TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kondisi Sosial
Menurut Kamus Bahasa Indonesia kondisi diartikan sebagai suatu keadaan
atausituasi. Sedangkan kondisi sosial masyarakat didefinisikan sebagai suatu
keadaan atau situasi masyarakat yang ada pada Negara tertentu dan pada saat
tertentu (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2000). Jadikondisi sosial adalah suatu
keadaan yang berhubungan erat dengan keadaan atau situasi yang ada di dalam
masyarakat tertentu yang terkait dengan keadaan sosial.
Dalyono dalam Basrowi dan Juariyah (2010) menyatakan bahwa kondisi
sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Hal ini
menunjukan bahwasannyamasyarakat sekitardapat mempengaruhi kondisi sosial
seseorang yang berada di lingkungan tersebut. Kondisi sosial masyarakat
mempunyai beberapa indikator yaitu: umur dan jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, prestise (kemampuan), keluarga atau kelompok rumahtangga, dan
keanggotaan dalam kelompok tertentu (organisasi).
2. Kondisi Ekonomi
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (2001) dalam Basrowi
dan Juariyah (2010) menyatakan bahwa kondisi ekonomiadalah suatu kedudukan
masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hakdan
kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Adapun indikator yang
termasuk dalam kondisi ekonomi mencakup berbagai hal yang berkaitan erat
dengan pemenuhan kebutuhan seperti pekerjaan, pendapatan, pengeluaran,
kesehatan, kepemilikan aset, kredit (pinjaman).
3. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi menurut M. Sastropradja (2000) dalam Basrowi
dan Juariyah (2010) adalah keadaan ataukedudukan seseorang dalam masyarakat
sekelilingnya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat ditandai adanya saling kenal
mengenal antarsatu dengan yang lain, paguyuban, sifat kegotong-royongan dan
kekeluargaan.
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (2001) dalam Basrowi
dan Juariyah (2010) menyatakan bahwa keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan
yang secara rasional dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam
masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Adapun ciri-ciri
keadaan sosial ekonomi sbb:
a. lebih berpendidikan;
b. mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan,
kesehatan,prestise (kemampuan), pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap
lingkungan;
c. mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar;
e. lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk;
f. mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit; dan
g. pekerjaan lebih spesifik.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kondisi sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berhubungan dalam hal
pemenuhankebutuhan yang ada di masyarakat atau yang lebih umumnya terkait
dengan kesejahteraan masyarakat. Kondisi sosial ekonomi dapat dilihat dari
pekerjaan, pendidikan kesehatan danpemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah
tangga. Berdasarkan ini masyarakat dapat digolongkan kedudukan sosial ekonomi
atas, menengah dan bawah (Zunaidi, 2013).
4. Sektor Usaha
Sektor usaha dibedakan menjadi dua yaitu sektor formal dan sektor
informal. Sektor formal diartikan sebagai unit-unit usaha yang mendapatkan
proteksi-proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Sektor formal di
Indonesia dibedakan menjadi tiga yaitu BUMN, BUMS, dan Koperasi.
Sedangkan sektor informal diartikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau
sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Proteksi
ekonomi itu antara lain berupa tarif proteksi, kredit dengan bunga yang relatif
rendah, pembimbingan, penyuluhan, perlindungan dan perawatan tenaga kerja,
terjaminnya arus teknologi impor, hak paten, dan lain sebagainya (Mulyadi,
Konsep sektor informal, yang pertama kali diperkenalkan oleh Hart (1973)
dalam Mulyadi (2003:94), membagi secara tegas kegiatan ekonomi yang bersifat
formal dan informal. Adapun ciri-ciri pokok sektor informal adalah sebagai
berikut :
a. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit
usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor
formal.
b. Pada umumnya tidak mempunyai izin usaha
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.
d. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.
e. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor
f. Teknologi yang digunakan bersifat primitif
g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif
kecil.
h. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man-enter prises san
kalau mengerjakan buruh berasal dari kelauarga sendiri
i. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau
dari lembaga keuangan yang tidak resmi.
j. Hasil produksi atau jasa terutama dikeonsumsikan oleh golongan
Indikator untuk menggambarkan karakteristik pekerja sektor informal
antara lain seperti umur, pendidikan, dan jam kerja. Menurut Prayogo (2013)
sektor informal tidak mengenal batasan umur, pekerja sektor informal itu
umumnya berpendidikan rendah dan jam kerja yang tidak teratur.
