• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Persepsi Pola Asuh Orang tua

1. Pengertian Persepsi Pola Asuh Orang tua

Chaplin (2002) mengartikan bahwa persepsi merupakan proses mengetahui suatu objek dan kejadian objek dengan mengunakan bantuan alat indra, Baumrind (dalam Irmawati, 2002) mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan remaja yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian individu, dan menurut Casmini (dalam Septiari, 2012) mengatakan bahwa pola asuh orang tua merupakan proses bagaimana orang tua memperluas remaja, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan remaja dalam mencapai proses kededewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi pola asuh orang tua merupakan cara pandang individu terhadap gaya pengasuhan atau proses pengasuhan orang tua terhadap remaja dalam mendidik, membimbing, mendisiplinkan

remaja dalam pembentukan norma-norma yang berada dalam masyarakat, dan pola asuh orang tua merupakan bentuk-bentuk perilaku orang tua yang diterapkan untuk memenuhi kebutuhan remaja dan mengasuh anak-anaknya.

2. Faktor-faktor Persepsi Pola Asuh Orang tua

Hasil dari proses persepsi yang dilakukan oleh setiap individu berbeda meskipun objek yang dipersepsi sama. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut.

Walgito (1990), mengatakan bahwa adanya faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu. Faktor internal ini berasal dari individu sendiri. Faktor dari dalam diri ini meliputi dua hal kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik meliputi kesehatan badan sedangkan kondisi psikis meliputi unsur pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi yang dimiliki.

b. Faktor Eksternal

Faktor ekternal merupakan faktor dari luar individu seperti stimulus dan lingkungan dimana persepsi itu berlangsung. Pada proses persepsi ini berlangsung, kejelasan stimulus serta

lingkungan atau situasi khusus yang melatarbelakangi munculnya stimulus.

Walgito (2003), mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi maupun dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerimaan yang bekerja sebagai reseptor. Akan tetapi sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan sususan syaraf

Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk menembus stimulus yang diterima oleh alat indera ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Otak sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

c. Perhatian

Persepsi diperlukan adanya perhatian. Perhatian merupakan langkah awal sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Perhatian merupakan penyeleksian, pemusatan, atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekelompok objek.

Hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi yaitu (1) objek atau stimulus yang dipersepsi; (2) alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat sususnan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan (3) perhatian, yang merupakan syarat psikologis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor-faktor internal, faktor eksternal, objek yang dipersepsi, Alat indera, syaraf, dan sususan syaraf, dan perhatian. Faktor-faktor ini yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pola asuh orang tua yang mereka terapkan pada anak-anaknya.

3. Jenis-jenis Pola Asuh Orang tua

a) Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting)

Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting) ini orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan mempertimbangkan faktor kepentingan serta kebutuhan (Septiari, 2012).

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)

Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting) ini menggunakan pendekatan yang memaksa kehendak orang tua terhadap anak, anak harus menuruti kepada orang tua,

keingginan orang tua harus dipatuhi, dan anak tidak boleh mengeluarkan pendapat (Septiari, 2012).

c) Pengasuhan permissive-indulgent

Baumrind (dalam Irmawati, 2002), Pengasuhan permissive-indulgent adalah gaya pengasuhan yang kurang mampu mengendalikan diri anak karena orang tua yang memiliki gaya pengasuhan ini cenderung membiarkan anak melakukan hal-hal apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua keinginan dituruti.

d) Pengasuhan permissive-indifferent

Baumrind (dalam Irmawati, 2002), Pengasuhan permissive-indifferent suatu gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan dalam pengasuhan ini cenderung kurang percaya diri, pengendalian yang buruk, dan rasa harga diri yang rendah.

4. Aspek-aspek Pola Asuh Orang tua

Baumrind (dalam Irmawati, 2002) Aspek-aspek pola asuh orang tua yaitu :

a) Pengasuhan otoritatif(authoritative parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersifat responsif, menghargai dan menghormati pikiran, perasaan, serta mengikut sertakan anak dalam mengambil keputusan. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan harga diri yang tinggi (high self-esteem), memiliki moral yang standar, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan tanggung jawab secara sosial. Contoh orang tua memberikan pujian ketika anaknya mendapatkan prestasi atau melakukan sesuatu hal dengan baik dan orang tua lebih terbuka dengan anaknya.

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan otoriter adalah membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua, menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat, Orang tua bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan,

memaksakan peran-peran atau pandangan-pandangan kepada anak atas dasar kemampuan atau kekuasaan sendiri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. anak dari orang tua yang otoriter bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua menerapkan aturan bahwa jam 05.00 wib harus bangun tidur tanpa adanya kesepakatan dan penjelasan apapun mengapa aturan ini dibuat, ketika pada jam 05.00 wib anak belum bangun tidur, maka hukuman untuk anak sudah menanti.

c) Pengasuhan permissive-indulgent

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah kurangnya kemampuan pengendalian diri anak, cenderung membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua kemauannya dituruti. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua membebaskan keinginan dan kemauan anak dan orang tua seperti ini tidak

memiliki batasan dan tuntutan terhadap anak dan cenderung memanjakan anak.

d) Pengasuhan permissive-indifferent

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang menerapkan pengasuhan ini cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri rendah. Contoh dalam pengasuhan ini adalah orang tua tidak peduli dengan kehidupan anak dan tidak memberikan bimbingan maupun rasa kasih sayang kepada anaknya.

Baumrind (dalam Santrock, 2014) Aspek-aspek pola asuh orang tua yaitu :

a) Pengasuhan otoritatif(authoritative parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan ini adalah mendorong remaja untuk menjadi mandiri, namun masih menempatkan batas dan kontrol pada tindakan remaja. Proses memberi dan menerima secara verbal diperbolehkan, dan orang tua yang melakukan memelihara dan memberi dukungan. Remaja-remaja yang orangtuanya otoritatif sering berperilaku dengan cara yang secara sosial kompeten. Remaja cenderung mandiri, menunda kepuasan, bergaul

dengan rekan sebaya remaja, dan menunjukkan harga diri yang tinggi.

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting)

Aspek-aspek dalam pengasuhan otoriter adalah orang tua membatasi dan menghukum. Orang tua yang menerapkan pengasuhan otoriter mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka. Orang tua menempatkan betasan tegas dan kontrol terhadap remaja mereka dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal. c) Pengasuhan permissive-indulgent

Aspek-aspek Pengasuhan permissive-indulgent adalah orang tua sangat terlibat dengan remaja-remaja mereka, tetapi orang tua menempatkan beberapa batasan atau pembatasan pada perilaku remaja. Orang tua sering membiarkan remaja-remaja mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan melakukan cara mereka sendiri karena mereka percaya bahwa kombinasi dari dukungan pengasuhan dan kurangnya batasan akan menghasilkan remaja kreatif dan percaya diri. Hasilnya adalah remaja-remaja biasanya tidak belajar untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Orang tua yang memanjakan tidak memperhitungkan perkembangan remaja secara keseluruhan.

d) Pengasuhan permissive-indifferent

Aspek-aspek pengasuhan permissive-indifferent adalah orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja mereka. remaja-remaja dari orang tua yang lalai mengembangkan rasa bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan orang tua mereka lebih penting dari pada remaja. Remaja cenderung untuk berperilaku dengan cara sosial kompeten sebagai akibat dari kurangnya kontrol diri dan kesulitan dalam menangani kemerdekaan. Remaja-remaja yang seperti ini biasanya tidak termotivasi untuk berprestasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek pola asuh orang tua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a) Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting), aspek-aspeknya adalah Pengawasan ketat, Mengambil keputusan, mendorong remaja untuk mandiri, dan menetapkan batas dan kontrol pada tindakan.

b) Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting) aspek-aspeknya adalah menetapkan batasan-batasan dan menghukum, tegas, tidak memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan, dan mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk dan menghormati mereka.

c) Pengasuhan permissive-indulgent aspek-aspeknya adalah menanjakan, orang tua terlibat dalam kehidupan remaja,

menetapkan batasan pada perilaku mereka, dan membiarkan remaja melakukan apa yang diinginkan dengan cara sendiri.

d) Pengasuhan permissive-indifferent aspek-aspeknya adalah membiarkan remaja, orang tua tidak terlibat dalam kehidupan remaja, kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka, dan orang tua tidak mempunyai waktu untuk remaja.

5. Ciri-ciri Pola Asuh Orang tua

Noeman (2012) mengemukakan ciri-ciri dalam pola asuh yaitu (1) pola asuh otoritatif memiliki ciri-ciri yaitu orang tua suportif dan komunikatif, orang tua menerapkan disiplin dan konsisten, orang tua mengawasi anak, orang tua membantu anak untuk mengembangkan kesadaran, pengekspresian dan kontrol emosi; (2) pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri yaitu tidak ada kompromi atau negosiasi, tidak banyak memberikan penjelasan mengenai aturan ataupun tindakan orang tua, dan pola pengasuhan ini memiliki arahan dan tuntutan yang tinggi serta harapan yang tidak fleksibel dan tidak responsif;

(3) pola asuh permissive-indulgent memiliki ciri-ciri yaitu orang tua sangat toleran, orang tua membiarkan anak melakukan semua hal yang mereka sukai, orang tua tidak menuntut anak untuk

berperilaku matang, mandiri, dan tanggungjawab; (4) pola asuh

permissive-indifferent memiliki ciri-ciri dalam pengasuhan yaitu orang tua memiliki kasing sayang dan tuntutan yang rendah atau sedikit terhadap anak, orang tua kurang memberikan perhatian dengan anak, dan orang tua merasa puas dengan melimpahkan atau mencukupi kebutuhan materi kepada anak.

Dokumen terkait