997 menyelesaikan Sarjana S1
di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Pada tahun 1997 penulis menikah dengan Munalismah, SH dan dikarunia 2
orang putra putri: Nazhira Utami Harahap dan M. Anwar Natama Harahap. Sejak
tahun 1989 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara. Bulan September 2009 mengikuti
pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi
DAFTAR ISI
2.1. Pembangunan Pedesaan ... 8
2.2. Infrastruktur ... 10
2.3. Program Pengembangan Infrastruktur Sossial Ekonomi (PISEW) ... 21
2.4. Pengembangan Wilayah ... 22
2.5. Penelitian Sebelumnya ... 25
2.6. Kerangka Pemikiran ... 26
2.7. Hipotesis... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 27
3.2. Sumber dan Jenis Data Penelitian ... 27
3.3. Lokasi Penelitian ... 27
3.6. Analisis Data ... 35
3.7. Definisi dan Batasan Operasional ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 37
4.2. Pengaruh PISEW terhadap Pengembangan Wilayah ... 40
4.3. Persepsi Masyarakat terhadap PISEW ... 43
4.4. Pembahasan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
5.1. Kesimpulan ... 51
5.2. Saran ... 51
DAFTAR TABEL
Interval Jawaban, Kategori Jawaban dan Skor Jawaban ………...
Uji Validitas Variabel Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah ………..
Uji Validitas Variabel Pengembangan Wilayah ………
Operasional Variabel Penelitian ………
Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bahorok Tahun 2009 ………...
Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Wampu Tahun 2009 ………...
Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Kuala Tahun 2009 ………...
Hasil Analisis Regresi Sederhana ……….
Rincian Pelaksanaan Program PISEW dan Manfaat yang diharapkan di Kecamatan Bahorok, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Kuala Tahun 2000 ……….
Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur transportasi ………
Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur produksi pertanian ….………
Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur pemasaran pertanian………
Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur air bersih dan sanitasi……….
Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur
4.11. Persepsi terhadap hasil pekerjaan pembangunan infrastruktur
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian ……….
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuisioner Penelitian ………... 56
2. Data Tabulasi Validitas Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 56
3. Hasil Analisis Validitas PISEW ………. 60
4. Hasil Analisis Realibilitas PISEW ………... 61
5. Hasil Analisis Validitas Pengembangan Wilayah ……….. 62
6. Hasil Analisis Realibilitas Pengembangan Wilayah ……….. 63
7. Data Tabulasi Ordinal Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 65
8. Data Tabulasi Interval Jawaban Responden tentang Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan Pengembangan Wilayah ………. 67
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH (PISEW) TERHADAP PENGEMBANGAN
WILAYAH DI KABUPATEN LANGKAT
ABSTRAK
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur adalah fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah. Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu perlu dianalisis pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat dan persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi di Kabupaten Langkat, dengan menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat secara nyata memberi pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah, hal ini disebabkan masyarakat memperoleh manfaat dari pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah, dan persepsi masyarakat tentang penilaian hasil kerja pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kecamatan Kuala, Kecamatan Wampu dan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat menunjukan adanya manfaat pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah terhadap masyarakat.
THE EFFECT OF SOCIO-ECONOMIC DEVELOPMENT PROGRAM REGIONAL INFRASTRUCTURE (PISEW) THE REGIONAL DEVELOPMENT IN LANGKAT
ABSTRACT
Socio-Economic Development Regional Infrastructure (PISEW) in important Langkat built due to community life can not be separated from the need for adequate infrastructure. Infrastructure is the physical facility and its services are held to support the operation of socio-economic system, to be more work for businesses meet basic needs and to solve various problems. Activities of the transport sector is the backbone of the distribution pattern of both goods and passengers. Availability of drinking water and sanitation infrastructure, widely and evenly, and management of sustainable water resources determines the level of welfare. For that need to be analyzed the influence of socio-economic infrastructure development programs of regional development in Langkat and community perceptions about the work of socio-economic infrastructure development in Langkat, using simple regression analysis and descriptive analysis.
Results showed that socio-economic infrastructure development in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat significantly positive effect on regional development, it is because society benefits from regional economic development of social infrastructure, and public perception of the performance assessments of development socio-economic infrastructure in the area of Kuala District, District and Sub Bahorok Wampu Langkat indicates the existence of socio-economic benefits of infrastructure development on the community territory.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,
dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang
tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan
nasional. Hal tersebut terkait dengan begitu banyaknya program dan kegiatan yang
dirancang oleh pemerintah untuk pembangunan desa.
Pembangunan di negara yang sedang berkembang mengandung dua dimensi,
yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih
baik sebagaimana yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai
tujuan itu dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.
Todaro (2000) mengemukakan bahwa pembangunan bersifat multidimensional
yang mengandung perubahan besar dalam struktur sosial, perilaku penduduk dan institusi
nasional dalam upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, mengurangi
ketimpangan dan mengeradikasi kemiskinan absolut.
Data penduduk Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan proporsi penduduk yang
bertempat tinggal di perdesaan jika dibandingkan di perkotaan tidak lagi berbeda jauh,
yakni 113,7 juta jiwa di perdesaan dan 106,2 juta jiwa di perkotaan (BPS, 2005). Namun,
perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat pembangunan wilayah di
antara keduanya menunjukkan kawasan perdesaan masih relatif tertinggal jika
mencapai 24,6 juta jiwa, jauh lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu 11,5 juta jiwa.
Sementara itu, jangkauan pelayanan infrastruktur di perdesaan masih jauh dari memadai.
