• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skema 2.2 Persepsi pelanggan terhadap pelayanan

Kepuasan pelanggan terbentuk dari penilaian pelanggan terhadap

mutu, kinerja hasil (luaran klinis) dan pertimbangan biaya yang dikeluarkan

dengan manfaat yang diperoleh dari produk atau pelayanan yang diterima.

Dengan demikian, kepuasan terjadi karena penilaian terhadap manfaat serta

kenikmatan yang diperoleh lebih dari apa yang dibutuhkan atau diharapkan

(Koentjoro, 2007). Kenyataan yang diterima Harapan Pelanggan Persepsi pelanggan Kepuasan/ketidakpu asan pelanggan Mutu Pelayanan

Pelayanan yang bertujuan memperoleh kepuasan pelanggan bukanlah

suatu yang mudah untuk dilakukan, sering didapati masalah-masalah dalam

pengelolaan pelayanan sebuah perusahaan dan ketidakberhasilan memuaskan

sebagian besar pelanggan mereka. Seperti pernyataan Budi (1997 dalam Julita,

2001) bahwa masalah atau persoalan yang biasa dihadapi baik oleh perusahaan

maupun pelanggan berkaitan dengan mutu layanan yang diberikan perusahaan

kepada pelanggannya adalah sistem layanan yang birokratis, berbelit-belit, dan

tidak jelas, sumber daya manusia perusahaan yang masih belum menyadari arti

pentingnya pelanggan bagi keberhasilan perusahaan, pengetahuan dan

kemampuan yang kurang, sikap dan perilaku yang belum baik (Julita, 2001).

2.3.2. Faktor-faktor pendorong kepuasan pasien

Dalam menentukan tingkat kepuasan terdapat lima faktor utama yang

harus diperhatikan oleh perusahaan/rumah sakit, Lupiyoadi (2001) terdapat lima

komponen yang mendorong kepuasan pelanggan, yaitu:

1. Kualitas Produk. Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka

menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan. Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa

puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan

yang diharapkan.

3. Emosional pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan

bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan

Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial

yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.

4. Harga. Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang

relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.

5. Kemudahan. Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh

produk atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah,

nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

Pasien rumah sakit umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, pasien

rawat inap dan pasien rawat jalan. Dengan demikian indikator-indikator yang

mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap tentunya berbeda dengan pasien rawat

jalan (Pohan, 2006). Prioritas indikator mutu pelayanan keperawatan menurut

pasien adalah suatu aspek utama yang menjadi petunjuk atau pedoman ukuran

yang penting, yang berbobot atau yang semestinya berkaitan dengan

penyelenggaraan layanan keperawatan rumah sakit yang menjadi bagian dari

pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit (Utama, 2003). Indikator

pelayanan keperawatan yang dapat menjadi prioritas relatif sangat banyak,

menurut Pohan (2006) adalah:

1. Kompetensi teknis adalah prilaku atau penampilan perawat dalam proses

pelayanan kesehatan pada pasien, yang meliputi dilayani oleh perawat,

standar layanan kesehatan, penyuluhan kesehatan, sikap dan penyampaian

2. Efektivitas pelayanan adalah teknologi yang di gunakan dalam standar

pelayanan apakah sudah memberikan kesembuhan bagi yang sakit.

3. Efisiensi yaitu pelayanan yang efisien menghasilkan mutu pelayanan yang

optimal yang meliputi antrian panjang, waktu tunggu lama, obat

tersedia/tidak tersedia atau harus beli di luar.

4. Kesinambungan yaitu pasien mendapat pelayanan kesehatan sesuai dengan

yang dibutuhkan dan tidak terputus-putus yang meliputi dilayani oleh petugas

kesehatan yang sama.

5. Keamanan meliputi sterilitas terjamin, tidak terjadi kecelakaan, layanan

kesehatan selalu dilakukan sesuai standar layanan kesehatan.

6. Kenyamanan meliputi ruang tunggu, kursi, tidak pengap, privasi, toilet bersih,

kamar periksa ada sekat gorden.

