• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TERKAIT KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PPI CISOLOK

Pendahuluan

Skala perikanan tangkap dapat dibedakan dalam berbagai cara. Menurut Smith (1983), dasar perbedaan tersebut mencakup perikanan skala kecil atau skala besar, perikanan pantai atau lepas pantai, perikanan artisanal atau komersial. Penggolongan jenis skala perikanan tersebut masih menjadi perdebatan hingga saat ini mengingat dimensinya yang cukup luas. Di Indonesia, batasan mengenai perikanan skala kecil diatur didalam keputusan menteri kelautan dan perikanan nomor 40 tahun 2003 pasal 2 dijelaskan bahwa perusahaan perikanan Indonesia di bidang usaha penangkapan ikan dibedakan menjadi dua bagian yaitu; perusahaan perikanan skala kecil dan perusahaan perikanan skala besar (Widodo et al. 2006). Pembedaan skala perusahaan perikanan tersebut ditetapkan berdasarkan kriteria kepemilikan kapal, bahan kapal, tempat pembangunan kapal, Gross Tonnage (GT) kapal, kekuatan mesin kapal, anak buah kapal yang dipekerjakan, dan status perusahaan yang memiliki kapal penangkap ikan.

Berikut kriteria perusahaan perikanan skala kecil yang dimaksud pada pasal 2 tersebut:

1. Memiliki kapal penangkap ikan yang terbuat dari bahan kayu dan di bangun didalam negeri;

2. Gross Tonnage (GT) kapal yang dimiliki, baik satu unit atau secara kumulatif, tidak lebih dari 60 GT atau menggunakan mesin berkekuatan tidak lebih dari 180 DK;

3. Tidak mempekerjakan anak buah kapal (ABK) warga negara asing; 4. Status perusahaan tidak berbadan hukum.

Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia yang masih didominasi oleh perikanan tangkap skala kecil yaitu sekitar 85% dan hanya sekitar 15% di lakukan oleh usaha perikanan dengan skala yang lebih besar (Hermawan 2006). Porsi perikanan tangkap skala kecil yang sedemikian besar mengakibatkan sebagian besar produksi perikanan tangkap disuplai oleh oleh sektor perikanan tangkap skala kecil. Namun dalam waktu yang bersamaan, eksploitasi perikanan secara berlebihan dan degradasi habitat mengancam sumberdaya pesisir dan laut. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sektor perikanan tangkap skala kecil ini belum dikelola dengan baik dan pendekatan-pendekatan yang digunakan belum berhasil mengelola kapasitas perikanan dan mengatasi konflik. Pendekatan tersebut tidak mampu mengimbangi kecepatan kemajuan ekonomi, pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan, serta kemiskinan (Berkes et al. 2008)

Pengelolaan sumberdaya perikanan indonesia merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Keberlanjutan merupakan kata kunci dalam pembagunan perikanan yang diharapkan dapat memperbaiki sumber daya dan masyarakat perikanan itu sendiri. Aktivitas perikanan tangkap di PPI Cisolok merupakan salah satu aktivitas perikanan skala kecil dengan teknologi penangkapan yang masih tradisional. Terdapat beberapa isu permasalahan dalam upaya keberlanjutan

perikanan tangkap yaitu; konflik antar nelayan asli dan nelayan pendatang dalam perebutan sumberdaya, rendahnya harga hasil tangkapan nelayan. peran kelompok nelayan maupun nelayan dalam menentukan kebijakan pengelolaan perikanan masih sangat kurang, dan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada perikanan skala besar.

PPI Cisolok merupakan satu-satunya pangkalan pendaratan ikan di Kecamatan Cisolok yang berlokasi di Desa Cikahuripan. Kecamatan Cisolok yang merupakan kecamatan pesisir yang berada di ujung barat Kabupaten Sukabumi, berbatasan langsung dengan Provinsi Banten di sebelah barat, Kecamatan Cikakak di sebelah timur, Kecamatan Kabandungan di sebelah utara dan di sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Luas Kecamatan Cisolok mencapai 16.987 ha yang terdiri dari 10 desa, 4 desa pantai dan 6 desa non pantai. Luas wilayah Desa Cikahuripan yakni 702 Ha dengan ketinggian di atas permukaan laut 0,20 mdl dan curah hujan sebesar 3000-3500 mm. Desa Cikahuripan terbagi dalam 3 Dusun, 15 Rukun Warga (RW) dan 38 Rukun Tetangga (RT). Batas wilayah Desa Cikahuripan yaitu; Desa Gunung Tanjung di sebelah Utara, Desa Cisolok di sebelah Timur, Samudera Indonesia di sebelah Selatan, dan di sebelah barat adalah Desa Pasir Baru.

