• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran Untuk mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 42-47)

2 64 70 6 59 . 5 6x E+ x E− = 1.99E-5 HQ = 5 40 . 1 5 99 . 1 − − E E = 1.42

Berdasarkan kriteria kebahayaan (risiko) yang diberikan oleh Landis & Ming (1999), yaitu sangat berisiko, hazard quotient (HQ > 1), risiko potensial (HQ = 1), dan risiko rendah (HQ < 1), maka pencemaran Hg di perairan Kali Surabaya sangat berisiko bagi individu dengan berat badan 70 kg (dewasa) dan 15 kg (anak) bila melakukan aktivitas berkontak dengan air dan dasar sungai (mandi, berenang, mencuci) dengan frekuensi 30 hari/tahun selama 1-2 jam/hari, karena nilai HQ di atas 1.

5.5 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran Untuk mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran air Kali Surabaya dilakukan survei lapangan menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan terstruktur. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sepanjang Kali Surabaya pada sisi kiri-kanan zona 500 meter dari Kali Surabaya. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 200 orang dengan tingkat kesalahan sekitar 7%. Persepsi masyarakat yang dievaluasi mencakup: (1) Pemanfaatan / penggunaan Kali Surabaya, (2) Pandangan responden terhadap masalah penurunan kualitas Kali Surabaya, (3) Pandangan responden terhadap kelayakan air Kali Surabaya untuk peruntukan, dan (4) Pandangan responden terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran air Kali Surabaya. Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran dapat berupa keterlibatan responden baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap upaya pengendalian pencemaran.

5.5.1 Karakteristik Responden

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar status responden dalam keluarga adalah kepala keluarga (62.0%) dan proporsi terbesar kedua adalah pasangan suami-istri (23.0%). Karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 30 dan Lampiran 6.

(a) (b) Gambar 30 (a) Proporsi status responden dalam keluarga (b) Proporsi tingkat pendidikan responden.

Pendidikan formal masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya sebagian besar adalah pendidikan menengah (SMA 33% dan SMP 27%) dan pendidikan dasar 19%), sementara masyarakat yang berpendidikan tinggi hanya 4%.

Pada data pada Lampiran 6, tampak bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah pedagang/wiraswasta (40.5%) dan pegawai swasta/BUMN (23.5%). Pendapatan rata-rata responden per minggu antara Rp 150,000 – Rp 250,000 (43.5%) dan Rp 250,000 – Rp 350,000 (21.0%). Keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu rumah dengan responden berjumlah 3 – 4 orang (44.0%) dan berjumlah 5 – 6 orang (37.5%). Mayoritas responden memiliki bangunan rumah permanen/tembok penuh (81.0%). Jarak rumah responden terhadap Kali Surabaya sebagian besar sekitar 20 meter dari Kali Surabaya (28.0%) dan sekitar 50 meter dari Kali Surabaya (26.0%).

5.5.2 Persepsi Masyarakat tentang Pengendalian Pencemaran

Persepsi pada hakekatnya merupakan pandangan individu terhadap suatu objek atau stimulus. Persepsi yang benar terhadap lingkungannya sangat diperlukan karena persepsi merupakan dasar pembentukkan sikap dan perilaku yang akan menentukan tindakan individu selanjutnya. Menurut Sasanti (2003), Persepsi merupakan suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat bergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Menurut Hartley (2006), persepsi individu terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh informasi, ketidakpastian atau ketidaklengkapan informasi dapat menyebabkan

persepsi yang tidak benar. Lebih lanjut Hartley (2006) menyatakan bahwa informasi berkaitan dengan ilmu pengetahun dan teknologi, pengetahuan lokal, karakteristik daerah, tata nilai, kontek lokal dan informasi lain terkait faktor politik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Interpretasi individu terhadap kualitas, pemanfaatan dan kelayakan sungai untuk peruntukan dapat mempengaruhi persepsi dan sikapnya terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air sungai. Hasil pengumpulan data melalui kuesioner menunjukkan bahwa masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya pada umumnya memiliki persepsi yang tinggi terhadap pemanfaatan Kali Surabaya dan kelayakan air Kali Surabaya, namun persepsi masyarakat terhadap masalah kualitas air Kali Surabaya umumnya masih sedang dan perlu ditingkatkan. Hasil analisis persepsi ditunjukkan pada Gambar 31.

Gambar 31 Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan, masalah kualitas air dan kelayakan air Kali Surabaya.