7. Informasi yaitu pelayanan kesehatan dapat memberikan informasi kepada

pengunjung dengan jelas. Misalnya prosedur layanan jelas dan ada poster

penyuluhan kesehatan.

8. Ketepatan waktu meliputi waktu layanan tepat waktu, petugas kesehatan

datang dan pulang tepat waktu, perjanjian tepat waktu.

9. Hubungan antar manusia adalah interaksi antara pemberi pelayanan dengan

konsumen/pasien atau antara sesama petugas kesehatan dalam kaitannya

dengan mutu pelayanan kesehatan yang meliputi tanggap terhadap keluhan,

memberi kesempatan bertanya, informasi jelas dan mudah dimengerti, mau

mendengar keluhan, peduli, ramah, menghargai pasien dan mendahulukan

Indikator pelayanan keperawatan yang dipilih pasien sebagai prioritas

ukuran mutu pelayanan kesehatan, cenderung akan menjadi sumber utama

terbentuknya tingkat kepuasan pasien (Utama, 2003).

2.3.4. Pengukuran kepuasan pelanggan

Pengukuran terhadap kepuasan pelanggan/konsumen telah menjadi

kebutuhan mendasar bagi setiap penyedia jasa. Hal ini dikarenakan langkah

tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan

pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan.

Perkembangan jasa konsultasi dalam hal penelitian dan pengukuran kepuasan

pelanggan telah banyak ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan riset pasar dan

jasa konsultan. Salah satu pengukuran kepuasan pelanggan yang sering digunakan

adalah indeks kepuasan pelanggan (customer satisfaction index). Bahkan

sejumlah negara telah mengembangkan indeks kepuasan pelanggan (customer

satisfaction index) untuk berbagai macam produk dan jasa (Tjiptono, 2005).

Menurut Kotler (1994 dalam Tjiptono, 2004), kepuasan konsumen dapat

diukur dengan berbagai macam metode dan teknik. Ada 4 metode dalam

mengukur kepuasan konsumen, sebagai berikut:

1. Sistem keluhan dan saran

Setiap organisasi yang berorientasi pada konsumen (customer oriented)

perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para konsumen untuk

menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka terhadap pelayanan yang

di tempat-tempat strategis, menyediakan kartu komentar, menyediakan

saluran telepon khusus dan lain-lain.

2. Ghost Shopping

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan

konsumen adalah dengan memperkerjakan beberapa orang (ghost shopping)

untuk berperan atau bersikap sebagai konsumen kepada pesaing. Dengan cara

ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari pesaing.

3. Lost Customer Analysis

Metode ini sedikit unik, perusahaan berusaha menghubungi para

pelanggannya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih ke

perusahaan lain. Yang diharapakan adalah diperolehnya informasi penyebab

terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan

untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan

kepuasan pelanggan.

4. Survei kepuasan konsumen

Banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan

menggunakan metode survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara

pribadi. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan

balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda

(signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para

pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat

a. Directly reported satisfaction, pengukuran dilakukan secara langsung

melalui pertanyaan.

b. Derived dissatisfaction, pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal

utama, yakni besarnya harapan pelanggan terhadap atribut tertentu dan

besarnya kinerja yang mereka rasakan.

c. Problem analysis, pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk

mengungkapkan dua hal pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka

hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran

untuk melakukan perbaikan.

d. Importance performance analysis, responden diminta untuk merangking

berbagai elemen (atribut) dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya

setiap atribut tersebut. Selain itu responden juga diminta untuk

merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing

atribut tersebut.

Kepuasan pasien dapat dianalisis dari dua komponen yaitu dari

harapan-harapan atas sesuatu dan kenyataan-kenyataan yang diterima pasien (Umar,

2000). Karena itu untuk menjawab perumusan masalah mengenai sampai sejauh

mana tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja pelayanan maka digunakan

indeks kepuasan pelanggan (customer satisfaction index) untuk mengetahui

tingkat kepuasan pelanggan dalam mutu pelayanan keperawatan secara

keseluruhan dan importance performance analysis (IPA) atau analisa tingkat

kepentingan dan kenyataan pelanggan (Supranto, 2011) untuk mengetahui

layanannya belum memuaskan atau item-item atribut layanan yang perlu

ditingkatkan.