Desa Cikahuripan memiliki beberapa sarana dan prasarana yang mendukung kagiatan pemerintahan maupun kemasyarakatan. Sarana tersebut berupa satu buah kantor desa dimana seluruh kegiatan pemerintahan di Desa Cikahuripan berlangsung. Kondisi kantor Desa Cikahuripan sangat baik, dilengkapi dengan sebuah ruang rapat yang cukup besar dengan kapasitas lebih dari 50 orang.

Upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki pengetahuan agama yang baik, Desa Cikahuripan memiliki tiga buah sekolah dasar, tiga buah PAUD dan 3 buah Lembaga Pendidikan Agama. Khusus untuk PAUD, satu buah PAUD belum memiliki bangunan tetap. Untuk melaksanakan kegiatan belajar, PAUD ini masih menumpang di bangunan Posyandu. PAUD ini belum memiliki fasilitas seperti bangku, meja, alat permainan edukatif (APE) dan papan tulis. Hal ini berbeda dengan PAUD lainnya yang memiliki fasilitas sudah lengkap, hanya saja tidak memiliki lapangan yang cukup luas untuk bermain anak, karena PAUD ini diapit dengan Masjid dan rumah warga.

Fasilitasi kegiatan keagamaan bagi masyarakat desa Cikahuripan, desa ini memiliki dua belas buah masjid dan lima belas buah mushola. Untuk menyalurkan hobi dan keinginan berolahraga masyarakat, Desa Cikahuripan memfasilitasi kegiatan tersebut. Desa ini memiliki dua buah lapangan badminton dan dua buah meja pingpong. Sedangkan dalam bidang kesehatan, Desa Cikahuripan memiliki empat buah posyandu yang tersebar di tiga dusun.

Jumlah penduduk Desa Cikahuripan berdasarkan data laporan tahunan desa tahun 2012 adalah 6.379 jiwa dengan jumlah laki-laki 3.226 jiwa dan perempuan 3.153 jiwa. Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.716 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 110 jiwa.

PPI Cisolok terdapat 213 unit kapal terdiri dari 197 unit kapal congkreng dan 16 unit kapal payang. Jumlah nelayan yang beraktifitas dikawasan tersebut sebanyak 399 orang yang semuanya merupakan nelayan lokal, terdiri dari 94 nelayan jaring rampus, 247 nelayan pancing layur, dan 108 nelayan payang.

PPI Cisolok telah di bangun breakwater dan dermaga baru meski belum selesai sepenuhnya, PPI ini kedepannya dipersiapakan untuk mengganti fungsi PPN Palabuhanratu sebagai tempat berlabuh bagi kapal-kapal berukuran 30 GT kebawah. Hal tersebut dikarenakan rencana pemerintah untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap di kawasan Palabuhanratu, serta peningkatan status PPN Palabuhanratu menjadi pelabuhan perikanan samudera (PPS).

Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak jarang memunculkan konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan. Definisi sistem yang kompleks menurut Charles (2001) adalah apabila sistem tersebut memiliki sejumlah unsur yang terkait satu sama lain secara dinamik maupun statis. Semakin banyak jumlah unsur dalam struktur sebuah sistem, maka semakin kompleks sistem tersebut (Kusumastanto, 1995). Setiap pihak yang berkepentingan mempunyai maksud, tujuan, target dan rencana untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan tersebut. Perbedaan maksud, tujuan, sasaran dan rencana tersebut mendorong terjadinya konflik pemanfaatan sumber daya perikanan maupun kesalahan didalama system pengelolaan sumberdaya perikanan.

Upaya untuk menjamin keberlanjutan didalam suatu sistem maka diperlukan suatu analisis yang mencakup seluruh bagian dari sistem tersebut sehingga dalam upaya mengoptimalkan kinerja pengelolaan perikanan tangkap di Cisolok kearah perikanan tangkap yang berkelanjutan tidak hanya sebatas memperhatikan aspek lingkungan dan sumbedaya saja tetapi seluruh aspek yang terkait didalam perikanan tangkap skala kecil di Cisolok. Oleh karena itu diperlukan sebuah studi yang dapat menggambarkan keempat aspek penting maupun sub-aspek yang terlibat didalam perikanan tangkap skala kecil di cisolok. dalam teori sustainable development terhadap pelaksanaan pengelolaan perikanan yang bekelanjutan di PPI Cisolok. Keempat aspek yang dijadikan sebagai parameter didalam mendeskripsikan perikananan tangkap skala kecil di PPI Cisolok mengacu pada teori sustainable development yaitu aspek ekonomi, aspek sosial, aspek ekologi, dan aspek kepemerintahan.

