• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERANAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS MENURUT

A. Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum

B. Pengaturan Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Dalam Perseroan

C. Fungsi Serta Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris Dalam Perseroan

D. Hak dan Kewajiban Direksi dan Dewan Komisaris Menurut UU No. 40 Tahun 2007

BAB III : PENERAPAN PRINSIP FIDUCIARY DUTY DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DALAM

MENJALANKAN PERSEROAN

A. Pengertian Prinsip Fiduciary Duty

B. Kaitan antara Prinsip Fiduciary Duty dengan Duty of Loyalty

C. Kaitan antara Duty of Loyalty dengan Duty of Care

BAB IV : KETENTUAN PELANGGARAN DUTY OF LOYALTY OLEH DIREKSI DAN KOMISARIS DALAM HUKUM PERUSAHAAN

A. Standar Pelanggaran Prinsip Fiduciary Duty B. Tinjauan Pelanggaran Duty of Loyalty

C. Pembelaan Direksi dan Dewan Komisaris Dalam Tuntutan Pelanggaran Prinsip Fiduciary Duty

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum NIP. 195603291986011001 NIP. 197302202002121001

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini seusai dengan waktu yang diberikan.

Skripsi ini adalah sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai “Tinjauan Duty of Loyalty Direksi dan Dewan Komisaris dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas“.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan karena adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam bentuk material maupun spiritual serta informasi yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

2. Bapak Prof Dr. Budiman Ginting SH.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

3. Bapak Syafruddin SH., M.Hum.,DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

4. Bapak M.Husni, SH.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H.,selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

6. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Seluruf staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini;

9. Orang tua tercinta , abang-abang dan kakak-kakak yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil;

10. Sahabat – sahabat dekat penulis yaitu Sarah, Felik, Asido, Rinaldi, Wilmart Gultom, Ryan dan Omar Akbar yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

11. Rekan – rekan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya stambuk 2007 buat persahabatan yang terjalin indah selama ini, semoga abadi untuk selamanya.

Akhir kata sebagai makhluk ciptaan-Nya, penulis berserah diri kepada Allah SWT dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada lagi kekurangan dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dari segi bahasa, penulisan maupun penyajian materinya. Namun demikian penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, November 2010

Penulis,

DANI SYAHPUTRA NIM: 070200070

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……… i DAFTAR ISI ……… iv ABSTRAKSI ……… vii BAB I PENDAHULUAN ……… 1 A. Latar Belakang ……… 1 B. Perumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ……… 6

D. Keaslian Penulisan ……… 7

E. Tinjauan Kepustakaan ……… 7

F. Metode Penulisan ……… 9

G. Sistematika Penulisan ……… 11

BAB II PERANAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS ……… 13

B. Pengaturan Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Dalam UU No.

40 Tahun 2007 ……… 25

C. Fungsi Serta Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris

Dalam Perseroan ………. 42

D. Hak dan Kewajiban Direksi dan Dewan Komisaris menurut UU

No. 40 Tahun 2007 ………. 45

BAB III PENERAPAN PRINSIP FIDUCIARY DUTY DALAM

MENJALANKAN PERSEROAN ………..…… 50

A. Pengertian Prinsip Fiduciary Duty ……..………. 50

B. Kaitan Antara Prinsip Fiduciary Duty dengan Duty of Loyalty 54

C. Kaitan Antara Duty of Loyalty dengan Duty of Care …… 57

BAB IV KETENTUAN PELANGGARAN DUTY OF LOYALTY OLEH DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DALAM

HUKUM PERUSAHAAN ……….. 67

A. Standar Pelanggaran Prinsip Fiduciary Duty ……... 67

B. Tinjauan Pelanggaran Duty of Loyalty ………. 76

C. Pembelaan Direksi dan Dewan Komisaris dalam Tuntutan

Pelanggaran Prinsip Fiduciary Duty ………... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 87

B. Saran ………. 88

ABSTRAKSI

Prof.Dr. Bismar Nasution SH.MH. Dr. Mahmul Siregar, SH. M.Hum∗∗

Dani Syahputra***

Dosen Pembimbing I ∗∗ Dosen Pembimbing II

*** Mahasiswa Fakultas Hukum USU

Direksi bertanggung jawab dalam pengurusan Perseroan. Direksi melakukan tugas dan kewajiban tersebut berdasarkan itikad baik untuk semata-mata demi kepentingan dan tanggung jawab Perseroan (duty of loyalty). Hal tersebut dilakukan agar dapat terhindar dari perbuatan yang menguntungkan kepentingan pribadi. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana peranan Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan, bagaimana penerapan prinsip fiduciary duty oleh Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan, serta bagaimana pelanggaran duty of loyalty di dalam Perseroan dan bagaimana pembelaannya.

Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif yang dilakukan melalui kajian terhadap perundang – undangan, dan bahan hukum yang relevan. Data dikumpulkan dengan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Direksi dan Dewan Komisaris memiliki peranan penting dalam Perseroan. Direksi bertindak sebagai pengurus Perseroan untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang diatur dalam Pasal 92 ayat (1) UUPT, sedangkan Dewan Komisaris bertindak sebagai pengawas atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi yang diatur dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT.

Tindakan Direksi dan Dewan Komisaris harus berdasarkan prinsip

fiduciary duty dari Direksi dan Dewan Komisaris artinya, Direksi harus

menjalankan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai yang dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) dan Pasal 97 ayat (2) UUPT. Kewajiban untuk menerapkan prinsip ini menimbulkan kewajiban bagi Direksi dan Dewan Komisaris untuk menerapkan

duty of care and skill dan duty of loyalty. Apabila prinsip duty of loyalty

terlanggar, maka Direksi dan Dewan Komisaris harus bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya. Kecuali apabila ia dapat membuktikan bahwa ia telah beritikad baik dalam menjalankan Perseroan sesuai Pasal 97 ayat (5) UUPT.

Kata kunci : duty of loyalty, Direksi, Dewan Komisaris, UU Perseroan Terbatas

ABSTRAKSI

Prof.Dr. Bismar Nasution SH.MH. Dr. Mahmul Siregar, SH. M.Hum∗∗

Dani Syahputra***

Dosen Pembimbing I ∗∗ Dosen Pembimbing II

*** Mahasiswa Fakultas Hukum USU

Direksi bertanggung jawab dalam pengurusan Perseroan. Direksi melakukan tugas dan kewajiban tersebut berdasarkan itikad baik untuk semata-mata demi kepentingan dan tanggung jawab Perseroan (duty of loyalty). Hal tersebut dilakukan agar dapat terhindar dari perbuatan yang menguntungkan kepentingan pribadi. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana peranan Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan, bagaimana penerapan prinsip fiduciary duty oleh Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan, serta bagaimana pelanggaran duty of loyalty di dalam Perseroan dan bagaimana pembelaannya.

Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif yang dilakukan melalui kajian terhadap perundang – undangan, dan bahan hukum yang relevan. Data dikumpulkan dengan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Direksi dan Dewan Komisaris memiliki peranan penting dalam Perseroan. Direksi bertindak sebagai pengurus Perseroan untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang diatur dalam Pasal 92 ayat (1) UUPT, sedangkan Dewan Komisaris bertindak sebagai pengawas atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi yang diatur dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT.

Tindakan Direksi dan Dewan Komisaris harus berdasarkan prinsip

fiduciary duty dari Direksi dan Dewan Komisaris artinya, Direksi harus

menjalankan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab sesuai yang dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1) dan Pasal 97 ayat (2) UUPT. Kewajiban untuk menerapkan prinsip ini menimbulkan kewajiban bagi Direksi dan Dewan Komisaris untuk menerapkan

duty of care and skill dan duty of loyalty. Apabila prinsip duty of loyalty

terlanggar, maka Direksi dan Dewan Komisaris harus bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuatnya. Kecuali apabila ia dapat membuktikan bahwa ia telah beritikad baik dalam menjalankan Perseroan sesuai Pasal 97 ayat (5) UUPT.

Kata kunci : duty of loyalty, Direksi, Dewan Komisaris, UU Perseroan Terbatas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya (UU No.40 Tahun 2007).

Perseroan Terbatas adalah subjek hukum yang berhak menjadi pemegang hak dan kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau harta kekayaan tertentu. Hanya subjek hukum yang merupakan individu orang perorangan yang dinilai memiliki kecakapan melakukan perbuatan hukum serta mempertahankan haknya di dalam hukum, juga badan hukum yang merupakan

artificial person, yaitu sesuatu yang diciptakan oleh hukum untuk memenuhi

perkembangan kebutuhan kehidupan masyarakat1

Oleh karena Perseroan memiliki kekayaan yang terpisah dengan kekayaan pengurusnya, dalam melakukan kegiatan jangan dilihat perbuatan pengurusnya atau pejabatnya, tetapi yang harus dilihat adalah Perseroannya, karena yang bertanggung jawab adalah Perseroan. Dalam hal ini tanggung jawab Perseroan Terbatas.

.

1

Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas,(Malang: Visimedia, 2009), hal 2

Perseroan mempunyai 3 (tiga) macam organ. Selain yang disebutkan diatas, Perseroan juga memiliki organ lainnya yaitu RUPS yang merupakan organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada organ lainnya.

