• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Persepsi Terhadap Sosialisasi Program OMOT

1. Persepsi Terhadap Sosialisasi Program OMOT dalam

sosialisasi Program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam rangka mengadakan penyuluhan.

2. Persepsi terhadap sosialisasi Program OMOT dengan menggunakan media Diukur dari pengetahuan, pemahaman dan tanggapan warga terhadap sosialisasi Program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang dengan menggunakan media berupa spanduk dan pamflet yang dipasang di sekitar tempat tinggal warga

3. Persepsi terhadap latar belakang Program OMOT

Diukur dari pengetahuan, pemahaman dan tanggapan warga terhadap latar belakang Program OMOT yaitu sebagai reaksi pemerintah atas terjadinya pemanasan global (global warming).

4. Persepsi terhadap tujuan Program OMOT

Diukur dari pengetahuan, pemahaman dan tanggapan warga terhadap tujuan Program OMOT yaitu:

a) Mengurangi Dampak Pemanasan Global,

b) Meningkatkan Absobsi gas CO2, SO2 dan polutan lainnya,

c) Mencegah berbagai bencana (banjir, kekeringan dan tanah longsor), d) Meningkatkan upaya Konservasi sumberdaya genetik tanaman hutan, e) Meningkatkan kesadaran warga untuk menanam dan memelihara pohon

sebagai bagian dari sikap atau budaya bangsa yang melekat pada kehidupan sehari-hari.

5. Persepsi terhadap pentingnya Program OMOT

Diukur dari pengetahuan, pemahaman dan tanggapan warga terhadap pentingnya Program OMOT sebagai upaya nyata dalam bidang pelestarian lingkungan hidup.

31 6. Persepsi terhadap bentuk Program OMOT

Diukur dari pengetahuan, pemahaman dan tanggapan warga terhadap bentuk Program OMOT yaitu setiap satu orang dianjurkan untuk menamam satu pohon

7. Persepsi terhadap sasaran Program OMOT

Diukur dari pengetahuan, pemahaman dan tanggapan warga terhadap sasaran Program OMOT yaitu:

a. Menjadikan setiap bentang lahan menjadi hijau (tertutup vegetasi) baik di dalam maupun di luar kawasan hutan sehingga memberikan fungsi perlindungan terhadap kelestarian alam

b. Menjadikan alam yang memiliki nilai estetika (keindahan)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 56), populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga.

Berdasarkan definisi tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga di Kampung Karet Kavling Kelurahan Karet Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang yang berjumlah 310 KK. Pemilihan KK sebagai populasi penelitian ini didasarkan pertimbangan bahwa KK merupakan individu yang mewakili sebuah keluarga dan program OMOT cenderung diikuti oleh KK (bukan anak-anak, remaja, ibu rumah tangga atau manula). KK tersebut terbagi dalam empat kavling sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga di Kampung Karet Kavling Kelurahan Karet Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

No Kavling Jumlah KK 1 I 74 2 II 76 3 III 80 4 IV 80 Jumlah 310

Sumber: Monografi Kampung Karet Kavling Kelurahan Karet Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010

2. Sampel

Menurut Rakhmat (2000: 86), sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu dan kemudian akan diteliti. Untuk menentukan besar digunakan rumus T. Yamane sebagai berikut:

1 ) d ( N N n 2   Keterangan : n = Sampel N = populasi d2 = Sampel Error 1 = Bilangan konstan

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya sampel adalah : n = 1 ) 1 , 0 ( 310 310 2 = 310(0,01) 1 310  = 3,10 1 310  = 4310 = 75.61 = 76 ,10

Berdasarkan perhitungan di atas maka sampel dalam penelitian ini adalah 75.61 dan dibulatkan menjadi 76 KK.

33 Selanjutnya untuk mengambil sampel dari tiap-tiap kavling digunakan teknik Proportional Random Sampling, dengan rumus sebagai berikut:

Nh = Ni X n N Keterangan:

Nh : Banyaknya sampel yang dibutuhkan dari setiap kelompok/kavling n : Jumlah sampel yang mewakili populasi

Ni : Banyaknya sub populasi dari setiap kelompok/kavling N : Jumlah populasi (Sugiyono, 2003: 217)

Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan sampel dari setiap kavling dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Sampel dari Setiap Kavling

No Kavling Populasi Random Sampling Proporsional Sampel

1 I 74 310 76 74 x 18 2 II 76 310 76 76 x 19 3 III 80 310 76 80 x 20 4 IV 80 310 76 80 x 20

Jumlah Populasi 310 Jumlah Sampel 76 Sumber: Diolah dari Hasil Perhitungan Sampel. 2010

E. Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi:

1. Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian.

