• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perseroan mengelola kualitas Piutang Usaha dengan baik untuk meminimalisir risiko tidak tertagih dan

Dalam dokumen Laporan Tahunan | Semen Indonesia (Halaman 170-174)

Tabel umur piutang usaha Perseroan, 31 Desember 2011 dan 2012 (Dalam Rp juta)

KOLEKTIBILITAS 2012 % 2011 % PERUBAHAN

Lancar 2.332.298 94,6 1.643.569 89,9 41,9% Lewat jatuh tempo:

1-45 hari 101.093 4,1 153.236 8,4 -34,0% 46-135 hari 22.976 0,9 27.360 1,5 -16,0% 136-365 hari 23.477 1,0 17.360 0,9 35,2% Lebih dari 365 hari 44.629 1,8 44.617 2,4 0,0% Cadangan penurunan nilai -58.413 -2,4 -57.665 -3,2 1,3% Piutang Usaha-Bersih 2.466.060 100,0 1.828.478 100,0 34,9% Pendapatan 19.598.248 16.378.794 19,7% Piutang Usaha-Bersih/pendapatan 12.6% 11.2 1,4%

Persediaan

Persediaan bersih pada akhir tahun 2012 adalah Rp2.285 miliar atau naik sebesar 13,9% dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya sebesar Rp2.007 miliar. Saldo persediaan tersebut terdiri dari persediaan bahan baku dan penolong sebesar Rp880 miliar, suku cadang bersih sebesar Rp737 miliar, barang dalam proses sebesar Rp504 miliar, barang dalam perjalanan sebesar Rp25 miliar, barang jadi sebesar Rp206 miliar dan tanah sebesar Rp1,9 miliar.

Peningkatan terbesar adalah barang dalam proses yang naik 49,7% dan barang jadi yang naik 167,8% dari tahun sebelumnya seiring dengan telah beroperasinya pabrik Tuban IV.

ASET TIDAK LANCAR

Tabel Komposisi Aset Tidak Lancar(dalam Rp juta)

ASET TIDAK LANCAR 2012 % 2011 % PERUBAHAN

Aset pajak tangguhan 140.743 0,8 106.488 0,9 32,2% Investasi pada perusahaan asosiasi 102.828 0,6 80.193 0,7 28,2% Properti investasi 40.675 0,2 25.582 0,2 59,0% Aset Tetap 16.794.115 91,5 11.640.692 96,9 44,3% Beban tangguhan 93.745 0,5 18.008 0,1 420,6% Uang muka pembelian aset tetap 118.425 0,6 121.606 1,0 -2,6% Aset tidak berwujud 1.003.033 5,5 4.860 0,0 20539,8% Aset lain-lain 54.223 0,3 18.029 0,2 200,8%

Total Aset Tidak Lancar 18.347.787 100,0% 12.015.458 100,0% 52,7%

Aset tidak berwujud 5,5% senilai Rp1.003 miliar, sehingga peningkatan pos neraca ini akan berpengaruh besar pada total aset tidak lancar.

Aset tidak lancar pada akhir 2012 adalah sebesar Rp18.348 miliar atau meningkat 52,7% dibanding akhir 2011, sebesar Rp12.015 miliar. Peningkatan terbesar dari aset tidak lancar tersebut berasal dari kenaikan aset tetap bersih yang meningkat sebesar 44,3% menjadi Rp16.794 miliar. Peningkatan tersebut terutama karena adanya peningkatan aktivitas proyek pembangunan pabrik

semen dan pembangkit listrik baru. (Lihat juga uraian “Pembangunan Pabrik dan Fasilitas Distribusi” Hal 62 dan “Realisasi Belanja Modal”, hal 176).

Aset Tidak Berwujud

Aset tidak berwujud netto pada tahun 2012 sebesar Rp1.003 miliar naik sangat signifikan dibanding tahun 2011 yang sebesar Rp5 miliar. Peningkatan ini sehubungan dengan akuisisi TLCC yang memberikan dampak timbulnya lisensi dan merek dagang sebesar Rp845 miliar dan reklasifikasi piranti perangkat lunak (ICTMP) sebesar Rp163 miliar.