Misalnya, baru sekitar 6,4 persen rumah tangga perdesaan yang telah dilayani oleh
infrastruktur perpipaan air minum, sedangkan di perkotaan mencapai 32 persen (Yadi,
2010
Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perdesaan dapat dimasukkan ke dalam beberapa permasalahan utama sebagai berikut (1)
masih kurang berkembangnya kehidupan masyarakat perdesaan karena terbatasnya akses
masyarakat perdesaan, terutama kaum perempuan, ke sumber daya produktif, seperti
lahan, permodalan, infrastruktur, dan teknologi serta akses terhadap pelayanan publik dan
pasar; (2) masih terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana permukiman perdesaan,
seperti air minum, sanitasi, persampahan, dan prasarana lingkungan lain; (3) masih
terbatasnya kapasitas kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal dan kelembagaan sosial
ekonomi untuk mendukung peningkatan sumber daya pembangunan perdesaan; dan (4)
masih kurangnya keterkaitan antara kegiatan ekonomi perkotaan dan perdesaan yang
mengakibatkan makin meningkatnya kesenjangan ekonomi dan kesenjangan pelayanan
infrastruktur antarwilayah ( ).
Upaya mempercepat pembangunan regional dapat dilaksanakan dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat produktivitasnya. Efisensi dalam
kegiatan ekonomi harus didukung oleh infrastruktur yang memadai sehingga mendorong
peningkatan potensi daerah masing-masing secara berkesinambungan. Pertumbuhan
potensi daerah akan pertukaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan
bersama-sama menuju proses pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin meningkat
sesuai dengan kemampuannya yang optimal.
Walaupun kebijakan pembangunan infrastruktur di Indonesia telah berlangsung
cukup lama dengan biaya yang cukup besar dan kontribusinya dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi cukup signifikan, namun masih banyak masalah yang dihadapi
beberapa wilayah di Indonesia, antara lain perencanaan yang lemah, kuantitas yang
belum mencukupi dan kualitas yang masih rendah (Ikhsan, 2004).
Salah satu masalah yang dihadapi dalam peningkatan ekonomi lokal adalah
kurang tersedianya infrastruktur yang memadai, terutama di daerah perdesaan. Kondisi
pelayanan infrastruktur perdesaaan umumnya masih kurang, hal ini terlihat dari sebagian
besar penduduk di desa tertinggal harus menempuh jarak sejauh 6-10 km ke pusat
pemasaran (terutama pusat kecamatan), bahkan di desa lainnya penduduk harus
menempuh jarak lebih dari 10 km dengan kondisi jalan yang memprihatinkan. Penduduk
yang terlayani air minum perpipaan perdesaan masih sangat rendah, selebihnya masih
mengambil langsung dari sumber air yang belum terlindungi. Sementara itu, banyak
petani di desa tertinggal memiliki luas lahan pertanian kurang dari 0,5 ha (lahan
marjinal). Dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan strategi penanganan penyediaan
infrastruktur perdesaan yang dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan
keberlanjutan kegiatan perekonomian di perdesaan (Ikhsan, 2004).
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua
pihak secara bersama dan terkoordinasi sehingga u diperlukan perubahan yang bersifat
sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk
program revitalisasi pertanian dan pembangunan dengan pemenuhan kebutuhan
pendukung produksi (khususnya pertanian) dan pendukung pasca produksi (khususnya
pemasaran).
Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan
lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Pada tahun 2008 PNPM Mandiri diperluas dengan
melibatkan Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya.
PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah. Kabupaten
Langkat merupakan salah satu daerah Kabupaten yang mendapat program PISEW.
Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga diprioritaskan pada desa-desa tertinggal.
Salah satu tujuan dari program PISEW adalah mempercepat pembangunan
ekonomi masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal. Adapun lingkup kegiatan meliputi
pembangunan infrastruktur skala kecil perdesaan dengan kategori infrastruktur yang
dibangun: a) Transportasi (jalan, jembatan, titian); b) Peningkatan produksi Pertanian
(irigasi tersier); c) Pemasaran hasil pertanian (pasar desa); d) Air Bersih dan sanitasi
(Prasarana Air Bersih, MCK); e) Kesehatan (pembangunan posyandu, puskesdes dan
rehabilitasi puskesmas); dan f) Pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan sekolah
menegah pertama, Penyediaan Meubeler).
Infrastruktur di Kabupaten Langkat penting dibangun disebabkan kehidupan
masyarakat tidak dapat terlepas dari kebutuhan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur
sistem sosial-ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan
dasar dan memecahkan berbagai masalah.
Selama ini pembangunan infrastruktur menjadi bagian integral dari pembangunan
nasional pada umumnya dan Kabupaten Langkat pada khususnya. Infrastruktur
merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Kegiatan sektor transportasi
merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang.
Ketersediaan infrastruktur air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta
pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menentukan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa program PISEW bukan sekedar berbicara
mengenai berapa panjang jalan yang telah dibangun, berapa jembatan yang telah
dibangun, atau berapa irigasi yang telah dibangun, akan tetapi yang terpenting dan
merupakan pokok permasalahan adalah bagaimana program PISEW tersebut dapat
terlaksana sesuai dengan tujuan dan mengembangkan wilayah di Kabupaten Langkat.
Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada aspek manfaat pelaksanaan program
PISEW dan pengembangan wilayah di Kabupaten Langkah melalui pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, kelancaran usaha, peningkatan pendidikan dan kesehatan.
Mengingat begitu besarnya dana yang telah disalurkan melalui Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di Kabupaten Langkat,
maka dipandang perlu diketahui secara jelas bagaimana pengaruh Program PISEW
terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Langkat, untuk itu perlu mengkaji manfaat
kebijakan Pemerintah Kabupaten Langkat yang akan datang dalam mewujudkan program
tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap
pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat?
2. Bagaimana persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur
sosial ekonomi di Kabupaten Langkat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
1. Pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi terhadap
pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat.
