BAB 3. METODE PENELITIAN
3.7. Persetujuan / Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan darah tipis dan tebal untuk mengetahui adanya parasit malaria
3.8 Etika penellitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan oleh Komite Etik dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.9 Cara Kerja dan alur penelitian
1. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner
2. Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap terhadap anak untuk menentukan ada tidaknya kelainan fisik
3. Dilakukan pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis untuk mengetahui adanya parasit malaria dengan pewarnaan Giemsa sesuai prosedur dan dibaca ditempat oleh analis terlatih. Parasit dihitung dalam 200 sel darah putih. Dianggap negatif jika tidak dijumpai parasit pada 100 lapangan pandang
4. Dibuat daftar nama anak yang positif dan negatif menderita malaria
5. Dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk penentuan status nutrisi
6. Untuk pengukuran berat badan ditentukan dengan menggunakan alat penimbang Camry yang telah ditera sebelumnya dengan ketepatan 0,5 kg. Pada waktu penimbangan anak memakai pakaian tipis atau seminimal mungkin tanpa memakai alas kaki
7. Untuk pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat Microtoise 2 meter terbuat dari metal, dengan ketepatan 0,1 cm. Anak berdiri pada lantai yang datar tanpa memakai alas kaki dengan kaki sejajar dengan tumit, bokong, tangan dan belakang kepala menyentuh dinding tegak lurus
8. Status nutrisi dinilai dengan menggunakan grafik berat badan menurut tinggi badan berdasarkan Grafik CDC 2000
9. Untuk penentuan pendek dan kurus berdasarkan kurva NCHS/WHO 2007.
10. Bagi anak yang dinyatakan positif malaria akan diberikan obat anti malaria.
20
Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Malaria (+) Malaria (-)
Pengukuran antropometri (BB, TB)
Normal
Sampel penelitian
Malnutrisi ringan-sedang Status nutrisi
Nutrisi lebih
Kurus Pendek
3.10 Identifikasi Variabel
Variabel bebas skala
Malaria Nominal dikotom Variabel tergantung skala
Status nutrisi Kategorik Pendek Kategorik Kurus Kategorik
3.11 Definisi Operasional
1 Infeksi malaria ditetapkan apabila dalam pemeriksaan apusan darah tepi ditemukan plasmodium malaria
2. Status nutrisi dinilai dengan menggunakan grafik CDC tahun 2000. Klasifikasi status nutrisi berdasarkan BB/TB yaitu :
- Nutrisi lebih : bila berat badan / tinggi badan >110 – 120%
- Normal : bila berat badan / tinggi badan >90 – 110%
- Malnutrisi ringan: bila berat badan / tinggi badan >80 - 90%
- Malnutrisi sedang: bila berat badan / tinggi badan 70 – 80%
3. Tipe malnutrisi pada malnutrisi ringan-sedang dikategorikan menggunakan kurva NCHS WHO 2007 sebagai:
1.Pendek, disebut malnutrisi kronik bila tinggi badan / umur (TB/U) ≤ -2 standard deviasi sampai > -3 standard deviasi
2.Kurus, disebut malnutrisi akut bila BMI (kg/m²)/ umur (BMI /U) ≤ -2 standard deviasi sampai > -3 standard deviasi.
3.Tidak Kurus-Pendek, apabila tinggi badan/umur (TB/U) dan BMI/umur (BMI/U) > -2 standard deviasi
4. Penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung terus menerus selama lebih dari 3 bulan
3.12 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan SPSS versi 14.0.
Untuk melihat hubungan antara infeksi malaria dan status nutrisi digunakan uji Chi-square. Uji Chi-square ini juga digunakan untuk melihat hubungan antara malnutrisi akut dan kronik dan infeksi malaria. Dikatakan bermakna bila nilai P < 0.05.
BAB.4. HASIL
4.1. Hasil Penelitian
Selama periode penelitian dilakukan pemeriksaan malaria pada murid SD di tujuh sekolah yang berada di Kecamatan Siabu, Kecamatan Sihepeng di kota Panyabungan dilakukan pengambilan sampel secara consecutive yaitu 126 anak dengan infeksi malaria dan 126 anak tanpa infeksi malaria.