Aset Tetap

Aset tetap Perseroan terdiri atas tanah, bangunan dan peralatan produksi. Aset tetap tersebut dikelompokkan menjadi dua, aset yang dimiliki langsung oleh Perseroan dan aset sewa pembiayaan. Total nilai buku netto aset tetap Perseroan tahun 2012 sebesar Rp16.794 miliar. Seiring penyelesaian pembangunan pabrik baru, akuisisi entitas perusahaan anak, packing plant, bangunan lainnya dan aset sewa pembiayaan, maka total aset ini meningkat 44,3% dari tahun sebelumnya sebesar Rp11.641 miliar.

Liabilitas

Jumlah liabilitas Perseroan pada tanggal 31 Desember 2012 tercatat sebesar Rp8.414 miliar atau meningkat 66,7% dibanding tahun sebelumnya Rp5.047 miliar. Liabilitas Perseroan tahun 2012 terdiri atas Liabilitas Jangka Pendek dengan porsi 57,3%, senilai Rp4.825 miliar atau naik sebesar 57,3% dan Liabilitas jangka panjang dengan porsi 42,7% senilai Rp3.589 miliar atau naik sebesar 66,4%. Penjelasan berikut memberi gambaran hal-hal yang mempengaruhi perubahan posisi liabilitas Perseroan tersebut.

LIABILITAS 2012 % 2011 % PERUBAHAN

Liabilitas Jangka Pendek 4.825.205 57,3 2.889.137 57,3 67,0% Liabilitas Jangka Panjang 3.589.025 42,7 2.157.369 42,7 66,4%

Total Liabilitas 8.414.229 100,0 5.046.506 100,0 66,7% Liabilitas Jangka Pendek

Komposisi liabilitas jangka pendek Perseroan akhir tahun 2012 terdiri atas utang usaha 45,0% sebesar Rp2.173 miliar, liabilitas manfaat karyawan jangka pendek 11,9% sebesar Rp572 miliar, utang lain-lain, 10,7% sebesar Rp517 miliar dan utang pajak 10,5% sebesar Rp504 miliar, seperti tampak pada tabel berikut. Penjelasan atas penyebab perubahan pada pos-pos neraca tersebut serta upaya untuk mengelolanya diuraikan dalam bahasan berikut.

Tabel Komposisi Liabilitas Jangka Pendek (dalam Rp juta)

LIABILITAS JANGKA PENDEK 2012 % 2011 % PERUBAHAN

Pinjaman jangka pendek 350.354 7,3 - 0,0

Utang usaha 2.173.254 45,0 1.182.562 40,9 83,8% Beban akrual 398.253 8,3 220.278 7,6 80,8% Utang lain-lain 517.833 10,7 643.134 22,3 -19,5% Utang pajak 504.405 10,5 290.108 10,0 73,9% Liabilitas imbalan kerja jangka pendek 572.486 11,9 435.706 15,1 31,4% Uang muka penjualan 30.972 0,6 39.560 1,4 -21,7% Bagian lancar atas liabilitas jangka panjang 277.649 5,8 77.790 2,7 256,9%

Total liabilitas jangka pendek 4.825.205 100,0 2.889.137 100,0 67,0% Utang Usaha

Posisi utang usaha pada akhir tahun 2012 naik sebesar 83,8% menjadi Rp2.173 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat Rp1.183 miliar. Kenaikan tersebut disebabkan oleh semakin tingginya aktivitas operasional yang membuat Perseroan meningkatkan pembelian bahan-bahan baku maupun bahan penolong yang diperlukan.

Dari total hutang usaha 2012, sebesar Rp1.872 miliar atau 86,1% terdiri dari utang lancar. Hal ini menunjukkan Perseroan berkomitmen meningkatkan hubungan kerja yang semakin baik dan berkualitas dengan para pemasok.