2. Persepsi masyarakat mengenai hasil kerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi
di Kabupaten Langkat.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten
infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang lebih baik di masa mendatang, sehingga
kesejahteraan rakyat dan pengembangan wilayah menjadi lebih meningkat.
2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pihak swasta yang terlibat langsung
dalam program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah untuk dapat
lebih dapat bijaksana dalam mengelola infrastruktur sosial ekonomi.
3. Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pembangunan dan
pengembangan wilayah. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi para peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Pedesaan
Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja
pembangunan yang sangat baik pun, mungkin saja menciptakan berbagai masalah sosial
ekonomi baru yang tidak diharapkan. Kompleksitas permasalahannya bertambah besar
karena ruang lingkup permasalahannya telah bertambah luas. Pendekatan terhadap
permasalahan pembangunan dan cara pemecahannya telah mengalami perkembangan
pula (Adisasmita, 2005).
Batten dalam Sinaga (2004) mengemukakan bahwa pembangunan itu suatu
proses dimana orang atau masyarakat desa, mulai mendiskusikan dan menemukakan
keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Adapun tujuan pembangunan menurut Giant (1971 dalam Sirojuzilam dan
Mahalli, 2010) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan
untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya
maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk
dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus dapat memberi tekanan
maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup masyarakat secara
cepat (Mahalli, 2005).
Pembangunan dan pengembangan harus berjalan sesuai dengan kebijakan publik
yang telah disusun sebelumnya. Kebijakan publik yang disusun harus mencakup
kepentingan dari seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, niat dan keinginan itu harus diawali
dengan penciptaan kebijakan publik sehingga pelaksanaan pembangunan dan
pengembangan wilayah dapat dinikmati secara optimal oleh masyarakat (Miraza, 2005).
Pembangunan pedesaan mempunyai peranan pentingan dalam konteks
pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65%
penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu pembangunan
masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan kemamapuan
sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga kreativitas dan aktivitasnya dapat
semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi (Adisasmita, 2006).
Pembangunan daerah pedesaan diarahkan (1) untuk pembangunan desa yang
bersangkutan dengan memanfaatkan sumberdaya pembangunan yang dimiliki (SDA dan
SDM), (2) untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan antar sektor (perdagangan,
pertanian dan industri) antar desa, antar pedesaan dan perkotaan, dan (3) untuk
memperkuat pembangunan nasional secara menyeluruh.
Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan
oleh masyarakat dimana mereka mengidentifikasikan kebutuhan dan masalahnya secara
bersama. Ada yang mengartikan pula bahwa pembangunan masyarakat desa adalah
kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan
2.2. Infrastruktur
Menurut Setyaningrum (1997), infrastruktur adalah bagian dari kapital stock dari
suatu negara, yaitu biaya tetap sosial yang langsung mendukung produksi. Stone dalam
Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang
dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan
dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan
pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.
Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat
memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak
langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan
output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi
efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya.
Hanafie (2010) adanya infrastruktur ekonomi yang memadai merupakan
prakondisi bagi tumbuh kembangnya kegiatan agribisnis dan perekonomian secara umum
di pedesaan. Infrastruktur esensial bagi agribisnis dan perekonomian pedesaan secara
umum mencakup sistem pengairan, pasar, komoditas pertanian, jalan raya, kelistrikan,
dan jaringan telekomunikasi.
Infrastruktur dapat dikategorikan kedalam tiga jenis, yaitu:
1. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang
aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public
utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan,
bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel
2. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian
masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit
dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi (taman, museum dan lain-lain).
3. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi
dan koordinasi serta kebudayaan.
Infrastruktur juga dapat digolongkan menjadi infrastruktur dasar dan pelengkap.
Infrastruktur dasar (basic infrastructure), meliputi sektor-sektor yang mempunyai
karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk perekonomian lainnya, tidak
dapat diperjualbelikan (non tradable) dan tidak dapat dipisah-pisahkan baik secara teknis
maupun spasial. Contohnya jalan raya, rel kereta api, pelabuhan laut, drainase,
bendungan, dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur pelengkap (complementary
infrastructure) misalnya gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum. Infrastruktur
dasar biasanya diselenggarakan oleh pemerintah karena sifatnya yang dibutuhkan oleh
masyarakat luas. Namun dalam penyediaannya pemerintah dapat bekerja sama dengan
badan usaha sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Perbedaan antara infrastruktur dasar dan pelengkap tidaklah selalu sama dan dapat
berubah menurut waktu. Misalnya pengadaan air minum yang dulunya digolongkan
sebagai infrastruktur pelengkap, sekarang digolongkan sebagai infrastruktur dasar.
Fasilitas infrastruktur bukan hanya berfungsi melayani berbagai kepentingan
umum tetapi juga memegang peranan penting pada kegiatan-kegiatan swasta di bidang
ekonomi. Kebutuhan prasarana merupakan pilihan (preference), dimana tidak ada standar
populasi. Edwin (1998) menguraikan prasarana umum terdiri dari kategori-kategori
dalam fasilitas pelayanan dan fasilitas produksi. Fasilitas pelayanan meliputi
kategori-kategori sebagai berikut:
1. Pendidikan, berupa Sekolah Dasar, SMP, SMA dan perpustakaan umum.
2. Kesehatan, berupa rumah sakit, rumah perawatan, fasilitas pemeriksaan oleh dokter
keliling, fasilitas perawatan gigi dengan mobil keliling, fasilitas kesehatan mental
dengan mobil keliling, rumah yatim piatu, perawatan penderita gangguan emosi,
perawatan pecandu alkohol dan obat bius, perawatan penderita cacat fisik dan mental,
rumah buta dan tuli, serta mobil ambulans.
