• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Persepsi Peserta

1. Lama menjadi peserta asuransi syariah Percent

< 1 tahun 6.7 3 - 5 tahun 33.3 .5 tahun 60.0

73 Percent < 1 tahun 6.7 3 - 5 tahun 33.3 .5 tahun 60.0 Total 100.0

2. Alasan menjadi peserta asuransi syariah Percent sesuai dengan prisnsip syariah 86.7

produk yg variatif 6.7

Laimnnya 6.7

Total 100.0

86% responden menjadi peserta asuransi dengan alasan asuransi yang mereka pilih karena Asuransi yang sesuai dengan prinsip syariah. Beberapa alsan yang lain seperti Produk yang variatif, Pelayanan yang memuaskan, Keramahan agennya dan Lokasi hanya merupakan alasan sebagian kecil saja dari responden.

74

% asuransi jiwa 20.0 asuransi kesehatan 26.7 asuransi unit link 26.7

Lainnya 26.7

Total 100.0

4. informasi mengenai asuransi syariah %

media cetak 13.3

sosialisasi pihak asuransi 6.7

Agen 46.7

Teman 26.7

Lainnya 6.7

Total 100.0

5. kinerja asuransi syariah di Indonesia

dibandingkan dengan asuransi konvensional

75 lebih baik 33.3 lebih buruk 6.7 sama saja 60.0 Total 100.0 % lebih murni syariah 69.2 lebih transparan dalam

pengelolaan

30.8

Total 100.0

System

6. asuransi syariah dapat menjadi solusi dalam sistem keuangan yang rawan terhadap krisis

%

ya 73.3

tidak 13.3

ragu-ragu 13.3

76 7. Produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi syariah sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat % ya 60.0 tidak 26.7 ragu-ragu 13.3 Total 100.0

8. Asuransi syariah di Indonesia dapat berkembang lebih cepat dibandingkan asuransi konvensional

%

Ya 46.7

Tidak 40.0

ragu-ragu 13.3

Total 100.0

9. Informasi adanya peraturan mengenai pemisahan (spin-off) unit usaha syariah.

Sebagian besar responden telah mengetahui peraturan mengenai pemisahan (spin off) unit usaha syariah dari asuransi induk konvensional induknya. Hal

77 inimenggambarkan responden yang well information terhadap adanya perubahan aturan aturan hokum kenegaraan. Hal ini dapat dipahami karena sebagian besar responden memeiliki pendidikan yang tinggi sehingga akses terhadap informasi yang lebih baik.

Percent ya tahu 60.0 tidak tahu 40.0 Total 100.0

10. Jika saudara telah mengetahui informasi tersebut, apakah anda akan menambah kepesertaan di asuransi tersebut?

Responden sebagian besar (60%) belum menentukan pilihan apakah akan menambah kepersertaaan di asuransi tersebut, walaupun sudah mengetahui informasi mengenai adanya pemisahan perusahaan asuransi dari induknya.

Percent

Ya 26.7

78

ragu-ragu 13.3 Total 100.0

11. Kinerja asuransi syariah setelah pemisahan (spin-off)

Sebagian besar responden menyatakan kondisi kinerja perusahaan yang lebih baik akan terwujud setelah terjadi pemisahan perusahaan asuransi syariah dengan induk perusahaannya.

% lebih baik 73.3 sama saja 13.3 lebih buruk 13.3

Total 100.0

12. Menurut Anda, apakah kelemahan yang dimiliki oleh asuransi syariah di Indonesia?

Percent produk yang terbatas 33.3 pelayanan yang kurang

menuaskan

79

Sdm 40.0

lainnya 13.3

Total 100.0

Dua kelemahan tertinggi produk asuransi syariah menurut responden berturut turut adalah pada kurangnya Sumber daya manusia yang baik dan ketersediaan produk asuransi syariah yang kurang memadai. Beberapa alasan yang lain berada pada urutan di bawahnya.