5. Pasar
Menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
(keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, nomor
23/ MPP/ Kep/ 1/ 1988 tentang lembaga-lembaga usaha perdagangan) dalam
keputusannya menyatakan bahwa pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual
dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli
terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dan menurut sifat perindustriannya
dapat digolongkan menjadi :
a. Pasar modern, adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau
koperasi yang dalam bentuknya berupa Mall, Supermarket, Departement
Store, dan Shopping Center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara
modern, dan mengutamakan kenyamanan berbelanja dengan manajemen
berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang
pasti.
b. Pasar tradisional, adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah,
swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat-tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil
dan menengah, dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan moda kecil, dan
c. Pasar grosir, adalah pasar tempat dilakukannya usaha perdagangan pasar
besar.
d. Pasar eceran, adalah pasar tempat dilakukannya usaha perdagangan dalam
partai kecil.
e. Pasar swalayan (super market), adalah pasar yang kegiatan usahanya
menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari secara langsung kepada
konsumen dengan teknik peayanan oleh konsumen itu sendiri.
6. Pedagang
Menurut Akhinayasrin (2011) pedagang adalah semua tindakan yang
tujuannya menyampaikan barang untuk tujuan hidup sehari-hari, prosesnya
berlangsung dari produsen kepada konsumen. Sulistyo dan Suproto (2001)
mendefinisikan pedagang adalah individu maupun kelompok yang melaksanakan
proses saluran distribusi dengan cara bertransaksi (membeli dan menjualnya
kembali) dari produsen atau pedagang lainnya kepada konsumen untuk
memperoleh keuntungan.
B. Landasan Teori
Sektor usaha dibedakan menjadi dua yaitu sektor formal dan sektor
informal. Sektor formal adalah unit-unit usaha yang mendapatkan
proteksi-proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Sedangkan sektor informal
diartikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi
ekonomi secara resmi dari pemerintah.Indikator untuk menggambarkan
jam kerja. Dimana sektor informal tidak mengenal batasan umur, pekerja sektor
informal itu umumnya berpendidikan rendah dan jam kerja yang tidak teratur.
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk
melaksanakan transaksi jual-beli, menurut kelas mutu pelayanan dan menurut sifat
perindustriannya pasar dapat digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu pasar modern,
pasar tradisional, pasar grosir, pasar eceran, pasar swalayan (super market).
Kondisi sosial merupakan semua orang atau manusia dan lingkungan
sekitaryang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Kondisi sosial masyarakat
mempunyai limaindikator yaitu: umur dan kelamin, pekerjaan, prestise
(kemampuan), keluarga atau kelompok rumahtangga, dan keanggotaan dalam
kelompok tertentu. Sedangkan kondisi ekonomiadalah suatu kedudukan yang
secara rasional yang diberikan untuk seseorang pada posisitertentu dalam
masyarakatyang disertai dengan hakdan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Kondisi sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhankebutuhan yang ada di masyarakat dan berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat.
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
Kristina Sembiring (2009) dari Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial,
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan
melakukan penelitian dengan judul “Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh
Harian Lepas (Aron) di Kelurahan Padang Mas, Kecamatan Kabanjahe,
kehidupan sosial ekonomi buruh harian epas (aron) di Kelurahan Padang Mas,
Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Metodelogi penelitian menggunakan
sampel berupa purposive sampling dan pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan angket, serta analisis data menggunakan analisis kualitatif. Dengan
hasil penelitian Buruh harian lepas (aron) berasal dari daerah luar (pendatang)
dengan tingkat pendidikan tamat smp dan sma, tidak mempunyai keahllian,
tingkat pendapatan yang diterima masih rendah yaitu dibawah Rp 450.000,00
dengan jumlah jam kerja rata-rata 8 jam sehari, dan status kepemilikan rumah
masih sewa dengan bangunan semi permanen.
Aulia Insani Yunus (2011) dari Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar, melakukan penelitian
dengan judul “Potret Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kota
Makassar (Kasus Penjual Pisang Epe di Pantai Losari)”. Tujuan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor pendatang bekerja sebagai penjual pisang epe dan untuk
mengetahui kehidupan sosial ekonomi penjual pisang epe. Metodelogi penelitian
menggunakan sampel berupa simple random sampling, pengumpulan data berupa observasi dan angket, dan analisis data berupa analisis deskripsi kuantitatif.