3. Transportasi, berupa jaringan rel kereta api, bandar udara dan fasilitas yang berkaitan,
jalan raya dan jembatan di dalam kota dan antar kota serta terminal penumpang.
4. Kehakiman, berupa fasilitas penegakan hukum dan penjara.
5. Rekreasi, berupa fasilitas rekreasi masyarakat dan olahraga.
Sedangkan fasilitas produksi meliputi kategori-kategori:
1. Energi, yaitu penyuplai energi langsung.
2. Pemadam kebakaran, berupa stasiun pemadam kebakaran, mobil pemadam
kebakaran, sistem komunikasi, suplai air dan penyimpanan air.
3. Sampah padat, berupa fasilitas pengumpulan dan peralatan sampah padat dan lokasi
pembuangannya.
4. Telekomunikasi, berupa televisi kabel, televisi udara, telepon kabel dan kesiagaan
menghadapi bencana alam.
5. Air limbah, berupa waduk dan sistem saluran air limbah, sistem pengolahan dan
6. Air bersih, berupa sistem suplai untuk masyarakat, fasilitas penyimpanan, pengolahan
dan penyalurannya, lokasi sumur dan tangki air di bawah tanah.
Dengan melihat jenis-jenis infrastruktur yang banyak berhubungan dengan
masyarakat, peranan pemerintah sangat penting dalam penyediaannya. Walaupun
pengadaan infrastruktur bisa dilakukan dengan kerja sama dengan badan usaha yang telah
ditunjuk, tidak semua layanan infrastruktur bisa dilaksanakan oleh pihak swasta karena
ada layanan infrastruktur yang memerlukan modal yang besar dengan waktu
pengembalian yang lama dan resiko investasi yang besar.
Pemerintah sebagai pemain utama dalam penyediaan infrastruktur selayaknya
menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan memrioritaskan
infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional, sehingga infrastruktur dapat dibenahi
baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu perlu pendekatan yang lebih terpadu
dalam pembangunan infrastruktur guna menjamin sinergi antar sektor dan wilayah
(Bulohlabna, 2008).
2.2.1. Infrastruktur Transportasi
Infrastruktur transportasi merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk
pengangkutan yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi karena
ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi
dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan prasarana jalan turut akan meningkatkan
pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaiknya
prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya,
pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang pada
Ikhsan (2004) mengemukakan bahwa jalan raya akan memengaruhi biaya variabel
dan biaya tetap. Jika infrastruktur harus dibangun sendiri oleh sektor swasta, maka biaya
akan meningkat secara signifikan dan menyebabkan cost of entry untuk suatu kegiatan
ekonomi menjadi sangat mahal sehingga kegiatan-kegiatan ekonomi yang sebetulnya
secara potensial mempunyai keunggulan komparatif menjadi tidak bisa terealisasikan
karena ketiadaan infrastruktur. Lebih jauh lagi infrastruktur sangat berpengaruh terhadap
biaya marketing.
Queiroz dalam Sibarani (2002) juga menunjukkan adanya hubungan yang
konsisten dan signifikan antara pendapatan dengan panjang jalan. Negara berpenghasilan
lebih dari US$ 6.000/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 10.110 km/1 juta
penduduk, sedangkan negara berpenghasilan US$ 545 - US$ 6.000/kapita mempunyai
rasio panjang jalan ± 1.660 km/1 juta penduduk dan negara berpenghasilan kurang dari
US$ 545/kapita mempunyai rasio panjang jalan ± 170 km/1 juta penduduk. Jika data
tersebut dibandingkan, negara yang berpenghasilan tinggi mempunyai panjang jalan 59
kali lipat dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah.
2.2.2. Infrastruktur Produksi Pertanian
Infrastruktur produksi pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk
meningkatkan hasil pertanian (irigasi) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi karena ketersediaan irigasi akan memudahkan masyarakat dalam mengelola
tanaman pertaniannya. Pembangunan prasarana irigasi turut akan meningkatkan
pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume hasil pertanian.
Sumber air (misalnya, sungai dan danau) merupakan milik bersama masyarakat
investasi yang sangat besar. Oleh karena itu, pembangunan sistem pengairan haruslah
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat lokal secara bersama-sama. Mengingat
adanya keterbatasan anggaran pembangunan pemerintah maka alternatif lain yang dapat
ditempuh ialah mendorong petani dan pengusaha membangun sumber pengairan sendiri,
seperti pompa air tanah atau jaringan irigasi sederhana swakelola. Hanafie, 2010)
2.2.3. Infrastruktur Pemasaran Pertanian
Infrastruktur pemasaran pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk
pemasaran hasil pertanian (pasar desa) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi karena ketersediaan pasar desa akan memudahkan masyarakat dalam membeli
dan menjual hasil pertanian. Pembangunan prasarana pasar desa turut akan meningkatkan
pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume jual beli.
Hanafie (2010) pasar lokal komoditas pertanian juga sangat esensial bagi tumbuh
kembangnya agribisnis pedesaan. Pembangunan pasar lokal sangat diperlukan untuk
menjamin bahan pokok yang dihasilkan petani dapat terjual dengan harga wajar.
Pembangunan pasar lokal berfungsi menciptakan pasar komoditas pertanian yang efisien.
Pasar lokal juga merupakan barang publik yang harus dibangun dan dikelola pemerintah.
Jalan raya diperlukan untuk membuka perekonomian desa sehingga tercipta perdagangan
dengan perekonomian di luar desa. Sistem jalan yang efisien sangat diperlukan untuk
meminimumkan biaya pemasaran. Sistem jalan raya yang efisien mutlak diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan agribisnis. Jalan raya merupakan barang publik yang
harus dibangun dan dikelola juga oleh pemerintah.
