BAB VI PEMBAHASAN
B. Persepsi Ibu terhadap Obesitas pada anak
Persepsi ibu khususnya terhadap anak obesitas pada penelitian dari
masalah kesehatan, para ibu cendrung ingin anaknya terlihat lebih gemuk.
Hasil penelitian dari Aruan dan Trianingsih (2006) pada penelitiannya masih
banyak orang tua yang perpengetahuan rendah tentang obesitas yang
tercermin dengan 60% responden memiliki pesepsi positif terhadap obesitas.
Sedangkan 40% memiliki persepsi negatif terhadap obesitas.
Persepsi positif adalah persepsi yang menghasilkan pandangan
penilaian yang baik terhadap sesuatu (Murdoko, 2006). Dalam hal ini ibu
yang mempunyai persepsi positif terhadap obesitas dapat dikatakan bahwa
obesitas pada anak tidak mempengaruhi kesehatannya maupun aktifitasnya.
Sedangkan persepsi negatif yakni persepsi yang menghasilkan pandangan
penilaian yang tidak baik atau sesuatu yang akan terjadi banyak
mendatangkan kerugian (Murdoko, 2006). Ibu yang mempunya pandangan
dan penilaian yang buruk terhadap obesitas, bahwa obesitas mempunyai
dampak yang buruk terhadap kesehatan anak.
C. Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan mengenai kondisi tubuh seseorang
yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat
gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2006).
Klasifikasi status gizi dapat menggunakan Indeks massa tubuh.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator yang paling sering digunakan
untuk mendeteksi masalah gizi pada seseorang. Pengukuran IMT dapat
10
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Berikut adalah tabel klasifikasi
obesitas menurut WHO (2014).
Tabel 2.1 Klasifikas Obesitas
Klasifikasi Kategori IMT (kg/m2)
Underweight <18.5 Normal weight 18,5-24,9
Overweight 25,0-29,9 Obese class I 30,0-34,9 Obese class II 35,0-39,9 Obese class III >40,0
Sumber : WHO (2014)
D. Obesitas Pada Anak 1. Definisi Obesitas
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan
ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak
dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui
ukuran ideal (Sumanto, 2009). Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi
lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan
(WHO, 2014). Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang
umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ
tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya
(Misnadiarly, 2007).
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Tidak bisa hanya
memandang dari satu sisi.
a. Makanan yang Berlebihan
Obesitas pada anak dapat terjadi akibat penyakit bawaan atau
di peroleh karen surplus energi akibat asupan energi dari makanan
melebihi penggunaan ataupun Penggunaan energi rendah karena anak
kurang aktif (Wiramihardja, 2004).
Surplus enegi pada seorang anak sama halnya seperti pada
orang dewasa. Anak mendapat asupan energi yang besar belum tentu
disebabkan oleh porsi makan besar, tetapi bisa di sebabkan berasal
dari makanan selain nasi, yaitu makanan cemilan, makanan jajanan,
dan dari minuman berenergi seperti soft drink atau susu
(Wiramihardja, 2004).
Salah satu penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak
baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab,
diantaranya adalah karena lingkungan dan sosial. Perilaku makan
yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan
nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas. Obesitas pada
kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti
(Guyton & Hall, 2007).
b. Gaya hidup kurang gerak
Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bermain.
Bermain bagi anak semestinya bukan sekedar aktivitas fisik biasa,
12
berolahraga secara tidak langsung bagi anak. Permainan tradisional
umumnya dimainkan secara berkelompok, banyak bergerak dan
membutuhkan lahan yang luas seperti : berlari, sepak bola, galaksin,
atau main petak umpet. Permainan semacam ini sangat bermanfaat
untuk melatih kekuatan otot dan fisik secara keseluruhan, kemampuan
komunikasi, sosialisasi serta menyehatkan bagi anak. Namun, kini
permainan tradisional telah banyak ditinggalkan, salah satu alasannya
ialah lahan yang digunakan untuk bermain kian berkurang, terutama di
kota kota besar seperti Jakarta (Wahyu, 2009).