13. Apakah saudara memiliki kepesertaan juga di asuransi konvensional?

Percent

ya 66.7

tidak 33.3 Total 100.0

Sebagian besar responden juga memiliki polis asuransi non syariah (66,7%). Dan hanya sebagian kecil saja yang tidak memilikinya.

14. Jika jawaban di atas adalah iya, kepesertaan di asuransi konvensional apakah yang anda miliki?

80 Provider asuransi terbesar diikuti oleh responden adalah AJB Bumiputera (36,4%), sedangkan sisanya terbagi pada berbagai perusahaan asuransi lainnya. % axa 18.2 ajb bumiputra 36.4 lainnya 45.5 Total 100.0

15. Apa alasan anda memiliki kepesertaan juga di asuransi konvensional?

% jaringan kantor yang lebih

luas

20.0

produk yang lebih bervariasi 20.0

Agen 10.0

Lainnya 50.0

81 Alasan terbanyak nasabah asuransi syariah juga menggunakan asuransi konvensional adla karena Jaringan kantor yang luas dan Produk yang lebih bervariatif (20%) sedangkan sisanya karena alasan lainnya .

Masukan dari responden : 1. SDM lebih ditingkatkan

2. Penggunaan aplikasi teknologi harus diperbaiki. 3. Produknya harus lebih variatif

4. Sosialisasi produk asuransi syariah sebaiknya bekerjasama dengan para dai

5. Dukungan pemerintah kurang.

6. Agar memberikan manfaat yang lebih banyak daripada asuransi konvensional

7. Mengutamakan dan meningkatkan pelayanan yang professional (Service Excelent)

82 Pemisahan perusahaan asuransi syariah dari induknya oleh para akademisi sangat didukung sekali. Seperti pendapat Agus Setiawan, Direktur Wellbeing Institut, seorang pengamat kebijakan Publik. Hanya diperlukan kehati hatian dalam implementasinya dengan beberapa alasan yang mendasari yaitu karenakan selama ini risk based capital (RBC) asuransi sangat kecil sehingga dikhawatirkan ketika nanti terjadi spin off dari induknya maka perusahaan asuransi syariah tersebut tidak cukup modalnya. Perusahaan asuransi syariah harus mempertimbangkan biaya-biaya mahal yang harus dikeluarkan seperti biaya pemasaran dan promosi ketika berdiri sendiri sendiri sebagai perusahaan. Jadi spin off yang dilakukan harus juga disertai dengan suntikan modal.

Beberapa strategi awal yang bisa dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah yang akan melakukan spin off adalah :

83 a. Melalukan konsolidasi melalui RUPS agar perusahaan induk dapat menyuntikkan atau menambah modal usaha untuk unit usaha syariah yang akan di spin off.

b. Melakukan merger dengan perusahaan asuransi syariah sejenis atau dengan

melakukan akuisisi untuk mengatasi perluasan promosi , penguatan SDM dan penguatan tehnologi.

Sebagai contoh untuk melakukan akuisisi ataupun merger adalah asuransi takaful yang RBC nya masih selalu rendah dan pendapatan yang diperolehnya juga kecil, maka cocok untuk melakukan merger atau diakuisisi. Pada tahap implementasi, agar spin off bisa berhasil dapat dilakukan upaya upaya berikut : Selama ini industri asuransi syariah di Indonesia masih kembang kempis, dimana market share masih dibawah 5%. Salah satu penyebabnya adalah dana mahal yang dikeluarkan oleh asuransi syariah seperti biaya promosi dan biaya

84 tehnologi. Agar spin off dapat berhasil maka perlu dilakukan harmonisasi kebijakan dengan pemerintah. Pemerntah dapat melibatkan asuransi syariah dalam kebijakan fiscal APBN dan APBD.

Banyak peluang yang bisa dimanfaatkan sehubungan dengan aturan baru mengenai spin off ini. Seperti saat ini pemerintah Indonesia sudah banyak menerbitkan sukuk dan sector riel juga sedang berkembang. Dengan unit usaha asuransi syariah spin off dari perusahaan induknya, maka seharusnya unit usaha asuransi syariah bisa mengambil peluang ini ( sukuk dan sector riel memerlukan asuransi). Jika asuransi syariah tidak mengambil peluang ini, maka dikhawatirkan asuransi luar negeri akan mengambil peluang tersebut.