Air bersih merupakan kebutuhan vital yang mutlak diperlukan dalam kehidupan
manusia sehingga pengadaan sumber daya ini termasuk dalam prioritas pembangunan.
Pengalokasian air bersih yang efisien harus didasarkan pada sifat zat cair yang mudah
mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu. Karakteristik
sumber daya air dikemukakan oleh Anwar dalam Oktavianus (2003), yaitu:
1. Mobilitas air, menyebabkan sulitnya penegasan hak-hak (property right) atas sumber
daya air secara ekslusif agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat
dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.
2. Sifat skala ekonomi yang melekat, menyebabkan penawaran air bersifat monopoli
alami (natural monopoly), dimana semakin besar jumlah air yang ditawarkan, maka
biaya per satuan yang ditanggung produsennya semakin murah.
3. Sifat penawaran air dapat berubah-ubah menurut waktu, ruang dan kualitasnya
sehingga penyaluran air dalam keadaan kekeringan hebat dan banjir biasanya hanya
dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.
4. Kapasitas daya asimilasi dari badan air (water bodies) yang dapat melarutkan dan
menyerap zat-zat tertentu selama daya dukungnya tidak melampaui, sehingga
komoditas air dapat dimasukkan dalam barang umum (public good) dalam upaya
mengurangi pencemaran lingkungan atas air bersih.
5. Penggunaan air bisa dilakukan secara beruntun ketika air mengalir dari suatu daerah
aliran sungai (DAS) sampai ke laut, yang dapat menyebabkan perubahan kuantitas
dan kualitasnya.
7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulkiness) sehingga biaya transportasinya
menjadi mahal.
8. Nilai kultur masyarakat yang menganggap bahwa sumber daya air sebagai anugerah
dari Tuhan, dapat menjadi kendala dalam pendistribusiannya secara komersial.
Penggunaan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok besar yaitu kebutuhan domestik, irigasi pertanian dan industri. Kebutuhan
domestik untuk masyarakat akan meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk baik
di perkotaan maupun pedesaan. Air untuk keperluan irigasi pertanian juga terus
meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah.
Demikian juga dalam bidang industri, yang kian mengalami peningkatan karena struktur
perekonomian yang mengarah pada industrialisasi.
Air harus dipandang sebagai barang ekonomi sehingga untuk mendapatkannya
memerlukan pengorbanan baik waktu maupun biaya. Sebagaimana barang ekonomi
lainnya, air mempunyai nilai bagi penggunanya, yaitu jumlah maksimum yang bersedia
dibayarkan untuk penggunaan sumber daya tersebut, dimana pengguna akan
menggunakan air selama manfaat dari tambahan setiap kubik air yang digunakan
melebihi biaya yang dikeluarkan (Briscoe dalam Oktavianus, 2003).
2.2.5. Infrastruktur Pendidikan
Infrastruktur pendidikan merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan
menengah dan penyediaan meubeler) yang berperan dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi karena ketersediaan prasarana pendidikan akan memudahkan masyarakat untuk
wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas masyarakat yang
belajar.
Pembangunan pendidikan penting dilaksanakan supaya masyarakat dapat maju,
sehingga menambah ilmu pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan Pembangunan
pendidikan diusahakan untuk membantu masyarakat yang ingin bergerak maju ke arah
perkembangan yang dikehendaki.
Belajar secara terus-menerus memang mutlak perlu, akan tetapi orang dapat
belajar dari pengalaman tanpa menerima pengajaran secara formal. Jika ada
pengangkutan maka dengan sendirinya akan banyak petani yang bepergian mengunjungi
kota-kota. Sebagai akibatnya, akan memperoleh pengetahuan dan gagasan yang baru.
Jadi, orang dapat belajar tanpa harus ada fasilitas-fasilitas formal untuk pendidikan.
Adanya fasilitas formal dapat mempercepat proses belajar. (Hanafie, 2010).
2.2.6. Infrastruktur Kesehatan
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah
kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar bebas penyakit dan
kelemahan fisik. Dalam prakteknya, pengukuran tingkat kesehatan yang digunakan antara
lain tingkat harapan hidup. Ukuran ini merupakan salah satu dari tiga komponen dalam
penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional
karena bidang kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia secara
berkesinambungan, yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh,
terpadu, dan terarah. Pembangunan ini merupakan upaya untuk tercapainya kesadaran,
kesehatan yang optimal. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan setiap penduduk
memiliki kemampuan hidup sehat sehingga di masa mendatang tercipta generasi penerus
yang bermutu sebagai modal penting dalam pembangunan nasional.
Secara ekonomi, masyarakat yang sehat akan menghasilkan tenaga kerja yang
sehat dan merupakan input penting untuk pertumbuhan ekonomi. Negara-negara yang
mempunyai tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah menghadapi tantangan yang
lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dibandingkan dengan negara
yang lebih baik tingkat kesehatan dan pendidikannya. Tenaga kerja yang berkualitas akan
mempunyai peluang yang lebih besar untuk lebih produktif, mempunyai kesempatan
kerja yang lebih besar, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dan menghasilkan
output ekonomi yang lebih besar juga.
Tujuan pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Rencana Strategi
Pembangunan Kesehatan adalah terselenggaranya program atau kegiatan pembangunan
kesehatan yang memberi jaminan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sesuai dengan visi “Indonesia Sehat 2010”. Arah kebijakan
pembangunan kesehatan menurut Depkes (2004 dalam Wahyuni, 2009) adalah:
1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung,
dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak
pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.
2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam
Pelayanan kesehatan melalui rumah sakit dan puskesmas serta pelayanan
kesehatan lainnya diharapkan meningkatkan mutu kesehatan yang menjangkau seluruh
masyarakat untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang merata. Pengembangan
infrastruktur kesehatan, baik secara kuantitas maupun kualitas, akan mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor input pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan.