2. Data Sekunder, adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, dokumen, arsip dan literatur lain.

F. Skala Data dan Penentuan Skor

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2001: 112), skala interval adalah skala yang jarak antar datanya bernilai sama. Penentuan skornya adalah:

1. Jawaban A diberi skor 3 (tiga) 2. Jawaban B diberi skor 2 (dua) 3. Jawaban C diberi skor 1 (satu) G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:

1. Kuisioner. Dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan atau angket tertulis dengan menyertakan alternatif jawaban pilihan ganda.

2. Dokumentasi. Dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti mencari data dari buku, dokumen, arsip dan literatur lainnya.

35 H. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:

1. Editing. Adalah memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.

2. Koding. Adalah memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data.

3. Tabulasi. Adalah memasukkan data dalam tabel setelah diklasifikasikan berdasarkan kategori yang sama.

I. Teknik Analisa Data

Analisia data dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tabel tunggal yaitu menghitung frekuensi dan membuat persentase jawaban responden pada pertanyaan kuesioner yang diajukan, dengan menggunakan rumus:

F P = X 100 % N Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Sampel (Sugiyono, 2003: 264)

Selanjutnya penentuan kategori persepsi warga terhadap program OMOT dilakukan dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut:

I = K NR NT  Keterangan NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori (Sugiyono, 2003: 275)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah warga di Kampung Karet Kavling Kelurahan Karet Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang yang berjumlah 76 orang. Distribusi jawaban mengenai gambaran lebih jelas tentang responden, berikut akan dideskripsikan identitas responden menurut kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan.

1. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Distribusi jawaban mengenai identitas responden menurut kelompok umur, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 45 tahun atau lebih 11 14.47

2 35 - 44 tahun 36 47.37

3 25 – 34 tahun 29 38.16

Jumlah 76 100,00

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 76 responden: sebanyak 11 (14,47%) responden berusia 45 tahun atau lebih, sebanyak 36 (47,37%) responden berusia antara 35-44 tahun, sebanyak 29 (38,165%) responden berusia antara 25-34. Dengan demikian maka sebagian besar responden berusia antara 35- 44 tahun. Data di atas menunjukkan bahwa para kepala keluarga di Kampung Karet Kavling Kelurahan Karet Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang sebagian besar berusia produktif.

2. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi jawaban mengenai identitas responden menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Lulusan SD/Sederajat 6 7.89

2 Lulusan SMP/Sederajat 27 35.53

3 Lulusan SMA/Sederajat 39 51.32

4 Lulusan Perguruan Tinggi 4 5.26

Jumlah 76 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 76 responden: sebanyak 7 (7,89%) responden adalah lulusan SD/Sederajat, sebanyak 27 (35,53%) responden adalah lulusan SMP/Sederajat, sebanyak 39 (51,32%) responden adalah lulusan SMA/Sederajat dan sebanyak 4 (5,26%) responden adalah lulusan Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka sebagian besar responden penelitian telah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang pendidikan menengah atas.

44

3. Identitas Responden Menurut Pekerjaan

Distribusi jawaban mengenai identitas responden menurut pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Identitas Responden Menurut Pekerjaan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Buruh 10 13.16

2 Pedagang 21 27.63

3 Wiraswasta 43 56.58

4 PNS 2 2.63

Jumlah 76 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2011

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 76 responden: sebanyak 10 (13,16%) responden bekerja sebagai buruh, sebanyak 21 (27,63%) responden bekerja sebagai pedagang, sebanyak 43 (56,58%) responden bekerja sebagai wirasawasta dan 2 (2,63%) responden bekerja sebagai PNS, dengan demikian maka sebagian besar responden penelitian bekerja sebagai wiraswata atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

B. Persepsi Terhadap Sosialisasi Program OMOT

Persepsi warga terhadap Program One Man One Tree adalah tanggapan atau penilaian yang diberikan oleh warga terhadap program yang dicanangkan oleh pemerintah, berupa anjuran kepada setiap satu orang untuk menanam satu pohon sebagai upaya meminimalisasi dampak pemanasan global dan menjaga kestabilan lingkungan hidup agar tetap asri dan sejuk.

1. Persepsi Terhadap Sosialisasi Program OMOT dalam Bentuk Penyuluhan

Persepsi warga terhadap sosialisasi Program OMOT dalam bentuk penyuluhan dalam penelitian ini diiukur dari pengetahuan, pemahaman dan tanggapan warga terhadap sosialisasi Program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam rangka mengadakan penyuluhan.

a. Pengetahuan Tentang Adanya Sosialisasi Program OMOT yang

Dilakukan Pemerintah Tangerang

Distribusi jawaban mengenai pengetahuan responden tentang adanya sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Pengetahuan Tentang Adanya Sosialisasi Program OMOT yang Dilakukan Pemerintah Tangerang