Berkaitan dengan kesiapan SDM, dalam menghadapi spin off, maka asuransi syariah suka tidak suka juga siap tidak siap harus mampu menyiapkan diri untuk menghadapinya. Selama ini asuransi syariah telah aktif melakukan standarisasi keahlian dalam penyiapan SDM asuransi. Namun ada beberapa keahlian yang

85 sampai saat ini belum terstandarisasi, seperti aktuaria dan underwriting. Untuk standarisasi keahlian SDM , pihak asuransi bisa berkerja sama dengan perguruan tinggi.

D. Persepsi Praktisi Asuransi

Pemisahan perusahaan asuransi syariah dari induknya oleh para praktisi asuransi disikapi berbeda beda. Ghoni, seorang praktisi asuransi menanggapi tentang pemisahan unit usaha syariah dari induknya bahwa tidak semua praktisi berpendapat bahwa spin off lebih cepat lebih baik. Beberapa praktisi asuransi syariah juga berpikir jika unit usaha syariah asuransi dilakukan spin off, bisa jadi malah unit usahasyariah tersebut nantinya akan kesulitan dalam penyiapan SDM, teknologi informasi (IT) dan biaya biaya operational yg selama ini masih bisa ditanggung bersama (numpang) dengan induknya (head office). Ghoni juga menyampaikan bahwa industry asuransi syariah dapat belajar dari industri perbankan syariah yang telah lebih

86 awal menerapkan aturan spin off ini. Keputusan spin off pada industry asuransi syariah harus dilakukan dengan lebih berhati-hati. Kebijakan spin off dapat diserahkan kepada masing masing perusahaan, karena setiap perusahaan memiliki kondisi yang berbeda-beda, ada yang ingin cepat karena memang membutuhkannya namun ada pula yang memang belum siap. Ketidak siapan tersebut jika di paksakan akan dapat berdampak buruk dan merugikan unit usaha syariah asuransi itu sendiri.

Pendapat lain dari jasindo asuransi menjelaskan berkenaan dengan ketentuan Undang-Undang No 40 Tahun 2014 ini, bahwa setiap perusahaan yang memiliki unit syariáh wajib segera menyampaikan business plan mengenai portofolio unit syariahnya. Sehingga mengetahui akan dibuat seperti apa dan kearah mana UUS akan diarahkan . Salah satu point yang penting dari UU No 40 tentang Perasuransian ini adalah pada pasal 87 tentang ketentuan terhadap perusahaan asuransi yang didalam pengaturan operasional asuransi syariáh yang nantinya harus diterapkan secara full-fledged

87 (operasi penuh, bukan lagi melalui windows atau unit syariah) .

Jika regulator dalam hal ini OJK ingin membuat plan dan persyaratan spin off, memang wacana beredar dari 2 kriteria tsb, share asset dari konven induknya dan jangka waktu maksimal. Awalnya share asset 10%, mungkin sdh banyak yg mencapai itu, di naikkan jadi 50% biar lebih siap, walau utk mencapai share tsb tdk semua mampu walau sampai 25thn sekalipun khususnya konven induknya masuk 10 besar industri. Mungkin bisa juga di tambahkan kriteria asset dan modal uus itu sendiri, jika misalnya sdh mencapai 100 miliar sebaiknya di spin off jika sdh merasa siap.

Jangka waktu lima sampai sepuluh tahun adalah waktu waktu yg tepat untuk penyesuaian dengan aturan spin off ini. Beberapa wacana yang berkembang seperti melakukan merger untuk perusahaan asuransi yang berskala kecil kecil. Karena pada realitanya perusahaan

88 asuransi yang berskala kecil kecil tersebut sudah terlalu terlalu banyak.

