• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Terhadap Manfaat Penggunaan Ragam Media

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Persepsi Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 Terhadap Manfaat Penggunaan Ragam Media

Bimbingan

Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 memiliki persepsi bahwa penggunaan ragam media bimbingan yang termasuk pada kategori baik yaitu 71,43%, artinya, para siswa memiliki persepsi yang baik terhadap manfaat penggunaan ragam media bimbingan yang diberikan oleh guru BK. Hal tersebut nampak pada para siswa yang dengan mudah menangkap rangsang yang diberikan oleh guru BK, lewat media yang digunakan, maka, siswa dapat merasakan manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan yang diberikan oleh guru BK baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hal tersebut membuktikan pendapat dari Arsyad (2010), yaitu media bimbingan dapat membantu siswa dalam memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar atau bimbingan. Selain itu, manfaat penggunaan media bimbingan adalah dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, dan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.

Para siswa yang berpersepsi baik ini sudah mampu mempersepsikan manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan. Hal tersebut

disebabkan oleh, pertama, siswa mampu memahami materi bimbingan yang diberikan oleh guru BK melalui apa yang didengar, dilihat, maupun keduanya. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa saat menangkap materi bimbingan yang disampaikan guru BK melalui video singkat. Inti materi bimbingan yang terkandung dalam cuplikan video singkat tersebut dapat tersampaikan dengan baik, sehingga siswa lebih jelas dan dapat secara langsung menangkap materi bimbingan yang diberikan oleh guru BK dengan bantuan media yang ada.

Kedua, siswa mampu memahami dengan jelas obyek yang besar atau kecil, jauh atau dekat letaknya melalui apa yang didengar, dilihat, maupun keduanya. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk mengembangkan sikap empati dalam dirinya ketika siswa melihat gambar, rekaman suara, atau video mengenai bencana alam yang ada di daerah lain. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Hamalik (1994), manfaat dari media adalah untuk mengatasi keterbatasan ruang, dalam hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan di atas bahwa dengan menggunakan media bimbingan, siswa terbantu dalam memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi di tempat lain, yang tidak dapat terlihat langsung olehnya, dan dengan menggunakan media bimbingan berupa gambar, rekaman suara, atau film, para siswa bisa mendapatkan informasi tersebut.

Ketiga, siswa mampu menangkap materi bimbingan yang disampaikan menggunakan dimensi waktu pada masa lalu, sekarang, masa depan dengan jelas, melalui apa yang dilihat, didengar, maupun keduanya. Hal

ini terlihat dari siswa yang mampu memahami perubahan perilaku yang terjadi dalam dirinya pada masa lalu dan sekarang melalui materi bimbingan yang diberikan oleh guru BK.

Keempat, siswa mampu untuk menyatukan pemahaman yang diperolehnya dari apa yang didengar dan dilihatnya dengan teman lain. Hal ini nampak dari siswa yang memiliki kemampuan menangkap nilai-nilai bimbingan yang diperolehnya dari menyimak cuplikan film singkat dan kemudian membuatnya termotivasi untuk berdiskusi dengan teman-teman agar mendapatkan kesamaan pemahaman.

Kelima, siswa terangsang untuk mengikuti dan memperoleh manfaat dari kegiatan bimbingan yang diberikan oleh guru BK melalui apa yang dilihat, didengar, maupun keduanya. Hal ini terlihat dari siswa yang memiliki bersemangat mengikuti kegiatan bimbingan dan menemukan manfaat dari bimbingan tersebut setelah mendiskusikannya dengan teman lain.

Setelah melihat hasil penelitian di atas, dapat juga disimpulkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi para siswa yang berpersepsi baik tersebut dalam mempersepsikan manfaat penggunaan ragam media bimbingan, seperti yang diungkapkan oleh Irwanto (2002) dan Walgito (2004), yaitu perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsang, dan pengalaman terdahulu.

Faktor perhatian yang selektif sangat mempengaruhi bagaimana setiap siswa dalam mempersepsikan rangsang yang diterimanya. Individu

menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya setiap saat, meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang tertentu saja. Maka, obyek atau gejala-gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai obyek pengamat (Irwanto, 2002: 96-97). Jadi para siswa akan mengarahkan atau memusatkan perhatiannya pada sebagian rangsang yang diterimanya saja bukan semua yang diterimanya, menjadi pusat perhatiannya adalah hal-hal yang menarik bagi dirinya sehingga dapat menemukan manfaat dari rangsang yang diterimanya dari apa yang dilihat, didengar, maupun keduanya.