Gambar 31 menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sekitar Kali Surabaya tentang pemanfaatan atau penggunaan Kali Surabaya sudah baik dan tinggi, di mana 76.33% responden menyatakan penggunaan Kali Surabaya sebagai sumber air baku air minum PDAM, 15.52% menyatakan untuk pertanian dan perikanan dan hanya 8.14% responden yang memiliki persepsi rendah yakni menyatakan Kali Surabaya pemanfaatannya untuk mandi, cuci, buang hajat dan untuk menampung limbah pemukiman. Tingginya persepsi responden terhadap pemanfaatan sungai diharapkan dapat menjadi dasar yang mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat untuk tidak mencemari sungai dan ikut melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas air Kali Surabaya, sehingga di masa yang akan

datang kualitas air Kali Surabaya akan memenuhi standar kualitas air untuk bahan baku air minum.

Persepsi masyarakat yang benar terhadap upaya pengendalian pencemaran air Kali Surabaya merupakan faktor penting karena akan menentukan peran dan partisipasi masyarakat selanjutnya. Hasil analisis data kuesioner menunjukkan bahwa secara umum, masyarakat sekitar bantaran Kali Surabaya memiliki persepsi yang tinggi terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran air Kali Surabaya (Gambar 32), namun hal tersebut tidak sejalan dengan kondisi Kali Surabaya yang masih tetap tercemar berat. Hal ini diduga akibat kurangnya sarana dan prasarana seperti IPAL komunal, MCK umum, jarak dan tempat pembuangan sementara (TPS), dan lain-lain. Hasil penelitian JICA dan KLH tahun 2007 (KLH 2008) menunjukkan bahwa 15% orang yang tinggal dalam jarak 100 m dengan tempat penampungan sampah melakukan pembuangan sampah ke sungai, sementara sebanyak 70% orang yang tinggal dengan jarak antara 100 m hingga 200 m dengan TPS melakukan pembuangan sampah ke sungai. Menurut Harihanto (2001), ada tiga faktor yang menyebabkan perilaku individu tidak sesuai dengan sikap dan tindakannya, yaitu: motivasi, pandangan mengenai perilaku panutan, dan pandangan mengenai konsekuensi dari perilaku tertentu terhadap air sungai.

Gambar 32 Persentase persepsi masyarakat tentang pengendalian pencemaran. 5.5.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pengendalian Pencemaran

Partisipasi (participation) adalah suatu tindak mengambil bagian atau memberi sumbangan pada aktivitas atau peristiwa. Tindak itu dapat dilakukan

oleh perorangan atau oleh sejumlah orang yang terorganisasikan atau tidak terorganisasikan. Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran air Kali Surabaya adalah keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas pengendalian pencemaran. Menurut Benjathikul (1986), partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, politik, budaya, dan faktor sosio-psikologi. Hasil analisis data kuesioner partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran ditunjukkan pada Gambar 33.

Gambar 33 Partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran. Gambar 33 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran air Kali Surabaya cukup tinggi (56.10%), namun jauh di bawah nilai persepsi masyarakat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa persepsi yang benar tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran air tidak selalu diikuti tindakan nyata dalam pengendalian. Hal tersebut sesuai hasil penelitian Pimon (2004) yang menyatakan bahwa selain adanya persepsi yang benar, partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor gender, pengetahuan, tingkat pendapatan, status sosial dan pesan persepsi (message perception), namun tidak berkaitan dengan usia, pekerjaan, dan lama tinggal dalam komunitas. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Mulyanto (2003), yang menyimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran berbeda-beda sesuai situasi setempat (sosial, ekonomi, kultural). Aspek ekonomi mempunyai pengaruh kecil terhadap partisipasi masyarakat, namun kondisi sosial dan budaya masyarakat berpengaruh signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pengendalian pencemaran, terutama menyangkut penanggulangan limbah domestik.

Bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan responden 32.0% berupa uang/dana, 57.5% tenaga, 5.5% bahan, dan 5.0% berupa ide, saran, dan pemikiran. Hasil kuesioner juga menunjukkan bahwa sebanyak 65 responden (32.5%) membuang air limbah, bekas masak, mandi, dan mencuci ke Kali Surabaya. Hasil ini senada dengan hasil penelitian JICA dan KLH tahun 2007 (KLH 2008), yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil wawancara terhadap 411 responden di Kota Bogor, Palembang, dan Gorontalo menunjukkan bahwa rata-rata 30% orang yang tinggal di bantaran sungai atau sempadan sungai melakukan pembuangan sampah ke sungai.

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 42-47)