Organ yang paling bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan adalah Direksi. Dalam Pasal 1 ayat (5) dinyatakan bahwa Direksi adalah organ yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengelolaan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar persidangan.

Sebagai organ Perseroan Terbatas, Direksi mempunyai kedudukan, kewenangan atau memiliki kapasitas dan kewajiban seperti:2

1. Direksi berfungsi menjalankan pengelolaan Perseroan, meliputi; a. Pelaksanaan pengelolaan sehari-hari; dan

b. Kewenangan Direksi menjalankan pengelolaan. 2. Direksi memiliki kapasitas mewakili Perseroan terdiri dari;

a. Kualitas kewenangan Direksi mewakili Perseroan tidak terbatas dan tidak bersyarat;

b. Setiap Direksi berwenang mewakili Perseroan; dan

c. Dalam hal tertentu Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan.

Direksi dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, harus memperhatikan tatakelola perusahaan yang baik atau dalam bahasa lain sering

2

disebut Good Corporate Governance. Prinsip-prinsip ini, sangat berhubungan erat dengan unsur itikad baik Direksi. Dengan adanya unsur itikad baik Direksi dalam mengelola perusahaan, mencerminkan eksistensi perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholders perusahaan.3

3

Prinsip-prinsip GCG ini telah dijadikan acuan oleh Negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip dimaksud adalah prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik di antaranya adalah sebagai berikut:

Direksi dalam melakukan pengelolaan Perseroan tersebut, wajib melaksanakan dengan itikad baik (good faith) bukan berdasarkan itikad buruk (bad faith). Itikad baik yang dimaksud dapat meliputi:

a. Akuntabilitas (accountability). Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh Direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham

dan stakeholders lainnya. Direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan

perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasihat kepada Direksi atas pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan peusahaan.

b. Pertanggungan-jawab (responsibility). Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman oprasional bisnis perusahaan.

c. Keterbukaan (transparancy). Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

d. Kewajaran (fairness). Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap Direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

e. Kemandirian (independency). Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan system operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

1. Wajib dipercaya;

2. Wajib melaksanakan pengelolaan untuk tujuan yang wajar (duty to act for a

profer purpose);

3. Wajib patuh manaati peraturan perundang-undangan (statutory duty); 4. Wajib loyal terhadap Perseroan (loyalty duty); dan

5. Wajib menghindari benturan kepentingan (avoid conflict of interest).4

Pasal 1 angka (5) sebagaimana telah disebutkan di atas, mengamanahkan tanggung jawab penuh kepada Direksi dalam mengelola Perseroan. Hal ini mengisyaratkan kekuasaan besar dalam Perseroan itu, ada di tangan Direksi. Berdasarkan hal itu, seolah-olah Direksi bisa bertindak di luar ketentuan UUPT atau dalam hal mengeluarkan kebijakan yang tidak tepat membawa kerugian pada Perseroan.

Sehubungan dengan itu, amanah itikad baik dalam melaksanakan tanggung jawab penuh bagi Direksi dimaksudkan karena Direksi dalam melaksanakan pengelolaan Perseroan dapat berkemungkinan Direksi melakukan kelalaian dan kesalahan, maka dalam Pasal 97 ayat (2) UUPT menetapkan bahwa setiap Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, Direksi dalam menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan dibenarkan dalam undang-undang untuk mengurus Perseroan dengan itikad baik. Pelanggaran terhadap hal ini dapat menyebabkan Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya tersebut.

4

Direksi sebagai trustee, posisi ini mengharuskan seorang Direksi untuk tidak bertindak ceroboh dalam melakukan tugasnya atau kewajiban berhati-hati (duty care).5

5

Ibid, hal 379

Direksi Perseroan bertanggung jawab dalam melaksanakan pengurusan Perseroan. Direksi merupakan organ yang terdiri atas para direktur yang tiada lain adalah subjek hukum berupa orang atau natural person / natuurlijke person.

Direksi melakukan tugas dan kewajiban atau tindakan berdasarkan itikad baik untuk semata-mata demi kepentingan dan tanggung jawab Perseroan (duty of

loyalty) yang diperlukan untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan Perseroan.

Direksi berkewajiban untuk mengurus Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam mengurus Perseroan. Dengan berlandaskan itikad baik agar setiap anggota Direksi dapat menghindari perbuatan yang menguntungkan kepentingan pribadi dengan merugikan kepentingan Perseroan.

Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk meninjau duty of

loyalty bagi Direksi dalam menjalankan tanggung jawabnya dalam menjalankan

Perseroan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, selanjutnya di rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan?