2.3. Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PNPM-PISEW) adalah program untuk mengintegrasikan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. Program ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya pengentasan kemiskinan dan
pengurangan tingkat pengangguran dan bertujuan mempercepat pembangunan ekonomi
masyarakat pedesaan dengan berbasis pada sumber daya lokal untuk mengurangi
kesenjangan antar wilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki pengelolaan
pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa serta penguatan institusi
lokal ditingkat desa (PNPM-PISEW, 2010).
Tujuan dari program PISEW adalah: a) Mempercepat pembangunan ekonomi
masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal; b) Mengurangi kesenjangan antar wilayah;
c) Pengentasan kemiskinan di daerah perdesaan; dan d) Memperbaiki pengelolaan
pemerintahan dan penguatan institusi di perdesaan.
Sedangkan sasaran program PISEW adalah: a) Terbangunnya infrastruktur
strategis, kelompok usaha, & forum kelompok diskusi sektor; dan d) Meningkatnya
kapasitas pemerintah dan masyarakat.
Adapun lingkup kegiatan meliputi pembangunan infrastruktur skala kecil
perdesaan dengan kategori infrastruktur yang dibangun:
a. Transportasi (jalan, jembatan, titian);
b. Peningkatan produksi Pertanian (irigasi tersier);
c. Pemasaran hasil pertanian (pasar desa);
d. Air Bersih dan sanitasi (Prasarana Air Bersih, MCK);
e. Kesehatan (pembangunan posyandu, puskesdes dan rehabilitasi puskesmas);
f. Pendidikan (rehabilitasi sekolah dasar dan sekolah menegah pertama, Penyediaan
Meubeler).
2.4. Pengembangan Wilayah
Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan,
memperbaiki atau memperluas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010). Wilayah adalah
kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan
ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi
geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui
perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).
Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan
pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusun wilayah tersebut yang
saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen sehingga
Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan
perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan
pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta mendorong
transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan industri melalui
pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek
kelestariannya (sustainable) (Todaro 2000). Pada hakekatnya pembangunan wilayah
bertujuan untuk menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota
masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut
dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan
kapasitas produksi dan produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan,
penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan
masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan
yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan
masyarakat (Nasoetion 1999).
Pengembangan wilayah adalah merupakan suatu rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa, negara
dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Sandy (1992)
pengembangan wilayah pada hakekatnya adalah pelaksanaan pembangunan nasional di
suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah tersebut
serta tetap mentaati peraturan perundangan yang berlaku.
Hadisaroso (1993) mengemukakan pengembangan wilayah merupakan suatu
tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah/kawasan dalam rangka usaha
wilayah menurut Soegijoko (1997) merupakan upaya pemerataan pembangunan dengan
mengembangkan wilayah-wilayah tertentu melalui berbagai kegiatan sektoral secara
terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu secara efektif
dan efisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti
peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu
menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha
masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun
kualitasnya.
Mulyanto (2008) pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang
akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai
suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan
administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2.5. Penelitian Sebelumnya
Purba (2006) dalam penelitian “Pengaruh Program Pengembangan Prasarana
Perdesaan (P2D) terhadap Pengembangan Wilayah Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
di Kecamatan Raya - Kabupaten Simalungun, menyimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat melalui Program P2D di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, sudah
menunjukkan hasil-hasil yang cukup baik dan secara statistik terdapat perbedaan yang
Wahyuni (2009) dalam penelitian “Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan
Sosial terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia”, menyimpulkan bahwa pendekatan
yang dilakukan dengan model fixed effects menunjukkan hasil bahwa masing-masing
infrastruktur memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas ekonomi dengan
tingkat elastisitas yang berbeda-beda, yaitu infrastruktur sarana kesehatan sebesar 0,65,
energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07 dan air bersih 0,05. Sarana kesehatan yang
merupakan bagian dalam modal manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai
tingkat elastisitas yang paling besar memengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap
kenaikan 1 persen infrastruktur kesehatan akan meningkatkan produktivitas ekonomi
2.6. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Program Pengembangan Infrastruktur
SOSIAL
Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan
Pendidikan
Kesehatan
EKONOMI
Transportasi
Peningkatan Produksi Pertanian
Peningkatan Pemasaran Pertanian
Pengembangan Wilayah Kabupaten Langkat
2.7. Hipotesis
1. Program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi berpengaruh positif terhadap
pengembangan wilayah di Kabupaten Langkat.
2. Persepsi masyarakat dengan adaya program pengembangan infrastruktur sosial
ekonomi di Kabupaten Langkat memberikan manfaat terhadap pembangunan
infrastruktur transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini meliputi program pengembangan infrastruktur sosial
ekonomi wilayah (PISEW) yang meliputi transportasi, produksi pertanian, pemasaran
pertanian, air bersih dan sanitasi lingkungan, pendidikan, dan kesehatan yang berada di
Kabupaten Langkat.
3.2. Sumber dan Jenis Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini menurut cara memperolehnya adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden masyarakat yang
dijadikan sampel penelitian dengan menyebarkan kuisioner pertanyaan mengenai
program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah di Kabupaten Langkat
terhadap pengembangan wilayah dan manfaatnya terhadap masyarakat.
Data sekunder diperoleh dari objek penelitian, yang menggambarkan situasi dan
kondisi Kabupaten Langkat, dalam hal ini infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang
bersumber dari Kabupaten Langkat Dalam Angka.