Pendapat lain, menjelaskan bahwa ketentuan atau regulasi sebagai syarat spin off akan sangat menentukan arah masa depan usaha perasuransian syariah di Indonesia. Pada tataranimplementasi, ketika perusahaan telah spin off maka perusahaan induk yang merupkan perusahaan asuransi konvensional tidak boleh lagi menjual produk asuransi syariah ke nasabahnya. Begitujuga dengan anak perusahaan yag telah dispin off. Begitu pula dengan agen agen asuransinya (utamanya di asuransi jiwa). Mereka tidak lagi bisa menjual dua produk bersamaan, karena akan terbentur aturan bahwa seorang agen hanya boleh bekerja mewakili sebuah perusahaan.

Mengenai prospek industry asuransi syariah pasca spin off, mungkin ada dampak positif, walaupun tidak akan terlalu besar, karena market asuransi syariah merupakan turunan dari bank syariah. Utk meningkatkan

89 market tdk hanya dari spin off tapi juga kebijakan stimulus lain nya, misal seperti yang dilakukan di Saudi Arabia, unit usaha syariah yang melakukan spin off bisa go publik atau raise capital.

Tentu kekuatan modal menjadi faktor penentu untuk menjadi market player di industri keuangan, misalnya unit usaha syariah dengan modal di atas 1T (seperti prudential) jauh lebih sukses di bandingkan yang full pledge seperti takaful atau amanah githa.

Kendala kendala yang yang mungkin dihadapi perusahaan asuransi yang melakukan spin off adalah dalam SDM, regulasi yang mendukung (bukan menghambat), permodalan, sosialisasi, dan lain sebagainya. Kebijakan kenaikan ketentuan permodalan, merger, sosialisasi dari OJK (saat ini masih dominan bank), riset riset perguruan tinggi.

90 1. Prospek Industri Asuransi Syariah Pasca kebijakan

pemisahan pemisahan

Prospek yang sangat besar antara lain :

- Pada tahun 2014, total premi bruto asuransi global berjumlah US$ 12,3 milliar

- Pada tahun 2014, regional ASEAN memberikan kontribusi premi bruto asuransi ’syariah sebesar US$ 4,2 Miliar atau 30% daru total jumlah premi bruto asuransi syariah global.

- Diregional ASEAN, Malaysia memiliki komposisi premi bruto asuransi syariah terbesar sejumlah 75% dari total jumlah premi bruto asuransi syariah, di ikuti Indonesia yang memiliki kontribusi sebesar 23%.

- Kebutuhan untuk produk global takaful didorong oleh pasar Asia terutama Malaysia yang diperkirakan untuk bertumbuh pesat dengan CAGR sebesar 14% sampai 2017. - Potensi pertumbuhan layanan takaful tetap

91 kurangnya kesadaran mengenai takaful dan keyakinan keagamaan yang kuat.

2. Kendala atau hambatan terkait perkembangan Industri Asuransi Syariah.

- Pasar takaful di Indonesia memiliki potensi terbesar dikarenakan proyeksi populasi muslim terbesar di dunia serta penetrasi pasar yang saat ini masih cukup rendah. - Masih sangat terbatasnya SDM di bisnis

syariah baik dari segi kualitas & Kuantitas, baik dari sisi teknis (reasuransi) maupun pemahaman syariah (fiqih muamalah)

3. Kebijakan yang diharapkan untuk mendorong perkembangan asuransi ’syariah.

- OJK mendorong melalui edukasi dan kebijakan yang mereka

- Majelis Ulama Indonesia ikut memberikan pandangan dan anjuran akan pentingnya asuransi syariah.

92 Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi spin off yang tepat untuk perusahaan asuransi yang telah memenuhi kriteria spin off. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat).

Data yang dikumpulkan diperoleh dari semua stake holder asuransi syariah yaitu pelaku industri asuransi syariah (praktisi), regulator , akademisi dan pemakai jasa asuransi syariah (nasabah asuransi).

Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari: 1) Matriks faktor strategi eksternal

93 Tabel 4.1

EFAS

Faktor-Faktor Strategi

Eksternal Bobot Rating

Bobot X Rating

Komentar

Peluang

1.Pelayanan yang fokus dan professional (Service Excelent) 0.1 3 0.3 2.Perusahaan induk dapat menyuntikkan modal usaha 0.1 2 0.2 3.Merger dengan perusahaan asuransi syariah sejenis. 0.1 2 0.2 4.Melakukan akuisisi untuk mengatasi perluasan promosi , penguatan SDM dan penguatan tehnologi. 0.1 2 0.2

5.Masuk ke sukuk dan sektor riel yang banyak memerlukan asuransi.

0.1 4 0.4

6.Kerja sama dengan perguruan tinggi yang mulai banyak membuka kajian ekonomi syariah.

0.1 4 0.4

94 capital.

8.Keyakinan keagamaan

yang kuat 0.1 4 0.4

9.Potensi pasar terbesar sebagai populasi muslim terbesar di dunia

0.1 4 0.4 10.Penetrasi pasar yang

saat ini masih cukup rendah. 0.1 4 0.4 Ancaman 0 1.Persaingan dengan asuransi konvensional dalam pemberian manfaat. 0.1 2 0.2 2.Masuknya perusahaan

asuransi luar negeri. 0.1 1 0.1 3.Meningkatnya

biaya-biaya operasional perusahaan

0.1 3 0.3 4.Melemahnya

pemasaran serta promosi 0.1 3 0.3 5.Kegagalan beberapa

perusahaan

yangmelakukan spin off pada industri perbankan syariah yang telah lebih awal menerapkan aturan spin off.

0.1 3 0.3

95 Tabel 4.2

IFAS

Faktor-faktor Strategi

Internal Bobot Rating

Bobot X Rating

Komentar

Kekuatan

1.Jaringan kantor yang luas dan Produk yang lebih bervariatif

0.1 4 0.4

2.Regulator yang

mendorong dan

mendukung kebijakan melalui edukasi dan kebijakan 0.1 4 0.4 3.SDM telah berpengalaman 0.1 3 0.3 4. Faktor Agama SDM 0.1 4 0.4 Kelemahan 1. Penggunaan aplikasi teknologi masih belum optimal

0.1 3 0.3

Sosialisasi produk

asuransi syariah rendah 0.1 3 0.3 3. kerjasama untuk

sosialisasi produk rendah 0.1 3 0.3 4. Dukungan pemerintah

kurang. 0.1 3 0.3

5. SDM asuransi belum terstandarisasi, seperti aktuaria dan underwriting.

0.1 2 0.2

96 dibawah 5%. Total 1 3.00 Gambar 4.1 Diagram Cartecius

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015

Hasil analisis EFAS dan IFAS menunjukkan bahwa kondisi unit usaha asuransi syariah yang telah dispin off masuk dalam kategori pertumbuhan yang agresif

Kelemahan (1,5) Peluang (3,2) II. Stabilitas IV. Diversifikasi III. Defence 2 I. Tumbuh Ancaman (1,2) Kekuatan (1,5)

97 (Growth oriented strategy). Kondisi tersebut merupakan kondisi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Tabel 4.4

Matrik SWOT Spin Off

Faktor-Faktor StrategiInternal

Kekuatan Kelemahan

1.Jaringan kantor yang luas dan Produk yang lebih bervariatif 1. Penggunaan aplikasi teknologi masih belum optimal Faktor-Faktor Strategi Eksternal 2. Regulator yang mendorong dan mendukung kebijakan melalui edukasi dan kebijakan Sosialisasi produk asuransi syariah rendah 3. SDM telah berpengalaman 3. kerjasama untuk sosialisasi produk rendah 4. Faktor Agama SDM 4. Dukungan pemerintah kurang. 5. SDM asuransi belum terstandarisasi, seperti aktuaria dan underwriting. 6. Market share masih dibawah 5%.