Gaya hidup tidak aktif ataupun kurang aktif dapat dikatakan
sebagai penyebab utama obesitas (Guyton & Hall, 2007). Anak yang
kurang aktif penggunaan energinya rendah, misal tidak suka atau tidak
pernah bermain permainan tradisional yang banyak menggunakan
tenaga fisik (Wiramihardja, 2004). Anak dapat tahan duduk berjam
jam di depan televisi menonton acara televisi atau main playstation
(Wiramihardja, 2004). Oleh karena itu pada orang yang kelebihan
berat badan, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan
pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas
penurunan berat badan (Guyton & Hall, 2007).
3. Faktor resiko
a. Faktor Genetik
Keterlibatan genetik dalam meningkatkan faktor resiko
kegemukan dan obesitas diketahui berdasarkan fakta adanya
individu lainya. Individu yang memiliki kecepatan metabolisme
lebih lambat memilii resiko lebih besar menderita kegemukan dan
obesitas. Penelitian juga mengungkapkan fakta bahwa beberapa
gen terlibat dalam hal ini (Wahyu, 2009).
b. Faktor Budaya
Indonesia masih menghadapi paradoks dalam hal kesehatan
gizi masyarakat, terutama pada sekelompok usia anak. Paradoks yg
dimaksud ini ialah persoalan kekurangan gizi (malnutrisi) di satu
sisi dan peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas di sisi
laiinya (WHO, 2014). Paradoks ini menyebabkan adanya
keyakinan bahwa anak yang sehat selalu identik dengan gemuk.
Keyakinan ini membuat para orang tua pun berlomba lomba
membuat anaknya gemar makan dengan berbagai cara dan
mengabaikan komposisi gizi dalam makanan tesebut (Wahyu,
2009).
4. Komplikasi
Komplikasi terhadap anak gemuk dan obesitas mempunyai resiko
cukup tinggi untuk menjadi gemuk pada saat dewasa nanti (Arvin, 2000).
Obesitas adalah penyebab dari timbulnya suatu penyakit kronis seperti
penyakit kardiovaskular, sehingga dapat menyebabkan kecacatan dan
kematian (Yusuf, Cairns, Camm, Fallen, & Gersh, 2011). Anak yang
memiliki obesitas akan sulit untuk kembali ke berat badan normalnya dan
14
Massa Tubuh (IMT) tinggi berhubungan dengan kematian pada umur
muda (Bang et al 2012 dan WHO, 2014).
Masalah lain yang timbul pada anak obesitas yaitu overweight pada
anak dan remaja merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung,
seperti tingginya kadar kolesterol dan tingginya tekanan darah, bila
dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal. Overweight
dan obesitas sangat berhubungan dengan Diabetes tipe 2 (WHO, 2014). Menurut D‟Adamo (2007) obesitas selalu disertai dengan resistensi insulin yang mengarah pada diabetes. Obesitas merusak pengaturan energi
metabolisme dengan dua cara, yaitu obesitas menimbulkan resistensi
leptin dan meningkankan resistensi insulin. Leptin berperan dalam
hipotalamus untuk mengatur tingkat lemak tubuh, kemampaun untuk
membakar lemak menjadi energi. Semakin banyak lemak tubuh semakin
tinggi resistensi insulin. (D'Adamo & Whitney, 2007)
5. Karakteristik anak obesitas
Anak yang obesitasnya karena masukan kalori tinggi secara
berlebihan biasanya tidak hanya lebih berat daripada teman sebayanya
namun juga lebih tinggi, dan umur tulang lebih tua. Wajah anak yang
mengalami obesitas tampak sering sangat tidak sepadan dengan umurnya.
Pada anak laki laki adipositas di daerah dada sering berkesan tumbuh
payudara dan karena ini, bisa dapat menjadi memalukan. Abdomen
cendrung menggantung, dan sering ada striae putih. Genetalian eksterna
lemak pubis. Pubertas dapat terjadi lebih awal pada anak obesitas
(Behrman, Kliegman, & Arivin, 2000).