Salah satu tujuan dilakukannya analisis ini bertujuan mendeskripsikan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok berdasarkan persepsi langsung dari pihak-pihak yang terlibat didalam perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok, sehinga dapat informasi terkait factor-faktor keberlanjutan secara umum dapat diketahui.

Metode Penelitian Bahan dan Alat

Proses pengumpulan data diperoleh melalui dua tahap. Proses pengumpulan data tahap pertama dilakukan melalui wawancara dan survei berdasarkan kebutuhan data yang telah ditentukan sebelumnya. Tahap kedua dilakukan melalui wawancara dan survei berdasarkan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya. Kuesioner dibuat dalam bentuk pertanyaan tertutup. Sampel responden diambil secara sengaja dengan menggunakan metode purposive sampling dan metode snowball. Metode purposive sampling adalah suatu teknik penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2007). Pertimbangan tersebut didasarkan pada karakteristik sampel yang akan diambil. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap

bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Pada tahap pertama, responden yang dijadikan sampel merupakan responden kunci dari perikanan tangkap skala kecil di Cisolok. Responden tersebut mewakili orang-orang yang terlibat dalam perikanan tangkap skala kecil di Cisolok seperti pelaku dan stakeholder perikanan, yaitu kepala UPT PPI Cisolok, pelaku usaha perikanan 1 orang, staf UPTD Palabuhanratu 1 orang, dan tokoh masyarakat nelayan di PPI Cisolok 1 orang. Pada tahap kedua, responden yang dijadikan sebagai sampel berjumlah 40 responden yang merupakan 10% dari 399 orang nelayan yang beraktifitas dikawasan PPI Cisolok.

Analisis Perikanan Tangkap Skala Kecil di PPI Cisolok

Dalam upaya pembangunan perikanan tangkap yang berkelanjutan sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan satu aspek saja, tetapi dengan melihat seluruh seluruh informasi dari aspek yang terlibat (Fauzi et al. 2005). Aktivitas perikanan tangkap di PPI Cisolok merupakan aktivitas perikanan yang didominasi oleh perikanan berskala kecil dengan teknologi penangkapan yang masih tradisional. Dalam upaya meningkatkan taraf hidup nelayan skala kecil dan memperbaiki kinerja pengelolaan perikanan tangkap di Cisolok kearah perikanan tangkap yang berkelanjutan maka diperlukan perhatian terhadap seluruh aspek yang terkait didalam sistem perikanan skalala kecil di PPI cisolok keempat aspek penting dalam teori sustainable development yaitu aspek ekonomi, aspek sosial, aspek ekologi, dan aspek kelembagaan. Teori sustainable development telah banyak diaplikasikan dalam mengupayakan keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap.

Lebih rinci Widodo et al. (2006) mengemukakan bahwa sebuah sistem perikanan tersususn oleh beberapa komponen yang memiliki berbagai bentuk interaksi yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adapun faktor-faktor penting yang terlibat dalam membangun keberlanjutan perikanan tangkap menurut FAO (1999) terdiri empat aspek penting yakni aspek ekonomi, aspek sosial, aspek ekologi, dan aspek kelembagaan. Keempat aspek tersebut masing-masing memiliki sub-aspek yang menjadi indikator penilaian untuk masing-masing aspek penting sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam menyusun kebijakan terkait pengelolaan sumberdaya perikanan atau keberlanjutan perikanan tangkap di suatu kawasan pengelolaan perikanan.

Indikator-indikator didalam masing-masing aspek yang digunakan didalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Aspek ekonomi : keuntungan, hasil tangkapan, nilai hasil tangkapan, investasi pada armada penangkapan dan fasilitas, biaya melaut, subsidi, jumlah tenaga kerja, pendapatan nelayan, dan tingkat konsumsi.

2. Aspek sosial : partisipasi nelayan, tingkat pendidikan nelayan, konflik, tradisi penangkapan/kebudayaan, dan peran keluarga didalam pengambilan keputusan.

3. Aspek ekologi : komposisi hasil tangkapan, tingkat eksploitasi, efek langsung operasi penangkapan terhadap spesies non target, efek tidak langsung operasi penangkapan terhadap trophic level, efek langsung alat penangkapan terhadap habitat, tekanan penangkapan terhadap area penangkapan.

