TESIS
HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI DENGAN INFEKSI MALARIA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR
WASHLI ZAKIAH 087103027/ IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
Judul Penelitian : Hubungan antara status nutrisi dengan infeksi malaria pada anak usia sekolah dasar
Nama Mahasiswa : Washli Zakiah Nomor Induk Mahasiswa : 087103027/IKA
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
dr. Hj. Tiangsa Sembiring, SpA(K)
Anggota dr. Lily Irsa, SpA(K)
Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS
dr. Hj. Melda Deliana,SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)
Tanggal Lulus :...
PERNYATAAN
HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI DAN INFEKSI MALARIA PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Januari 2013
Washli Zakiah
Telah diuji pada Tanggal:
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua: Dr. Hj. Tiangsa Sembiring , SpA(K) ………
Anggota: 1. Dr. Lily Irsa, SpA(K) ………
2. Dr. Hakimi, SpA(K) ………
3. Dr. Sri Sofyani, SpA(K) ………
4. Prof.Dr. Harun Al Rasyid,SpPD,SpGK ………
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama Dr.Hj.Tiangsa Sembiring, SpA(K) dan Dr.Lily Irsa, SpA(K),
yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat
berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. Prof.Dr.H.Munar Lubis,SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
3. Dr.Hakimi,SpA(K), Dr.SriSofyani,SpA(K), Prof.Dr.Harun Al Rasyid, SpPD,SpGK yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H.
Adam Malik Medan dan RS. dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
5. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, dr. Tri Faranita, Mked(Ped), SpA, dr. Mahrani Mked(Ped), SpA, Kak Erika, Bang Fadly, Viviana, Desy, Beatrix, Kak Kholidah, Kak Erika, Nelly Simarmata, Kak Ade Amelia, Johan, Putri, Kak Darni, Kak Eka, Kak Cut fera, Bang Indra, Bang Irfan dan Rahayu, terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.
6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya H. Abdul Chalid KS
dan Dra.Ramlah JS(Almh) atas do’a serta dukungan moril kepada saya. Terima kasih
yang sangat besar juga saya sampaikan kepada suamiku tercinta Miftahul Abrar
Irham,SSos yang dengan segala pengertian dan bantuannya baik moril maupun materil
membuat saya mampu menyelesaikan tesis ini, serta putraku tersayang Muhammad
Zaki El Rafa yang menjadi penyemangatku. Begitu juga buat kakak-kakakku
Nurfadhilah, Dairina Yusri, Syarifah Auli, Khairi Adha, serta abang ipar yang selalu mendo’akan dan memberikan dorongan, serta membantuku selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, Januari 2013
Washli Zakiah
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing ii
Lembar Pernyataan iii
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Daftar Singkatan dan Lambang xii
Abstrak xiv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Hipotesis 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria 5
2.2 Status nutrisi 8
2.3 Hubungan infeksi malaria dan status nutrisi 10
2.4 Dampak infeksi malaria terhadap malnutrisi akut dan kronik 13
2.5 Kerangka konsep 15
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain 16
3.2. Tempat dan Waktu 16
3.3. Populasi dan Sampel 16
3.4. Perkiraan Besar Sampel 17
3.5. Pemilihan sampel 18
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 18
3.6.1. Kriteria Inklusi 18
3.6.2. Kriteria Eksklusi 18
3.7. Persetujuan / Informed Consent 18
3.8. Etika Penelitian 19
3.9. Cara Kerja dan alur penelitian 19
3.10. Identifikasi Variabel 21
3.11. Definisi Operasional 21
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 22
BAB 4. HASIL PENELITIAN 23 4.1 Karakteristik dasar sampel 24 4.2 Perbandingan status nutrisi anak dengan
dan tanpa infeksi malaria 25 4.3 Perbandingan tipe malnutrisi pada anak
Dengan dan tanpa infeksi malaria yang mengalami
Malnutrisi ringan-sedang 25
BAB 5. PEMBAHASAN 27
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 32
RINGKASAN 33
DAFTAR PUSTAKA 37
Lampiran
1. Personil Penelitian
2. Biaya Penelitian
3. Jadwal Penelitian
4. Lembar Penjelasan pada Orangtua 5. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan 6. Formulir/Kuisioner
7. Master Tabel data penelitian 8. Persetujuan Komite Etik
9. Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
2.1. Perbandingan status nutrisi menurut indeks antropometri 9
4.1. Karakteristik sampel 24
4.2. Perbandingan status nutrisi anak dengan dan tanpa infeksi
malaria 25 4.3. Perbandingan tipe malnutrisi pada anak dengan dan tanpa
infeksi malaria yang mengalami malnutrisi ringan-sedang 25
DAFTAR GAMBAR
2.4. Kerangka Konseptual 15
3.1. Alur Penelitian 20
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BB : berat badan
BB/U : berat badan menurut umur
BB/TB : berat badan menurut tinggi badan BMI/U : body mass index menurut umur
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
LK : lingkar kepala
LLA : lingkar lengan atas
LLA/TB : lingkar lengan atas menurut tinggi badan LLA/U : lingkar lengan atas menurut umur
NCHS : National Center for Health Statistics
SD : Standard Deviasi
SD : Sekolah Dasar
SPSS : Statistical Package for Social Science
TB : tinggi badan
TB/U : tinggi badan menurut umur WHO : World Health Organization
% : persen cm : centimeter
dkk : dan kawan-kawan
g : gram
kg : kilogram
mg : miligram
< : kurang dari
≤ : kurang dari dan sama dengan
> : lebih dari
≥ : lebih dari dan sama dengan
⁰c : derajat celsius
n : jumlah sampel
Zα : deviat baku normal untuk α Zβ : deviat baku normal untuk β
α : kesalahan tipe I
β : kesalahan tipe II
P : tingkat kemaknaan
x
2+ : positif
: uji chi square
- : negatif
ABSTRAK
Latar Belakang.Masalah nutrisi yang paling sering dijumpai pada populasi anak di negara berkembang adalah protein energi malnutrition (PEM). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu yang paling mempengaruhi adalah asupan makan yang tidak cukup dan infeksi. Penyakit malaria merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi didaerah endemis. Infeksi malaria dan status nutrisi saling mempengaruhi satu sama lain.