2. Bagaimana penerapan prinsip fiduciary duty oleh Direksi dan Dewan Komisaris dalam menjalankan Perseroan?

3. Bagaimana pelanggaran duty of loyalty di dalam Perseroan dan bagaimana pembelaannya?

C. Tujuan dan manfaat Penulisan

Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan Penulis membahas “Tinjauan Duty of Loyalty Dalam Hukum Perusahaan di Indonesia” adalah:

1. Untuk mengetahui peranan Direksi dan Dewan Komisaris di dalam menjalankan Perseroan.

2. Untuk mengetahui penerapan prinsip fiduciary duty oleh Direksi dan Dewan Komisaris di dalam menjalankan Perseroan.

3. Untuk mengetahui pelanggaran prinsip duty of loyalty dilakukan dan cara pembelaannya.

Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

Tulisan ini dapat bermanfaat sebagai bahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dalam ruang lingkup Hukum Ekonomi, secara khusus ilmu Hukum Organisasi Perusahaan.

2. Manfaat Praktis

Mengetahui tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris di dalam menjalankan Perseroan sesuai dengan prinsip fiduciary duty agar para Direksi dan Dewan Komisaris di setiap perusahaan di Indonesia dapat menerapkan prinsip ini dan terciptalah suatu perusahaan yang maju.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara, khususnya Fakultas Hukum, didapati bahwa “Tinjauan Duty of Loyalty Dalam Hukum Perusahaan di Indonesia”, belum pernah ada yang menjadikannya sebagai objek penulisan skripsi sebelumnya. Walaupun ada mahasiswi yang juga membahas masalah Direksi dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Tanggung Jawab Direksi pada Perseroan Terbatas berdasarkan prinsip Good Corporate Governance” yang ditulis oleh Dina Ramadani. Sedangkan penulis membahas dari segi Duty of Loyalty, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian skripsi ini asli.

Tugas kesetiaan atau dengan istilah asingnya disebut dengan duty of

loyalty yang diharapkan dari Direksi adalah duty of loyalty sebagaimana

dimaksud dalam hukum agar tindakan Direksi untuk beritikad baik semata-mata demi kepentingan dan tanggung jawab Perseroan. Duty of loyalty adalah prinsip itikad baik untuk semata-mata demi kepentingan dan tanggung jawab Perseroan. tidak boleh mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri.6

Pasal 97 ayat (1) dari UUPT menyebutkan bahwa Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Pasal 98 ayat (1) dari UUPT bahwa Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Ketentuan dalam

Duty of Loyalty merupakan suatu hal yang penting di dalam hukum

Perseroan. Dalam hal ini maksudnya adalah tugas yang terbit dari suatu hubungan kepercayaan antara Direksi dengan perusahaan yang dipimpinnya. Oleh karna itu Direksi haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan, itikad baik, loyalitas dan kejujuran terhadap perusahaannya.

Dalam “Undang-undang No. 40 Tahun 2007” selanjutnya disingkat “UUPT” Prinsip-prinsip manajemen Perseroan yang baik telah diakomodasi dalam UU ini. Namun masih harus dijabarkan secara detil dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

6

Pasal tersebut menegaskan bahwa pada prinsipnya Direksi mempunyai 2 (dua) fungsi utama, yaitu sebagai berikut:7

a. Fungsi manajemen, dalam arti Direksi melakukan tugas memimpin

perusahaan, dan

b. Fungsi representasi, dalam arti Direksi mewakili perusahaan di

dalam dan di luar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan di luar pengadilan menyebabkan Perseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan transaksi atau kontrak-kontrak yang dibuat oleh Direksi atas nama dan untuk kepentingan Perseroan.

Pasal 97 ayat (2) yang menyatakan bahwa pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, menjadi akomodasi pemberlakuan prinsip duty of loyalty ini.

Pembahasan lebih lanjut mengenai pemahaman duty of loyalty di dalam hukum perusahaan di Indonesia akan dituangkan dalam bab-bab pembahasan selanjutnya.

F. Metode Penulisan

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif dilakukan melalui kajian terhadap peraturan

7

perundang–undangan dan bahan–bahan hukum yang berhubungan dengan skripsi ini. Penelitian ini bersifat deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu,suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu, asas–asas atau suatu peraturan–peraturan hukum dalam konteks teori– teori hukum dan pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang–undangan yang mengatur mengenai duty of

loyalty Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas.

2. Data

Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini dilakukan melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Data sekunder terbagi atas 3 bagian, yaitu :

a. Bahan hukum primer yaitu norma atau kaidah dasar seperti :

Undang-Undang RI No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan–bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer.

c. Bahan hukum tertier adalah kamus, bahan dari internet dan lain–lain bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui Penelitian Kepustakaan ( Library Research ), yaitu penelitian dengan mengumpulkan data dan meneliti melalui sumber bacaan yang berhubungan dengan judul skripsi ini, yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan

Dokumen terkait