Pada karakterisitik dasar sampel didapati bahwa rerata umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin kelompok anak yang terinfeksi dan tanpa infeksi malaria tidak jauh berbeda dalam hal rerata umur yaitu umur 9 tahun. Jumlah jenis kelamin perempuan dan laki-laki hampir sama besar. Rerata berat badan kedua kelompok studi adalah masing-masing 23.7 kg dan 22.8 kg. Rerata tinggi badan kedua kelompok studi adalah masing-masing 123.1 cm dan 124.5 cm. Demikan juga sebagian besar pendidikan ayah dan ibu berada di tingkat SD pada kedua kelompok. Pekerjaan orangtua terbanyak adalah petani,dengan penghasilan terbanyak di bawah 500 ribu pada kedua kelompok, Jenis plasmodium terbanyak adalah Plasmodium falciparum dan gejala klinis yang paling banyak dialami pada kelompok anak yang terinfeksi malaria adalah demam dan sakit kepala ( tabel 4.1).
Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel
Berat badan (kg), rerata (SD) Tinggi badan (cm), rerata (SD) Jumlah saudara, rerata (SD)
Tabel 4.2 Perbandingan status nutrisi anak dengan dan tanpa infeksi malaria
Dari tabel 4.2 menunjukkan status nutrisi yang paling banyak dijumpai pada kedua kelompok adalah normal, status malnutrisi ringan-sedang dijumpai lebih rendah pada kelompok anak terinfeksi malaria sebanyak 23.8%, sedangkan pada kelompok anak tanpa infeksi malaria sebanyak 46.8%. Dengan menggunakan uji chi square ditemukan perbedaan yang bermakna status malnutrisi ringan-sedang pada kelompok anak dengan infeksi malaria dan kelompok anak tanpa infeksi malaria dengan nilai P= 0.011;
P < 0.05.
Tabel 4.3. Perbandingan tipe malnutrisi pada anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria yang mengalami malnutrisi ringan-sedang
Tipe malnutrisi
Dari tabel 4.3 menunjukkan perbedaan tipe malnutrisi pada kelompok anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria. Dari hasil dijumpai prevalensi tipe malnutrisi yang terbanyak adalah malnutrisi akut (tipe kurus) pada kelompok terinfeksi malaria sebanyak 13 orang (43.3%) sedangkan pada kelompok tanpa infeksi malaria adalah
malnutrisi kronik (tipe pendek) sebanyak 22 orang (37.3%). Dengan menggunakan uji chi square ditemukan perbedaan yang bermakna tipe malnutrisi pada kelompok terinfeksi malaria dengan kelompok tanpa infeksi malaria yaitu tipe pendek dan tipe pendek-kurus (masing-masing P= 0.042 dan P= 0.008 ; P <0.05)
BAB 5. PEMBAHASAN
Banyak penelitian mencari hubungan antara status nutrisi dan infeksi malaria, dimana malnutrisi dianggap sebagai penyebab terjadinya infeksi dan kematian malaria terbesar pada manusia. Walaupun pemahaman tentang pengaruh nutrisi terhadap malaria belum lengkap, namun nutrisi memiliki pengaruh yang kuat terhadap terjadinya wabah malaria.
Malnutrisi sendiri merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada anak di negara berkembang yang pada umumnya terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Penyebab lainnya adalah sosial ekonomi yang rendah, konflik dunia, rendahnya pendidikan, bencana alam, dan kurangnya akses pelayanan kesehatan.
8
31 Faktor terjadinya malnutrisi adalah kompleks dan infeksi merupakan pencetus tersering terjadinya malnutrisi. Infeksi lain seperti saluran cerna dan saluran nafas juga menyebabkan tingginya angka kecacatan dan kematian pada anak malnutrisi dan malnutrisi dianggap sebagai faktor penyebab kematian tersebut.2,31 Pada tahun 2001, WHO menetapkan perkiraan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun disebabkan oleh infeksi pneumonia (18%), diare (15%), malaria (8%) dan campak.32 Kematian pada infeksi malaria lebih dari 50% diantaranya disebabkan oleh malnutrisi.
