• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KERANGKA PEMIKIRAN

6.1. Persepsi terhadap Variabilitas Cuaca

Variabilitas cuaca telah mengakibatkan kerugian bagi petani di Kabupaten Indramayu. Untuk menilai persepsi petani padi terhadap variabilitas cuaca, peneliti mengambil 100 responden petani di Kabupaten Indramayu yang sangat rentan terhadap dampak variabilitas cuaca seperti bencana kekeringan dan kebanjiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap variabilitas cuaca. Hal ini dikarenakan informasi dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tentang variabilitas cuaca berbeda-beda.

6.1.1. Persepsi Petani Padi terhadap Variabilitas Cuaca

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, survei melalui pertanyaan pertama mayoritas responden yaitu sebanyak 60% menilai sangat setuju dan 40% menilai setuju bahwa perubahan pola curah hujan terjadi dalam 5 tahun terakhir ini. Hal ini menandakan bahwa petani di Kabupaten Indramayu merasakan adanya variabilitas cuaca. Pertanyaan kedua yaitu sebanyak 54% dan 43% petani menilai sangat setuju dan setuju bahwa peningkatan frekwensi banjir terjadi dalam 5 tahun terakhir ini. Nilai tersebut menandakan bahwa mayoritas petani di Kabupaten Indramayu banyak yang mengalami kerugian akibat bencana banjir yang melanda lahan padi mereka. Pertanyaan ketiga yaitu sebanyak 58% petani menilai sangat setuju bahwa peningkatan frekuensi kekeringan terjadi dalam 5 tahun terakhir ini. Petani tersebut banyak yang mengalami puso akibat kekeringan yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Pertanyan keempat yaitu sebanyak 59% petani menilai sangat setuju bahwa perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan. Pertanyaan kelima yaitu sebanyak 65 % petani menilai tidak setuju dengan terjadinya kenaikan permukaan air laut yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Mayoritas petani di Kabupaten di Indramayu menyatakan bahwa mereka tidak merasakan adanya kenaikan permukaan air laut. Namun sebesar 14% menyatakan sangat setuju dengan pernyatan tersebut karena menurut petani disana lahan padi mereka sangat berdekatan dengan garis pantai.

Adanya variabilitas cuaca tersebut juga didukung dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi yang menunjukkan bahwa data curah hujan selama 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 sampai dengan 2013 di wilayah Kabupaten Indramayu cenderung berubah. Perubahan terjadi terutama pada bulan masa tanam padi yaitu saat Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau I (MK I). Bulan MH untuk menanam padi di Indramayu yaitu Oktober, November dan Desember sedangkan untuk bulan MK I yaitu Februari, Maret dan April. Perubahan ini menandakan bahwa petani sudah seharusnya melakukan startegi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari variabilitas cuaca tersebut. Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MH bulan Oktober, November dan Desember di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi

Dapat dilihat pada Gambar 10 bahwa curah hujan tertinggi selama 10 tahun terakhir untuk bulan Oktober yaitu pada tahun 2010, untuk bulan November curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan untuk bulan Desember curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2007. Perubahan pola curah hujan tersebut dapat mempengaruhi produktivitas padi yang mengakibatkan kerugian seperti terkena bencana banjir. Kerugian tersebut berdampak pada hasil panen yang berkurang dan menyebabkan petani mengeluarkan biaya yang lebih untuk melakukan replanting. Masa tanam padi selanjutnya adalah MK I yaitu pada bulan Februari,

Gambar 10 Data curah hujan (mm) MH bulan Okober ( ), November ( ), Desember ( ) tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu

0,000 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Cura h H uja n ( m m ) Tahun

Maret dan April. Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MK I dapat dilihat pada Gambar 11.

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi

Dapat dilihat pada Gambar 11 bahwa curah hujan tertinggi selama 10 tahun terakhir untuk bulan Februari yaitu terjadi pada tahun 2004, untuk bulan November curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan untuk bulan Desember curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2011.