Faktor yang kedua adalah ciri-ciri rangsang. Walgito (2004) mengungkapkan bahwa rangsang yang diterima individu harus agar individu tersebut dapat melakukan persepsi, agar rangsang itu dapat diterima. Rangsang yang kuat itu didapatkan dari materi bimbingan yang diberikan oleh guru BK melalui media bimbingan yang unik dan inovatif. Media bimbingan yang dibuat unik dan inovatif diharapkan bisa menarik siswa untuk mengikuti bimbingan, memahami inti materi bimbingan, dan pada akhirnya bisa menemukan manfaat dari kegiatan bimbingan yang diberikan oleh guru BK dengan bantuan media tersebut.

Faktor ketiga adalah pengalaman terdahulu. Faktor pengalaman yang dialami tiap individu berbeda-beda, sehingga memiliki kecenderungan yang berbeda pula dalam melihat sesuatu, khususnya menangkap manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan. Seperti yang diungkapkan oleh

Maswins (Fadillah, 2011) tentang manfaat penggunaan media bimbingan antara lain adalah memudahkan penyatuan pemahaman dalam diri guru dan siswa. Para siswa menggunakan pengalaman terdahulunya yang dapat berupa pengetahuan (kognitif), dan dengan bantuan media bimbingan para siswa diharapkan mampu untuk mendapatkan pemahaman yang sama tentang materi bimbingan yang diberikan oleh guru BK dan akhirnya mendapatkan manfaat dari penggunaan media bimbingan tersebut, sehingga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi di antara siswa.

Pada penelitian ini juga ditemukan siswa yang berada dalam kategori cukup baik. Para siswa yang termasuk dalam kategori cukup baik ini sudah mampu untuk mempersepsikan manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan, namun masih belum optimal. Hal ini mungkin dikarenakan media yang digunakan belum optimal, atau tidak sesuai dengan materi bimbingan, dan kebutuhan siswa, sehingga siswa masih belum mampu secara optimal menangkap dan memahami materi dengan jelas dari apa yang didengar, dilihat, ataupun keduanya. Para siswa ini diindikasikan masih memiliki kesulitan dalam menangkap dan memahami materi bimbingan yang diterimanya karena siswa berada dalam proses untuk memperoleh manfaat dari penggunaan media bimbingan, sehingga belum dapat menemukan manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan dengan baik.

Beberapa faktor yang mempengaruhi para siswa belum mampu secara optimal mempersepsikan manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan yaitu, berbedanya proses perkembangan dalam diri masing- masing siswa. Perkembangan kognitif yang berbeda-beda dalam diri siswa mempengaruhi juga perbedaan cara dalam mempersepsikan suatu hal yang diterimanya. Ketidaksesuaian media dengan materi dan kebutuhan siswa juga dapat menyebabkan siswa tidak optimal dalam menemukan manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan, maka guru BK seharusnya juga memperhatikan kesesuaian antara materi bimbingan dengan tugas perkembangan, kebutuhan dan kondisi para siswanya, agar materi yang diberikan dengan menggunakan media dapat tepat guna.

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa, pertama, persepsi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terhadap manfaat penggunaan ragam media bimbingan dapat dikatakan baik, dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi, tidak hanya untuk para siswa yang masuk dalam kategori sangat baik dan baik saja, namun juga bagi para siswa yang masuk dalam kategori cukup baik juga. Berbagai macam persepsi siswa terhadap manfaat penggunaan ragam media bimbingan dipengaruhi oleh berbedanya faktor-faktor persepsi yang dimiliki masing-masing siswa, yaitu perhatian selektif, ciri-ciri rangsang, nilai dan kebutuhan, dan pengalaman terdahulu.

2. Butir Item Terendah dari Kategorisasi Item Instrumen Persepsi Siswa terhadap Manfaat Penggunaan Ragam Media Bimbingan

Berdasarkan hasil penelitian, butir item persepsi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 terhadap manfaat penggunaan ragam media bimbingan terdapat 13 atau 24,07% item yang termasuk dalam kategori bermanfaat, 36 atau 66,67% item yang termasuk dalam kategori cukup bermanfaat, dan 5 atau 9,26% masuk dalam kategori tidak bermanfaat. Item-item yang berada pada kategori bermanfaat dapat diartikan bahwa para siswa mampu memperoleh manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan, yang dimaksudkan adalah penggunaan media yang tergolong pada kategori tersebut lebih bisa diterima oleh para siswa. Penggunaan media tersebut dianggap efektif oleh para siswa untuk menyampaikan materi bimbingan sehingga mereka lebih mudah memperoleh manfaatnya, sedangkan tem-item yang berada dalam kategori cukup bermanfaat menggambarkan bahwa siswa belum mampu memperoleh manfaat dari penggunaan ragam media bimbingan tertentu dengan baik. Hal tersebut dikarenakan penggunaan media bimbingan masih perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar para siswa lebih mudah memperoleh manfaat dari penggunaan media bimbingan tersebut.