Perkembangan genetalia pada anak perempuan normal dan
menarkhe tidak tertunda dan mungkin lebih awal. Pada obesitas, ekstermitas biasanya lebih besar di lengan atas dan paha dan kadang
kadang mempunyai batas (Behrman, Kliegman, & Arivin, 2000).
E. Anak Prasekolah
Anak usia prasekolah menurut Peraturan Presiden Republik
Indonesia no 60 tahun 2013 ialah usia 2 tahun hingga 6 tahun yang bisa
disebut anak usia dini. Berikut adalah karakteristik anak pra-sekolah ini
mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta emosional anak
menurut Wong Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, (2009).
Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang fisik adalah bertumbuh
besarnya ukuran-ukuran antropometrik dan gejala/tanda lain pada rambut,
gigi-geligi, otot, serta jaringan lemak, darah, dan lainnya. Sedangkan
kemampuan motorik dan emosional anak mencakup sikap anak dalam
lingkungan, gerakan anggota badan, serta kemampuan intelektual anak seperti
menyebutkan nama atau bercerita lainnya (Wong, Eaton, Wilson,
16
F. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Dimodifikasi dari : Sunaryo (2002); Walgito (2002); Murdoko (2006) Proses persepsi dalam individu
Objek yang di amati ibu adalah anak obesitas
Di tangkap oleh alat indera
Adanya perhatian ibu terhadap nutrisi anak, status gizi pengalam an Lingkungan sekitar persepsi Persepsi negatif Persepsi positif
17 BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Variabel penelitian adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan
ukuran yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmojo, 2005). Penelitian ini memiliki satu variabel
yaitu persepsi ibu terhadap anak obesitas.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
Persepsi Ibu terhadap Obesitas Pada Anak
Pemahaman terhadap anak obesitas
Pandangan terhadap anak obesitas
18
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Persepsi ibu terhadap obesitas pada anak Pemahaman terhadap obesitas Pemahaman ibu terhadap obesitas pada anak
Kuesioner 0. Persepsi positif < mean
1. Persepsi negatif > mean Ordinal
Pandangan terhadap obesitas
Pandangan ibu
terhadap obesitas pada anak
kuesioner 0. Persepsi positif < mean
1. Persepsi negatif > mean Ordinal
2 Karakteristik
responden Umur
Umur ibu saat mengisi
kuesioner Kuesioner
Dalam tahun dan
dikategorikan menurut : 1.Remaja : >20 tahun 2.Dewasa awal : 20-40 tahun 3.Dewasa tengah 41-60 tahun (Leeming, 2006) Interval
Sub Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Pendidikan Terakhir Jenjang pendidikan terakhir responden di Indonesia yang dicapai saat mengisi kuesioner kuesioner 1. Tidak sekolah 2. Sekolah Dasar (SD/Sederajat) 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP/Sederajat) 4. Sekolah Menengah Atas
(SMA/Sederajat) 5. Perguruan Tinggi (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Ordinal
Pekerjaan Karier responden saat
mengisi kuesioner kuesioner
1. Kerja
2. Tidak kerja Nominal
Pendapatan keluarga perbulan
Pendapatan keluarga perbulan saat mengisi kuesioner kuesioner 1. < UMR DKI Rp. 2,441,301 2. > UMR DKI Rp. 2,441,301 Interval
20 BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif
menggunakan kuisioner yang telah di buat oleh peneliti sendiri. Rancangan
penelitian ini akan digunakan untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap
obesitas pada anak usia prasekolah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 4 Paud kelurahan Grogol Selatan
,kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Alasan peneliti memilih tempat
tersebut karena berdasarkan Risksdas bahwa Jakarta memiliki prevalensi anak
gemuk yang cukup tinggi di Indonesia. Kemudian peneliti juga melakukan
studi pendahuluan ke dinas kesehatan Jakarta, diketahui Jakarta Selatan
memiiki proporsi balita gemuk yakni 10, 9% dari total semua wilayah di
Jakarta. Dari data tersebut ingin melihat gambaran persepsi yang dimiliki
oleh ibu terhadap anak obesitas di Paud Jakarta Selatan. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 1-10 Juni 2015.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan
di lakukan, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang
nilai/karakteristiknya kita ukur. Pada penelitian ini yang menjadi sampel
di Paud kelurahan Grogol Selatan kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan.