6.1.2. Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca

Responden pada umumnya menyadari adanya kerugian yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hal ini ditunjukkan dari 63% petani menilai sangat setuju bahwa terjadi penurunan produksi diakibatkan oleh variabilitas cuaca yang tidak menentu, 74% menilai sangat setuju bahwa terjadinya peningkatan biaya input diakibatkan oleh variabilitas cuaca dan sebanyak 79% petani menilai sangat setuju bahwa terjadinya peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Berdasarkan hasil survei tersebut menandakan bahwa mayoritas petani di Kabupaten Indramayu mengalami kerugian yang cukup besar yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada Tabel 12.

0,000 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Cura h H uja n(m m ) Tahun

Gambar 11 Data curah hujan (mm) MH bulan Februari ( ), Maret ( ), April ( ) tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu

Tabel 12 Persepsi terhadap variabilitas cuaca

Uraian

Sangat

Setuju Setuju Biasa

Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca

Terjadinya perubahan pola curah

hujan dalam 5 tahun terakhir 60 60 40 40 0 0 0 0 0 0

Terjadinya peningkatan frekuensi

banjir dalam 5 tahun terakhir 54 54 43 43 3 3 0 0 0 0

Terjadinya peningkatan frekuensi

kekeringan dalam 5 tahun terakhir 58 58 34 34 8 8 0 0 0 0

Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan

59 59 37 37 4 4 0 0 0 0

Naiknya permukaan air laut 14 14 5 5 5 5 65 65 11 11

Persepsi Petani terhadap Dampak Variabilitas Cuaca Terjadi penurunan produksi akibat

variabilitas cuaca yang tidak menentu

63 63 35 35 0 0 2 2 0 0

Peningkatan biaya input akibat

variabilitas cuaca 74 74 24 24 1 1 1 1 0 0

Peningkatan jumlah dan jenis hama

penyakit tanaman 79 79 21 21 0 0 0 0 0 0

Sumber: data primer, 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa mayoritas responden merasakan dampak yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hal ini dikarenakan responden yang mengalami kerugian akibat bencana banjir dan kekeringan yang melanda lahan mereka. Bencana tersebut menyebabkan para petani tidak mendapatkan pemasukan yang dihasilkan dari usaha tani padi. Bahkan mereka pun menanggung kerugian untuk membiayai penanaman kembali akibat bencana tersebut.

Tabel 13 Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas cuaca

Uraian Skor Penilaian Peringkat

Persepsi terhadap variabilitas cuaca Terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun

terakhir 460 Sangat setuju 1

Terjadinya peningkatan frekuensi banjir dalam 5

tahun terakhir 451 Sangat setuju 3

Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5

tahun terakhir 450 Sangat setuju 4

Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh

pergeseran curah hujan 455 Sangat setuju 2

Tabel 13 Hasil Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas cuaca (lanjutan)

Uraian Skor Penilaian Peringkat

Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca Terjadi penurunan produksi akibat variabilitas cuaca

yang tidak menentu 459 Sangat setuju 3

Peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca 471 Sangat setuju 2 Peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman 479 Sangat setuju 1 Sumber: data primer, 2015 (diolah)

Pada Tabel 13 terlihat skor yang berbeda pada setiap persepsi. Skor ini menunjukkan nilai persepsi berdasarkan penilaian petani. Jika persepsi terhadap variabilitas cuaca diurutkan dari skor tertinggi sampai terendah, maka peringkat tertinggi dari persepsi petani padi terhadap variabilitas cuaca yang sangat dirasakan adalah terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun terakhir. Persepsi kerugian petani akibat variabilitas cuaca yang memiliki skor tertinggi adalah peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pola curah hujan selama 5 tahun terakhir ini sangat mempengaruhi produktivitas padi yang mengakibatkan kerugian akibat peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman.

6.2. Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Kegiatan Usahatani dan