Pada penelitian ini dilakukan penilaian status nutrisi pada anak yang terinfeksi malaria dan tanpa infeksi malaria. Bahwa sebagian besar anak mempunyai status nutrisi yang normal, bahkan didapati sebagian kecil dengan nutrisi lebih. Malnutrisi ringan-sedang juga dijumpai pada anak yang terinfeksi malaria, namun ternyata lebih rendah daripada anak yang tidak terinfeksi malaria. sehingga terdapat perbedaan status
2
malnutrisi ringan-sedang yang bermakna antara anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi malaria.
Pada anak dengan nutrisi yang kurang akan meningkatkan kecenderungan untuk menderita malaria, hal ini disebabkan oleh bermacam faktor yaitu karena penurunan fungsi dari sistim imun seperti penurunan limfosit T, gangguan pembentukan antibodi, penurunan formasi komplemen, dan atropi timus serta jaringan limfoid lain yang tidak mempunyai kekebalan yang adekuat terhadap parasit malaria.2,34 Penelitian di Afrika barat menemukan tidak adanya hubungan antara malnutrisi dengan penyakit malaria, namun anak yang malnutrisi berisiko 2 kali lipat mengalami kematian dibanding anak yang tidak malnutrisi.33 penelitian lain melaporkan bahwa malaria ditemukan lebih sering terjadi pada populasi yang malnutrisi dibanding dengan yang tidak malnutrisi.
Penelitian ini juga mendapatkan anak yang terinfeksi malaria dengan status malnutrisi ringan-sedang sebagian besar mengalami malnutrisi yang akut. Hal ini ditandai dengan anak berbadan kurus, dan semuanya terinfeksi dengan Malaria Falsiparum. Sedangkan pada anak yang tidak terinfeksi malaria dengan status malnutrisi ringan-sedang, sebagian besar anak mengalami malnutrisi yang kronik dengan dijumpainya anak yang berbadan pendek dan kurus-pendek.
8
Penelitian pada anak prasekolah di daerah endemis malaria sub-Saharan Afrika ditemukan anak yang malnutrisi terutama tipe stunting dapat menurunkan regulasi respon antibodi anti Plasmodium falciparum, sehingga memberikan efek protektif terhadap infeksi malaria.35 Suatu penelitian longitudinal di Papua New Guinea yang mencari hubungan antara pengukuran antropometri pada penderita malaria dengan imunitas humoral yang respons terhadap antigen malaria yang spesifik menemukan
bahwa anak yang pendek namun tidak kurus lebih sedikit yang terkena malaria dianggap memiliki efek protektif terhadap Malaria Falsiparum. Hal ini mungkin berhubungan dengan meningkatnya kemampuan anak malnutrisi untuk menghasilkan sitokin sebagai respon terhadap stimulasi oleh antigen malaria yang spesifik.36 Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya stunting pada anak. Infeksi malaria, berat badan lahir yang rendah, rendahnya pendapatan keluarga, dan rendahnya body mass index ibu secara bermakna mempengaruhi stunting pada anak dibawah usia 2 tahun.37 Penelitian di Zambia menemukan tingginya prevalensi stunting pada anak prasekolah, namun rendahnya status mikronutrien anak pada penelitian tersebut tidak dapat membuktikan terjadinya keterlambatan pertumbuhan ada anak prasekolah.
Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah dasar dengan umur diatas 5 tahun dimana dijumpai sebagian besar anak mengalami infeksi Malaria Falsiparum dan sebagian besar anak mengalami malnutrisi akut. Sedangkan pada anak yang mengalami infeksi Malaria campuran Falsiparum dan Vivax semuanya mengalami malnutrisi kronik.