Penentuan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang ditetapkan oleh peneliti.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik atau kriteria subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang akan diteliti (Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah:
a. Ibu yang mempunyai anak usia 2-6 tahun yang bersekolah di Paud
kelurahan Grogol Selatan kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
b. Ibu yang bersedia menjadi responden.
c. Ibu yang mampu membaca dan menulis.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan kriteria penentuan subjek penelitian
yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian (Hidayat, 2011).
Kriteria ekslusi yang ditetapkan adalah:
a. Anak yang sedang tidak masuk sekolah.
Populasi dari penelitian ini adalah anak yang bersekolah di Paud
kelurahan Grogol Selatan kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Paud
yang berada di wilayah Kelurahan Grogol yakni Paud mawar 012, Paud
Singkong, Paud Tunas Mawar, Paud Cempaka, total anak yang bersekolah di
22
Penelitian ini menggunakan metode systematic random sampling
untuk memilih sampel dari populasi secara sistematis. Berikut ini langkah
peneliti melakukan systematic random sampling dalam menentukan jumlah sampel (Dharma, 2011) :
1. Susun kerangka sampling, dalam penelitian ini peneliti menyusun nama
nama anak yang bersekolah di paud kelurahan grogol selatan.
2. Hitung jumlah sampel yang di inginkan. Peneliti menginginkan sampel
sabanyak 83 orang.
3. Tentukan kelas interval (K), dengan cara membagi jumlah populasi
dengan jumlah sampel yang diinginkan. Dalam penelitian ini populasi
sebanyak 166 orang, dan sampel yg diinginkan yakni 83 orang. Di ketahui
kelas intervalnya ialah 2.
4. Tentukan nomor pertama (m) dari kelas interval pertama populasi yang
akan dijadikan sebagai sampel, secara di undi. Peneliti telah mengundi,
populasi yang beurutkan nomor 2 akan menjadi nomor pertama dari kelas
inteval.
5. Urutan sampel berikutnya di tentukan dengan menjumlahkan nilai K
dengan m sampai memenuhi jumlah sampel mencapai 83 orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data (Dharma, 2011). Peneliti menggunakan instrumen yang
dibuat sendiri oleh peneliti. Peneliti telah membuat 30 item pertanyaan
tentang persepsi ibu terhadap obesitas pada anak usia prasekolah sesuai
dengan teori yang telah peneliti bahas di bab sebelumnya yaitu bab tinjauan
pustaka. Setelah peneliti membuat item sebanyak 30 pertanyaan, setelah uji
validitas, peneliti mengubah jumlah item pertanyaan menjadi 29 item
pertanyaan.
Instrumen pertanyaan terdiri dari dua bagian. Pada bagian I (pertama)
terdapat data demografi yang berisi tentang usia, status pekerjaan, pendidikan
terakhir, dan pendapatan keluarga perbulan. Sedangkan pada bagian II
(kedua) ada 29 soal yakni 13 pertanyaan positif dan 16 pertanyaan negatif,
tentang persepsi ibu terhadap obesitas pada anak usia prasekolah.