Tujuan.U
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional, dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2010 terhadap anak sekolah dasar di Kota Panyabungan, Propinsi Sumatera Utara. Diagnosis malaria dengan pemeriksaan apusan slide darah tebal dan tipis. Subjek dibagi dua kelompok ( kelompok yang terinfeksi dan tidak terinfeksi malaria) dengan metode consecutive sampling. Status nutrisi ditentukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan berdasarkan grafik CDC 2000 (Centers for Disease Control and Prevention). Tipe malnutrisi ringan-sedang dibagi atas pendek dan kurus diukur berdasarkan standar baku NCHS/WHO 2007. Dilakukan uji kai- kuadrat untuk menentukan hubungan antara status nutrisi dengan infeksi malaria. Data kemudian diolah dengan SPSS 14.0.
ntuk mengetahui apakah ada hubungan antara status nutrisi dengan infeksi malaria pada anak usia sekolah dasar.
Hasil. Tiap kelompok terdiri dari 126 anak. Hasil dari penelitian ini menemukan adanya perbedaan bermakna status malnutrisi ringan-sedang antara anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria yaitu 23.8% vs 46.8% (P= 0.011) Pada anak dengan malnutrisi ringan-sedang dijumpai perbedaan bermakna tipe malnutrisi pendek dan pendek-kurus pada kedua kelompok.
Kesimpulan.Terdapat hubungan bermakna antara status malnutrisi ringan-sedang dengan infeksi malaria pada anak. Namun malnutrisi paling sering terjadi pada anak yang tidak terinfeksi
Kata kunci. Status nutrisi, infeksi malaria, anak
ABSTRACT
Background. The most common nutritional problems affecting the pediatric population in developing country is protein energy malnutrition (PEM). The nutritional problem may cause by various factors, most of which related to unsatisfactory food intake and infection. One of the highest morbidity and mortality in endemic area is malaria. Malaria infection and nutritional status
Objective. To determine relationship between nutritional status and malaria infection in children
is interrelated
Methods. A cross sectional study was conducted in October and November 2010 among primary school children at Panyabungan City, North Sumatera Province.
Peripheral thick and thin blood smear examination was done to confirm the diagnose of malaria. Participants divided in two groups (infected and uninfected malaria group) by consecutive sampling. Nutritional status was determined by body weight and height measurements based on CDC 2000 (Centers for Disease Control and Prevention). Mild and moderate malnutrition classification divided in stunted and wasted is based on NCHS/WHO 2007. Chi-quadrat was used to determine the relationship between nutritional status and malaria infection. Data was processed by SPSS 14.0
Results.
Conclusions. There was a significant relation between mild and moderate malnutrition and malaria infection in children. Malnutrition was most common in uninfected malaria
There was 126 children in each group. The findings showed that a significant differences between mild and moderate malnutritional status in both groups of infected and uninfected malaria ( 23.8% and 46.8% respectively; P= 0.011) and there was a significant differences malnutrition type was stunted and stunted-wasted in both groups of mild and moderate malnutrition
Keywords. Nutritional status, malaria infection, children
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Status nutrisi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan status kesehatan suatu individu, terutama anak dan remaja dalam masa pertumbuhan.
Malnutrisi energi protein merupakan masalah nutrisi yang paling sering pada populasi anak di negara berkembang. Masalah ini disebabkan oleh asupan makan dan infeksi.
1Hubungan antara status nutrisi dan penyakit adalah kompleks. Penyakit sering mengakibatkan nutrisi menjadi kurang, dan nutrisi yang kurang dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya penyakit berat.
Malaria merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian terbesar di negara tropis dan subtropis.
2
2
Separuh penduduk dunia memiliki risiko terhadap malaria, terutama negara berpenghasilan rendah dan negara tropis, namun demikian tercatat di negara Amerika Serikat terdiagnosa lebih dari 1500 kasus malaria setiap tahunnya.
3,4World Health Organization (WHO) tahun 2008 menemukan 247 juta kasus
malaria di dunia, satu juta orang diantaranya meninggal dunia, yang sebagian besar
merupakan anak Afrika. Malaria merupakan penyebab kematian keempat di dunia pada
anak dibawah usia 5 tahun.
4Sampai saat ini malaria masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Angka kesakitan masih cukup tinggi, terutama di luar Jawa dan
Bali, karena terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis dan non endemis malaria.
Lebih dari setengah kematian anak yang berhubungan dengan penyakit infeksi utama disebabkan oleh adanya gangguan nutrisi.
5,6
7
Kematian pada kasus malaria meningkat 57.3% akibat malnutrisi.
2Gangguan nutrisi berpengaruh terhadap manifestasi dan kerentanan terhadap malaria.