(Rp juta)

KOLEKTIBILITAS 2012 % 2011 % PERUBAHAN

Lancar 1.871.657 86,1 897.027 75,9 108,7% Lewat jatuh tempo:

1-45 hari 257.375 11,8 234.630 19,8 9,7% 46-135 hari 30.104 1,4 28.171 2,4 6,9% 136-365 hari 7.166 0,3 11.735 1,0 -38,9% Lebih dari 365 hari 6.952 0,3 10.998 0,9 -36,8%

Utang usaha 2.173.254 100,0 1.182.562 100,0 83,8%

Dalam rangka menjaga hubungan dengan pemasok, Perseroan memberikan jaminan pembayaran yang

on time sepanjang seluruh prosedur dan dokumen penagihan lengkap. Perseroan mengandalkan dukungan Teknologi Informasi yang terus dikembangkan (Lihat juga uraian “Pengembangan Teknologi Informasi”, hal 129) untuk melakukan verifikasi dokumen dan menerapkan e-procurement untuk memperoleh kualitas jasa dan barang yang baik dengan harga kompetitif serta untuk memonitor dan mendapatkan pemasok yang bonafide.

Utang lain-lain

Hutang lain-lain meningkat signifikan dibanding tahun lalu, sebagai akibat peningkatan utang proyek terkait aktivitas pembangunan pabrik semen dan pembangkit listrik baru. (Lihat uraian “Perkembangan Proyek Strategis”, hal 62)

Beban Akrual

Posisi beban akrual pada akhir tahun 2012 sebesar Rp398 miliar atau naik sebesar 80,8% dari tahun 2011 yang sebesar Rp220 miliar. Hal ini terutama diakibatkan oleh adanya penyesuaian atas program promosi penjualan terkait dengan permintaan semen domestik yang meningkat .

Utang Pajak

Posisi utang pajak pada akhir tahun 2012 sebesar Rp504 miliar atau naik 10,0 % dari angka tahun 2011 yang sebesar Rp290 miliar, sebagai akibat meningkatnya kinerja Perseroan, seperti dijelaskan pada uraian Beban Pajak Penghasilan.

Liabilitas Jangka Panjang

Komposisi liabilitas jangka panjang akhir tahun 2012, didominasi oleh pos neraca liabilitas jangka panjang (setelah dikurangi bagian jangka pendek) 89,8% sebesar Rp3.222 miliar dan liabilitas imbalan kerja, 7,6% sebesar Rp271 miliar.

Rincian Liabilitas Jangka Panjang(Dalam Rp juta)

LIABILITAS JANGKA PANJANG 2012 % 2011 % PERUBAHAN

Liabilitas pajak tangguhan 1.357 0,0 1.471 0,1 -7,7% Liabilitas imbalan kerja jangka panjang 271.413 7,6 269.377 12,5 0,8% Liabilitas jangka panjang 3.222.429 89,8 1.813.477 84,1 77,7% Provisi jangka panjang 80.594 2,2 67.705 3,1 19,0% Liabilitas jangka panjang lainnya 13.231 0,4 5.339 0,2 147,8%

Total Liabilitas Jangka panjang 3.589.025 100,0 2.157.369 100,0 66,4%

Secara total posisi liabilitas jangka panjang akhir tahun 2012 mengalami kenaikan 66,4% menjadi sebesar Rp3.589 miliar terutama disebabkan oleh:

• Fasilitas kredit sindikasi untuk pembangunan pabrik semen Tonasa V dan pembangkit listrik 2x35 megawatt dimana

sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 telah melakukan penarikan pinjaman sebesar Rp2.435 miliar (31 Desember 2011: Rp1.660 miliar).

• Pinjaman bank oleh TLCC per 31 Desember 2012 adalah utang jangka pendek sebesar Rp348,1 miliar, utang jangka

panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar Rp117,8 miliar dan utang jangka panjang yang lebih dari satu tahun sebesar Rp522,5 miliar, sehingga total utang berjumlah Rp988,4 miliar.

Modal dan Struktur Modal

Jumlah modal/ekuitas per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp18.165 miliar atau meningkat 24,3% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp14.615 miliar. Ekuitas terdiri atas modal ditempatkan dan telah disetor sebesar Rp593 miliar, tambahan modal disetor Rp1.458 miliar, saldo laba yang dicadangkan sebesar Rp253 miliar, dan saldo laba yang belum dicadangkan sebesar Rp15.038 miliar. Peningkatan ekuitas di 2012 terutama dipengaruhi oleh laba tahun berjalan.