Jasa akan menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila didasarkan pada

kepentingan pelanggan dan kinerjanya bagi perusahaan/rumah sakit. Artinya

perusahaan/rumah sakit seharusnya mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang

memang dianggap penting oleh para pelanggan/pasien (Supranto, 2011). Dalam

hal ini digunakan skala Likert yang terdiri dari sangat penting, penting, tidak

penting dan sangat tidak penting untuk harapan pasien dan sangat baik, baik, tidak

baik dan sangat tidak baik untuk kenyataan-kenyataan yang diterima pasien atas

kinerja rumah sakit.

2.3.5. Klasifikasi Kepuasan

kepuasan konsumen/pasien dibangun atas adanya perbandingan dua

faktor utama yaitu persepsi konsumen atas layanan yang nyata mereka terima

(perceived service) dengan layanan yang diharapkan (expected service). Jika

kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu

sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan

tidak bermutu. Apabila kenyataan sama dengan harapan, maka layanan disebut

memuaskan. Dengan demikian service quality dapat didefinisikan sebagaijauhnya

perbedaan antara kenyataan dan harapan konsumen atas layanan yang mereka

terima (Parasuraman, et al., 1998 dalam Lupiyoadi, 2001).

Menurut Gerson (2004) untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan

1. Sangat memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien

yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar

sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti sangat bersih (untuk

prasarana), sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter atau perawat), atau

sangat cepat (untuk proses administrasi), yang seluruhnya menggambarkan

tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi.

2. Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien,

yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian

sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana),

agak kurang cepat (proses administrasi), atau kurang ramah, yang seluruhnya

ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang.

3. Tidak memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien

rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan

atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk

proses administrasi) atau tidak ramah.

4. Sangat tidak memuaskan.

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien

yang rendah, menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan

administrasi) dan tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan tingkat

kualitas yang kategori paling rendah.

2.4. Customer Satisfaction Index (CSI)

Indeks adalah konsep yang mencoba menangkap sebuah situasi kompleks

ke dalam satu angka. Indeks ini dapat dihasilkan dari proses pengukuran yang

sangat sederhana hingga yang relatif kompleks (Alamsyah, 2008). Customer

Satisfaction Index (CSI) merupakan indeks untuk menentukan tingkat kepuasan

pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan

tingkat harapan dari atribut-atribut yang diukur (Hill, 2006).

Terdapat beberapa alasan mengapa indeks kepuasan pelanggan

digunakan. Pertama, hasil pengukuran selalu digunakan sebagai acuan untuk

menentukan sasaran di tahun-tahun mendatang. Tanpa ada indeks kepuasan

pelanggan, top manajemen sulit menentukan tujuan untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan. Kedua, indeks kepuasan pelanggan diperlukan karena proses

pengukuran bersifat kontinyu, hal ini tercermin dari indeks pelanggan yang

meningkat atau menurun dan ketiga, indeks diperlukan juga karena adanya

keperluan untuk melakukan benchmarking antara tingkat kepuasan pelanggan

2.5. Importance Performance Analysis (IPA)

Importance Performance Analysis merupakan metode deskriptif

kualitatif-kuantitatif dalam menganalisis data penelitian untuk menjawab

perumusan masalah mengenai sampai sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan

terhadap kinerja suatu perusahaan (Supranto, 2011). Analisis tingkat kepuasan

pasien dapat menghasilkan suatu diagram kartesius yang dapat menunjukkan letak

faktor-faktor atau unsur-unsur yang dianggap mempengaruhi kepuasan pasien,

dimana dalam diagram kartesius tersebut faktor-faktor akan dijabarkan dalam

empat kuadran.

Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat

bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada

titik-titik (X,Y), dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat kenyataan

keseluruhan atribut dan Y adalah rata-rata dari skor rata-rata tingkat harapan

seluruh atribut. Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor rata-rata tingkat

kenyataan dan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor rata-rata tingkat harapan

Dokumen terkait