38
Pada penelitian lain yang dilakukan secara prospektif pada 465 anak di daerah endemis malaria Nigeria Selatan menunjukkan adanya penurunan berat badan yang bermakna pada anak dengan terjadinya infeksi Malaria Falsiparum akut, kemudian rekurensi parasitemia Plasmodium falciparum berhubungan dengan gagalnya peningkatan berat badan pada anak.22 Penelitian lainnya menemukan bahwa infeksi Plasmodium falciparum berhubungan dengan terjadinya malnutrisi akut pada anak.1 Sedangkan penelitian di Kenya menyatakan bahwa anak yang mengalami infeksi klinis
Malaria Falsiparum tanpa komplikasi terjadi pada umur tahun pertama. Tetapi efek malaria terhadap status nutrisi lebih jelas tampak pada tahun kedua kehidupan.39 Plasmodium vivax juga dianggap sebagai penyebab malnutrisi akut pada anak dibawah usia 5 tahun, dan Malaria Vivax ditemukan lebih tinggi secara bermakna pada anak dengan berat badan rendah.28
Pada penelitian ini dijumpai adanya tingkat sosioekonomi keluarga yang rendah pada kedua kelompok anak dengan malaria dan tanpa infeksi malaria, dengan dijumpainya sebagian besar pendapatan keluarga yang relatif rendah, pendidikan orang tua yang rendah dan jumlah anak yang relatif banyak dalam keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi sumber daya keluarga, kesehatan keluarga, sumber daya penyediaan makanan dalam rumah tangga dan berkurangnya perhatian pada anak. Penelitian pada anak sekolah dasar di Kamerun juga menunjukkan perbedaan malnutrisi yang tidak bermakna antara anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi parasit. Tingginya prevalensi malnutrisi pada anak yang tidak terinfeksi pada populasi ini disebabkan tidak adekuatnya asupan makanan karena rendahnya nafsu makan, gangguan metabolik, dan akibat status sosioekonomi yang rendah.
Terbatasnya penyediaan makanan dalam rumah tangga dan adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional juga dianggap mempengaruhi malnutrisi pada anak sekolah dasar.40 Pendidikan ibu dan kesadaran hidup sehat pada ibu juga mempengaruhi nutrisi anak. Perbaikan status ekonomi dalam rumah tangga, peningkatan sumber daya rumah tangga dan lingkungan sekitar rumah dianggap memiliki pengaruh positif dalam perbaikan nutrisi anak.41 penelitian lain menunjukkan bahwa risiko malaria lebih tinggi pada anak dengan berat
badan kurang, hidup di dataran rendah dan tidak tersedianya obat-obatan dalam rumah.
Kelemahan penelitian ini tidak menganalisa derajat parasitemia dengan status nutrisi, tidak menilai lamanya infeksi, dan tidak menilai status nutrisi anak setelah mendapatkan terapi anti malaria karena keterbatasan waktu sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik.
42
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Penelitian ini menemukan adanya perbedaan status malnutrisi ringan-sedang kelompok anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria, dengan status malnutrisi lebih tinggi pada kelompok tidak terinfeksi malaria. Pada tipe malnutrisi ringan-sedang dijumpai perbedaan bermakna pada tipe pendek dan kurus-pendek di kedua kelompok.
6.2 SARAN
Untuk dapat meningkatkan status nutrisi pada anak di daerah endemis malaria maka perlu dilakukan penyuluhan gizi baik perorangan maupun lingkungan untuk merubah kebiasaan hidup yang mempermudah timbulnya infeksi, peningkatan asupan makanan yang cukup, memperbaiki sanitasi dan peningkatan sosial ekonomi keluarga.
Skrining penyakit malaria dan pengobatan ke sekolah-sekolah di akhir tahun sebaiknya dilakukan mengingat penularan yang tinggi di waktu tersebut. Agar proses pendidikan dan optimalisasi perkembangan anak dapat berjalan dengan benar diharapkan kerjasama yang baik dari pihak sekolah dan Dinas Kesehatan.
RINGKASAN
Malnutrisi energi protein merupakan masalah nutrisi yang paling sering pada populasi anak di negara berkembang. Masalah ini disebabkan oleh asupan makan dan infeksi.
Malaria merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian terbesar di negara tropis dan subtropis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status nutrisi dengan infeksi malaria pada anak usia sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional, dilakukan di tujuh sekolah dasar di Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara pada bulan Oktober hingga November 2010.
Malaria dapat mengganggu pertumbuhan dan malnutrisi sendiri juga dapat meningkatkan risiko terjadinya malaria. Jika keadaan ini berlangsung lama, maka akan terjadi gangguan kognitif dan proses belajar anak.