4. Aspek kelembagaan : peraturan pemerintah, partisipasi dan transparansi, serta kapasitas pengelolaan.

Persepsi responden terhadap Indikator-indikator tersebut diperlukan sebagai indikator penilaian apakah indikator tersebut mendukung atau kurang mendukung kearah perikanan tangkap yang berkelanjukan. Suatu indikator dikatakan mendukung keberlanjutan jika responden memberikan jawaban yang berdampak positif terhadap keberlanjutan perikanan tangkap lebih dari 50% dan begitu pula sebaliknya.

Hasil Aspek Ekonomi

1) Keuntungan

Persepsi responden mengenai keuntungan dalam melakukan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan keuntungan selama lima tahun terakhir. Peningkatan keuntungan akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi keuntungan nelayan skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir :

Gambar 3.1 Persepsi terhadap keuntungan

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa 57,5% responden menyatakan bahwa keuntungan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir cenderung menurun, dan 42,5% menyatakan keuntungan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok cenderung tetap. Penurunan keuntungan disebabkan oleh semakin meningkatnya biaya untuk melakukan operasi penangkapan dan hasil tangkapan yang semakin berkurang sehingga sub-aspek keuntungan kurang menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

2) Hasil tangkapan

Persepsi responden mengenai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan hasil tangkapan selama lima tahun terakhir, Peningkatan hasil tangkapan maka akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi hasil tangkapan nelayan skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir:

Meningkat, 0.0%

Tetap, 42.5% Menurun,

Gambar 3.2 Persepsi terhadap hasil tangkapan

Berdasarkan data kuesioner diketahui sebagian besar responden menyatakan hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir cenderung menurun, dan hanya 20% responden yang menyatakan hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok cenderung tetap. Penurunan hasil tangkapan disebabkan oleh penurunan jumlah sumberdaya ikan dan semakin jauhnya fishing ground sehingga sub-aspek hasil tangkapan kurang menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

3) Nilai hasil tangkapan

Persepsi responden mengenai nilai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan nilai hasil tangkapan selama lima tahun terakhir, yang apabila terjadi peningkatan nilai hasil tangkapan maka akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden menyatakan bahwa nilai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir meningkat. Peningkatan tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh telah tersedianya unit-unit usaha pengumpul dan pengolahan ikan yang memasarkan hasil tangkapan dalam bentuk segar maupun kering sehingga sub-aspek nilai hasil tangkapan dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

4) Investasi

Persepsi responden mengenai nilai hasil tangkapan usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada kebutuhan investasi sebagai penunjang operasi penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok dimana semakin tingginya investasi maka akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden menyatakan investasi terhadap usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok meningkat. Peningkatan kebutuhan investasi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh semakin jauhnya fishing ground nelayan sehingga membutuhkan unit penangkapan baik kapal maupun alat tangkap yang mendukung serta biaya

Meningkat, 0.0%

Tetap, 20.0%

Menurun, 80.0%

operasi penangkapan yang besar. Selain itu sangat dibutuhkan investasi pada bidang pemasaran hasil tangkapan nelayan skala kecil di PPI Cisolok. Hal ini disebabkan oleh kurangnya modal pengumpul sehingga tidak dapat menampung semua hasil tangkapan pada musim puncak penangkapan. Oleh karena itu sub-aspek investasi dianggap dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

5) Biaya melaut

Persepsi responden mengenai kebutuhan biaya melaut usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan kebutuhan biaya melaut dalam melakukan operasi penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok dimana peningkatan biaya melaut tidak akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden menyatakan bahwa kebutuhan biaya melaut dalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir meningkat. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seluruh responden menyatakan peningkatan biaya melaut disebabkan oleh semakin tingginya harga bahan bakar untuk melakukan operasi penangkapan dan semakin jauhnya daerah penangkapan, sehingga sub-aspek biaya melaut dianggap kurang menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

6) Jumlah tenaga kerja

Persepsi responden mengenai jumlah tenaga kerja didalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan atau penurunan jumlah tenaga kerja dengan alat tangkap yang sama di PPI Cisolok. Persentase pertambahan tenaga kerja yang kecil akan menyebabkan tingkat persaingan yang rendah sehingga dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden menyatakan jumlah tenaga kerja dalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir meningkat. Peningkatan jumlah tenaga kerja disebabkan oleh pertambahan penduduk, kurangnya lapangan pekerjaan lain, adanya bantuan dana maupun unit penangkapan baru dari pemerintah, serta ketertarikan terhadap peningkatan nilai hasil tangkapan terutama untuk komoditi ikan layur. Berdasarkan data tersebut maka sub-aspek jumlah tenaga kerja cukup menunjang keberlanjutan perikanan tangkap di PPI Cisolok.