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Tahu 51 67.11

Kurang Tahu 25 32.89

Tidak Tahu 0 0.00

Jumlah 76 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

Sementara itu data jawaban responden pada kuisioner terbuka mengenai adanya sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang, dapat dilihat pada tabel berikut:

46 Tabel 9. Pengetahuan Tentang Adanya Sosialisasi Program OMOT yang

Dilakukan Pemerintah Tangerang (Kuisioner Terbuka)

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 2 3 4

Pertemuan langsung melalui penyuluhan Mengetahui melalui media massa

Mengetahui melalui spanduk Kurang tahu karena tidak mengikuti penyuluhan secara tuntas dan melihat di media massa dan spanduk hanya selintas saja. 29 15 7 25 38.16 19.73 9.22 32.89 Jumlah 76 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 76 responden: sebanyak 51 (67.11%) responden mengetahui adanya sosialisasi program OMOT, sebanyak 25 (32.89%) responden kurang mengetahui adanya sosialisasi program OMOT, tidak ada (0.00%) responden tidak mengetahui adanya sosialisasi program OMOT. Dengan demikian maka sebagian besar responden mengetahui adanya sosialisasi program OMOT oleh Pemerintah Tangerang. Pengetahuan responden mengenai sosialisasi program OMOT oleh Pemerintah Tangerang tersebut disebabkan karena sebagai program nasional, program OMOT disosialisasikan secara gencar oleh Pemerintah Tangerang, baik dengan menggunakan media massa, penyuluhan maupun menggunakan media spanduk yang dipasang di sekitar pemukiman warga. Adanya sosialisasi yang gencar tersebut menyebabkan warga tahu, karena sebelumnya mereka mendengar, melihat atau mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh Pemerintah Tangerang.

Data di atas diperkuat oleh jawaban responden pada pertanyaan kuisioner terbuka yang menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 36,18% mengetahui program OMOT melalui sosialiasi yang dilakukan Pemerintah Tangerang dengan cara mengikuti pertemuan langsung melalui penyuluhan.

b. Pengetahuan Tentang Sosialisasi Program OMOT Melalui Pertemuan

Langsung dengan Warga dalam Bentuk Penyuluhan

Distribusi jawaban mengenai pengetahuan responden tentang sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Pengetahuan Tentang Sosialisasi Program OMOT Melalui Pertemuan Langsung dengan Warga dalam Bentuk Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Tahu 47 61.84

Kurang Tahu 29 38.16

Tidak Tahu 0 0.00

Jumlah 76 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

Sementara itu data jawaban responden pada kuisioner terbuka mengenai sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

48 Tabel 11. Pengetahuan Tentang Sosialisasi Program OMOT Melalui Pertemuan Langsung dengan Warga dalam Bentuk Penyuluhan (Kuisioner Terbuka)

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 2. 3. 4

Tahu karena mengikuti penyuluhan

Tahu karena diberitahu oleh teman yang mengikuti penyuluhan Kurang tahu karena mengikuti penyuluhan tidak sampai selesai Kurang tahu karena pada saat penyuluhan banyak peserta yang berbicara satu dengan yang lainnya

35 12 20 9 46.05 15,79 26.32 11,84 Jumlah 76 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 76 responden: sebanyak 47 (61.84%) responden mengetahui sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan, sebanyak 29 (38.16%) responden kurang mengetahui sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan. Tidak ada responden (0.00%) yang tidak mengetahui sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan. Dengan demikian maka sebagian besar responden mengetahui sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan.

Pengetahuan warga pada sosialisasi program OMOT dalam bentuk pertemuan langsung berupa penyuluhan tersebut disebabkan karena sebelum kegiatan penyuluhan dilaksanakan, aparat pemerintah kampung Kavling Karet

menginformasikan akan ada penyuluhan program OMOT kepada warganya, sehingga warga mengetahui secara jelas pelaksanaan penyuluhan tersebut dan mereka mengikuti program penyuluhan yang dilaksanakan.

Data di atas diperkuat oleh jawaban responden pada pertanyaan kuisioner terbuka yang menunjukkan sebagian besar responden yaitu 46.05% mengetahui program OMOT karena mengikuti pertemuan langsung bentuk penyuluhan.

c. Pemahaman Responden pada Sosialisasi Program OMOT Melalui

Pertemuan Langsung dengan Warga dalam Bentuk Penyuluhan

Distribusi jawaban mengenai pemahaman responden pada sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Pemahaman Responden pada Sosialisasi Program OMOT Melalui

Pertemuan Langsung dengan Warga dalam Bentuk Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Paham 38 50.00

Kurang Paham 31 40.79

Tidak Paham 7 9.21

Jumlah 76 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

Sementara itu data jawaban responden pada kuisioner terbuka mengenai sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

50 Tabel 13. Pemahaman Responden pada Sosialisasi Program OMOT Melalui Pertemuan Langsung dengan Warga dalam Bentuk Penyuluhan (Kuisioner Terbuka)

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1.