Dengan hasil penelitian Keadaan sosial ekonomi penjual pisang epe di pantai
losari cukup memadai, alasan mereka menjual pisang epe karena mereka tidak
mempunyai pendidikan tinggi/keterampilan khusus.
Gatot Ervan Santoso (2013) dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto melakukan penelitian dengan judul
Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan”. Tujuan penelitian untuk
mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima di Jalan Perintis
Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan. Metodelogi penelitian
menggunakan sampel berupaQuota Sample,pengumpulan data berupa observasi dan angket, dan analisis data berupa analisis deskripsi kualitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima di Jalan Perintis
Kemerdekaan termasuk dalam kategori sedang.
Prieska Artantya (2014) dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto melakukan penelitian dengan judul
“Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Induk Majenang Di Desa
Sindangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap”. Tujuan penelitian ntuk
mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Induk Majenang Di Desa
Sindangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. Metodelogi penelitian
menggunakan sampel berupa random sampling, pengumpulan data berupa wawancara, dan analisis data berupa analisis deskripsi kualitatif. Hasil penelitian
yang kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Induk Majenang di Desa
Sindangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacapyang diharapkan tinggi.
Hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini tersaji dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Hasil penelitian yang relevan
No Penulis dan Judul Tujuan Penelitian M etodelogi
Penelitian Hasil Penelitian 1 Kristina sembring,
“Kondisi Kehidupan
Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas (Aron) di Kelurahan Padang M as, Kecamatan Kabanjahe,
Kabupaten Karo”,
Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara M edan 2009
Untuk mendapatkan gambaran kondisi kehidupan sosial ekonomi buruh harian epas (aron) di Kelurahan Padang M as, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo Sampel : Purposive sampling Pengumpulan data : Wawancara mendalam, dan angket.
Analisis data: Analisis kualitatif
Buruh harian lepas (aron) berasal dari daerah luar (pendatang) dengan tingkat pendidikan tamat smp dan sma, tidak mempunyai keahllian, tingkat pendapatan yang diterima masih rendah yaitu dibawah Rp 450.000,00 dengan jumlah jam kerja rata-rata 8 jam sehari, dan status kepemilikan rumah masih sewa dengan bangunan semi permanen.
2 Aulia Insani Yunus
“Potret Kehidupan Sosial
Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Kota M akassar (Kasus Penjual Pisang
Epe di Pantai Losari)”,
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin M akassar 2011
Untuk mengetahui faktor-faktor pendatang bekerja sebagai penjual pisang epe dan untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi penjual pisang epe Sampel : Simple random sampling Pengumpulan data : Observasi dan angket Analisis data: Analisis deskripsi kuantitatif
Keadaan sosial ekonomi penjual pisang epe di pantai losari cukup memadai, alasan mereka menjual pisang epe karena mereka tidak mempunyai pendidikan tinggi/keterampilan khusus.
3 Gatot Erwan Santoso
“Kajian Kondisi Sosial
Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan
Purwokerto Selatan”, Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas M uhamadiyan Purwokerto 2013
Untuk M engetahui Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima di Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Purwokerto Selatan Sample: Quota Sample Pengumpulan Data: Observasi dan angket Analisis Data: Deskripsi Kualitatif
Kondisi Sosial Ekonomi di Jalan Perintis Kemerdekaan
Kecamatan Purwokerto Selatan termasuk dalam kategori sedang
4 Prieska Artantya, “kajian kondisi sosial ekonomi Pasar Induk M ajenang di Desa Sindangsari, Kecamatan M ajenang,
Kabupaten Cilacap”,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas M uhammadiyah Purwokerto 2014 Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Induk M ajenang di Desa Sindangsari, Kecamatan M ajenang, Kabupaten Cilacap Sampel : Randomsampling Pengumpulan data : Wawancara Analisa data: Analisis deskripsi kualitatif
Kondisi sosial ekonomi pedagang di Pasar Induk M ajenang di Desa Sindangsari, Kecamatan M ajenang, Kabupaten Cilacap yang diharapkan tinggi
Sumber : Kristina Sembiring (2009), AuliaInsaniYunus (2011), GatotErwanSantoso (2013),
D. Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teori dan landasan teori diatas maka dapat dibuat
kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi pedagang di
Pasar Induk Majenang adalah tinggi.
Sektor Usaha
Sektor Informal
Pedagang pasar
Kondisi sosial : Umur Jenis kelamin Keluarga Pendidikan Organisasi
Kondisi ekonomi : Pendapatan Pengeluaran Kesehatan Kepemilikan
aset
Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar