• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.2 Gambaran Hasil Penelitian di PT Wilmar Nabati Indonesia

4.2.7. Persepsi Responden tentang Risiko Kecelakaan

Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka persepsi responden dikategorikan menjadi kategori baik dan buruk. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7. Persepsi Responden tentang Risiko Kecelakaan Kerja

Departemen Produksi Utility Total %

Jumlah % Jumlah %

Persepsi Baik 21 50,0 16 38,1 37 88,1

Persepsi Buruk 4 9,5 1 2,4 5 11,9

Total 25 59,5 17 40,5 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. dapat diketahui bahwa responden yang memiliki persepsi baik tentang risiko kecelakaan kerja sebanyak 37 orang (88,1%) sedangkan responden yang memiliki persepsi buruk tentang risiko kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (11,9%).

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner dapat dilihat bahwa umur responden yang terbanyak yaitu < 37 tahun sebanyak 24 orang (57,1%). Jumlah responden yang memiliki masa kerja <15 tahun dan >15 tahun adalah sama yaitu masing-masing sebanyak 21 orang (50%). Tingkat pendidikan responden yang terbanyak yaitu SMU (sederajat) sebanyak 25 orang (59,5%). Lebih banyak responden yang pernah mendapatkan pelatihan K3 daripada yang tidak pernah mendapatkan pelatihan K3 yaitu sebanyak 26 orang (61,9%). Lebih banyak responden yang tidak pernah mengalami kecelakaan daripada yang mengalami kecelakaan saat bekerja yaitu sebanyak 29 orang (69,0%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden tentang risiko kecelakaan kerja di Departemen Produksi dan Utility sudah baik sebanyak 37 orang (88,1%), sedangkan responden yang memiliki persepsi buruk tentang risiko kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (11,9%). Menurut Robbins (2003), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap persepsi dari sudut pandang karakteristik pribadi pelaku persepsi itu sendiri, salah satunya yaitu pengalaman. Seiring bertambahnya usia, bertambah pula pengalaman seseorang sehingga mempengaruhi persepsinya.

Menurut Suma’mur (1987), pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Bertambahnya pengalaman seorang karyawan dalam pekerjaannya, maka lebih cepat menanggapi tanda – tanda,,

artinya tanda – tanda seperti akan terjadi kecelakaan kerja atau dengan kata lain lebih tanggap dalam mengenal risiko-risiko kecelakaan dalam pekerjaannya.

Menurut David Krech (1962), dengan memiliki pengetahuan yang baik, maka akan terbentuk persepsi baik pada seorang pekerja. Pengetahuan yang diperoleh pekerja bisa didapat berdasarkan pendidikan, bacaan, maupun pelatihan yang pernah diikuti.

Menurut Alex S. Nitisemito, pelatihan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan atau organisasi yang bertujuan untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan seorang pekerja terhadap sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya dalam hal ini yaitu tentang keselamatan kerja dan risiko-risiko kecelakaan dalam pekerjaannya.

Leathers membuktikan bahwa pengalaman akan membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.

Apabila pekerja sudah memiliki persepsi yang baik, maka ia mampu mengenal dengan baik risiko-risiko, faktor penyebab, serta cara pencegahan kecelakaan dalam pekerjaannya, sehingga ia dapat bekerja dengan aman dan terhindar dari kejadian kecelakaan kerja.

5.2 Persepsi Responden tentang Risiko Kecelakaan Kerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 responden, terdapat 37 orang responden (88,1%) yang memiliki persepsi baik tentang risiko kecelakaan kerja dan 5 orang responden (11,9%) yang memiliki persepsi buruk tentang risiko kecelakaan kerja. Persepsi baik didefinisikan bahwa responden memiliki penafsiran yang baik tentang adanya faktor-faktor risiko terjadinya kecelakaan di tempat kerja serta mengetahui dan menyadari segala sesuatu yang dapat menyebabkan dan mencegah kecelakaan tersebut. Persepsi buruk didefinisikan bahwa responden memiliki penafsiran yang buruk tentang faktor-faktor risiko terjadinya kecelakaan di tempat kerja serta belum memiliki pengetahuan yang baik tentang segala sesuatu yang dapat menyebabkan dan mencegah kecelakaan kerja. Mereka merasa risiko tersebut merupakan tantangan didalam pekerjaan mereka, sehingga jika tidak diantisipasi dapat meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja.

Responden di departemen produksi memiliki persepsi bahwa terpapar kebisingan, getaran, suhu panas, terkena bahan kimia serta iritasi kulit dari bahan kimia H3PO4/phosporic acid bukan merupakan risiko di tempat kerja mereka. Responden di dua departemen juga memiliki persepsi bahwa semua risiko di tempat mereka bekerja adalah tantangan yang harus dihadapi setiap saat serta lantai licin di tempat kerja bukan masalah bagi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja sudah terbiasa mengahadapi paparan faktor-faktor tersebut sehingga tidak dianggap sebagai risiko dalam pekerjaan mereka dan mereka menganggap bahwa sebesar apapun risiko pekerjaan tersebut, suka ataupun tidak, harus dihadapi, karena apabila tidak dihadapi artinya mereka tidak bekerja. Sesuai dengan yang dikemukakan Glendon dan Eugene

bahwa beberapa individu akan menerima bahaya sebagai risiko nyata bagi mereka dan berusaha menghindarinya, beberapa lagi akan mengakui risiko tersebut tetapi mempersepsikannya sebagai tantangan atas kemampuan yang mereka punya. Persepsi inilah yang dapat mengakibatkan tindakan-tindakan tidak aman dalam menghadapi bahaya dan meningkatkan kemungkinan seseorang mendapat kecelakaan. Menurut pekerja, lantai licin adalah hal yang lazim di pabrik pembuatan minyak goreng, sehingga tidak menjadi masalah bagi mereka. Pekerja sebaiknya tetap waspada dengan lantai yang licin dan risiko-risiko lainnya dalam pekerjaan mereka, karena lantai yang licin sangat mudah menyebabkan pekerja ataupun orang lain yang melewati lantai tersebut tergelincir dan jatuh.

Responden memiliki persepsi bahwa cacat fisik pada pekerja serta pekerja kurang ahli dalam bidangnya bukan merupakan faktor penyebab kecelakaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pekerja kurang mendapat informasi dan pengetahuan mengenai faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan. Jenjang pendidikan yang hanya sampai tingkat SMU serta belum pernah mendapatkan pelatihan K3 menjadi penyebab rendahnya pengetahuan serta minimnya informasi yang didapat oleh pekerja tentang penyebab kecelakaan. Informasi tentang K3 hanya diperoleh dari teman sekerja atau safety talk dari supervisor di tiap-tiap unit.

Menurut David Krech (1962) (dalam Ferlisa, 2008), dengan memiliki pengetahuan yang baik, maka akan terbentuk persepsi baik pada seorang pekerja. Pengetahuan yang diperoleh pekerja bisa didapat berdasarkan pendidikan, bacaan, maupun pelatihan yang pernah diikuti. Menurut Alex S. Nitisemito, pelatihan

dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para karyawannya. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan seorang pekerja terhadap sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Menurut Ismail (2010), pelatihan yang diberikan harus meliputi pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) untuk meningkatkan kompetensi pokok (core competency) dan kompetensi K3 (safety competency). Kompetensi pokok adalah kompetensi minimum yang harus dimiliki pekerja untuk menjalankan tugas pokok yang dibebankan. Namun kompetensi pokok saja tidak cukup untuk melakukan pekerjaan secara aman,maka diperlukan kompetensi K3. Pada umumnya training kompetensi pokok tidak dilengkapi dengan kompetensi K3 atau tidak mengandung aspek-sapek K3

Pelatihan kerja yang pernah diikuti selama bekerja hanya pelatihan tentang pekerjaan saja, tidak mendalam mengenai keselamatan dalam bekerja seperti yang diperoleh oleh pekerja lain yang mengikuti pelatihan K3. Tindakan yang dilakukan selama ini lebih berdasarkan pengalaman kerja. Oleh karena itu, pihak perusahaan perlu memberikan pelatihan kepada seluruh pekerja terutama tentang keselamatan kerja sehingga mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik di bidang K3. Dengan pengetahuan yang baik, pekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat sehingga memperkecil kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan saat bekerja.

Responden memiliki persepsi bahwa penggunaan alat pelindung diri saat bekerja menjadikan pekerjaan menjadi sulit, lambat, dan bertambah panas. Kenyataan ini berkaitan dengan persepsi responden tentang produktivitas masih menjadi hal yang lebih diutamakan daripada K3. Menurut Suma’mur (1987), di antara

kepentingan produksi dan keselamatan, kadang-kadang terdapat pertentangan. Dalam keadaan seperti itu, pengusaha atau buruh mengorbankan persyaratan keselamatan dan mengambil risiko terjadinya kecelakaan untuk peningkatan produktivitas. Sebagai contoh-contoh adalah dikuranginya perawatan mesin dan peralatan kerja oleh pengusaha, agar hilangnya waktu produksi dicegah, peniadaan pagar-pagar pengaman atau tidak dipakainya alat-alat perlindungan diri yang dirasakan memberi hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja masih terfokus pada hasil pekerjaan bukan pada keselamatan serta bagaimana cara yang nyaman dalam bekerja sehingga pekerjaan tidak rumit dan cepat selesai. Padahal apabila pekerja tidak bekerja dengan aman kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan yang tidak diharapkan serta menyebabkan kerugian yang lebih besar daripada hasil yang didapat.

Responden berpersepsi bahwa fungsi APD adalah untuk mengikuti prosedur K3 di tempat kerja, alat pelindung diri bukan suatu kebutuhan melainkan kewajiban serta tidak masalah apabila orang lain memasuki tempat kerja tanpa menggunakan alat pelindung diri. Responden juga merasa termasuk kategori pekerja yang sering mengabaikan penggunaan alat pelindung diri, kecuali jika ada pengawasan dari pihak atasan. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja belum menyadari bahwa APD adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pekerja masih menganggap APD merupakan suatu kewajiban bukan suatu kebutuhan, sehingga apabila kurang pengawasan dari manajemen, pekerja sering mengabaikan penggunaan APD. Pekerja juga masih kurang peduli terhadap keberadaan orang lain yang tidak menggunakan APD di lingkungan kerja, meskipun pihak manajemen

dan observasi. Kebijakan tentang penggunaan APD juga telah diterapkan yaitu, apabila yang melanggar adalah karyawan tetap, maka akan diberikan surat peringatan/SP. Apabila yang melanggar adalah karyawan kontraktor, maka akan dikenakan denda hingga blacklist untuk pemohon kerja.

Alat pelindung diri merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam proses K3. Fungsinya untuk melindungi seseorang dalam bekerja atau mengisolasi tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya di tempat kerja.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai persepsi pekerja tentang risiko kecelakaan kerja di unit produksi dan utility PT. Wilmar Nabati Indonesia Dumai Tahun 2012, maka kesimpulan yang didapat antara lain:

1. Umur responden yang terbanyak yaitu < 37 tahun sebanyak 24 orang (57,1%). Masa kerja responden <15 tahun dan >15 tahun adalah sama yaitu masing-masing sebanyak 21 orang (50%). Tingkat pendidikan responden yang terbanyak yaitu SMU (sederajat) sebanyak 25 orang (59,5%). Lebih banyak responden yang pernah mendapatkan pelatihan K3 daripada yang tidak pernah mendapatkan pelatihan K3 yaitu sebanyak 26 orang (61,9%). Lebih banyak responden yang tidak pernah mengalami kecelakaan daripada yang mengalami kecelakaan saat bekerja yaitu sebanyak 29 orang (69,0%). 2. Persepsi responden tentang risiko kecelakaan kerja di departemen produksi

dan utility sudah baik, yaitu sebanyak 37 orang (88,1%). Pekerja yang memiliki persepsi buruk tentang risiko kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (11,9%).

3. Responden memiliki persepsi yang buruk tentang risiko kecelakaan di tempat kerja mereka, seperti terpapar kebisingan, getaran, suhu panas, terkena bahan kimia serta iritasi kulit dari bahan kimia H3PO4/phosporic acid. Responden di dua departemen juga memiliki persepsi bahwa semua

risiko di tempat mereka bekerja adalah tantangan yang harus dihadapi setiap saat serta lantai licin di tempat kerja bukan masalah bagi mereka.

4. Responden juga memiliki persepsi yang buruk tentang pencegahan kecelakaan kerja, yaitu penggunaan alat pelindung diri saat bekerja menjadikan pekerjaan menjadi sulit, lambat, dan bertambah panas; produktivitas masih menjadi hal yang lebih diutamakan daripada K3; fungsi APD adalah untuk mengikuti prosedur K3 di tempat kerja; alat pelindung diri bukan suatu kebutuhan melainkan kewajiban; tidak masalah apabila orang lain memasuki tempat kerja tanpa menggunakan alat pelindung diri; serta responden juga merasa termasuk kategori pekerja yang sering mengabaikan penggunaan alat pelindung diri, kecuali jika ada pengawasan dari pihak atasan

6.2. Saran

1. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan keselamatan kerja mengenai pengenalan akan potensi bahaya di tempat kerja dan pencegahan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerjanya untuk meningkatkan pengetahuan pekerja akan risiko kecelakaan dan pentingnya keselamatan dalam bekerja, karena di setiap bidang pekerjaan tidak pernah lepas dari risiko-risiko kecelakaan kerja. Dengan pengetahuan yang baik tentang keselamatan dalam pekerjaan, maka akan timbul perilaku aman dalam bekerja.

2. Sebaiknya pengawasan di tempat kerja makin ditingkatkan sehubungan dengan kepatuhan pekerja terhadap penggunaan APD.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. “Pentingnya Training K3 untuk Mengurangi Potensi Kecelakaan Bahan Kimia”. <http://www.healthsafetyprotection.com>. Diakses pada 30 Juli 2012.

Anonim. 2011. “Pengertian Pengalaman Kerja”.

Dani,

. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012.

Ferlisa, Ranty. 2008. Persepsi Pekerja di Unit Produksi II/III Terhadap Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Semen Padang Indarung Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok.

Helliyanti, Putri. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman di Departemen Utility and Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flours Mills Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok.

Hernendi, Syafril. 2009. pada tanggal 6 Februari 2012.

Hoctro. 2008. <http://ngapackers.blogspot.com>. Diakses pada tanggal 03 Maret 2012. Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Cetakan pertama. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kurniawati, Diesty Eka. 2009. Tinjauan Persepsi Bahaya Psikososial Kerja Pada Pekerja Bagian Direct Service PT. Trakindo Utama Cabang Jakarta, Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok.

Menakertrans. 2011. “Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Belum

Memadai”. <http:/

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_________ 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Novianto, Farid. 2010. Analisis Kecelakaan dan Kesehatan Kerja dan Upaya Pencegahannya di Bagian Flooring dengan Pendekatan Risk Assesment PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Jawa Timur.

Ridley, John. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (ikhtisar). Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Riduwan, 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Cetakan Ketiga. Bandung: CV. Alfabeta.

Robbins, Stephen. 2003. Perilaku organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Media. Sastrohadiwiryo, B. S. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia (Pendekatan

Administratif dan Operasional). Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Suma’mur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Cetakan Ketiga. Jakarta: CV. Haji Masagung.

_________. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sunarto. 2004. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: AMUS Yogyakarta dan CV. Grafika Indah Yogya.

Syaaf, Fathul Masruri. 2008. Analisis Perilaku Berisiko (At-Risk Behavior) pada Pekerja Unit Usaha Las Sektor Informal di Kota X Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok.

Tarigan, Zamaan. 2008. Analisis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Tanjung Medan PTPN V Provinsi Riau. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tim Redaksi Nuansa Aulia. 2008. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan RI Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Cetakan I. Bandung: Nuansa Aulia. Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Edisi IV. Yogyakarta: Andi. Wicaksono, Pribadi. 2011. “Setiap Hari 7 Pekerja di Indonesia Tewas”.

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PERSEPSI PEKERJA TENTANG RISIKO KECELAKAAN KERJA DI DEPARTEMEN PRODUKSI DAN UTILITY

PT. WILMAR NABATI INDONESIA DUMAI TAHUN 2012

Data Umum Responden No Responden :

Nama :

Unit Kerja :

Usia :

Pendidikan :1. SMU (sederajat) 2. Akademi/Diploma 3. Perguruan Tinggi/Sarjana Lama Bekerja :...tahun

Pelatihan K3 :1. Pernah

2. Belum Pernah

Apakah Anda pernah mengalami kecelakaan saat bekerja? 1. Pernah

2. Tidak pernah Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti.

2. Beri tanda checklist (√) pada pernyataan yang Anda anggap sesuai deng an kondisi serta situasi yang Anda alami atau rasakan.

3. Jika Anda ingin mengganti jawaban, coret jawaban yang ingin diganti dengan jawaban yang baru.

4. Dimohon kesediaan Anda untuk menjawab semua pernyataan yang diberikan sampai selesai.

5. Hasil kuesioner ini bersifat rahasia, tidak mempengaruhi penilaian perusahaan, sehingga diharapkan Anda memberi jawaban yang sejujurnya dan hanya akan digunakan untuk penelitian semata.

PERSEPSI TENTANG RISIKO KECELAKAAN KERJA

Berilah tanda checklist (√) pada salah satu kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi serta situasi yang Anda alami atau rasakan.

No. Pernyataan Ya Tidak

Risiko Kecelakaan di Tempat Kerja

1. Jenis pekerjaan Anda adalah pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja.

2. Semua risiko di tempat Anda bekerja adalah tantangan yang harus Anda hadapi setiap saat.

3. Anda mengetahui setiap risiko di tempat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja

4A.

Risiko di tempat kerja Anda antara lain:

A. Departemen Produksi (Refineri dan Fraksinasi) Terpeleset/tergelincir

5A. Terpapar kebisingan 6A. Terpapar getaran 7A. Terpapar suhu panas

8A. Terkena bahan kimia H3PO4/phosporic acid

9A. Iritasi kulit dari bahan kimia H3PO4/ phosporic acid

4B.

B. Departemen Utility (Cogent/Boiler)

Terpeleset/tergelincir 5B. Terpapar kebisingan

6B. Terkena serpihan uap dan air panas 7B. Melepuh terkena panas

8B. Peledakan/kebakaran 9B. Terbakar anggota badan

No. Pernyataan Ya Tidak Faktor Penyebab Kecelakaan

11.

Kejadian kecelakaan di tempat kerja dapat disebabkan oleh: Pekerja tidak mengindahkan prosedur

12. Pekerja ceroboh

13. Pekerja memiliki cacat fisik

14. Pekerja kurang ahli dalam bidangnya

15. Pekerja tidak mematuhi peraturan yang berlaku 16. Kesalahan letak mesin

17. Alat kerja rusak 18. Lantai kotor dan licin

19. Kecelakaan kerja lebih sering terjadi pada saat shift malam daripada shift pagi atau shift sore

Pencegahan Kecelakaan Kerja

20. Pada saat bekerja di pabrik, seharusnya pekerja menggunakan alat pelindung diri berupa helmet, earplug/ earmuff, kacamata pelindung, sarung tangan, dan sepatu kerja.

21. Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja menjadikan pekerjaan menjadi sangat sulit, lambat, dan bertambah panas.

22. Apabila Anda telah bekerja secara hati-hati sekali, maka tidak diperlukan lagi menggunakan alat pelindung diri.

23. Helmet dan safety shoes tidak harus selalu digunakan di lapangan/ pabrik.

24. Anda termasuk pekerja yang sering mengabaikan penggunaan alat pelindung diri, kecuali jika ada pengawasan dari pihak atasan.

25. Anda merasa wajib menggunakan alat pelindung diri yang sesuai sewaktu mengerjakan pekerjaan yang berbahaya.

No. Pernyataan Ya Tidak 26. Salah satu fungsi APD adalah untuk mengikuti prosedur K3 di

tempat kerja.

27. Alat pelindung diri adalah suatu kebutuhan bukan kewajiban. 28. Tidak masalah apabila orang lain memasuki tempat kerja tanpa

menggunakan alat pelindung diri.

29. Anda sudah melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah berlaku.

30. Mematuhi peraturan pekerjaan dapat mengurangi risiko kecelakaan di tempat kerja.

31. Anda merasa wajib mengingatkan karyawan lain yang tidak mematuhi peraturan pekerjaan yang dapat berisiko kecelakaan.

32. Tidak masalah apabila alat-alat/ material yang berbahaya berserakan di tempat kerja.

33. Anda lebih memilih bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari pada mengikuti prosedur kerja sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) serta mematuhi peraturan dan rambu-rambu K3 di tempat kerja.

34. Produktivitas adalah hal yang lebih diutamakan dibandingkan keselamatan.

35. Anda merasa menjadi bagian dari penyebab terjadinya suatu kecelakaan kerja apabila bekerja dengan tindakan tidak aman.

