• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

4.6. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani

4.6.3. Persepsi Terhadap Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama

Persepsi anggota terhadap peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Persepsi Terhadap Peran Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama Peranan

Kelompok Tani

Kategori Persepsi Anggota

Terhadap Peran Kelompok Sebagai Wahana Kerjasama Jumlah Responden Persentase (%) Sebagai Wahana Kerjasama Rendah ( skor 1,00 – 1,66 ) 7 23,33 Sedang ( skor 1,67 – 2,33 ) 19 63,33 Tinggi ( skor 2,34 – 3,00 ) 4 13,3 Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 17 di atas, persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori “tinggi” sebanyak 4 responden (13,3%). Jika persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap sebagai wadah menukar informasi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam usahatani dan pemasaran hasil.

Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh beberapa responden telah berperan dalam memberikan informasi penting di sektor pertanian dan mampu mengatasi permasalahan anggotanya dalam usahatani, yaitu pengurus kelompok tani sering mengamati aktifitas anggotanya dalam usahatani dan

35

pertanian lapangan agar memberikan penyuluhan kepada anggotanya seperti teknik penanaman padi, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit pada tanaman padi.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori “sedang” sebanyak 19 responden (63,33 %). Jika persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap mengetahui informasi tentang usahatani padi sawah dan pemasarannya. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh sebagian anggota belum sepenuhnya mengetahui informasi tentang budidaya padi dengan sistem modern dan jalur tataniaga pemasaran padi yang menguntungkan anggotanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden anggota kelompok menyatakan bahwa pengurus tidak memfasilitasi anggotanya dalam pemasaran hasil dan Gapoktan belum bisa mengelola pemasaran hasil usahatani seluruh anggota kelompok ke koperasi.

Persepsi anggota terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori “rendah” sebanyak 7 responden (23,33 %). Jika persepsi petani terhadap peran kelompok sebagai wahana kerjasama dalam kategori tersebut, maka peran kelompok tani dianggap tempat sekedar tempat berkumpul para anggota kelompok tani. Pada kategori ini, keberadaan kelompok tani dianggap oleh sebagian anggota belum dikatakan sebagai wahana kerjasama karena ada sebagian anggota kelompok yang tidak pernah mendapatkan solusi pemecahan masalah yang mereka hadapi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa anggota kelompok tani yang mengatakan bahwa kelompok tani hanya sebagai

36

harga gabah serta tidak mampu mensejahterakan anggotanya. 4.7. Pembahasan

Skor persepsi petani menggambarkan besaran kategori pandangan petani terhadap peran kelompok tani. Berdasarkan hasil pengolahan data primer, kategori skor tertinggi pada masing – masing persepsi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Skor Faktor-Faktor yang Membentuk Persepsi Petani No Faktor yang Membentuk

Persepsi Petani Skor Tertinggi Jumlah Responden Persentase (%) 1 Pendidikan Formal Kategori

Sedang 13 43,33 %

2 Pendidikan Non Formal Kategori

Tinggi 19 63,33 %

3 Lingkungan Sosial Kategori

Sedang 17 56,66 %

4 Lingkungan Ekonomi Kategori

Sedang 19 63,33 %

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 18 di atas, faktor – faktor yang membentuk persepsi petani terhadap kelompok tani yang diamati dalam penelitian ini meliputi : (1) pendidikan formal, (2) pendidikan non formal, (3) lingkungan sosia,l dan (4) lingkungan ekonomi.

Dari hasil survei mayoritas faktor – faktor yang membentuk persepsi petani terhadap peran kelompok tani adalah pendidikan formal dan termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 43,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan, kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis. Semua itu terpusat pada pengembangan keterampilan, maupun mental, moral dan estetika pertumbuhan.

37

keberhasilan lebih besar dan memperoleh kekayaan serta status sosial. Pelajar akan termotivasi untuk bercita-cita demi kemajuan dan perbaikan.

Pendidikan non formal juga merupakan faktor pembentuk persepsi seseorang. Hasil penelitian, pendidikan non formal termasuk dalam kategori

tinggi dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal mengarah pada pendidikan yang bertempat di luar dari aturan non formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang terhadap peran suatu lembaga kelompok tani. Hasil penelitian, lingkungan sosial termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 56,66 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi perubahan-perubahan dalam diri petani adalah kebudayaan, opini publik, pengambilan keputusan dalam keluarga dan kekuatan lembaga sosial. Lingkungan sosial juga dipengaruhi oleh kekuatan politik dan kekuatan pendidikan.

Faktor terakhir dalam pembentukan persepsi adalah lingkungan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan ekonomi termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lingkungan ekonomi merupakan kekuatan ekonomi finansial yang ada di sekitar seseorang yang terdiri dari (1) produsen dan pengaku sarana produksi/peralatan tani (2) pedagang serta lembaga pemasaran yang lain, dan (3) pengusaha/industri pengolahan hasil pertanian.