Kuesioner yang peneliti gunakan adalah jenis kuesioner close ended item yaitu kuesioner dengan memberikan banyak pilihan banyak jawaban. Kuesioner close ended item ini menggunakan skala pengukuran Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau
yang dialaminya (Hidayat, 2007). Skala Likert ini di beri 4 pilihan jawaban
yakni sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jika untuk
pertanyaan positif maka nilai dari pilihan tersebut yaitu sangat setuju: 4,
setuju: 3, tidak setuju: 2, dan sangat tidak setuju: 1. Sedangkan untuk
pertanyaan negati dengan nilai sangat setuju: 1, setuju: 2, tidak setuju: 3, dan
sangat tidak setuju: 4 (Hidayat, 2007). Berikut tahapan pembuatan instrumen
24
1. Peneliti mempelajari kembali konsep yang diteliti untuk memperjelas
pemahaman peneliti tentang variabel penelitian.
2. Menentukan jenis instrumen yang akan di pakai dalam penelitian. Jenis
instrumen yang peneliti pakai adalah kuesioner.
3. Membuat kisi kisi instrumen yang dapat di lihat pada lampiran 2. Kisi-kisi
instrumen mencangkup variabel penelitian, sub variabel dan sub indikator.
4. Membuat item pertanyaan sesuai dengan indikator pada kisi kisi instrumen
5. Tentukan skala yang di gunakan untuk ngeukur setiap sub indikator.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
6. Konsultasikan instrumen dengan pakar dibidangnya untuk meningkatkan
validitas isi (content validity.) pakar akan memberikan masukan berupa sub variabel dan indikator yangg harus di perbaiki, dihilangkan atau
ditambahkan dalam kisi kisi adalah.
7. Setelah melakukan uji validitas dengan menggunakan content validity
peneliti menguji reliabilitas dari instrumen dengan cara menyebar
kuesioner ke 30 individu yang memiliki kesamaan karakteristik dengan
responden penelitian.
8. Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, selanjutnya peneliti
memperbaiki instrumen sesuai hasil uji validitas dan reliabilitas.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas menunjukan ketepatan pengukuran suatu instrumen, yaitu
yang seharusnya diukur (Dharma, 2011). Validitas adalah syarat mutlak
bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan dalam suatu pengukuran
(Dharma; 2011 dan Hidayat; 2007). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan content validity (validitas isi).
Content validity menunjukan bahwa item kemampuan item pertanyaan dalam instrumen dapat mewakili semua unsur dimensi konsep
yang sedang diteliti. Untuk menguji validitas dengan menggunakan
content validity ini peneliti akan meminta pendapat para pakar yang
memang pakar pada bidang yang sedang di teliti, yakni bidang
keperawatan anak pada penelitian ini.
Instrumen yang telah peneliti buat telah di uji content validity oleh 3 pakar di bidang keperawatan anak. Pakar yang ahli dalam bidang
tersebut adalah Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. Kep. An, Ns.
Mardiyanti, M.Kep, MDs dan Maulina Handayani, S.Kp.,MSc. Peneliti
membuat jadwal bersama pakar untuk melakukan content validity. Peneliti mengkonsultasikan instrumen dengan ibu Ns. Mardiyanti,
M.Kep, MDs, setelah di konsultasikan peneliti mendapatnkan masukan
bahwa terdapat 1 item pertanyaan yang tidak dapat di masukan dalam
instrumen dikarenakan pertanyaan tersebut tidak bisa didefinisikan sebagai hal yang negatif bagi anak, item pertanyaan tersebut ialah “saya selalu memberikan anak saya bekal dan uang jajan jika anak saya pergi ke sekolah” dan ada beberapa item pertanyaan yang harus di ubah redaksionalnya.
26
Peneliti melanjutkan uji validitas content validity dengan ibu Maulina Handayani S.Kep MSc dengan hasil hampir sama dengan
masukan yang di berikan oleh ibu Ns. Mardiyanti M.Kep,MDs bahwa
satu item pertanyaan tidak dapat dimasukan kedalam kuesioner, dan
beberapa masukan ada pertanyaan instrumen yang ganda.