8Pada populasi daerah endemis malaria umumnya hidup dalam kondisi yang mengarah kepada status nutrisi yang buruk.
Kelompok risiko tertinggi untuk terjangkit malaria adalah kelompok anak-anak dan ibu hamil.
Hubungan antara malnutrisi dan malaria sangatlah kompleks.
8
9
Penyakit malaria mempengaruhi nutrisi anak, dimana malaria dapat menyebabkan anoreksia, diare, muntah, demam dan penggunaan protein yang berlebihan untuk mengatasi infeksinya.
10Beberapa penelitian tentang hubungan antara malnutrisi pada penderita malaria mendapatkan hasil yang berbeda. Shankar mengutip beberapa penelitian dari tahun 1920 sampai tahun 1940 di Corsica, Algeria, Vietnam, Turki dan Ghana melaporkan bahwa malaria terjadi lebih sering dan lebih berat pada orang yang mengalami gangguan nutrisi, sementara itu di Gambia tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara infeksi malaria dan status nutrisi.
81.2 Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti
untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada hubungan antara status nutrisi dengan infeksi malaria pada anak di daerah endemis?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara status nutrisi dengan infeksi malaria pada anak didaerah endemis
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan status nutrisi antara anak dengan dan tanpa infeksi malaria, serta mencari hubungan antara malnutrisi akut dan kronik dengan infeksi malaria pada anak dengan status malnutrisi ringan-sedang
1.5 Manfaat penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang nutrisi dan metabolik mengenai pengaruh infeksi malaria terhadap status nutrisi anak
2. Di bidang pelayanan masyarakat: memberi informasi tentang status nutrisi anak yang terinfeksi malaria dan tidak terinfeksi malaria di Kota Panyabungan, serta memberikan informasi kepada siswa dan guru sekolah dasar di Kota Panyabungan mengenai bahaya penyakit malaria karena dapat mempengaruhi nutrisi pada anak 3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap bidang nutrisi
dan metabolik mengenai hubungan antara infeksi malaria dan status nutrisi anak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
3Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Plasmodium terdiri dari 5 spesies, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malaria, Plasmodium ovale dan Plasmodium knowlesi. Keempat spesies pertama tersebut terdapat di Indonesia. Spesies yang terbanyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan vivax.
3,6Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi yang berat bahkan dapat menimbulkan kematian.
3Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran / majemuk (mixed infection). Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan angka penularan tinggi. Penyakit ini jarang ditemui pada bulan-bulan pertama kehidupan. Anak yang berusia beberapa tahun dapat terjadi serangan malaria yang berat dan dapat menyebabkan kematian bila disertai gangguan nutrisi.
6
Penularan
malaria dapat ditularkan secara alami melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, melalui
transfusi darah atau secara kongenital antara ibu dan janin, walaupun cara infeksi ini
jarang dijumpai. Intensitas penularan tergantung pada faktor yang berhubungan dengan
parasit, vektor, manusia sebagai pejamu, dan lingkungan.
3,4,6Secara klinis, gejala infeksi malaria tunggal terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu, yang diselingi satu periode bebas demam. Pasien biasanya mengalami lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah.
Pasien dengan infeksi majemuk / campuran (lebih dari satu jenis plasmodium), serangan demam terjadi terus menerus (tanpa interval), sedangkan pada pejamu yang imun gejala klinisnya minimal.
Serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi. Masa inkubasi ini bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit. Masa terpendek pada Plasmodium falciparum dan terpanjang pada Plasmodium malariae. Masa inkubasi ini juga tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas pejamu. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah pada Plasmodium falciparum 12 hari, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale 13-17 hari dan Plasmodium malariae 28-30 hari. Masa inkubasi malaria akibat transfusi darah pada Plasmodium falciparum 10 hari, Plasmodium vivax 16 hari, dan Plasmodium malariae 40 hari.
11
6
Setelah melewati masa inkubasi, timbul periode paroksisme berupa gejala demam pada anak besar dan orang dewasa. Periode paroksisme biasanya terdiri atas tiga stadium yang berturutan, yaitu:
1.Stadium dingin
Stadium ini diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan pasien biasanya menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian
dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau
sianosis, kulit kering dan pucat, muntah, dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
62. Stadium demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, dan terasa panas, nyeri kepala, sering terjadi mual dan muntah. Biasanya pasien menjadi sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat sampai 41°C atau lebih.
Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh karena pecahnya skizon dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, skizon dari tiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali, sehingga timbul demam setiap hari ketiga terhitung dari serangan demam sebelumnya. Pada Plasmodium falciparum setiap 24-48 jam.
113. Stadium berkeringat
Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, kemudian suhu tubuh menurun dengan cepat, dan kadang-kadang sampai di bawah normal.
2.2 Status nutrisi
6,11
Status nutrisi pada anak dinilai berdasarkan antropometri, klinis, pemeriksaan
laboratorik dan analisis diet.
12Setiap metode penilaian status nutrisi mempunyai
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Metode yang paling sering digunakan untuk
melakukan pemantuan status nutrisi anak adalah dengan menggunakan metode antropometri dan klinis.
Antropometri merupakan pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.
13,14
14
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status nutrisi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status nutrisi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur ( TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status nutrisi yang berbeda.