3.3. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara. Pengamatan dan pengambilan sampel ditetapkan pada
kecamatan-kecamatan yang memperoleh program pengembangan infrastruktur sosial ekonomi yang
Sawit Sebrang, PD. Tualang, Hinai, Brandan Barat, dan KSK Bukit Lawang Tangkahan,
Bahorok, Batang Serangan (Bulangta).
Mengingat luasnya lokasi kecamatan yang akan diteliti, maka perlu dilakukan
pembatasan terhadap lokasi penelitian. Untuk keperluan studi ini, peneliti membatasi
pada Kecamatan Bahorok, Wampu dan Kuala, dengan alasan ketiga kecamatan tersebut
bersifat homogen/seragam sehingga dianggap telah dapat mewakili seluruh kecamatan
penerima Program PISEW, dimana mata pencaharian sebagain besar penduduk dari
sektor pertanian.
Secara rinci lokasi penelitian (Tabel 3.1) yang dipilih adalah desa-desa yang mata
pencaharian sebagain besar penduduk dari sektor pertanian yakni Desa Sampe Raya di
Kecamatan Bahorok, Desa Mekar Jaya di Kecamatan Wampu dan Desa Sido Makmur di
Kecamatan Kuala (BPS Kabupaten Langkat, 2010).
Tabel 3.1. Lokasi Penelitian No. Kecamatan Jumlah
Desa/Kelurahan
Desa/Kelurahan Penelitian
1 Bahorok 19 Sampe Raya
2 Wampu 14 Mekar Jaya
3 Kuala 16 Sido Makmur
Jumlah 47 3
Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2010
3.4. Populasi dan Sampel
Penelitian ini mengkaji pengaruh program pengembangan infrastruktur sosial
ekonomi wilayah terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Langkat. Oleh karenanya
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kabupaten
Sampel penelitian ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiono, 2003), yang
menyatakan berapapun jumlah populasinya dalam penelitian sosial ukuran sampel yang
layak digunakan adalah antara 30 hingga 500 orang. Berdasarkan pendapat di atas, maka
ditetapkan anggota sampel responden penelitian sebanyak 90 orang masyarakat, dengan
pertimbangan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30
orang. Sampel responden diambil sebanyak 30 orang pada masing-masing desa yang
menjadi sampel penelitian (masing-masing 1 desa pada 3 kecamatan) dan pengambilan
sampel responden dilakukan secara simple random sampling.
3.5. Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan, yaitu membaca dan mengumpulkan bahan-bahan, dokumen serta
buku-buku yang memberikan informasi berkaitan dengan penelitian ini.
b. Observasi, yaitu mengumpulkan informasi dengan cara melakukan pengamatan
langsung di lapangan terhadap aktivitas objek penelitian.
c. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan
melakukan wawancara langsung kepada responden yang terkait dengan objek
penelitian.
Alat pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini melalui alat bantu
kuisioner, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner yang bersifat tertutup, yaitu
kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang sudah disediakan alternatif jawabannya.
Selanjutnya jawaban yang diberikan responden terhadap kuesioner yang diberikan
untuk keperluan analisis diberi bobot nilai tertentu yaitu:
b) Untuk alternatif jawaban (b) diberi nilai atau skor 4, yang berarti setuju/ baik.
c) Untuk alternatif jawaban (c) diberi nilai atau skor 3, yang berarti cukup
setuju/cukup baik.
d) Untuk alternatif jawaban (d) diberi nilai atau skor 2, yang berarti kurang setuju.
e) Untuk alternatif jawaban (e) diberi nilai atau skor 1, yang berarti sangat tidak
setuju/sangat tidak baik.
Sehubungan pengukuran data berskala ordinal, maka skala tersebut harus dinaikkan
dulu menjadi skala interval dengan menggunakan “Metode Succesive Interval” atau
“Method of Succesive Interval” dengan rumus sebagai berikut:
Langkah-langkahnya:
(1) Ambil data ordinal hasil kuesioner
(2) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban dan hitung proporsi
kumulatifnya.
(3) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif.
(4) Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan
memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.
(5) Menghitung nilai skala dengan rumus metode succesive interval.
(6) Menggunakan nilai transformasi yaitu:
Y = NILAI SKALA - [ NILAI SKALA MINIMAL ] + 1
Density of lower limit – Density at upper limit Means of Interval =
Interval dari masing-masing katagori jawaban dapat ditentukan dengan
nilai skor pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Interval Jawaban, Katagori Jawaban dan Skor Jawaban
Interval
Jawaban Katagori Jawaban
Skor
Berdasarkan pengkatagorian skala interval tersebut disusun kriteria
penilaian berdasarkan prosentasi sebagai berikut:
4,24
Dari perolehan hasil tersebut, maka untuk menentukan pengkatagorian
derajat baik atau tidak baik variabel yang diteliti melalui analisis sebagai berikut:
84,8% - 100% termasuk klasifikasi sangat baik
52,4% - 68,7% termasuk klasifikasi cukup baik
36,2% - 52,3% termasuk klasifikasi tidak baik
0,00% - 36,1% termasuk klasifikasi sangat tidak baik
3.5.1. Uji Coba Kuisioner
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian
hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian.
Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya kuisioner pengumpulan data.