LAMPIRAN 3 (OUTPUT) Frequencies

Unit Kerja Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Refineri dan Fraksinasi 25 59,5 59,5 59,5

Boiler 17 40,5 40,5 100,0

Total 42 100,0 100,0

Crosstabs

Kategori Umur Responden * Unit Kerja Responden Crosstabulation

Unit Kerja Responden

Total

Refineri dan Fraksinasi Boiler

Kategori Umur Responden <= 37 Tahun Count 12 12 24 % of Total 28,6% 28,6% 57,1% > 37 Tahun Count 13 5 18 % of Total 31,0% 11,9% 42,9% Total Count 25 17 42 % of Total 59,5% 40,5% 100,0%

Kategori Masa Kerja Responden * Unit Kerja Responden Crosstabulation

Unit Kerja Responden

Total

Refineri dan Fraksinasi Boiler

Kategori Masa Kerja Responden <= 15 Tahun Count 10 11 21 % of Total 23,8% 26,2% 50,0% > 15 Tahun Count 15 6 21 % of Total 35,7% 14,3% 50,0% Total Count 25 17 42 % of Total 59,5% 40,5% 100,0%

Pendidikan Terakhir Responden * Unit Kerja Responden Crosstabulation

Unit Kerja Responden Total

Refineri dan

Fraksinasi Boiler Pendidikan Terakhir

Responden

SMU (sederajat) Count

16 9 25

% of Total 38,1% 21,4% 59,5%

Akademi Count 3 3 6

% of Total 7,1% 7,1% 14,3%

Perguruan Tinggi Count 6 5 11

% of Total 14,3% 11,9% 26,2%

Total Count 25 17 42

Crosstabs

Responden Mendapatkan Pelatihan K3 * Unit Kerja Responden Crosstabulation

Unit Kerja Responden

Total Refineri dan Fraksinasi Boiler Responden Mendapatkan Pelatihan K3 Pernah Count 16 10 26 % of Total 38,1% 23,8% 61,9%

Belum Pernah Count 9 7 16

% of Total 21,4% 16,7% 38,1%

Total Count 25 17 42

% of Total 59,5% 40,5% 100,0%

Responden Mengalami Kecelakaan Kerja * Unit Kerja Responden Crosstabulation

Unit Kerja Responden

Total

Refineri dan Fraksinasi Boiler

Responden Mengalami Kecelakaan Kerja

Pernah Count

7 6 13

% of Total 16,7% 14,3% 31,0%

Tidak Pernah Count 18 11 29

% of Total 42,9% 26,2% 69,0%

Total Count 25 17 42

% of Total 59,5% 40,5% 100,0%

Kategori Persepsi * Unit Kerja Responden Crosstabulation

Unit Kerja Responden

Total

Refineri dan Fraksinasi Boiler

Kategori Persepsi Baik Count 21 16 37

% of Total 50,0% 38,1% 88,1%

Buruk Count 4 1 5

% of Total 9,5% 2,4% 11,9%

Total Count 25 17 42

LAMPIRAN 4

Tabel Distribusi Jawaban Responden yang memiliki Persepsi Buruk tentang Risiko Kecelakaan Kerja

No Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1

Risiko Kecelakaan di Tempat Kerja

Jenis pekerjaan Anda adalah pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terhadap kejadian kecelakaan kerja.

5 100,0 0

0,0 2 Semua risiko di tempat Anda bekerja adalah tantangan

yang harus Anda hadapi setiap saat.

5 100,0 0 0,0 3 Anda mengetahui setiap risiko di tempat kerja yang

dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

5 100,0 0 0,0

4

Risiko di tempat kerja Anda antara lain:

A. Departemen Produksi (Refineri dan Fraksinasi) Terpeleset/tergelincir

B. Departemen Utility (Cogent/Boiler) Terpeleset/tergelincir 5 100,0 0 0,0 5 A. Terpapar kebisingan B. Terpapar kebisingan 1 20,0 3 1 60,0 20,0 6 A. Terpapar getaran

B. Terkena serpihan uap dan air panas

1 1

20,0 20,0

3 60,0 7 A. Terpapar suhu panas

B. Melepuh terkena panas

1 1

20,0 20,0

3 60,0 8 A. Terkena bahan kimia H3PO4/phosporic acid

B. Peledakan/kebakaran 1 20,0

4 80,0 9 A. Iritasi kulit dari bahan kimia H3PO4/ phosporic acid

B. Terbakar anggota badan

1 1

20,0 20,0

3 60,0

10 Lantai licin di tempat kerja bukan masalah bagi Anda. 5 100,0 0 0,0

11

Faktor Penyebab Kecelakaan

Kejadian kecelakaan di tempat kerja dapat disebabkan oleh:

Pekerja tidak mengindahkan SOP (Standar Operasional Prosedur)

5 100,0 0 0,0

12 Pekerja ceroboh 5 100,0 0 0,0

13 Pekerja memiliki cacat fisik 1 20,0 4 80,0

Dokumen terkait