15
15,16
Tabel 2.1. Pembagian status nutrisi menurut indeks antropometri
17STATUS NUTRISI
Ambang batas baku untuk keadaan nutrisi berdasarkan indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Normal
80-120% 90 - 110% 90 - 110%
85 - 100%
> 85%
Malnutrisi ringan-sedang
60 - 80% 70 – 90% 70 – 90% 70 - 85% 75 - 85%
Malnutrisi berat
< 60% < 70% < 70% < 70% < 75%
Berdasarkan standar kurva pertumbuhan internasional NCHS/WHO (National Center for Health Statistics / World Health Organization) 2007 direkomendasikan penggunaan empat indikator dalam menilai pertumbuhan anak, yaitu:
1. Tinggi badan menurut usia (TB/U)
1,18,19
2. Berat badan menurut usia (BB/U)
3. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 4. Body Mass Index menurut usia (BMI/U)
Keempat indikator ini digunakan untuk mengetahui kondisi malnutrisi akut dan kronik, yaitu: berat badan kurang, kurus dan pendek.
1. Berat badan kurang atau underweight ( BB/U < -2 SD sampai >-3 SD) merupakan komposisi dalam indikator pertumbuhan yang digunakan untuk menilai perubahan malnutrisi sepanjang waktu.
1,13,20
2. Kurus atau Wasted ( BB/TB < -2 SD sampai >-3 SD atau BMI/U < -2 SD sampai >-3 SD) sering dihubungkan dengan gagalnya peningkatan berat badan atau mengalami penurunan berat badan. kurus juga dianggap sebagai malnutrisi akut.
3. Pendek atau stunted ( TB/U < -2 SD sampai >-3 SD)
sering dihubungkan dengan rendahnya kondisi ekonomi dan/atau akibat infeksi
berulang dan juga dianggap suatu malnutrisi kronik.
2.3.Hubungan infeksi malaria dan status nutrisi
Infeksi dan status nutrisi saling mempengaruhi. Infeksi dapat mempengaruhi status nutrisi dan nutrisi yang menurun dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
21,22Hal ini bergantung kepada status nutrisi anak sebelum sakit, terjadinya infeksi, lamanya infeksi, dan asupan makanan selama masa penyembuhan.
Penelitian di Nigeria menemukan pengaruh Malaria Falsiparum akut terhadap perubahan berat badan anak berdasarkan faktor prediktor berat badan, pejamu dan parasit. Dari penelitian ini ditemukan bahwa malaria akut mempengaruhi pertumbuhan pada anak yang lebih muda.
1,21
23
Penelitian di Linggasari Banjarnegara mendapatkan pada saat insiden malaria tinggi terjadi juga penurunan berat badan sejumlah anak balita.
9Pada Penelitian lain didapati tidak ada hubungan yang signifikan antara nutrisi kurang yang kronik dengan terjadinya malaria yang asimtomatik. Tetapi anak yang mengalami anemia dan anak dengan splenomegali lebih sering mengalami malaria asimtomatik.
Beberapa peneliti menyimpulkan mekanisme hubungan antara gangguan nutrisi, infeksi, dan imunitas antara lain meliputi:
5
1. Adanya anoreksia
21
Gangguan keseimbangan nitrogen yang disebabkan oleh adanya infeksi atau gangguan imunitas dapat menurunkan asupan makanan. Terputusnya asupan makan dari anak yang menderita demam, diare atau infeksi lain dibeberapa negara dalam tata cara pemberian makan dapat menimbulkan kembali efek dari anoreksia.
2. Penurunan absorpsi dalam saluran pencernaan
Penurunan absopsi protein, lemak, karbohidrat, nitrogen umumnya terjadi pada anak yang mengalami diare. Malabsorpsi vitamin A juga terjadi selama demam, diare akut dan infeksi pernafasan
3. Peningkatan katabolisme
Respon suatu katabolik terjadi pada semua infeksi saat subklinis tanpa harus didahului oleh demam. Melalui rangsang pengeluaran interleukin-1 dari leukosit, perubahan hormon diawali dengan mobilisasi asam amino dari perifer, terutama dari otot skeletal. Asam amino digunakan untuk proses glukoneogenesis di hati dan nitrogen dikeluarkan di urin. Selain itu juga terjadi peningkatan kehilangan lipid, karbohidrat, copper, zinc dan elektrolit lainnya
4. Peningkatan anabolisme
Selama infeksi, asam amino dipisah dari jalur normal untuk mensintesa immunoglobulin, limfokin, protein C-reaktif, dan berbagai protein lain termasuk enzim- enzim hati. Selama demam dapat meningkatkan basal metabolic rate sekitar 12%
setiap kenaikan 1°C. sehingga meningkatkan kebutuhan energi.
5. Kehilangan nutrien
Infeksi dapat menurunkan konsentrasi mikronutrien dalam plasma dan meningkatkan pengeluaran dalam urin, seperti defisiensi vitamin A, asam askorbat, vitamin B, zat besi dan zink.
Penelitian klinis tahun 2007 menunjukkan bahwa pemberian kombinasi vitamin A
dan suplemen zink secara signifikan dapat menurunkan wabah penyakit malaria.
24Walaupun pemahaman pengaruh nutrisi pada malaria masih belum lengkap, namun
jelas bahwa nutrisi secara kuat mempengaruhi wabah penyakit malaria.
6Disamping infeksi, ada beberapa hal lain yang mempengaruhi status nutrisi anak seperti: asupan makanan yang tidak cukup, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah anak dalam keluarga.
10,20,252.4 Dampak infeksi malaria terhadap malnutrisi akut dan kronik
Hubungan antara malnutrisi dan malaria sangat kompleks. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa malaria dapat dikaitkan dengan pertumbuhan dan malnutrisi sendiri juga dapat meningkatkan risiko terjadinya malaria.