98

Peluang STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Pelayanan yang fokus dan professional (Service Excelent) 2. Perusahaan induk dapat menyuntikkan modal usaha 3. Merger dengan perusahaan asuransi syariah sejenis. 4. Melakukan akuisisi untuk mengatasi perluasan promosi , penguatan SDM dan penguatan tehnologi. 5. Masuk ke sukuk dan sektor riel yang banyak memerlukan asuransi.

6. Kerja sama dengan perguruan tinggi yang mulai banyak membuka kajian ekonomi

99 syariah. 7. Go publik atau raise capital. 8. Keyakinan keagamaan yang kuat 9. Potensi pasar terbesar sebagai populasi muslim terbesar di dunia 10.Penetrasi pasar yang saat ini masih cukup rendah.

Ancaman STRATEGI ST STRATEGI WT

1. Persaingan dengan asuransi konvensional dalam pemberian manfaat. 2. Masuknya perusahaan asuransi luar negeri. 3.Meningkatnya biaya-biaya operasional perusahaan 4.Melemahnya

100 pemasaran serta promosi 5.Kegagalan beberapa perusahaan yangmelakukan spin off pada industri perbankan syariah yang telah lebih awal

menerapkan aturan spin off.

Tabel

101 Faktor-Faktor StrategiInternal Faktor-Faktor Strategi Eksternal Kekuatan

1. Jaringan kantor yang luas dan Produk yang lebih bervariatif 2. Regulator yang mendorong dan mendukung kebijakan melalui edukasi dan kebijakan 3. SDM telah berpengalaman 4. Faktor Agama SDM Kelemahan 1. Penggunaan aplikasi teknologi masih belum optimal 2. Sosialisasi produk asuransi syariah rendah 3. kerjasama untuk sosialisasi produk rendah 4. Dukungan pemerintah kurang. 5. SDM asuransi belum terstandarisasi, seperti aktuaria dan underwriting. 6. Market share masih dibawah 5%.

102 Peluang

1. Pelayanan yang fokus dan professional (Service Excelent) 2. Perusahaan induk dapat menyuntikkan modal usaha 3. Merger dengan perusahaan asuransi syariah sejenis. 4. Melakukan akuisisi untuk mengatasi perluasan promosi , penguatan SDM dan penguatan tehnologi. 5. Masuk ke sukuk dan sektor riel yang banyak memerlukan asuransi.

6. Kerja sama dengan perguruan tinggi yang mulai banyak membuka kajian ekonomi syariah. 7. Go publik atau raise capital. 8. Keyakinan keagamaan yang kuat STRATEGI SO Menggunakan sumber daya yang telah dipunyai untuk menggarap dan mengoptimalkan peluang yang ada

STRATEGI WO Fokus untuk meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih besar STRATEGI WT Memulai untuk memperbaiki kelemahan internal dengan target waktu yang ditetapkan dengan selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan kompetisi yang ada d pasar.

103 9. Potensi pasar terbesar sebagai populasi muslim terbesar di dunia 10.Penetrasi pasar yang saat ini masih cukup rendah.

104 Ancaman 1. Persaingan dengan asuransi konvensional dalam pemberian manfaat. 2. Masuknya perusahaan asuransi luar negeri. 3. Meningkatnya biaya-biaya operasional perusahaan 4. Melemahnya pemasaran serta promosi 5. Kegagalan beberapa perusahaan yangmelakukan spin off pada industri perbankan syariah yang telah lebih awal

menerapkan aturan spin off.

STRATEGI ST Memperbaiki kualitas produk dan proses pemasaran produk. Serta memanfaatkan peluang jangka pangjang dengan cara strategi diversifikasi produk.

105 Strategi S1 O1

Menguatkan pelayanan yang excellent di semua jaringan kantor yang ada. Juga pelayanan perasuransian dapat dilakukan di semua kantor cabang yang ada.

Strategi S1 O2

Perusahaan induk dapat membantu pembukaan kantor cabang yang baru pada daerah tersebut terdapat kantor cabang konvensionalnya.

Strategi S1 O3

Menjajaki peluang kerjasama dan merger dengan perusahaan asuransi syariah sejenis.