Setelah melakukan content validity dengan 2 pakar di bidang keperawatan anak, peneliti lanjut uji content validity kembali dengan ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep., Sp. Kep. An sebagai pakar yang
memberi masukan untuk menyatukan masukan dari ibu Ns. Mardiyanti
M.Kep,MDs, dan Maulina Handayani S.Kep MSc. Setelah mendapatkan
masukan dari ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp. Kep. An peneliti
melakukan perbaikan terhadap instrumen, dengan perbaikan ada 1 item
pertanyaan yang dihapus, dan mengganti redaksional beberapa item
pertanyaan, dan menghapus item pertanyaan yang ganda dan
menggantikan dengan pertanyaan yang lain. Dari 30 item pertanyaan,
setelah content validity dilakukan terdapat 29 item pertanyaan yang sudah di perbaiki oleh peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan uji
reliabilitas.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.
Reliabilitas menunjukan apakah instrumen menghasilkan data yang
konsisten jika instrumen ini digunakan kembali secara berulang (Dharma,
1. Peneliti membuat surat izin untuk melakukan uji reliabilitas kepada
kampus Fakultasn Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Syarif
Hidayatullah Jakarta Peneliti
2. Peneliti memilih Paud Bougenville untuk melakukan uji reliabel
dengan alasan bahwa untuk menguji suatu instrumen dibutuhkan 30
responden yang mempunyai karakteristik responden yang sama
dengan sampel penelitian, namun responden yang telah diambil
untuk melakukan uji instrumen tidak dai masukan dalam sampel
penelitian.
3. Peneliti memberikan surat izin uji reliabilitas kepada Paud
Bougenville.
4. Setelah diizinkan peneliti mengambil 30 ibu yang sedang menunggu
anaknya yang berada di Paud Bougenville.
5. Peneliti melakukan coding, entry lalu setelah itu melakukan analisis data menggunakan software analisis statistik.
6. Diketahui bahwa hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus
crombach alpha adalah 0.739 dengan jumlah item sebanyak 29 pertanyaan.
Peneliti menggunakan metode Cronbach alpha dimana keuntungan menggunakan uji ini adalah dapat dihitung dengan hanya melakukan
pengukuran satu waktu dan tepat digunakan untuk alat ukur multiscale
28
Tabel 4.1
Interpretasi Koefisien Reliabilitas
Sumber: Tappen, 2011
Instrumen memiliki nilai crombach alpha sebesar 0,739. Nilai alpha yang di peroleh dari instrumen tersebut sudah cukup bagus.
Berdasarkan nilai interpretasi yang di jelaskan Tappen (2011) instrumen
memiliki nilai cukup, sehingga instrumen penelitian ini menghasilkan
data yang konsisten jika instrumen ini digunakan kembali secara
berulang.
F. Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2007) dalam proses pengolahan data terdapat
beberapa langkah yang harus ditempuh meliputi editing, coding, entry data,
dan analiting. Berikut penjelasannya: 1) Editing
Editing merupakan langkah untuk memeriksa kembali kebenaran data, seperti daftar pertanyaan yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2) Coding
Nilai alpha Intepretasi
Nilai alpha 1 sangat sempurna Nilai alpha 0,9 Sangat bagus Nilai alpha 0,8 Bagus Nilai alpha 0,7 Cukup Nilai alpha < 0,7 Jelek
Coding merupakan langkah pemberian kode numerik (angka) pada data yang sudah dikumpulkan yang terdiri atas beberapa kategori.
Pemberian kode ini akan memudahkan peneliti dalam pengolahan dan
menganalisa data menggunakan komputer. Dan penelitian ini
menggunakan kode tiap item kuisioner. Selanjutnya kode-kode tersebut
dikembalikan lagi pada variabel aslinya.
3) Entry data
Entry data merupakan langkah memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel
kontingensi. Program yang digunakan untuk menganalisa data pada
penelitian ini adalah software statistik. 4) Analiting
Dalam melakukan analisa, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Analiting adalah langkah selanjutnya setelah data dimasukkan ke dalam database komputer dan kemudian dianalisa.
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam prosedur pengumpulan data adalah sebagai