Sampel adalah anak sekolah dasar kelas 1 sampai 6, bersedia dilakukan pemeriksaan pemeriksaan darah tepi dan subjek tinggal di lokasi penelitian. Anak yang menderita penyakit kronis lain yang dapat mengganggu status nutrisi anak seperti tuberkulosis, penyakit jantung, sindroma nefrotik dikeluarkan dari penelitian. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner. Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan pemeriksaan fisik terhadap anak. Subjek dibagi atas 2 kelompok (anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria), masing-masing kelompok 126 anak. Status nutrisi ditentukan berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Penelitian ini juga menilai hubungan antara malnutrisi akut dan kronik dengan infeksi malaria pada anak dengan status malnutrisi ringan-sedang.
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna status malnutrisi ringan-sedang antara anak dengan infeksi malaria dan tanpa infeksi malaria, dimana malnutrisi lebih banyak pada anak yang tidak terinfeksi malaria. Pada anak dengan malnutrisi ringan-sedang dijumpai perbedaan bermakna tipe malnutrisi pendek dan pendek-kurus pada kedua kelompok.
SUMMARY
The most common nutritional problems affecting the young population in a developing country is protein-energy malnutrition. This nutritional problem may be the results of various factors, most of which relate to food intake and infection. Malaria is a major cause of morbidity and mortality in tropical and subtropical regions. Malaria can interfere with growth and malnutrition is likely to increase the risk of malaria. If this situation lasts longer, there will be disruption to the childs’s cognitive and learning process.
The aim of this study was to determine the relationship between nutritional status and malaria infection in primary school age children. A cross sectional study was done on October to December 2010 in 7 schools in Mandailing Natal District, North Sumatera Province.
Subject were primary school children, agree for doing blood smear examination and subjects live in location research. Children with chronic disease that may interfere with nutritional status such as tuberculosis, nefrotic syndrome and heart disease were excluded. A basic line was found by a careful interview using questionnaire. Record of weight, height and physical check up were done. We divided participant in two groups ( infected and uninfected malaria). There was 126 children in each group. Nutritional status determined by measurement of body weight ang body height. We also assess the relathionship between acute and chronic malnutrition and malaria infection in children who have mild and moderate malnutrition.
This study found There was a significant relation between mild and moderate malnutrition and malaria infection in children. Malnutrition was most common in
uninfected malaria. We also found there was a significant differences malnutrition type was stunted and stunted-wasted in both groups.
DAFTAR PUSTAKA
1. Takakura M, Uza M, Sasaki Y, Nagahama N, Phommpida S, Bounyadeth S, et al.
The relationship between anthropometric indicators of nutritional status and malaria infection among youths in Khammouane province, Lao PDR. Southest Asian. J Trop Med Public Health. 2001; 32:262-7
2. Caulfield LE, Onis M, Blossner M, Black RE. Undernutrition as an underlying cause of malaria morbidity and mortality in children less then five years old.
Am.J.Trop.Med.Hyg. 2004; 55-63
3. World Health Organization. Malaria. 2010. Diunduh dari : http://www.who.int/mediacentre/factssheet/fs094/en. Diakses Mei 2010
4. Fernandez MC. Malaria. 2009. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/784065. Diakses Mei 2010
5. Lubis CP, Pasaribu S. Malaria in north sumatera province. The situation and characteristic. Department of Child Health Medical School, Univesity of Sumatera Utara, Medan 2002.
6. Rampengan T. Malaria. Dalam : Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, penyunting. Buku ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 408-37
7. Crookston BT, Alder SC, Boakye I, Merrill RM, Amuasi JH, Porucznik CA, et al.
Exploring the relationship between chronic undernutrition and asymptomatic malaria in Ghanaian children. Malar J. 2010; 9:39
8. Shankar AH. Nutritional modulation of malaria morbidity and mortality. J Infect Dis.
2000; 182( suppl 1):S37-53
9. Marbaniati. Pengaruh penyakit malaria terhadap keadaan gizi anak balita. Cermin dunia kedokteran. Nomor khusus 1980; 27-30
10. Probandari AN. Hubungan antara malnutrisi, suplementasi gizi dan malaria pada anak 0-5 tahun. BKM/ XXI. 2005; 7-11
11. Rampengan TH. Malaria pada anak. Dalam: Harijanto PN, penyunting. Malaria:
epidemiologi, pathogenesis, manifestasi klinis, dan penanganan. Jakarta: EGC;
2000. h.249-77
12. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. EGC. Jakarta, 2002. h.26-55 13. Onis MD, Monteiro C, Akre J, Clugston G. The worldwide magnitude of
protein-energy malnutrition: an overview from the WHO global database on children growth.