Strategi S1 O4

Menjajaki peluang akuisisi perusahaan asuransi syariah yang lebih kecil omset dan jaringan namun memiliki prospek yang cerah.

Strategi S1 O5

Menjajaki peluang kerjasama dengan perusahaan penerbit sukuk baik perusahaan swasta maupun pemerintah. Serta kerjasama pada perusahaan yang bergerak di sector riel.

Strategi S1 O6

Meningkatkan dan memperluas kerjasama dengan perguruan tinggi yang membuka prodi prodi ekonomi syariah.

106 Mempertimbangkan melakukan go public dalam rangka untuk menambah modal perusahaan asurasi syariah

Strategi S1 O8

Menjalin kerjasama dengan tokoh tokoh agama dan masyarakat yang mempunyai pengaruh di masyarakat luas.

Strategi S1 O9

Merancang strategi untuk mendorong rasa keberagamaan menjadi kekuatan untuk memilih produk produk keuangan syariah terutama produk asuransi di kalangan masyarakat umum.

Strategi S1 10

Mendorong kantor kantor cabang yang ada unuk lebih intensif dalam memasarkan produk asuransi syariah sebagai upaya penetrasi pasar.

Strategi S2 O1

Mewajibkan seluruh manajemen dari level teratas sampai agen dan marketing untuk mengikuti program pelatihan pelatihan yang bersertifikasi.

Strategi S2 O2

Perusahaan induk membantu membuka kantor-kantor cabang sebelum unit syariah melakukan spin off.

107 Perusahaan-perusahaan yang seharusnya sudah melakukan spin off namun tidak memiliki kekuatan modal yan cukup, dapat melakukan merger dengan perusahaan asuransi syariah yang sejenis yang mengalami permasalahan yang sama.

Strategi S2 O4

Unit asuransi syariah dapat melakukan perjanjian kerjasama dengan perusahaan induknya dalam hal : sistem promosi, pelatihan-pelatihan SDM dan tehnologi dari perusahaan induk konvensional sebelum melakukan spin off.

Strategi S2 O5

Perusahaan dapat memanfaatkan kebijakan dan aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah secara umum seperti komite keuangan syariah yang dibentuk oleh Presiden Republik Indonesia untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah (BUMN) yang menerbitkan sukuk dan sejenisnya.

Strategi S2 O6

Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki program studi ekonomi syariah dalam hal perekrutan karyawan, pengembangan produk, promosi dan sosialisasi pada masyarakat akademik dan umum.

Strategi S2 O7

Melakukan kerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi dalam bentuk menyertakan mahasiswa baru dalam program asuransi syariah, baik dari

108 perguruan tinggi swasta dan perguruan tinggi negeri. Kerjasama ini tidak hanya terbatas dengan perguruan tinggi, tapi juga mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertaman dan sekolah menengah atas.

Strategi S2 O8

Memanfaatkan kerjasama dengan lembaga keagamaan seperti MUI, NU, Muhammadiyah dan lainnya dalam rangka peningkatan sosialisasi asuransi syariah kepada masyarakat luas.

Strategi S2 O9

Menjajaki kerjasama dengan pemerintahan daerah tingkat I dan II untuk menambah pangsa pasar produk asuransi syariah bagi pegawai yang mempunyai keinginan untuk memiliki asuransi tambahan selain BPJS.

Strategi S2 10

Bekerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya masyrakat dan ormas-ormas Islam untuk mensosialisasikan keunggulan produk asuransi syariah kepada masyarakat luas.

Strategi S3 O1

Masyarakat lebih mudah menerima pemahaman marketing asuransi syariah yang dilakukan oleh agen pemasaran ausransi syariah dari pada oleh agen asuransi konvensional yang image nya dianggap kurang baik oleh sebagaian masyarakat.

Strategi S3 O2

Agen-agen yang sudah professional dan berpengalaman yand dimiliki oleh perusahaan induk

109 konvensional bisa ditransfer untuk dimiliki oleh unit asuransi syariah pada saat melakuka spin off.

Dokumen terkait