• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERSETUJUAN ( CONSENT ) DALAM PENYELESAIAN

2. Persetujuan melalui Host States Legislation

Host States dapat menawarkan persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui ICSID dengan tujuan umum terhadap investor asing atau dengan beberapa kategori tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari host States. Penawaran tersebut, dibuat sebagai syarat dan harus diterima oleh investor asing.99

a. Penawaran berasal dari Host State

Beberapa undang-undang hukum investasi nasional suatu negara mengatur secara tegas mengenai penyelesaian sengketa melalui ICSID. Contohnya, Pasal 8(2) Undang-Undang penanaman modal Asing Albania tahun 1993 menyatakan:

...the foreign investor may submit the dispute for resolution and the Republic of Albania hereby

       98

Decision on Jurisdiction, 25 September 1983, 1 ICSID Reports 392.

consents to the submission thereof, to the International Centre for Settlement of Investment Disputes.

Metode lain yang lebih biasa yaitu menetapkan upaya penyelesaian sengketa oleh ICSID termasuk konvensinya sebagai salah satu prosedur penyelesaian sengketa. Penawaran alternative lainnya dapat termasuk prosedur-prosedur yang secara jelas disetujui oleh para pihak, prosedur- prosedur yang diatur dalam BIT, International Chamber of Commerse (ICC)dan arbitrase ad hoc. Beberapa undang-undang secara spesifik menyatakan bahwa persetujuan host States terhadap yuridiksi ICSID dibentuk oleh pasal-pasal yang mengacu ke ICSID convention. Ketentuan- ketentuan tersebut dapat ditemukan dalam undang-undang Republik Afrika, of Cote d’lvoire dan Mauritania.

Beberapa ketentuan lain tidak begitu jelas, tapi persetujuan diputuskan berdasarkan pernyataan host States. Oleh karena itu, apabila dalam undang- undang nasional menyatakan bahwa investor asing “shall be entitled to request” atau “memiliki hak untuk menggugat” apabila sengketa investasi diselesaikan melalui beberapa metode dimana ICSID termasuk didalamnya. Atau para pihak yang bersengketa “may transfer the dispute” atau “boleh mengajukan sengketa” ke salah satu dari beberapa institusi, termasuk

ICSID didalamnya. Atau kata-kata lain “shall be submitted” atau “akan diselesaikan” oleh salah satu dari metode-metode ini.100

Dalam kasus SPP v Egypt, Claimant menggugat ke arbitrase ICSID mengandalkan Pasal 8 Undang-undang Mesir No. 43 tahun 1975 mengenai Investasi Arab dan Modal Asing dan Zona Bebas (concerning the Investment of Arab and Foreign Funds and the Free Zone) yang menyatakan:

“Investment disputes in respect of the implementation of the provisions of this Law shall be settled in a manner to be agreed upon with the investor, or within the framework of the agreements in force between the Arab Republic of Egypt and the investor's home country, or within the framework of the Convention for the Settlement of Investment Disputes between the State and the nationals of other countries to which Egypt has adhered by virtue of Law No. 90 of 1971, where such Convention applies.”

Mesir menentang bahwa klausul penyelesaian sengketa memiliki perjanjian yang terpisah dengan investor.101 Dan itu ditujukan apabila terdapat adanya sengketa yang diselesaikan melalui ICSID tetapi sebelum melalui arbitrase internasional, investor harus menempuh upaya negosiasi terlebih dahulu dengan pemerintah Mesir. Namun, argumen Mesir tersebut ditolak oleh dewan arbitrase.102 Arbitrase menyimpulkan:103

“On the basis of the foregoing considerations, the Tribunal finds that Article 8 of Law No. 43 establishes a       

100 Undang-undang hukum penanaman modal asing Somalia tahun 1987, pasal 19; Undang-

undang Investasi Zambia tahun 1991 pasal 40(6)

101

Ibid, para 70

102

Ibid, para 71-73

mandatory and hierarchic sequence of dispute settlement procedures, and constitutes an express “consent in writing” to the Centre’s jurisdiction within the meaning of Article 25(1) of the Washington Convention in those cases where there is no other agreed- upon method of dispute settlement and no applicable bilateral treaty.”

Dikarenakan para pihak belum menentukan metode penyelesaian sengketa dan tidak adanya BIT yang berlaku diantara para pihak, maka, Dewan Arbitrase menyimpulkan bahwa Pasal 8 undang-undang no 43 menentukan yuridiksi ICSID dalam hal penyelesaian sengketa para pihak.

Dapat disimpulkan berdasarkan contoh kasus diatas, ketentuan perundangan- undangan suatu negara mengenai investasi asing tidak sama dengan yuridiksi ICSID. Peraturan perundang-undangan tidak menentukan penawaran dari host States yang mungkin akan diterima oleh investor melalui tindakan sepihak. Sebaliknya, para pihak membutuhkan sebuah perjanjian yang lebih spesifik seperti yang terkandung dalam perjanjian investasi, atau izin investasi atau dokumen lainnya. Perjanjian tersebut dapat diperoleh melalui diskresi host States.104

b. Penerimaan oleh Investor

Ketika host States menyatakanpersetujuannya terhadap yuridiksi ICSID melalui peraturan perundang-undangannya, investor harus melakukan tindakan timbal balik untuk memperoleh persetujuan yang sempurna. Bahkan apabila persetujuan tersebut berasal dari legislasi host States, tetapi itu hanya berlaku melalui perjanjian antara para pihak. Peraturan perundang-undangan       

host States tidak lebih hanya sebagai penawaran yang diterima oleh investor. Namun, sesuai dengan ICSID convention persetujuan tersebut harus dalam bentuk tertulis. Ini menunjukan penerimaan yang resmi dalam penawaran host States. Investor dapat menerima tawaran dari host States dengan membawa a request ke Centre. Dalam kasus Tradex v. Albania, undang- undang Albania tahun 1993 mengandung penawaran persetujuan oleh host States. Arbitrase menyatakan:

“...it can now be considered as established and not requiring further reasoning that such consent can also be effected unilaterally by a Contracting State in its national laws the consent becoming effective at the latest if and when the foreign investor files its claim with ICSID making use of the respective national law.”

Undang-undang host States yang berisi tawaran persetujuan menetapkan kondisi-kondisi tertentu, batas waktu atau prosedur resmi terhadap penerimaan oleh investor. Dalam sejumlah undang-undang investasi, persetujuan investor terkait dengan proses mendapatkan kewenangan investasi. Salah satu pilihan dari beberapa metode untuk penyelesaian sengketa yang ditawarkan oleh undang-undang harus dinyatakan secara tegas dalam aplikasi kewenangan investasi. Hukum investasi lainnya mengharuskan investor harus menerima tawaran persetujuan untuk arbitrase ICSID dalam batas waktu tertentu. Tanpa adanya syarat formil dalam undang-undang host States untuk persetujuan investor, maksimal fleksibilitas harus diizinkan. Indikasi penerimaan pada bagian dari investor harus diperbolehkan. Ini dapat dilakukan dengan instrumen yang ditulis oleh

investor melambangkan pengajuan terhadap kerangka hukum yang diatur dalam undang-undang host states, termasuk penyelesaian menurut ICSID convention. Namun, disarankan untuk membuat penerimaan sejelas mungkin. Penerimaan secara implisit, walaupun mungkin, dapat menyebabkan sengketa mengenai yurisdiksi, ketidakpastian mengenai kepastian tanggal dari persetujuan dan kesulitan apabila host states merubah undang-undang tersebut.105

Dokumen terkait