1Malnutrisi adalah suatu gangguan akibat tidak adekuatnya atau tidak seimbangnya pengaturan makan, atau suatu kegagalan dalam mengabsorpsi atau menggantikan komponen dari makanan.
Prevalensi malnutrisi energi protein dijumpai 53.3% pada anak usia dibawah 5 tahun di negara berkembang. Sekitar 32% diantaranya adalah pendek atau stunted dan 9% adalah kurus atau wasted. Prevalensi untuk berat badan badan kurang, pendek dan kurus berbeda-beda ditiap negara. Asia tenggara merupakan urutan teratas dari hasil survey ini.
18
13,26
Sedangkan survey malaria tahun 1999 pada anak usia 2 tahun sampai
18 tahun di Jepang dijumpai prevalensi pendek dan kurus adalah 45.1% dan 9.2%.
1Malnutrisi energi protein juga dapat menyebabkan tingkat kehadiran sekolah anak
menurun, kognitif anak menjadi rendah dan meningkatkan risiko kematian pada anak
usia dibawah 5 tahun. Sekitar 56% dari kematian anak disebabkan oleh efek
malnutrisi.
26Suatu penelitian menemukan status nutrisi stunting dan wasting meningkatkan
risiko terjadinya malaria dan anemia berat.
26Sedangkan penelitian pada tahun 2004 di
Equatorial Guinea meneliti faktor sosioekonomi dan nutrisi terhadap infeksi Plasmodium
falciparum menemukan anak perkotaan yang stunting dan belum pernah mendapat
kolostrum berhubungan positif dengan parasitemia Plasmodium falciparum.
27Suatu
Penelitian di Vanuatu tahun 1993 menemukan malaria yang disebabkan Plasmodium
vivax merupakan prediktor utama dari kejadian malnutrisi akut pada anak usia dibawah
10 tahun.
28Sedangkan penelitian lain menyimpulkan bahwa anak malnutrisi berisiko
tinggi terinfeksi malaria dibandingkan anak yang tidak malnutrisi.
102.4 Kerangka konsep
SOSIOEKONOMI PEKERJAAN
STATUS NUTRISI
NUTRISI LEBIH NORMAL MALNUTRISI RINGAN-SEDANG
MALNUTRISI BERAT OBESITAS
INFEKSI
PENDEK KURUS
PENDIDIKAN ASUPAN
MAKANAN
MALNUTRISI AKUT
MALNUTRISI KRONIK
: yang diamati dalam penelitian
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain
Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dan mencari hubungan antara status nutrisi dengan infeksi malaria pada anak.
3.2 Tempat dan waktu
Penelitian dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Kota Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara selama bulan Oktober dan November 2010. Tempat ini adalah daerah endemis malaria yang menempati urutan tertinggi dalam insiden malaria di Sumatera Utara.
53.3 Populasi dan sampel
Populasi target adalah anak sekolah dasar yang menderita malaria. Populasi terjangkau
adalah anak sekolah dasar yang menderita malaria di tempat penelitian. Sampel adalah
populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4 Perkiraan besar sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu :
n
29
1 =
n
2 =(Zα √2PQ + Zβ √P
1Q
1+ P
2Q
2) (P
2
1
– P
2)
2n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok A n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok B α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%
Zα = nilai baku normal = 1,96
β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%
Zβ = 0,842a
P
1= proporsi status nutrisi pada tidak penderita malaria=0,16 Q
30
1
= 1 – P
1 =P
0,84
2
=
Q
proporsi status nutrisi pada penderita malaria=0,31
2
= 1 – P
2P = P
= 0,69
1+
P
22
= 0,235 Q = 1 – P = 0,765
Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-
masing kelompok sebanyak 126 orang.
3.5 Pemilihan sampel
Sampel diambil dengan cara consecutive sampling, yaitu semua subyek yang dikunjungi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam sampel sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
3.6 Kriteria inklusi dan eksklusi 3.6.1. Kriteria Inklusi
1. Usia 6 sampai dibawah 13 tahun
2. Dari hasil pemeriksaan darah tepi dijumpai plasmodium dari malaria 3. Subyek tinggal di lokasi penelitian
3.6.2. Kriteria Eksklusi
1. Menderita penyakit kronis lain yang dapat mengganggu status gizi anak misalnya tuberkulosis, sindroma nefrotik, penyakit jantung dengan keluhan batuk lama > 3 minggu, badan bengkak, mudah capek,sesak nafas
2. Anak dengan status malnutrisi berat 3. Anak dengan status obesitas
3.7 Persetujuan/informed consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan
penjelasan terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan darah tipis dan tebal untuk
mengetahui adanya parasit malaria
3.8 Etika penellitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan oleh Komite Etik dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.9 Cara Kerja dan alur penelitian
1. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner
2. Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap terhadap anak untuk menentukan ada tidaknya kelainan fisik
3. Dilakukan pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis untuk mengetahui adanya parasit malaria dengan pewarnaan Giemsa sesuai prosedur dan dibaca ditempat oleh analis terlatih. Parasit dihitung dalam 200 sel darah putih. Dianggap negatif jika tidak dijumpai parasit pada 100 lapangan pandang
4. Dibuat daftar nama anak yang positif dan negatif menderita malaria
5. Dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk penentuan status nutrisi
6. Untuk pengukuran berat badan ditentukan dengan menggunakan alat penimbang Camry yang telah ditera sebelumnya dengan ketepatan 0,5 kg. Pada waktu penimbangan anak memakai pakaian tipis atau seminimal mungkin tanpa memakai alas kaki