38

Tabel 19. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran Kelompok Tani

No Persepsi Kategori Skor Tertinggi

Jumlah Responden

Persentase (%) 1 Persepsi Sebagai kelas

belajar Kategori Sedang 17 56,66 %

2 Persepsi Sebagai Unit

Produksi Usahatani Kategori Sedang 16 53,33 % 3 Persepsi Sebagai

Wahana Kerjasama Kategori Sedang 19 63,33 %

Sumber : Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan Tabel 19 di atas, hubungan faktor internal persepsi petani terhadap peran kelompok tani yang diamati pada penelitian ini meliputi : (1) Persepsi Sebagai kelas belajar, (2) Persepsi Sebagai Unit Produksi Usahatani, dan (3) Persepsi Sebagai Wahana Kerjasama.

Dari hasil survei mayoritas persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai kelas kelas belajar termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 56,66 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, kelompok tani sebagai kelas belajar merupakan tempat belajar atau bertukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapi petani, saling bertukar informasi yang didapat dari sesama anggota dalam kelompok atau dengan petani di luar kelompok. Kelompok belum sepenuhnya bisa memfasilitasi anggota untuk selalu bertemu dan berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh : (1) kurangnya biaya untuk kegiatan pertemuan kelompok tani, (2) pelatihan, kursus, serta magang juga tidak rutin dilakukan, dan (3) ketidak hadiran penyuluh pertanian ke lapangan.

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani sebagai kelas belajar seharusnya kelompok mampu memfasilitasi anggota untuk

39

kelompok dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang pada akhirnya akan menumbuhkan kemandirian dalam berusahatani.

Sementara mayoritas persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai unit produksi usahatani termasuk dalam kategori sedang, yaitu dengan persentase mencapai 53,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelompok belum bisa secara maksimal dalam memfasilitasi pendistribusian sarana produksi dari Dinas Pertanian ke anggota kelompok yang sifatnya rutin dan juga merata. Kelompok belum dapat memfasilitasi untuk pengembangan dalam pemenuhan sarana produksi untuk kepentingan anggotanya, sehingga akhirnya anggota kelompok berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan sarana produksinya.

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani sebagai unit produksi usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.

Persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama termasuk dalam kategori sedang, yaitu dengan persentase mencapai 63,33 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam berkelompok, harus saling mengenal dan saling percaya antar pengurus dan anggotanya atau antar sesama anggota yang tergabung dalam kelompok. Dalam kelompok tani, anggota juga merasakan suasana yang terbuka antar sesama anggota kelompok dan dalam pembagian tugas/kerja. Namun kenyataannya, banyak anggota yang merasa kurang puas terhadap kinerja pengurus kelompok tani sehingga sering muncul konflik –

40

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, peran kelompok tani sebagai wahana kerjasama seharusnya sebagai tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Faktor – faktor yang membentuk persepsi petani dipengaruhi oleh pendidikan formal dan non formal, lingkungan sosial serta lingkungan ekonomi. Rata-rata pendidikan formal responden 9 tahun (43,33 %), pendidikan non formal responden berupa sekolah lapang, kursus tani/magang, rata – rata mereka telah mengikutinya pelatihannya 1 – 3 kali (63,33 %). Lingkungan sosial yang mempengaruhi pembentukan persepsi termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 56,66 %. Sedangkan lingkungan ekonomi yang mempengaruhi pembentukan persepsi termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 63,66 %

2. Persepsi petani terhadap peran kelompok tani sebagai kelas belajar termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 56,66 %, sebagai unit produksi usahatani termasuk dalam kategori sedang dengan persentase mencapai 53,33 %, dan sebagai wahana kerjasama termasuk dalam kategori

sedang dengan persentase mencapai 63,33 %, 5.2. Saran

1. Diharapkan adanya upaya dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya atau dinas – dinas terkait untuk memperbanyak pelatihan/kursus tani yang berkaitan dengan usahatani yang tidak hanya ditujukan kepada pengurus kelompok tani tetapi juga kepada seluruh anggota kelompok tani.

42

2. Diharapkan adanya upaya dari penyuluh pertanian untuk dapat menjadi fasilitator yang baik, terutama dalam upaya menumbuhkan kerjasama kelompok tani dengan pihak – pihak yang dapat membeli hasil usaha tani dari kelompok tani.

Berger, A. N, & Humphrey, d. b (1997). Efficiency of financial institutions: International survey and directions for future research. Journal of Operational Research

Charnes A, Cooper, W. W,. & Rhodes, E (1978). Measuring the efficiency of decision making unit, European Journal of Operasional Research, 2, 429-444

Farell, M. J. (1957). The meansurement of Productive Efficiency. Journal of the Royal Statical Society, Vol. 120, No. 3,253-290.

Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus: Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002).” Jurnal Dinamika Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal. 95-107.

Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank Indonesia

Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.

Poernomo, Eddy, 2006, Pengaruh Kreativitas dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Manajer Pada PT. Jesslynk Cakes Indonesia Cabang Surabaya, Adm. Bisnis UPN Veteran Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi Vol. 6 No. 2

Syakir, A. K. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis(DEA).” Jurnal Bisnis Strategi. Vol.13. Hal. 126-139, Semarang.

Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis.Yogyakarta: PAU-FE UGM.

Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.” Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal 49-67.

Sumanth, D.J 1985, Productivity Engineering and Management. USA: McGraw-Hill. Inc., USA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan

Dokumen terkait