Item-item yang berada pada kategori item tidak bermanfaat dapat diartikan sebagai item terendah dalam penelitian ini. Item-item tersebut

adalah pertama, “Penggunaan ice breaking pada awal bimbingan tidak membuat saya dan teman mendapat kesamaan pemahaman mengenai

materi bimbingan” dan item yang kedua “Pemahaman saya akan suatu

kejadian menjadi berbeda dengan teman ketika menyimak informasi di

papan bimbingan”. Tidak bermanfaatnya kedua item ini mengindikasikan bahwa media bimbingan yang berupa ice breaking dan papan bimbingan kurang bisa memberikan kesamaan pemahaman bagi para siswa. Media- media tersebut kurang efektif penggunaannya. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan ice breaking yang diberikan tidak sesuai untuk dijadikan pengantar masuk ke dalam materi bimbingan yang diberikan oleh guru BK, dan materi-materi yang disajikan dalam papan bimbingan juga kurang mendalam dan spesifik sehingga memunculkan perbedaan pemahaman pada diri siswa, sehingga siswa belum mampu menyamakan pemahamannya dengan siswa lain ketika mereka mendapat materi bimbingan dari guru BK. Masing-masing siswa mempunyai pendapatnya sendiri mengenai apa yang diterimanya, yaitu materi bimbingan dari guru BK, hal ini dikarenakan nilai dan kebutuhan tiap-tiap individu berbeda. Siswa akan lebih memperhatikan materi bimbingan yang bernilai dan sesuai dengan kebutuhannya, karena siswa memiliki prioritas kebutuhan yang berbeda pula. Perbedaan nilai dan kebutuhan itulah yang memunculkan kesulitan bagi para siswa untuk menyatukan pemahaman satu dengan yang lainnya.

Kesulitan tersebut dapat diminimalisir dengan pemberian media bimbingan kepada para siswa hendaknya didasarkan pada kebutuhan para siswa, agar lebih tepat dan sesuai dengan keadaan para siswa, sehingga

siswa pun dapat tertarik untuk mengikuti, memahami dan bertindak sesuai dengan materi yang diberikan oleh guru BK, karena jika tidak akan menimbulkan kesenjangan persepsi antara siswa satu dengan yang lain.

Item yang ketiga adalah “Membaca kliping bimbingan di ruang BK membuat saya bosan karena tidak variatif” dan item yang keempat “Saya

sulit menangkap materi bimbingan yang disajikan pada papan bimbingan

dengan ukuran kecil”. Tidak bermanfaatnya item ini mengindikasikan bahwa media yang berupa kliping bimbingan dan papan bimbingan kurang efektif diberikan kepada para siswa. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan kliping bimbingan yang materinya tidak variatif, tidak ada inovasi dan kreatifitas dalam pembuatannya. Kliping bimbingan dapat dibuat secara berkala dengan topik-topik yang mengikuti perkembangan informasi teraktual dan dibuat secara berkala, sehingga para siswa tidak bosan. Pada item-item di atas, para siswa juga belum dapat memahami obyek bimbingan yang ditampilkan berukuran kecil dan kurang variatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa para siswa masih belum optimal dalam menangkap rangsang yang diterimanya jika rangsang itu terlalu kecil baginya, dan rangsang yang diterima tidak variatif, seharusnya penyajian media bimbingan tersebut diperhatikan ukurannya, jangan terlalu kecil ataupun terlalu besar, lebih baik jika disesuaikan, dan juga penyajian materi bimbingan sebaiknya lebih up to date.

Item yang terakhir adalah “Saya merasa suasana kelas tidak kondusif

Tidak bermanfaatnya item tersebut menunjukkan bahwa sangat diperlukannya media bimbingan dalam penyampaian materi oleh guru BK baik di kelas maupun di luar kelas. Para siswa tidak nyaman ketika guru BK menyampaikan materi bimbingan di kelas hanya secara lisan saja. Hal tersebut dikarenakan para siswa merasa bosan ketika guru BK hanya menyampaikan materi seperti guru mata pelajaran lainnya. Sebenarnya guru BK bisa menggunakan metode lain bisa membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan bimbingan, yaitu dengan penggunaan media bimbingan. Seperti yang diungkapkan Arsyad (2010) tentang manfaat penggunaan media bimbingan adalah dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar atau, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan siswa bisa belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa masih memerlukan bantuan dari guru BK untuk bisa menyamakan pemahaman ketika mendapatkan materi bimbingan, siswa juga membutuhkan variasi dan inovasi dari media bimbingan yang diberikan oleh guru BK. Inovasi, variasi dan kreatifitas dalam pembuatan media bimbingan sangat diperlukan saat penyampaian materi bimbingan, apalagi jika tidak ada waktu khusus untuk masuk kelas memberikan materi bimbingan bagi para siswa, maka pembuatan media bimbingan untuk disajikan di lingkungan sekolah sangatlah diperlukan.

Dokumen terkait