7. Untuk pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat Microtoise 2 meter
terbuat dari metal, dengan ketepatan 0,1 cm. Anak berdiri pada lantai yang datar
tanpa memakai alas kaki dengan kaki sejajar dengan tumit, bokong, tangan dan
belakang kepala menyentuh dinding tegak lurus
8. Status nutrisi dinilai dengan menggunakan grafik berat badan menurut tinggi badan berdasarkan Grafik CDC 2000
9. Untuk penentuan pendek dan kurus berdasarkan kurva NCHS/WHO 2007.
10. Bagi anak yang dinyatakan positif malaria akan diberikan obat anti malaria.
20
Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Malaria (+) Malaria (-)
Pengukuran antropometri (BB, TB)
Normal
Sampel penelitian
Malnutrisi ringan-sedang Status nutrisi
Nutrisi lebih
Kurus Pendek
3.10 Identifikasi Variabel
Variabel bebas skala
Malaria Nominal dikotom Variabel tergantung skala
Status nutrisi Kategorik Pendek Kategorik Kurus Kategorik
3.11 Definisi Operasional
1 Infeksi malaria ditetapkan apabila dalam pemeriksaan apusan darah tepi ditemukan plasmodium malaria
2. Status nutrisi dinilai dengan menggunakan grafik CDC tahun 2000. Klasifikasi status nutrisi berdasarkan BB/TB yaitu :
- Nutrisi lebih : bila berat badan / tinggi badan >110 – 120%
- Normal : bila berat badan / tinggi badan >90 – 110%
- Malnutrisi ringan: bila berat badan / tinggi badan >80 - 90%
- Malnutrisi sedang: bila berat badan / tinggi badan 70 – 80%
3. Tipe malnutrisi pada malnutrisi ringan-sedang dikategorikan menggunakan kurva NCHS WHO 2007 sebagai:
1.Pendek, disebut malnutrisi kronik bila tinggi badan / umur (TB/U) ≤ -2 standard deviasi sampai > -3 standard deviasi
2.Kurus, disebut malnutrisi akut bila BMI (kg/m²)/ umur (BMI /U) ≤ -2 standard deviasi
sampai > -3 standard deviasi.
3.Tidak Kurus-Pendek, apabila tinggi badan/umur (TB/U) dan BMI/umur (BMI/U) > -2 standard deviasi
4. Penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung terus menerus selama lebih dari 3 bulan
3.12 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan SPSS versi 14.0.
Untuk melihat hubungan antara infeksi malaria dan status nutrisi digunakan uji Chi-
square. Uji Chi-square ini juga digunakan untuk melihat hubungan antara malnutrisi
akut dan kronik dan infeksi malaria. Dikatakan bermakna bila nilai P < 0.05.
BAB.4. HASIL
4.1. Hasil Penelitian
Selama periode penelitian dilakukan pemeriksaan malaria pada murid SD di tujuh sekolah yang berada di Kecamatan Siabu, Kecamatan Sihepeng di kota Panyabungan dilakukan pengambilan sampel secara consecutive yaitu 126 anak dengan infeksi malaria dan 126 anak tanpa infeksi malaria.
Pada karakterisitik dasar sampel didapati bahwa rerata umur, berat badan, tinggi
badan dan jenis kelamin kelompok anak yang terinfeksi dan tanpa infeksi malaria tidak
jauh berbeda dalam hal rerata umur yaitu umur 9 tahun. Jumlah jenis kelamin
perempuan dan laki-laki hampir sama besar. Rerata berat badan kedua kelompok studi
adalah masing-masing 23.7 kg dan 22.8 kg. Rerata tinggi badan kedua kelompok studi
adalah masing-masing 123.1 cm dan 124.5 cm. Demikan juga sebagian besar
pendidikan ayah dan ibu berada di tingkat SD pada kedua kelompok. Pekerjaan
orangtua terbanyak adalah petani,dengan penghasilan terbanyak di bawah 500 ribu
pada kedua kelompok, Jenis plasmodium terbanyak adalah Plasmodium falciparum dan
gejala klinis yang paling banyak dialami pada kelompok anak yang terinfeksi malaria
adalah demam dan sakit kepala ( tabel 4.1).
Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel
Karakteristik Malaria (+)
n= 126
Malaria (-) n= 126
Umur (tahun), rerata (SD) Jenis kelamin, n(%) - laki-laki - perempuan
Berat badan (kg), rerata (SD) Tinggi badan (cm), rerata (SD) Jumlah saudara, rerata (SD) Pendidikan ayah, n(%) - SD
- SMP - SMA
- Perguruan Tinggi Pendidikan ibu, n(%)
- SD - SMP - SMA
- Perguruan Tinggi Pekerjaaan orangtua, n(%) - Petani
- Wiraswasta - Pegawai Negeri - Tidak bekerja Penghasilan orangtua, n(%) - < 500 ribu
- 500 ribu – 2 juta - 2 juta – 5 juta - > 5 juta
Jenis Plasmodium, n(%) - falciparum
- Campuran
falciparum + vivax
9.3 (1.66) 62 (49.2) 64 (50.8) 23.7 (5.50) 123.1 (10.45)
4.8 (2.07) 61 (48.4) 39 (31.0) 24 (19.0) 2 (1.6) 77 (61.1) 28 (22.2) 21 (16.7)
0 107(84.9)
14(11.1) 3 (2.4) 2 (1.6) 101(80.1)
23(18.3) 2(1.6) 0 124(98.0) 2(1.58)
9.5 (1.92) 63 (50.0) 63 (50.0) 22.8 (5.85) 124.5 (11.70)
4.6 (2.47)
87 (69.0)
17 (13.5)
17 (13.5)
5 (4.0)
94 (74.6)
16 (12.7)
14 (11.1)
2 (1.6)
99 (78.6)
19 (15.0)
6 (4.8)
2 (1.6)
93 (73.8)
24 (19.0)
5 (4.0)
4 (3.2)
0
Tabel 4.2 Perbandingan status nutrisi anak dengan dan tanpa infeksi malaria
Status nutrisi n (%)
Malaria (+) n=126
Malaria (-)
n=126 P
Normal 84 (66.7) 63 (50.0) 0.138 Malnutrisi ringan-sedang 30 (23.8) 59 (46.8) 0.011 Nutrisi lebih 12 ( 9.5) 4 ( 3.2) 0.364
Dari tabel 4.2 menunjukkan status nutrisi yang paling banyak dijumpai pada kedua kelompok adalah normal, status malnutrisi ringan-sedang dijumpai lebih rendah pada kelompok anak terinfeksi malaria sebanyak 23.8%, sedangkan pada kelompok anak tanpa infeksi malaria sebanyak 46.8%. Dengan menggunakan uji chi square ditemukan perbedaan yang bermakna status malnutrisi ringan-sedang pada kelompok anak dengan infeksi malaria dan kelompok anak tanpa infeksi malaria dengan nilai P= 0.011;
P < 0.05.
Tabel 4.3. Perbandingan tipe malnutrisi pada anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria yang mengalami malnutrisi ringan-sedang
Tipe malnutrisi n (%)
Malaria (+) n=30
Malaria (-)
n=59 P
Tidak kurus-pendek 9 (30.0) 14 (23.7) 0.080 Kurus 13 (43.3) 6 (10.2) 0.073 Pendek
Kurus-pendek 6 (20.0)
2 ( 6.7) 22 (37.3)
17 (28.8) 0.042
0.008
Dari tabel 4.3 menunjukkan perbedaan tipe malnutrisi pada kelompok anak dengan
infeksi dan tanpa infeksi malaria. Dari hasil dijumpai prevalensi tipe malnutrisi yang
terbanyak adalah malnutrisi akut (tipe kurus) pada kelompok terinfeksi malaria
sebanyak 13 orang (43.3%) sedangkan pada kelompok tanpa infeksi malaria adalah
malnutrisi kronik (tipe pendek) sebanyak 22 orang (37.3%). Dengan menggunakan uji chi square ditemukan perbedaan yang bermakna tipe malnutrisi pada kelompok terinfeksi malaria dengan kelompok tanpa infeksi malaria yaitu tipe pendek dan tipe pendek-kurus (masing-masing P= 0.042 dan P= 0.008 ; P <0.05)
BAB 5. PEMBAHASAN
Banyak penelitian mencari hubungan antara status nutrisi dan infeksi malaria, dimana malnutrisi dianggap sebagai penyebab terjadinya infeksi dan kematian malaria terbesar pada manusia. Walaupun pemahaman tentang pengaruh nutrisi terhadap malaria belum lengkap, namun nutrisi memiliki pengaruh yang kuat terhadap terjadinya wabah malaria.
Malnutrisi sendiri merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada anak di negara berkembang yang pada umumnya terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Penyebab lainnya adalah sosial ekonomi yang rendah, konflik dunia, rendahnya pendidikan, bencana alam, dan kurangnya akses pelayanan kesehatan.
8
31
Faktor terjadinya malnutrisi adalah kompleks dan infeksi merupakan pencetus tersering terjadinya malnutrisi. Infeksi lain seperti saluran cerna dan saluran nafas juga menyebabkan tingginya angka kecacatan dan kematian pada anak malnutrisi dan malnutrisi dianggap sebagai faktor penyebab kematian tersebut.
2,31Pada tahun 2001, WHO menetapkan perkiraan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun disebabkan oleh infeksi pneumonia (18%), diare (15%), malaria (8%) dan campak.
32Kematian pada infeksi malaria lebih dari 50% diantaranya disebabkan oleh malnutrisi.
Pada penelitian ini dilakukan penilaian status nutrisi pada anak yang terinfeksi malaria dan tanpa infeksi malaria. Bahwa sebagian besar anak mempunyai status nutrisi yang normal, bahkan didapati sebagian kecil dengan nutrisi lebih. Malnutrisi ringan-sedang juga dijumpai pada anak yang terinfeksi malaria, namun ternyata lebih rendah daripada anak yang tidak terinfeksi malaria. sehingga terdapat perbedaan status
2
malnutrisi ringan-sedang yang bermakna antara anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi malaria.
Pada anak dengan nutrisi yang kurang akan meningkatkan kecenderungan untuk menderita malaria, hal ini disebabkan oleh bermacam faktor yaitu karena penurunan fungsi dari sistim imun seperti penurunan limfosit T, gangguan pembentukan antibodi, penurunan formasi komplemen, dan atropi timus serta jaringan limfoid lain yang tidak mempunyai kekebalan yang adekuat terhadap parasit malaria.