Kebijakan Struktur Modal

Perseroan menetapkan kebijakan struktur modal yang mampu mencerminkan perimbangan antara penggunaan komposisi modal sendiri dengan pinjaman/hutang yang terdiri dari hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Seiring dengan kebutuhan dana untuk pembangunan pabrik semen, Perseroan senantiasa menjaga struktur modal agar sesuai atau tidak melebihi financialcovenant

yang dipersyaratkan dalam perjanjian pinjaman dengan pihak kreditor.

Adapun secara umum kebijakan struktur permodalan Perseroan yang dijalankan adalah:

• Struktur modal senantiasa mempertimbangkan

keseimbangan antara risiko keuangan dan harus relevan dengan tingkat pengembalian dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan.

- Dilakukan dengan memperhitungkan penggunaan besaran dan struktur hutang yang menimbulkan kewajiban keuangan (tingkat bunga) dan mempengaruhi kondisi likuiditas perusahaan. - Mengoptimalkan rentabilitas ekonomi dan

rentabilitas modal sendiri yang menghasilkan peningkatan laba per saham.

• Struktur modal ditinjau dengan melakukan evaluasi

hubungan antara financial leverage, nilai perusahaan dan biaya modal sehingga dicapai financialtrade off

yang reasonable.

• Struktur modal diupayakan optimal dengan mengatur

kombinasi hutang dan modal sendiri (ekuitas) yang dapat memaksimalkan nilai Perseroan.

• Kombinasi struktur modal ditetapkan setelah melakukan

analisa sensitivitas dengan berbagai variasi asumsi inti yang paling mungkin dihadapi oleh Perseroan. Perseroan mengawasi modal dengan menggunakan rasio pengungkit (gearing ratio), dengan membagi total pinjaman berdampak bunga dengan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Kebijakan Perseroan adalah menjaga rasio pengungkit dalam kisaran dari perusahaan terkemuka di Indonesia untuk mengamankan akses terhadap pendanaan pada biaya yang rasional. Termasuk dalam total pinjaman berdampak bunga adalah pinjaman bank jangka pendek, pinjaman bank jangka panjang, pinjaman kepada Pemerintah Republik Indonesia, dan liabilitas sewa pembiayaan. Melalui pelaksanaan kebijakan struktur modal yang konsisten, posisi total kewajiban berefek bunga akhir tahun 2012 adalah sebesar Rp3.850 miliar, rasio kewajiban terhadap ekuitas Perseroan adalah sebesar 22,2%. Hal ini menunjukkan kemampuan membayar hutang yang kuat sekaligus masih besarnya potensi Perseroan untuk mendapatkan dana pinjaman bagi pembiayaan ekspansi di masa mendatang. (Lihat juga “Rasio-rasio Keuangan, Solvency”)

Dividen

Selama 5 tahun buku terakhir rata-rata dividen pay out ratio adalah 50% dengan nilai dividen yang dibagikan Perseroan tumbuh rata-rata (CAGR) sebesar 21,9%. Sesuai hasil RUPST pada tanggal 26 Juni 2012, Perseroan membagikan dividen per lembar saham sebesar Rp330,89 (angka penuh), yang telah dibagikan pada tanggal 3 Agustus 2012. (Selengkapnya lihat “Informasi Investor, Kebijakan Dividen”, hal 97)

Modal Kerja Bersih

Semakin meningkatnya aktivitas operasional, pendapatan serta pengelolaan piutang usaha dan manajemen kas yang lebih baik, maka modal kerja bersih Perseroan meningkat signifikan. Secara keseluruhan modal kerja bersih Perseroan tahun 2012 menurun sebesar 28,4% dari Rp4.757 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp3.406 miliar pada tahun 2012. Sekalipun menurun Perseroan mampu mendanai seluruh kebutuhan modal kerja untuk operasional perusahaan serta dapat mendanai investasi strategis dari excess cash yang ada.

Perseroan mengawasi modal

Dalam dokumen Laporan Tahunan | Semen Indonesia (Halaman 170-174)