7) Pendapatan nelayan

Persepsi responden mengenai pendapatan nelayan didalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan atau penurunan jumlah pendapatan dalam usaha penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok dimana semakin tingginya rata-rata pendapatan nelayan akan dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi nelayan mengenai pendapatan nelayan skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir :

Gambar 3.3 Pendapatan nelayan

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa sub-aspek pendapatan nelayan kurang menunjang keberlanjutan. Hal ini disebabkan hampir seluruh responden menyatakan bahwa jumlah pendapatan nelayan dalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok dalam lima tahun terakhir menurun, dimana 30% responden menyatakan kebutuhan biaya melaut tidak terjadi perubahan dan 70% responden menyatakan sangat menurun. Penurunan pendapatan nelayan disebabkan oleh semakin tingginya biaya melaut, semakin banyaknya tenaga kerja dan unit penangkapan baru, dan semakin berkurangnya hasil tangkapan, sedangkan 30% responden menyatakan pendapatan nelayan tidak terjadi perubahan diperoleh dengan jalan mengurangi jumlah personil didalam unit penangkapanya maupun mengurangi biaya-biaya yang dibutuhkan dalam melakukan operasi penangkapan seperti mengurangi jumlah bahan bakar dan hanya memilih fishing ground tertentu yang diyakini memiliki potensi jumlah hasil tangkapan terbaik saja.

8) Konsumsi BBM

Persepsi responden mengenai konsumsi BBM yang digunakan didalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada peningkatan atau penurunan jumlah BBM yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok sehingga persentase peningkatan konsumsi BBM yang rendah akan dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persepsi nelaya skala kecil di PPI Cisolok terkait konsumsi BBM :

Gambar 3.4 Konsumsi BBM Meningkat, 0.0% Tetap, 30.0% Menurun, 70.0% Menurun, 25.0% Tetap, 65.0% Meningkat, 10.0%

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa tingkat konsumsi BBM responden terbagi kedalam tiga bagian, yaitu; 10% responden menyatakan tingkat konsumsi BBM dalam lima tahun terahir meningkat yang disebabkan semakin jauhnya lokasi fishing ground, 65% menyatakan tingkat konsumsi BBM dalam lima tahun terakhir tidak terjadi perubahan, dan 25% responden menyatakat tingkat konsumsi BBM dalam lima tahun terakhir menurun yang disebabkan semakin mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan BBM sehingga penggunaan BBM harus dikurangi, konsekuensinya adalah pengurangan jumlah trip penangkapan ataupun pengurangan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Berdasarkan informasi tersebut maka sub-aspek konsumsi BBM dianggap dapat menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

9) Subsidi

Persepsi responden mengenai subsidi yang digunakan didalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada keperluan subsidi terhadap usaha penangkapan ikan skala kecil di PPI Cisolok dimana semakin kecil kebutuhan subsidi yang diperlukan nelayan skala kecil menandakan kemandirian nelayan yang semakin baik sehingga akan menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden menyatakan subsidi pemerintah dalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok sangat diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui terdapat beberapa aspek yang memerlukan subsidi/bantuan dari pemerintah yaitu subsidi terhadap harga BBM, serta penambahan kuota bantuan modal usaha terhadap organisasi-organisasi nelayan yang akan digunakan untuk pembuatan kapal serta alat tangkapnya. Berdasarkan informasi tersebut maka sub-aspek kebutuhan subsidi dianggap kurang menunjang keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok.

Aspek Sosial

1) Partisipasi angkatan kerja

Persepsi responden mengenai partisipasi angkatan kerja didalam usaha perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok difokuskan kepada apakah nelayan skala kecil di PPI cisolok dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Semakin sering intensitas pelibatan nelayan didalam pengelolaan perikanan akan berdampak baik terhadap keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Berikut persentase persepsi nelayan terhadap partisipasi angkatan kerja:

Gambar 3.5 Persepsi terhadap partisipasi angkatan kerja

Berdasarkan data hasil kuesioner diketahui bahwa 42,5% responden menyatakan tidak pernah dilibatkan didalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di PPI Cisolok. Sedangkan 57,2% menyatakan pernah dilibatkan namun tidak secara rutin. Berdasarkan hasil

Dokumen terkait