2,34Penelitian di Afrika barat menemukan tidak adanya hubungan antara malnutrisi dengan penyakit malaria, namun anak yang malnutrisi berisiko 2 kali lipat mengalami kematian dibanding anak yang tidak malnutrisi.
33penelitian lain melaporkan bahwa malaria ditemukan lebih sering terjadi pada populasi yang malnutrisi dibanding dengan yang tidak malnutrisi.
Penelitian ini juga mendapatkan anak yang terinfeksi malaria dengan status malnutrisi ringan-sedang sebagian besar mengalami malnutrisi yang akut. Hal ini ditandai dengan anak berbadan kurus, dan semuanya terinfeksi dengan Malaria Falsiparum. Sedangkan pada anak yang tidak terinfeksi malaria dengan status malnutrisi ringan-sedang, sebagian besar anak mengalami malnutrisi yang kronik dengan dijumpainya anak yang berbadan pendek dan kurus-pendek.
8
Penelitian pada anak prasekolah di daerah endemis malaria sub-Saharan Afrika
ditemukan anak yang malnutrisi terutama tipe stunting dapat menurunkan regulasi
respon antibodi anti Plasmodium falciparum, sehingga memberikan efek protektif
terhadap infeksi malaria.
35Suatu penelitian longitudinal di Papua New Guinea yang
mencari hubungan antara pengukuran antropometri pada penderita malaria dengan
imunitas humoral yang respons terhadap antigen malaria yang spesifik menemukan
bahwa anak yang pendek namun tidak kurus lebih sedikit yang terkena malaria dianggap memiliki efek protektif terhadap Malaria Falsiparum. Hal ini mungkin berhubungan dengan meningkatnya kemampuan anak malnutrisi untuk menghasilkan sitokin sebagai respon terhadap stimulasi oleh antigen malaria yang spesifik.
36Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya stunting pada anak. Infeksi malaria, berat badan lahir yang rendah, rendahnya pendapatan keluarga, dan rendahnya body mass index ibu secara bermakna mempengaruhi stunting pada anak dibawah usia 2 tahun.
37Penelitian di Zambia menemukan tingginya prevalensi stunting pada anak prasekolah, namun rendahnya status mikronutrien anak pada penelitian tersebut tidak dapat membuktikan terjadinya keterlambatan pertumbuhan ada anak prasekolah.
Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah dasar dengan umur diatas 5 tahun dimana dijumpai sebagian besar anak mengalami infeksi Malaria Falsiparum dan sebagian besar anak mengalami malnutrisi akut. Sedangkan pada anak yang mengalami infeksi Malaria campuran Falsiparum dan Vivax semuanya mengalami malnutrisi kronik.
38
Pada penelitian lain yang dilakukan secara prospektif pada 465 anak di daerah
endemis malaria Nigeria Selatan menunjukkan adanya penurunan berat badan yang
bermakna pada anak dengan terjadinya infeksi Malaria Falsiparum akut, kemudian
rekurensi parasitemia Plasmodium falciparum berhubungan dengan gagalnya
peningkatan berat badan pada anak.
22Penelitian lainnya menemukan bahwa infeksi
Plasmodium falciparum berhubungan dengan terjadinya malnutrisi akut pada anak.
1Sedangkan penelitian di Kenya menyatakan bahwa anak yang mengalami infeksi klinis
Malaria Falsiparum tanpa komplikasi terjadi pada umur tahun pertama. Tetapi efek malaria terhadap status nutrisi lebih jelas tampak pada tahun kedua kehidupan.
39Plasmodium vivax juga dianggap sebagai penyebab malnutrisi akut pada anak dibawah usia 5 tahun, dan Malaria Vivax ditemukan lebih tinggi secara bermakna pada anak dengan berat badan rendah.
28Pada penelitian ini dijumpai adanya tingkat sosioekonomi keluarga yang rendah pada kedua kelompok anak dengan malaria dan tanpa infeksi malaria, dengan dijumpainya sebagian besar pendapatan keluarga yang relatif rendah, pendidikan orang tua yang rendah dan jumlah anak yang relatif banyak dalam keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi sumber daya keluarga, kesehatan keluarga, sumber daya penyediaan makanan dalam rumah tangga dan berkurangnya perhatian pada anak. Penelitian pada anak sekolah dasar di Kamerun juga menunjukkan perbedaan malnutrisi yang tidak bermakna antara anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi parasit. Tingginya prevalensi malnutrisi pada anak yang tidak terinfeksi pada populasi ini disebabkan tidak adekuatnya asupan makanan karena rendahnya nafsu makan, gangguan metabolik, dan akibat status sosioekonomi yang rendah.
Terbatasnya penyediaan makanan dalam
rumah tangga dan adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional juga
dianggap mempengaruhi malnutrisi pada anak sekolah dasar.
40Pendidikan ibu dan
kesadaran hidup sehat pada ibu juga mempengaruhi nutrisi anak. Perbaikan status
ekonomi dalam rumah tangga, peningkatan sumber daya rumah tangga dan lingkungan
sekitar rumah dianggap memiliki pengaruh positif dalam perbaikan nutrisi anak.
41penelitian lain menunjukkan bahwa risiko malaria lebih tinggi pada anak dengan berat
badan kurang, hidup di dataran rendah dan tidak tersedianya obat-obatan dalam rumah.
Kelemahan penelitian ini tidak menganalisa derajat parasitemia dengan status nutrisi, tidak menilai lamanya infeksi, dan tidak menilai status nutrisi anak setelah mendapatkan terapi anti malaria karena keterbatasan waktu sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik.
42