2. 3. 4

Paham karena petugas penyuluh menjelaskan secara terperinci dan mengajukan pertanyaan jika kurang mengerti

Kurang paham karena tidak mengikuti penyuluhan dengan baik

Kurang paham karena suasana penyuluhan ramai dan tidak fokus Tidak paham karena tidak mengikuti penyuluhan dengan baik

38 26 5 7 50.00 34.21 6,58 9.21 Jumlah 76 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 76 responden: sebanyak 38 (50.00%) responden memahami sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan, sebanyak 31 (40.79%) responden kurang memahami sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan. Sebanyak 7 (9.21%) responden tidak memahami sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan. Dengan demikian maka jumlah responden yang mengikuti dan memahami sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan lebih besar dibandingkan dengan warga yang kurang paham dan tidak paham.

Pemahaman warga pada sosialisasi program OMOT melalui penyuluhan tersebut disebabkan karena petugas penyuluh menjelaskan secara terperinci mengenai maksud, tujuan dan sasaran program OMOT. Warga yang

mengikuti program tersebut mendengarkan pemaparan materi dari petugas penyuluh dan mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal yang tidak mereka mengerti. Sementara itu warga yang kurang paham dan tidak paham dapat disebabkan karena mereka tidak mengikuti penyuluhan dengan baik

Data di atas diperkuat oleh jawaban responden pada pertanyaan kuisioner terbuka yang menunjukkan sebagian besar responden yaitu 50,00%, yang menyatakan paham tentang program OMOT karena petugas penyuluh menjelaskan secara terperinci dan mengajukan pertanyaan jika kurang mengerti.

d. Tanggapan Responden pada Pelaksanaan Sosialisasi Program OMOT

yang Melalui Pertemuan Langsung dengan Warga dalam Bentuk Penyuluhan

Distribusi jawaban mengenai tanggapan responden pelaksanaan sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Tanggapan Responden pada Pelaksanaan Sosialisasi Program OMOT Melalui Pertemuan Langsung dengan Warga Dalam Bentuk Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Baik 49 64.47

Kurang Baik 24 31.58

Tidak Baik 3 3.95

Jumlah 76 100,00

52 Sementara itu data jawaban responden pada kuisioner terbuka mengenai pelaksanaan sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Tanggapan Responden pada Pelaksanaan Sosialisasi Program OMOT Melalui Pertemuan Langsung dengan Warga Dalam Bentuk Penyuluhan (Kuisioner Terbuka)

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1.

2.

3 4

Baik, materi yang disampaikan petugas penyuluh dapat dipahami dengan jelas sehingga warga dapat menangkap pesan yang disampaikan

Baik, materi yang disampaikan petugas penyuluh dapat ditangkap dengan jelas sehingga warga dapat menangkap pesan yang disampaikan

Kurang baik, tidak memahami materi yang disampaikan.

Tidak mengikuti penyuluhan sampai selesai. 36 13 24 3 47.37 17.11 31.58 3.95 Jumlah 76 100,00

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 76 responden: sebanyak 49 (64.47%) responden menyatakan pelaksanaan sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan adalah baik. Sebanyak 49 (64.47%) responden menyatakan pelaksanaan sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan adalah kurang baik. Sebanyak 3 (3.95%) responden menyatakan pelaksanaan sosialisasi program OMOT melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan adalah tidak baik. Dengan demikian maka sebagian besar responden menyatakan bahwa

pelaksanaan sosialisasi program OMOT yang dilakukan Pemerintah Tangerang melalui pertemuan langsung dalam bentuk penyuluhan adalah baik. Penyuluhan yang dilaksanakan dengan baik ini mengandung makna bahwa warga menilai bahwa materi yang disampaikan petugas penyuluh dapat mereka terima dan pahami dengan baik. Selain itu dalam penyuluhan juga disediakan waktu untuk para audiens untuk tanya jawab, sehingga pelaksanakan penyuluhan dapat dikatakan efektif, sebab warga dapat menerima pesan dengan sebaik-baiknya. Warga yang menyatakan tidak baik dapat disebabkan karena mereka tidak memahami materi yang disampaikan atau tidak mengikuti penyuluhan sampai dengan selesai.

Data di atas diperkuat oleh jawaban responden pada pertanyaan kuisioner terbuka yang menunjukkan sebagian besar responden yaitu 47,37%, menyatakan bahwa pertemuan langsung dengan warga dalam bentuk penyuluhan masuk adalah baik, sebab materi yang disampaikan petugas penyuluh dapat diterima dan dipahami dengan jelas sehingga warga dapat menangkap pesan yang disampaikan.

Dokumen terkait