Bulletin of the World Health Organization. 1993; 71(6): 703- 712
14. Cogill B. Antropometric indicators measurement guide. Edisi revisi. Washington DC:
Food and nutrition technical assistance project, 2003. h.10-13
15. Norendra MB. Pengukuran antropometri pada penyimpangan tumbuh kembang anak. diunduh dari: www.pediatrik.com Diakses Juni 2012
16. Maqbool A, Olsen I, Stallings VA. Clinical assessment of nutritional status. Dalam:
Duggan C, penyunting. Nutrition in Pediatrics. Edisi ke-4. Canada: BC Decker Inc, 2008. h.5-9
17. Gibson RS. Principles of nutritional of assessment. New York: Oxford University Press; 1990. h.163-83
18. Hughes S, Kelly P. Interactions of malnutrition and immune impairment, with specific reference to immunity against parasites. Parasite Immunol. 2006; 28:577-88
19. Cogill B. Anthropometric indicators measurement guide. Food and nutrition technical assistance project academy for educational development. 2003; 1-91
20. World Health Organization. WHO child growth standards. 2007. Diunduh dari:
http://www.who.int/childgrowth/en/. Diakses May 2010
21. Verhoref HV, West CE, Veenemans J, Bequin Y, Kok FJ. Stunting may determine the severity of malaria – associated anemia in African children. Pediatrics. 2002;
110:4
22. Sowunmi A, Gbotosho GO, Adedeji AA, Fateye BA, Sabitu MF, Happi CT, et al.
Effect acute plasmodium falciparum malaria on body weight in children in an endemic area. Parasitol Res. 2007; 101:343-9
23. Custodio E, Descalzo MA, Villamor E, Molina L, Sanchez I, Lwanga M. Nutritional and socio-economoc factors associated with plasmodium falciparum infection in children from Equatorial Guinea: results from a nationally representative survey.
Malar J. 2009; 8:225
24. Zeba AN, Sorgho H, Rouamba N, Zongo I, Rouamba J, Guiguemde RT, et al. Major reduction of malaria morbidity with combined vitamin A and zinc supplementation in young children in Burkina Faso: a randomized double blind trial. Nutr J. 2008; 7:7 25. Wahyudadi JS. Sigi status gizi balita dan beberapa faktor yang berpengaruh di desa
tertinggal Alur Bandung Kalimantan Barat. Cermin dunia kedokteran. 1995; 103:30-31
26. Friedman JF, Kwena AM, Mirel LB, Kariuki SK, Terlouw DJ, Phillips-Howard PA, et al. Malaria and nutritional status among pre-school children: results from cross- sectional surveys in western Kenya. Am. J. Trop. Med. Hyg. 2005; 73(4):698-704 27. Fillol F, Sarr JB, Boulanger D, Cisse B, Sokhna C, Riveau G, et al. Impact of child
malnutrition on the specific anti-plasmodium falciparum antibody response. Malar J.
2009; 8:116
28. Williams TN, Maitland K, Phelps L, Bennet S, Peto TEA, Viji J, et al. Plasmodium vivax : a cause of malnutrition in young children. Q J Med. 1997; 90:751-7
29. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30
30. Nasution I. Perbedaan status gizi pada penderita malaria dan tidak penderita malaria di Kabupaten Mandailing Natal (tesis). Medan: Universitas Sumatera Utara, 2006. h.25
31. Rodriguez L, Cervantes E, Ortiz R. Malnutrition and gastrointestinal and respiratory infections in children: a public health problem. Int. J. Environ. Res. Public Health.
2011; 8:1174-205
32. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, Bassani DG, Et al. Global, regional, and national causes of child mortality in 2008: A systematic analysis.
32. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, Bassani DG, Et al. Global, regional, and national causes of child mortality in 2008: A systematic analysis.