Sebelum kuisioner diedarkan untuk menjaring data, maka kuisioner
diujicobakan terlebih dahulu terhadap 25 orang responden. Kemudian data di analisis
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas Kuisioner
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu kuisioner. Suatu kuisioner yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, kuisioner yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah
(Arikunto, 2006 ). Uji validitas kuisioner dilakukan untuk mengetahui kuisioner
penelitian mampu mencerminkan isi sesuai hal dan sifat yang diukur, artinya, setiap
butir kuisioner telah benar-benar menggambarkan keseluruhan isi atau sifat bangun
konsep yang menjadi dasar penyusunan kuisioner. Untuk pengujian ini digunakan
korelasi product moment (Arikunto, 2006). Kriteria uji validitas secara singkat (rule
of tumb) adalah berdasarkan tabel r Product Moment dengan responden 25 orang
adalah 0,396. Jika korelasi sudah lebih besar dari 0,396, pertanyaan yang dibuat
b. Uji Reliabilitas Kuisioner
Uji reliabilitas digunakan dengan menghitung nilai alfa atau dengan Cronbach’s
Alpha. Penghitungan Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menghitung rata-rata
interkorelasi di antara butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Secara umum, Sekaran
(2000) menyatakan bahwa reliabilitas yang ditentukan oleh nilai Cronbach’s Alpha –
kurang dari 0,06 dinyatakan kurang baik. Cronbach’s Alpha dengan nilai range 0,70
dinyatakan dapat diterima dan nilai lebih dari 0,80 adalah baik.
3.5.2. Hasil Analisis Ujicoba Kuisioner
Dari hasil uji coba kuisioner yang disebarkan kepada 25 orang responden yang
merupakan responden di luar sampel penelitian di dapat hasil sebagai berikut.
Tabel 3.3. Uji Validitas Variabel Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
Butir r Status
1 0,759 Valid
2 0,536 Valid
3 0,751 Valid
4 0,527 Valid
5 0,508 Valid
6 0,637 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa dari 6 (enam) butir pertanyaan variabel
pengembangan infrastruktur social ekonomi wilayah, keenam butir pertanyaan adalah
valid sehingga semua butir pertanyaan dapat digunakan untuk analisa variabel tersebut
dengan nilai koefisien korelasi (r) yang lebih besar dari 0,396. Sedangkan nilai alpha dari
variabel pengembangan infrastruktur social ekonomi wilayah adalah 0,750 (lebih besar
dari 0,6) yang berarti bahwa kuisioner variabel pengembangan objek wisata perdesaan
Tabel 3. 4. Uji Validitas Variabel Pengembangan Wilayah
Butir r Status
1 0,412 Valid
2 0,412 Valid
3 0,663 Valid
4 0,871 Valid
5 0,703 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa dari 5 (lima) butir pertanyaan variabel
pengembangan wilayah, kelima butir pertanyaan adalah valid sehingga semua butir
pertanyaan dapat digunakan untuk analisa variabel tersebut dengan nilai koefisien
korelasi (r) yang lebih besar dari 0,396. Sedangkan nilai alpha dari variabel
pengembangan wilayah adalah 0,732 (lebih besar dari 0,6) yang berarti bahwa kuisioner
variabel kesejahteraan masayarakat tersebut reliable. (Lampiran 5 dan 6)
3.6. Analisis Data
1. Untuk menjawab hipotesis penelitian pertama dilakukan dengan uji regresi linier
sederhana, yaitu:
Y = a + bX1 + µ
Di mana :
Y = Pengembangan Wilayah (Skala likert)
X1 = Pengembangan Infrastruktur sosial ekonomi wilayah (skala likert)
a = konstanta
b = koefisien variabel
µ = Error
Selanjutnya dilakukan pengujian keberartian persamaan regresi sederhana
populasi. Penghitungan di atas dilakukan sepenuhnya dengan bantuan software
komputer.
2. Untuk menjawab hipotesis penelitian kedua bagaimana persepsi masyarakat terhadap
pembangunan infrastruktur transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air
bersih dan sanitasi, pendidikan dan kesehatan menggunakan analisis deskriptif .
3.7. Definisi Variabel Penelitian
1. Pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah merupakan hasil pekerjaan
pembangunan transportasi, produksi pertanian, pemasaran pertanian, air bersih dan
sanitasi, pendidikan, dan kesehatan yang telah dilaksanakan (skala likert).
2. Pengembangan wilayah merupakan peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan
kerja, kelancaran kegiatan usaha, peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakt
(skala likert).
3. Persepsi masyarakat adalah tanggapan masyarakat terhadap hasil pekerjaan
pembangunan infrastruktur sosial ekonomi (memberikan manfaat atau tidak
memberikan manfaat).
Tabel 3.5. Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Pengembangan Wilayah
Kesejahteraan Masyarakat
Pendapatan Masyarakat Kesempatan kerja
Kelancaran kegiatan usaha Pendidikan
Kesehatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1. Kecamatan Bahorok
Kecamatan Bahorok terletak 105 meter di atas permukaan laut dengan l;uas
wilayah 1.101.84 Km2
Sebelah Utara : Kecamatan Batang Serangan
dan terdiri dari 19 desa, yang berbatasan dengan:
Sebelah Selatan : Kabupaten Karo
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara
Sebelah Timur : Kecamatan Salapian
Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut nagori/kelurahan di Kecamatan
Bahorok pada Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Pada Tabel 4.1. terlihat bahwa daerah penelitian Sampe Raya memiliki jumlah
penduduk 2.586 jiwa atau 6,32 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Bahorok,
dengan luas wilayah 168,62 Km2, atau 15,30 persen dari luas wilayah Kecamatan
Bahorok.
Tabel. 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bahorok Tahun 2009
(Km2) (%) laki
Sumber: Kecamatan Bahorok Dalam Angka, 2010
4.1.2. Kecamatan Wampu
Kecamatan Wampu terletak 4 meter di atas permukaan laut dengan l;uas wilayah
194,21 Km2 dan terdiri dari 14 desa, yang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Hinai
Sebelah Selatan : Kecamatan Wampu
Sebelah Barat : Kecamatan Padang Tualang
Sebelah Timur : Kecamatan Stabat dan Selesai
Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut desa di Kecamatan Wampu pada
Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel. 4.2. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Wampu Tahun 2009
No Nagori/Kelurahan
Luas Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa)